Dua Belas Kesalahan yang Sering Dilakukan Startup Di Tahun Pertama

Entrepreneur yang sedang mengalami masalah/Shutterstock

Memulai sebuah startup menjadi sebuah tren baru untuk mengejar idealisme dan kesuksesan. Meskipun demikian, kadang para pendiri startup tidak menyadari bahwa menjalankan startup tidak semudah yang dibayangkan. Alih-alih untung, semua tabungan ludes tak bersisa dalam waktu setahun saja. Inc merangkumkan 12 kesalahan yang sering dilakukan oleh startup di tahun pertamanya.

1. Mengejar publisitas terlalu dini

Publisitas besar-besaran di media bisa menjadi nilai plus bagi startup Anda, promosi gratis, menarik lebih banyak pengguna ataupun investor untuk menyuntikan dana.  Intinya bukan untuk “gaya-gayaan” dan terlihat keren di mata keluarga, kolega teman-teman ataupun karyawan.

Sebelum startup Anda butuh publisitas, jawab dulu satu pertanyaan paling mendasar seperti, “Mengapa butuh publisitas?”, “Apakah Anda benar-benar siap menghadapi pers?”, “Apa yang ingin Anda capai dari publistas?”

Jika Anda belum memantapkan bisnis model atau produk Anda, apakah Anda benar-benar ingin publisitas besar-besaran lalu startup Anda tutup (bangkrut) setahun kemudian?

2. Mencari suntikan dana terlalu besar di awal

Menjalankan startup dengan mode bootstrap bisa sangat menakutkan. Tidak ada yang suka melihat tabungan mereka ludes. Tetapi ketika Anda mengandalkan investor di awal bisnis dapat membuat founder berlaku sembrono dalam soal pengeluaran mereka. Hal ini juga bisa menyebabkan mereka exit dengan nilai yang kecil di masa depan.

Keuntungan bootstrap di awal adalah Anda dapat fokus bekerja untuk membuktikan model bisnis dan mendapatkan traksi tanpa tekanan dari rapat dewan atau investor. Setelah model bisnis Anda terbukti berjalan dan berpotensi Anda dapat dengan penuh percaya diri untuk keluar mencari investor. Selain itu, Anda bisa exit kapan saja dan pastinya dengan nilai yang pantas.

3. Menjalankan seorang diri

Katakanlah Anda seorang yang  memiliki banyak keahlian dan pengetahuan, tetapi mencoba  melakukan semua tugas seorang diri bukan hal yang bijak. Anda butuh co-founder atau paling tidak seorang atau advisor untuk  tempat berbagi beban dan penderitaan. Percayalah  Anda juga akan lebih produktif dengan orang lain membantu Anda, ditambah itu artinya ada lebih banyak modal untuk mulai bootstrap.

Menjalankan startup di tahun pertama akan menguras banyak waktu, jangan heran jika Anda kehilangan kehidupan sosial Anda. Meskipun Anda memiliki jiwa soliter dan sifat introvert yang kuat, manusia tetap butuh interaksi sesekali. Paling tidak dengan orang-orang yang akan membantu startup Anda berkembang.

4. Terlalu banyak co-founder

Ide  menjalankan startup bersama  empat sahabat Anda, terdengar luar biasa. Kalian sudah saling mengerti satu sama lain dengan sangat baik, dan teruji selalu saling mendukung satu sama lain setiap kali ada masalah. Tetapi itu berarti Anda memulai startup hanya dengan 25 persen saham kepemilikan. Plus, akan lebih sulit untuk mengambil keputusan.

Kebanyakan startup dengan banyak founder sering berakhir dengan putus hubungan yang kurang enak, dan ehem… mahal. Lihat pengalaman Facebook, Quora, dan Foursquare. Mulai startup paling tidak dengan satu orang lain yang cocok.

5. Terlalu sering keluar

Ada banyak ajang, seminar, meetup di dunia startup. Ini baik untuk membangun jaringan. Tentu saja hal ini tidak bisa diabaikan, demi kemajuan perusahaan. Lain cerita jika Anda termasuk orang yang cukup dikenal di dunia startup, mungkin sebaiknya waktu Anda dihabiskan di meja kerja. Terlalu banyak “beredar” akan memberi kesan buruk kepada karyawan  dan investor.

6. Memaksakan sebuah bisnis model yang gagal

Anda berhenti  dari pekerjaan untuk menjalankan bisnis dan mengejar passion Anda. Ide yang anda miliki sangat cermelang, baiklah selanjutnya apa? Anda tidak harus keluar dari pekerjaan sampai Anda punya kesempatan untuk menguji konsep dan ada kesempatan untuk itu. Anda mungkin tidak akurat memprediksi cara orang akan menggunakan produk Anda atau pelanggan mungkin membenci fitur baru yang Anda cintai.

Jangan keras kepala dan memegang teguh ide startup hanya karena Anda jatuh cinta dengan hal itu. Terjemahkan ide Anda dalam sebuah konsep bisnis lengkap, gerak cepat, dan fleksibel bila ternyata semua tidak berjalan. Beberapa perusahaan terbesar saat ini sukses dari hasil pivot.

