Monthly Archives: December 2015

Ke manakah harusnya berinvestasi ? / Shutterstock

Berinvestasi di Startup, Antara yang Baru dan Sudah Mapan

Dua bulan yang lalu Bhinneka mengamankan pendanaan dari Ideosource senilai 300 miliar Rupiah. Yang menarik pasca pendanaan ini adalah pernyataan Andi S Boediman, Managing Partner Ideosource, dalam sebuah sesi wawancara yang dimuat Merdeka. Dalam wawancara tersebut Andi mengungkapkan bahwa berinvestasi di startup kecil seperti jackpot. Bisa jadi untung bisa jadi tidak. Ia memilih berinvestasi di startup yang sudah matang meski harus dengan modal yang cukup lumayan. Muncul pertanyaan, ke manakah VC seharusnya berinvestasi? Ke startup baru atau ke startup yang sudah mapan ?

Andi dalam wawancara tersebut mengungkapkan, “Kalau duit tidak bersalah, saya tidak investasi hanya di startup yang kecil-kecil. Karena itu seperti undian, investasi banyak kemudian hanya satu yang berhasil, seperti jackpot, untung besar. Jadi kalau duit tidak ada batasnya, mana lebih baik, beli perusahaan yang sudah jadi atau bangun sendiri. Jadi, saya bilang cari pemenangnya di setiap sektor industri, terus investasi. Risikonya tidak ada, tapi sudah positif. Masalahnya mungkin modalnya saja yang ditambah.”

Di Indonesia sendiri tak sedikit startup baru yang kemudian menjelma menjadi startup yang besar dan menjanjikan. Tokopedia, Bukalapak, dan Go-Jek mungkin beberapa contoh startup yang awalnya “biasa-biasa” saja kemudian melesat menjadi startup top di sektor masing-masing.

Bersama-sama membangun ekosistem startup di Indonesia

Sebagai pemegang dana, investor tentu bebas menentukan ke mana mereka mengucurkan dana yang mereka miliki.

Startup mapan bisa jadi sudah memiliki segalanya. Mereka mencakup basis konsumen atau pengguna, branding yang sudah lekat dengan masyarakat, mengetahui kondisi pasar, dan sejumlah keuntungan lain dari pengalaman mereka. Kucuran dana bisa dikonversikan menjadi improvement yang bisa memantapkan dan mengamankan posisi startup tersebut.

Melihat industri startup di Indonesia yang masih tumbuh, menyuntikkan dana ke startup kecil bisa memberikan dampak positif bagi ekosistem startup secara keseluruhan. Kita bisa melihat bagaimana Tokopedia dan Bukalapak sekarang menjadi layanan e-commerce top di Indonesia. Demikian juga dengan Go-jek, yang bahkan menjadi role model bagi layanan senada yang mulai menjamur.

Semua itu bukan tanpa risiko. Membawa startup baru ke puncak kejayaan adalah salah satu ending bahagia yang tidak mutlak terjadi. Tak jarang pendanaan ke startup baru berujung pahit. Penutupan. Layaknya jackpot, seperti diungkapkan Andi.

Berinvestasi di startup memiliki dua sisi yang saling berseberangan. Satu sisi bisa melejitkan startup, yang berdampak luas pada ekosistem secara umum, di sisi lain sebuah startup bisa gagal memanfaatkan suntikan dana dan akhirnya tutup. Bukankah kegagalan adalah hal yang akrab di dunia startup?

Sekarang pertanyaannya kembali kepada para investor. Ingin membantu menumbuhkan ekosistem startup yang lebih baik atau sekedar mencari untung?

5 Game Mobile Seru Untuk Dimainkan Saat Liburan

Musim libur telah tiba. Jika Anda berniat untuk mengunjungi tempat wisata yang populer, siap-siap saja akan menghadapi padatnya pengunjung yang ingin berlibur juga. Dan salah satu satu musuh terbesar wisatawan adalah kemacetan. Untuk menghindari rasa bosan akibat macet, mungkin bisa coba memainkan game mobile seru di jalan. Atau jika tidak ingin keluar rumah, bisa juga memainkan game rekomendasi dari DailySocial untuk menemani liburan Anda.

Game-game yang akan dibahas merupakan game yang sempat menjadi game populer di tahun 2015. Game yang disajikan juga merupakan game yang relatif ringan dan tidak memiliki gameplay yang terlalu rumit.

