Internet Payment Gateway Idealnya Terintegrasi dengan Seluruh Bank di Indonesia

Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) pada kesempatannya berbincang dengan media hari ini (28/10) mengulas kembali definisi dan kondisi ekosistem e-commerce di Indonesia saat ini. Pihaknya memproyeksikan potensi market size di tahun 2017 akan mencapai sekitar US$ 25-30 miliar atau sekitar Rp 400 triliun. Untuk mempersiapkannya, idEA perlu menyempurnakan infrastruktur dan elemen-elemen penting termasuk permasalahan pembayaran. Dewan Pengawas idEA Aulia E. Marianto menyebutkan bahwa para pemain di sektor payment gateway idealnya mengakomodir transaksi yang terhubung dengan seluruh bank di Indonesia.

Aulia bertutur perihal sebagian besar metode pembayaran berawal dari rekening bank, maka dari itu dibutuhkan keterlibatan perbankan lebih jauh mengenai hal ini. Menariknya, tidak semua bank menerima semua payment gateway karena faktor preferensi sepihak saja.

“Pada akhirnya, kolaborasi antara payment gateway dan perbankan adalah tentang nasabah yang mana adalah masyarakat [yang berpotensi berbelanja online]. Payment gateway seharusnya connect ke seluruh bank di Indonesia, tidak ada eksklusivitas,” katanya.

Sementara ada ratusan juta penduduk unbankable yang menurutnya bisa menjadi potensial konsumen belanja online. Maka dari itu solusi dan alternatif pembayaran selain bank juga didorong pengadopsiannya seperti e-wallet, bitcoin, dan lain sebagainya.

“Salah satu kesuksesan Alibaba di Tiongkok adalah metode pembayaran Alipay yang dikembangkan oleh mereka. Alipay terhubung dengan seluruh bank di negara tersebut,” paparnya.

Alipay yang mengelola pembayaran digital Alibaba memang dinilai sukses menggantikan peran bank tanpa harus membuka cabang di berbagai tempat.

Dalam kesempatan yang sama, Humas idEA Marine Novita juga menyinggung perhatian perihal penetrasi internet yang menjadi alasan fundamental kesuburan ekosistem e-commerce Indonesia. Harga yang relatif mahal, dan kecepatan akses yang cenderung lambat jika dibandingkan negara tetangga, memang menjadi permasalahan dasar yang bisa membatasi ruang gerak para pemegang kepentingan di industri ini.

Marine juga memaparkan bahwa 42% masyarakat tidak percaya dengan kualitas produk yang diperdagangkan secara online. Lebih lanjut, survei menunjukkan bahwa 40% responden cemas akan faktor keamanan dan privasi yang ter-expose dan 38% responden merasa kurang mengalami kontak dengan barang yang ingin mereka beli.

Leave a Reply

Your email address will not be published.