Ilustrasi Belajar dari Kesalahan / Shutterstock

7. Komunikasi yang buruk dan mengabaikan kritik

Bila Anda memiliki roadmap startup di kepala Anda, tak jarang sulit untuk mengomunikasikan dengan orang lain. Jangan simpan di kepala Anda. Seringlah berkomunikasi, dan paling penting selalu terbuka untuk kritik. Belajar cara berkomunikasi yang baik sejak awal adalah keharusan. Jika tidak taruhannya adalah Anda dapat menghancurkan hubungan dengan pelanggan dan karyawan.

8. Serakah

Menjadi seorang pengusaha yang cerdas berarti mengetahui waktunya untuk exit. Beberapa startup mendapat tawaran akuisisi lebih dari $100 juta dan menolak. Keputusan yang mendapat banyak kekaguman dari orang, namun kurang bijak.

Foursquare punya kesempatan menjual $150 juta, namun dilewatkan. Qwiki pernah ditawarkan untuk menjual lebih dari $100 juta namun ditolak, dan sekarang  mungkin akan menjual startupnya  ke Yahoo hanya sebesar $50 juta. Path ditawari uang besar oleh Google namun pendirinya Dave Morin menolaknya. Saat ini Path mengalami banyak kendala.

Kadang startup perlu mengambil keputusan untuk mengambil tawaran akuisisi yang datang dan gunakan uangnya untuk mendirikan startup lagi yang lebih baik.

9. Berbohong

Startup merupakan sebuah perusahaan swasta, mereka bisa berbohong kepada wartawan, bahkan investor. Jika Anda sedang dalam tahap putus asa untuk menambah modal, atau menjaga startup Anda tetap berjalan, sangat mungkin tergoda untuk berbohong soal angka pertumbuhan, hingga revenue yang diperoleh.

Mungkin kebohongan putih ini tidak terungkap di awal, namun jika startup Anda gagal, kebenaran akan keluar pada akhirnya. Akibatnya, lebih buruk daripada sekedar kehilangan perusahaan, namun juga reputasi. Ingat saran Waren Buffet, bahwa reputasi itu penting, kadang diperlukan waktu bertahun-tahun untuk membangunnya, namun bisa hilang dalam hitungan menit.

10. Kehilangan kesabaran

Investor mengatakan 10 juta pengguna baru saat ini sama dengan satu juta pengguna. Tak heran jika startup ingin scaling dengan  cepat. Tetapi jika Anda hanya fokus pada pertumbuhan, pengembangan produk Anda akan keteteran.

Pertumbuhan tiap startup sangat berbeda, tergantung dari jenis bisnis yang dijalankan. Tetapkan target pertumbuhan berdasarkan skala yang masuk akal. Acuannya tentu kepada pertumbuhan startup yang sejenis.

Sebagai gambaran, jika Anda menjalankan sebuah perusahaan media, Anda akan harus menunggu sampai cukup besar untuk dapat memperkerjakan  tim marketing. Itu bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun. Lain halnya, jika Anda menjalankan bisnis berbasis transaksi, pastikan Anda tahu margin yang dibutuhkan agar bisnis Anda bisa bertahan.

11. Meremehkan kesulitan menjalankan startup

Sebagian besar cerita yang tampil adalah kisah sukses. Tetapi yang perlu Anda ketahui  kisah sukses yang Anda baca di media merupakan hasil kerja keras foundernya. Tanpa usaha yang tak kenal lelah membangun bisnisnya seorang William Tanuwijaya tidak akan mencetak sejarah investasi ratusan juta.

Bahkan orang sekaliber Dave McClure mengambarkan betapa sulitnya menjalankan startup:

“Seperti neraka. Terlalu banyak yang perlu dikerjakan. Ada hari-hari ketika Anda ingin menangis. Anda tidak memiliki kehidupan sosial. Anda tidak benar-benar ingin berinteraksi dengan keluarga dan teman-teman. Dunia Anda hanya berputar di sekitar startup, dan itu semua tentang mencoba untuk bertahan,  dan tidak terlihat idiot di depan karyawan.”

“Mungkin bebannya tidak sama dengan memecahkan masalah dunia seperti perang atau kelaparan. Tetapi ketika seluruh dunia Anda adalah tentang mencoba untuk menunjukkan orang lain bahwa  Anda berhasil, mampu, dan mempertahankan kondisi eksternal yang terlihat semuanya berjalan dengan baik, sementara sisi internal Anda panik, dan berjuang untuk terus bisa membayar gaji, itu sangat stres.”

12. Tidak memiliki mimpi besar

Ada tipe orang praktis, yang tidak merespon terhadap mimpi besar, namun lebih kepada menghadapi tantangan yang ada di depan mata. Di lain sisi ada tipe pemimpi yang mempunyai visi sangat ke depan. Tim startup terbaik terdiri atau menjaga dua tipe tersebut dengan sangat baik untuk saling melengkapi satu sama lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published.