Minecraft : Story Mode

 

Minecraft merupakan salah satu game paling populer dan memiliki komunitas yang besar. Game Minecraft memberikan kita keleluasaan dalam membangun dan berkreasi di dunia yang pemain ciptakan sendiri. Kini Minecraft hadir dalam versi Story Mode .

Berbeda dengan game Minecraft yang merupakan open world, di sini pemain akan memainkan karakter bernama Jesse dan melakukan petualangan dalam dunia Minecraft. Yang menarik dari game ini adalah aksi yang Anda lakukan akan mempengaruhi jalan cerita di dalam game ini.

Unduh di Google Play dan Apple App Store.

Fallout Shelter

 

Fallout Shelter merupakan game yang mendampingi peluncuran game PC dari Bethesda Softwork yang berjudul Fallout 4. Fallout Shelter merupakan game mobile yang menceritakan kondisi paska perang nuklir. Dalam game ini, pemain akan diminta untuk melakukan manajemen sumber daya dari penampungan para penduduk dengan baik. Fallout Shelter akan menjadi game simulasi unik yang pasti bisa membuat Anda lupa akan waktu.

Unduh di Google Play dan Apple App Store.

Lara Croft Go

 

Game yang satu ini merupakan pemenang Best Mobile/Handheld Game dalam The Game Awards 2015. Lara Croft Go merupakan game berbasis turn based puzzle-adventure yang sangat menarik untuk dimainkan. Navigasi di dalam game ini semudah sapuan jari, tapi memiliki berbagai misteri seru yang harus dipecahkan.

Grafis yang menawan, musik yang sesuai dengan atmosfir permainan, dan berbagai puzzle yang bisa dijumpai akan menjadi daya tarik tersendiri dari Lara Croft Go yang tidak boleh Anda lewatkan.

Unduh di Google Play dan Apple App Store.

Neko Atsume: Kitty Collector

Bagi Anda pecinta kucing, game Neko Atsume: Kitty Collector akan menjadi teman bermain yang seru. Cara bermainnya sangat mudah. Anda hanya perlu meletakan berbagai benda yang merupakan mainan kucing dan juga makanan kucing di halaman belakang, lalu menunggu kucing-kucing untuk datang. Ada berbagai jenis kucing yang bisa berkunjung ke rumah Anda.

Game ini juga sempat cukup ramai di sosial media karena kucing merupakan salah satu hewan yang memiliki banyak penggemar.

Unduh di Google Play dan Apple App Store.

Rayman Adventure

 

Rayman merupakan game klasik yang cukup sukses di era 90-an. Kini Ubisoft menghadirkan kembali karakter Rayman dalam game mobile Rayman Adventure. Game ini memadukan permainan dengan aksi yang menantang juga kebebasan untuk melakukan eksplorasi.

Pemain akan bertualang mengelilingi berbagai dunia yang unik dan penuh dengan tantangan yang seru. Anda akan berhadapan dengan minotaurs, bandit, dan berbagai monster lainnya. Dan yang juga tidak kalah menarik, game ini digarap dengan visual yang baik sehingga akan menjadikan permainan menjadi lebih seru.

Unduh di Google Play dan Apple App Store.

Itu dia beberapa game yang bisa jadi pilihan bagi Anda untuk menemani macet saat menuju kota kelahiran, menemani liburan di pantai atau menemani Anda yang berlibur di rumah sambil menikmati suasana kamar. Selamat berlibur!

Gambar header: Shutterstock

[Review] Asus ZenFone Selfie ZD551KL

Meski istilah selfie baru dimahkotai Oxford English Dictionary sebagai Word of the Year di 2013 silam, sejarah mencatat bahwa kegiatan self-portrait telah dilakukan sejak 1800-an. Berabad-abad kemudian, selfie bisa diakses melalui sebuah device serbaguna bernama smartphone. Begitu kuatnya tren selfie, produsen sadar bahwa kapabilitas kamera depan ternyata sama esensialnya dengan kamera belakang.

Melihat peluang ini, nama-nama raksasa di industri perangkat bergerak berlomba-lomba menyediakan medium optimal buat ber-selfie. Setelah Sony, HTC, Microsoft dan Oppo, satu brand Taiwan yang sedang naik daun di ranah mobile memutuskan untuk turut serta bermain di sana. Memanfaatkan momentum Computex 2015 lalu, Asus resmi memamerkan Zenfone Selfie.

