Ilmuwan Berhasil Sambungkan Otak ke Tablet Google Nexus 9?

Sudah cukup lama manusia berusaha menerjemahkan gelombang otak menjadi sistem input. Toyota sempat menciptakan konsep sepeda Prius yang bisa naik turun gigi hanya dengan instruksi di kepala, lalu This Place membuat Google Glass sanggup membaca pikiran. Sejauh ini, teknik terbatas pada perintah-perintah sederhana, dan biasanya device memerlukan konsentrasi.

Namun bagaimana seandainya gelombang otak Anda dapat berinteraksi dengan dunia fisik lebih jauh lagi? Para peneliti dari Universitas Stamford baru-baru ini mengungkap program BrainGate, diterapkan pada seorang wanita berusia awal 50-an yang menderita penyakit Lou Gehrig. Penyakit itu menyerang saraf motorik, menyebabkan ia lumpuh dari leher ke bawah. Hebatnya, inovasi dari tim ilmuwan memungkinkan sang pasien untuk bermain tablet Google Nexus 9.

Kondisi wanita tersebut menantang dokter sekaligus neuroengineer Paul Nuyujukian serta krunya melakukan riset, dan berujung pada penemuan gagasan neural prostheses. Sebelumnya, solusi buat para penderita kelumpuhan adalah alat pelacak gerakan kepala atau mata sebagai alternatif pengganti tangan demi mengendalikan cursor mouse di layar PC. Masalahnya, teknik ini tidak akurat dan seringkali melelahkan pasien.

Info menarik: Tidak Perlu Controller, VR Headset MindLeap Sanggup Membaca Pikiran Anda

Jawaban Nuyujukian adalah ‘memotong proses perantara’ tersebut. Sebuah chip berbentuk tablet mungil ditanamkan di otak penderita Lou Gehrig. Ia bertugas untuk menerima gelombang dari otak, kemudian menafsirkannya via algoritma canggih secara langsung, mengubah sinyal jadi input. Kendala neural prostheses sejauh ini ialah tingginya biaya, tetapi ia merupakan lompatan jauh dari metode eye/head-tracking.

Perjalanan Dr. Paul Nuyujukian dan tim Stamford bermula dua tahun silam ketika pasien sukarela mengajukan diri dalam program BrainGate. Ia diberi julukan T6, dan di sana otak bagian kiri sang wanita disambungkan ke elektroda 100-channel – bagian yang berfungsi mengatur gerakan tubuh. Saat itu, peneliti mencoba menggarap perangkat purwarupa supaya penderita lumpuh bisa mengetik di keyboard custom.

Nuyujukian dan kawan-kawan berpikir, ketimbang harus melalui langkah-langkah rumit tersebut, mengapa tidak memanfaatkan perangkat berlayar sentuh? Awalnya para peneliti bermaksud buat merancang tablet sendiri, namun sadar bahwa salah satu produk terbaik telah tesedia di pasar: Google Nexus 9, dibeli di Amazon. Prosedur modifikasinya juga mudah, tablet membaca sinyal sebagai protokol Bluetooth.

“Penemuan kami merupakan langkah pertama dalam pengembangan komunikasi serta interface komputer berbasis otak untuk para penderita kelumpuhan,” ujar Nuyujukian.

Sumber: Singularity Hub. Header: Google.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published.