ZenFone Selfie merupakan anggota dari keluarga besar ZenFone generasi kedua, hadir sebagai alternatif lebih terjangkau dari produk spesialis foto diri kompetitor. Meski demikian, Asus menjamin mereka tidak mengambil jalan pintas. Sang produsen menjanjikan kombinasi optimal antara hardware dan desain, sembari ‘mempionirkan’ teknologi camera fusion di smartphone. Benarkah demikian? Silakan simak ulasannya di bawah.

Design, feel & build quality

Dari sisi desain, Zenfone Selfie ZD551KL benar-benar berkiblat pada ZenFone 2, dan kedua device terlihat hampir identik. Jika dikomparasi, Zenfone Selfie sedikit lebih tinggi karena kehadiran modul lensa berukuran cukup besar di sisi depan (menggantikan logo Asus), serta sedikit lebih lebar dan tipis. Artinya, segala hal yang Anda sukai (atau tidak sukai) dari ZenFone 2 muncul kembali di Selfie.

Review Asus Zenfone Selfie 08

ZenFone Selfie mempunyai dimensi 156,5×77,2×10,8 mm dengan layar 5,5-inci serta bobot 170g. Cover baterainya dibuat melengkung untuk memberi kesan tipis di area pinggir – mencapai 3,9mm saja. Konsekuensinya, tombol-tombol fisik tidak bisa diletakkan di sisi kiri dan kanan. Seperti ZenFone 2, tombol volume berada di punggung, tepat di bawah lensa. Dari aspek penampilan, saya tidak menemukan kekurangan, tetapi jika Anda biasa menggunakan tombol fisik buat menjepret foto, posisi tombol terasa canggung.

Review Asus Zenfone Selfie 13

Review Asus Zenfone Selfie 16

Review Asus Zenfone Selfie 09

Penampakan depannya juga mengadopsi sejumlah ciri khas ZenFone – dari mulai area hitam yang membatasi layar, tiga tombol kapasitif berwarna keperakan, zone logam brushed melingkar di bawah, serta frame glossy pembatas antara display berlapis Corning Gorilla Glass 4 dengan back cover. Ada ketimpangan di sini: Gorilla Glass 4 memang tangguh, namun bingkai glossy tersebut sangat rentan terhadap baret dan penyok.

Review Asus Zenfone Selfie 15

Unit review ini memiliki bagian punggung berwarna abu-abu dengan pola garis-garis horisontal ala brushed metal. Tapi sebetulnya, back cover terbuat dari plastik.

Seperti biasa, membuka panel tersebut (buat mengakses slot SIM card, microSD card dan baterai) memerlukan perjuangan. Berbeda dari ZenFone 2, unit baterai dapat dilepas. Problem yang saya temukan ialah ketiadaan mekanisme per atau celah di slot kartu SIM, menyebabkan kartu sangat sulit sekali dikeluarkan.

Review Asus Zenfone Selfie 01

Review Asus Zenfone Selfie 03

Display

Untuk device sekelasnya, Asus boleh berbangga dengan kinerja dari layar ZenFone Selfie. Panel IPS 5,5-inci tersebut menghidangkan resolusi 1920×1080-pixel berkepadatan 403ppi, yang ditopang teknik full-screen lamination di mana layer kaca serta lapisan touch digabung jadi satu buat menghilangkan gap. Hasilnya, teks dan gambar seolah-olah melayang tepat di bawah display.

Review Asus Zenfone Selfie 05

Review Asus Zenfone Selfie 12

Viewing angle layarnya memuaskan, mampu menyuguhkan output warna yang kaya dan akurat, cerah, serta tajam. Ia bahkan sanggup melawan terpaan sinar matahari.

Pengguna notebook Asus mungkin cukup familier dengan Splendid, dan fitur ini turut mereka bawa ke ZenFone Selfie. Melaluinya, kita dipersilakan mengkustomisasi temperatur warna, atau mengaktifkan mode filter bluelight untuk mengurangi rasa lelah pada mata.

Camera

Sebagai smartphone spesialis selfie, tidak mengherankan jika Asus mencantumkan segala macam teknologi imaging yang dapat mereka temukan ke dalam ZenFone Selfie. Teknologi PixelMaster mereka usung baik buat kamera depan maupun kamera belakang. Ketika brand lain berupaya menyederhanakan UI app kamera, Asus malah menjabarkannya secara lengkap untuk Anda. Setidaknya terdapat 17 mode bisa kita gunakan untuk kedua kamera.

Review Asus Zenfone Selfie 10

Review Asus Zenfone Selfie 06

Lihat spesifikasi lengkapnya di bawah ini:

  • Kamera depan: Sensor 13-megapixel, aperture f/2.2, lensa 5-element wide-angle 88-derajat, filter blue glass, flash real tone LED.
  • Kamera belakang: Sensor 13-megapixel , aperture f/2.0, lensa 5-element, autofocus laser 0.2 detik, filter blue glass , flash dual LED.

Mengesampingkan faktor teknis yang rumit, hasil jepretan melalui mode auto tampak tajam dan cerah. Reproduksi warna terbilang presisi, lalu kinerja di low-light cukup handal. Buat mendukung hobi self-portrait, Asus telah menyiapkan mode Selfie Panorama. Namun tantangannya, tangan Anda harus stabil karena jika tidak, sulaman malah tak bagus. Bagi saya metode tradisional – selfie bersama-sama dengan posisi handset melintang – masih jadi teknik terbaik.

Review Asus Zenfone Selfie 02

Di kondisi terang, saya tidak kesulitan mengambil foto-foto macro dengan kamera belakang. Sistem autofocus-nya mampu bekerja gesit serta akurat, menjaga mutu jepretan tetap tajam dan prima. Menakar dari kualitas, hasil kamera depan dan belakang hampir serupa. Itu berarti kekurangan kedua kamera tak jauh berbeda. Kadang saturasi warnanya berlebihan, grainy di zona-zona gelap, dan gambar juga wash-out di pencahayaan terik. Kemudian ketika di-zoom, foto mempunyai efek seperti cat air.

Ini sampel foto dengan kamera depan:

Review Asus Zenfone Selfie 18

Dan ini hasil jepretan kamera belakang:

Review Asus Zenfone Selfie 19

Review Asus Zenfone Selfie 20

Review Asus Zenfone Selfie 25

Hardware, performance & user experience

Di ZenFone Selfie ZD551KL, Asus berpaling dari Intel Atom dan memilih untuk menggunakan Qualcomm MSM8939 Snapdragon 615. System-on-chip ini menyimpan sepasang prosesor quad-core Cortex-A53, GPU Adreno 405, RAM 3GB, penyimpanan internal 32GB (bisa diperluas sampai 128GB via microSD), dan ditenagai baterai 3.000mAh yang sanggup menjaga smartphone selalu aktif untuk menjalankan video loop lebih dari 9,5 jam.

Baterai tersebut terbantu berkat hematnya konsumsi daya smartphone (1,21-watt). Skor benchmark ZenFone Selfie juga tergolong lebih tinggi dibanding handset ber-SoC sejenis, namun masih belum sanggup menyusul ZenFone 2. Di AnTuTu versi 5.7.1, handset berhasil mendapatkan nilai tertinggi di 37253; lalu di AnTuTu 6.0, ia cuma mencetak 31823. Lewat PCMark, Selfie memperoleh angka work performance 3267.

Review Asus Zenfone Selfie 27

Review Asus Zenfone Selfie 22

Bermain game Real Racing 3 berjalan lancar, lalu pantulan di spion turut muncul, walaupun tidak semulus ketika dimainkan dari smartphone premium dan sejumlah efek visual semisal partikel debu serta lens flare tidak begitu detail. ZenFone Selfie malah mampu menangani Need For Speed: No Limits lebih lancar, dan grafisnya pun tampil lebih meyakinkan. Pastinya, handset tidak akan kesulitan mengoperasikan game-game puzzle maupun strategi 2D.

Review Asus Zenfone Selfie 23

Review Asus Zenfone Selfie 24

Di video serta game, output suara ZenFone Selfie terdengar utuh dan lantang, tapi alangkah baiknya jika speaker tidak diposisikan terlalu menjorok ke bawah. Saat tertutup jari, suaranya jadi teredam.

Review Asus Zenfone Selfie 11

ZenFone Selfie beroperasi di platform Android 5.0 Lollipop dengan overlay ZenUI. Asus menjejalkan banyak fitur dan app, hingga mungkin hampir terasa seperti bloatware. Namun beberapa dari mereka terbukti membantu, contohnya auto-start manager, power saver, one hand mode, opsi kustomisasi font, sampai bundel theme dan icon.

Konektivitas ZenFone Selfie meliputi Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac, Bluetooth 4.0, GPS, radio FM, port microUSB 2.0, dua slot SIM card, minus NFC.

Review Asus Zenfone Selfie 14

Verdict

Terlepas dari ketiadaan cita rasa premium, Asus ZenFone Selfie merupakan smartphone handal, dilihat dari perspektif performa dan fitur. Penampilannya tampak serasi dengan layar cemerlang yang berperan sebagai jendela Anda menjelajahi konten mobile. Saya beropini, ZenFone Selfie merupakan produk berkonsep paling kuat di antara keluarga ZenFone berkat spesialisasi pada self-portrait. Ia tidak sekedar menjadi medium adu harga dan spesifikasi hardware.

Terlebih lagi, smartphone kelas ‘menengah’ Asus ini masih tergolong entry-level seandainya kita melihat dari sudut pandang brand-brand kelas atas semisal Sony, Samsung atau HTC. Di Indonesia, ZenFone Selfie terbagi dalam dua tipe, yaitu versi ber-flash memory 16GB seharga Rp 2,8 juta dan varian 32GB, dibanderol Rp 3 juta.

Kiat Startup Memahami dan Menanggapi Investor

Investor dalam sebuah bisnis startup (dalam kaitannya dengan peranan) dapat dikatakan sangat penting, namun kadang juga kurang berpengaruh pada bisnis secara langsung. Beberapa investor dengan punggawa pebisnis di sektor digital banyak yang mengerti betul bagaimana strategi terbaik di industri digital, sehingga mereka dapat memberikan banyak masukan kepada startup. Namun ada juga investor yang hanya berinvestasi saja dalam pendanaan, yang hanya terus mendorong startup untuk mendapatkan untung.

Dalam sebuah tulisan yang dirilis sebuah komunitas crowd ownership startup berbasis di San Francisco bernama RocketClub, terdapat beberapa sifat investor ketika menjadi bagian dalam sebuah startup. Salah satu hal yang diungkapkan bahwa investor seringkali tidak mengetahui bisnis (secara teknis) dengan baik.

Kebanyakan dari kita berpikir bahwa mereka memiliki pemahaman berharga untuk membawa startup selalu pada jalan yang benar, dengan mengangkat para investor menjadi bagian dari deretan penasihat. Namun nyatanya seringkali harapan tersebut tak tercapai dengan baik, karena seringkali investor kurang memahami bagaimana workflow bisnis startup bahkan visi produknya.

Ada juga sebuah paradigma yang harus ditanamkan pelaku startup. Tugas pelaku startup selaku pengusaha adalah untuk menjaga cerita bisnis mulus dengan proses bisnis yang tepat, bukan untuk membangun apa yang investor ingin dengarkan. Berani untuk mengatakan “tidak” jika diperlukan. Sering ditemui startup yang banyak terpaku pada kemauan investor namun justru menjadi titik lemah akan inovasi produk yang digencarkan.

Cerita beberapa startup yang digandeng oleh investor jempolan mengungkapkan bahwa para investor tidak pernah pernah berprasangka (buruk) terhadap apa yang dilakukan oleh penggerak di dalam bisnis. Kebanyakan dari mereka memilih membiarkan orang-orang yang terlibat langsung di startup untuk berbicara, membuktikan kinerja mereka secara langsung. Mereka hanya ingin mencari hal yang istimewa dari startup, dari sisi bisnis dan produk. Yang diperlukan, bantulah mereka menemukan hal tersebut dengan capaian prestasi.

Kendati membutuhkan investasi untuk menumbuhkan bisnis, startup terkadang juga harus selektif untuk menerima pinangan dari investor, terutama jika diketahui investor tersebut adalah “investor marjinal”. Investor tipe marjinal biasanya menghindari risiko. Apapun yang disepakati akan selalu memastikan bahwa apa yang dikucurkan minim dari risiko kegagalan. Padahal faktanya startup tanpa risiko itu tidak ada. Setiap bisnis di startup selalu berhadapan dengan risiko untuk bertumbuh ataupun harus menyesuaikan diri dari awal lagi.

Ada juga tipe investor yang sebelumnya tak pernah berpengalaman mendirikan perusahaan. Bagi mereka seringkali posisi kekuasaan atau kepemilikan menjadi perbincangan yang intensif. Hal ini justru dirasa akan menambah risiko startup, karena mereka akan turut menyetir bisnis tanpa pengalaman yang tepat, yang kadang justru melahirkan keputusan kurang berguna.

Namun dari awal ketika startup memilih untuk menerima investasi maka harus disadari bahwa penggalangan dana dari investor secara tak langsung sama dengan perebutan kekuasaan secara halus. Seringkali investor menginginkan semuanya, mereka ingin melihat traksi, pendapatan dan segala sesuatu dan harus memastikan startup go-public dengan baik.

Sekali lagi, jangan pernah ragu untuk berkata “tidak” jika sebagai pimpinan startup merasa apa yang diminta investor tidak menumbuhkan bisnis. Tetap yakin dengan pendirian dengan tetap membuat investor merasa senang.

Pelajaran Dari Tiga Investor Alumni Harvard untuk Membangun Startup

Dunia startup digital kini tengah menjadi candu bagi para pengejar mimpi, apalagi dengan segala gemerlap status yang ditawarkan. Tapi, berpetualang di dunia tersebut tidak sesederhana kelihatannya, perlu bekal yang banyak. Sebagai permulaan, Anda mungkin patut untuk mempertimbangkan tiga hal yang disampaikan oleh tiga investor alumni Harvard yang dituangkan Terrence Yang dalam tulisan di halaman Medium-nya.

Di kuartal pertama tahun 2015 ini, Universitas Harvard sempat mengadakan sebuah acara dengan tema “Founders & Funders Panel How to Start Your Startup and Get Funded”. Dalam acara tersebut, Terrence Yang bersama Mark Schwartz dan Gracye Cheng, ketiganya merupakan alumni Harvard, hadir sebagai narasumber dari sisi investor.

Mark Schwartz adalah alumni Harvard Business School dan juga pernah menjabat sebagai anggota board of director Starbucks. Gracye Cheng merupakan lulusan Fakultas Hukum Harvard, Partner Yang Ventures, dan pernah menjadi pengacara korporasi untuk Skadden Arps. Terrence Yang sendiri adalah lulusan Fakultas Hukum Harvard, pendiri & CEO Yang Ventures dan Precelerator.com, dan pernah menjadi investor dan anggota board of director Wikipedia.

Dalam acara yang dipenuhi 400 peserta, menurut Terrence, ada tiga pelajaran utama yang bisa dipetik dari sesi diskusi panelnya. Bagi para pendiri pemula, tiga pelajaran ini bisa jadi bahan pertimbangan sebelum mulai melangkah jauh di dunia startup digital.

Berikut adalah tiga tips dari ketiga investor tersebut:

Belajar cepat

Dalam dunia startup digital, belajar dan mampu menyerap dengan cepat adalah salah satu kunci untuk membangun bisnis yang berkelanjutan. Tingkat pembelajaran Anda lebih penting di sini dibanding dari mana Anda sebagai pendiri memulai semuanya. Pastikan Anda bukanlah orang paling pintar di ruangan dan selalu buat diri Anda dikelilingi oleh orang yang lebih berbakat.

Disampaikan Terrence, Mark menyebutkan bahwa Howard Schultz (CEO Starbucks) adalah seorang pembelajar super cepat. Howard memastikan ia tidak pernah menjadi orang terpandai di ruangan dan dirinya selalu berupaya untuk dikelilingi dengan mereka yang memiliki bakat yang luar biasa.

Ketahui siapa yang tepat menduduki posisi CEO

Ketika memulai startup, tak selamanya seorang founder dapat langsung menjadi CEO. Dalam kasus yang langka, investor juga akan mempertimbangkan seorang co-founder dengan karakter CEO yang lebih kuat untuk menjadi CEO. Pendiri belum tentu dapat menjadi CEO selamanya. Yang perlu dilakukan adalah dapat mempertahankan suara mayoritas dan membuktikan bahwa Anda memiliki materi CEO melalui pekerjaan yang dilakukan dengan baik.

Terrence menyampaikan bahwa banyak investor yang ingin seseorang yang “tampaknya seperti seorang CEO, dapat menjalankan bisnis sebagai seorang CEO, dan tidak memelukan banyak job training“. Pendiri yang mengerti bisnis akan dianggap jauh lebih efektif di penggalangan dana, merekrut telenta, mendapatkan umpan balik pengguna, atau menjual produk kepada pelanggan.

“Mungkin salah satu co-founder [yang paham] bisnis [dapat] memberikan jawaban yang lebih baik dan tampaknya jauh lebih tangguh sebagai CEO. Dan lain-lain,” paparnya.

Memiliki wawasan yang unik untuk memasuki peluang pasar yang besar

Akhir cerita, menurut Terrence, Anda boleh tertinggal dalam hal pendanaan bila Anda maju dalam hal pemikiran. Beberapa investor akan menekankan pada peluang pasar yang besar dan itu bisa berarti ada kerentanan dalam kompetisi. Pasar yang kecil bisa saja tumbuh dengan cepat suatu hari nanti begitu juga sebaliknya.

Untuk membuatnya lebih sederhana, keberhasilan layanan ojek berbasis aplikasi di Indonesia yang dapat memanfaatkan peluang pasar unik di tengah besarnya ukuran pasar adalah contoh yang tepat.

LG Boyong Smartphone Spirit 4G ke India

Negara India boleh jadi merupakan pasar yang menarik bagi sejumlah pabrikan smartphone.

Laporan dari Yahoo yang dikutip The Economic Times bulan Juni 2015 lalu pernah menyebutkan bahwa penggunaan aplikasi mobile di India telah mengalami pertumbuhan hingga 131 persen, tak heran jika negara ini menjadi sasaran sejumlah produsen dalam memasarkan produknya, salah satu produsen tersebut adalah LG Electronic.

Produsen elektronik yang sekampung dengan Samsung ini juga belakangan  makin rajin dalam menelurkan perangkat smartphone ber-sistem Android, ia telah membidik negara India sebagai sasaran untuk memasarkan produk teranyarnya. Salah satu produk smartphone besutan LG yang baru saja mendarat di negara tersebut adalah LG Spirit 4G.

Smartphone LG Spirit 4G hadir dengan bentang layar 4.7 inci yang mampu menampilkan resolusi 1,280 x 720 piksel. Kinerja smartphone yang lebih ditujukan untuk menempati pasar smartphone di lini mid-range ini telah ditopang oleh chipset Snapdragon 410 besutan Qualcomm yang bisa dipacu hingga menyentuh clock-speed 1,2 Ghz. Sedangkan untuk mendukung proses kinerjanya, smartphone ini hadir dengan RAM 1GB serta media penyimpanan internal berkapasitas 8GB.

Untuk menambah nilai sentuhan di sisi estetika, pihak LG telah menyematkan bentuk body yang cukup ramping melalui dimensi 33.25mm x 66.12mm x 9.95mm serta bobot 120 gram. Pihak produsen juga mengklaim bahwa smartphone ini memiliki sistem yang telah dikustomisasi agar tidak membebani resource yang dimilikinya sehingga bisa melakukan sejumlah tugas dengan cukup gegas, dipadu dengan tampilan antarmuka sangat simple dan elegan.

Selain dijejali dengan kamera utama 8 megapiksel yang terletak di bagian belakang serta kamera berkemampuan 1 megapiksel yang ada di bagian depan, smartphone ini juga hadir dengan sejumlah fitur seperti WiFi, Bluetooth 4.0, GPS + AGPS, dukungan dual-SIM dan micro USB 2.0 serta kemampuan untuk bisa terhubung dengan jaringan 4G VoLTE. Fitur yang  disebutkan terakhir inilah yang menjadi fokus LG pada produk ini. Sedangkan untuk proses pengoperasian sehari-harinya, smartphone ini ditenagai dengan baterai berkapasitas 2,100 mAh sebagai catu dayanya.

Smartphone yang berjalan dengan sistem operasi Android 5.0 Lollipop ini ditawarkan dengan harga Rs. 11.900 atau setara dengan $180 untuk tiap unitnya, sedikit mahal jika dibandingkan dengan smartphone lain yang berada dikelas yang sama. Meskipun demikian dengan janji pengalaman penggunaan yang unik, keseimbangan desain serta performa yang ditawarkan, sepertinya harga ini cukup berimbang.

Para konsumen di India dapat memilih warna dari smartphone LG Spirit 4G yang hadir dalam dua varian berbeda, yakni gold dan hitam. Produk bisa dibeli di toko Reliance Retail yang ada di negara tersebut.

Sumber: PhonesReview

Tiga Tips untuk Bertahan di Dunia Startup

Sebelum memulai lebih jauh, mari kita akui bersama bahwa membangun sebuah perusahaan rintisan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Kasarnya, para pendiri perusahaan harus punya mental layaknya kecoa yang sulit dibunuh agar perusahaannya dapat hidup dalam jangka waktu lama. Pun begitu, tiga tips dari Nick Taylor yang pernah menjabat sebagai Operation Manager di Playmob ini bisa menjadi pertimbangan bagi para pendiri dalam berpetualang di dunia startup.

Jika Anda bertanya siapa Nick Taylor, Anda bisa mulai dengan menelusuri profil miliknya di media sosial Linkedin. Sebelum berada di posisinya sekarang sebagai Account Manager di Judo Payment, Nick pernah menjabat sebagai Operation Manager di Playmob, sebuah startup bertujuan mulia yang menggalang dana untuk amal melalui permainan.

Masuknya Nick ke industri digital melalui Playmob pun dirasakannya sebagai sebuah lompatan penting dalam hidupnya. Setidaknya, ia bisa membagikan tiga tips untuk bertahan hidup di dunia startup selama ia berkarir di Playmob. Berikut adalah tiga tips bertahan hidup di dunia startup dari Nick:

1. Tempatkan diri Anda dalam platform

Pergi mengarungi dunia startup adalah tentang bagaimana Anda melakukan networking. Semuanya. Apalagi di tengah-tengah kondisi saat ini yang sudah jauh lebih ramai pemain yang berkecimpung dalam kolam industri digital. Anda harus bisa berteriak untuk memastikan siapa Anda dan apa yang Anda lakukan dengan produk Anda.

Nick mengatakan:

“Anda hanya harus berteriak tentang diri Anda. Karena hari ini jadi semakin berisik dengan [banyaknya] jumlah orang yang terlibat. Itu seperti ruang dengan kerumunan yang ramai. Anda harus menghabiskan [waktu] memastikan bahwa orang tahu siapa Anda serta produk Anda yang pada akhirnya orang akan datang dan membeli produk Anda sebanyak mungkin.”

2. Sadari bahwa tidak ada yang unik, percayalah pada diri sendiri

Menurut Nick, hal yang paling menakutkan di dunia startup adalah ukurannya yang sudah kian besar saat ini. Tidak salah. Dan dari “ukuran besar” tersebut pun Anda seolah-olah melihat banyak ide hebat lahir. Padahal, pada kenyataannya itu adalah sistem lama yang diberikan sentuhan inovasi.

Nick mengatakan, “Pada kenyataannya, mereka [pelaku startup] sedang membangun dari sistem lama. Mereka berinovasi pada ide-ide yang sudah ada dan membuatnya jadi baru. Jika Anda tidak tahu tentang itu, [dunia startup] dapat terlihat begitu menakutkan. Sepertinya semua orang datang dengan ide-ide besar sehari-hari dan Anda semacam tertinggal.”

“Dibutuhkan banyak motivasi diri untuk mendorong diri sendiri keluar ke permukaan, terutama pada 6 sampai 10 bulan pertama untuk startup. Itu bisa benar-benar cukup [membuat anda] kesepian di luar sana, kecuali Anda punya tim dan dana di sekitar Anda. [Anda harus punya] keberanian untuk menekan dan melewati itu,” lanjutnya.

3. Ketahui kapan harus berinovasi dari ide yang sudah ada

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, tidak ada sesuatu yang baru saat ini. Hampir. Oleh sebab itu, Anda harunya bisa memberikan sentuhan inovasi yang menjadi ciri khas Anda pada suatu produk dan mengklaimnya menjadi produk Anda. Tapi tentu di waktu yang tepat.

Menurut Nick, inti dari kehidupan bermasyarakat saat ini adalah mencari sesuatu yang sederhana untuk dibeli. Oleh sebab itu, Anda bisa membuat produk yang lebih mudah untuk digunakan dan bisa menyingkirkan frustasi dari produk yang sudah ada sebelumnya.

Nick mengatakan, “Jika Anda menemukan produk di luar sana, maka Anda selalu dapat menemukan variasi dan sedikit banyak membuat [versi] Anda sendiri.”

Di tahun 2016 OJK siap tertibkan modal ventura / Shutterstock

OJK Akan Tertibkan Modal Ventura Tahun 2016

Menyambut tahun 2016, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah memiliki rencana terkait dengan investasi startup di Indonesia. Mulai tahun depan OJK berencana menertibkan perusahaan modal ventura yang menyuntikkan modal ke perusahaan startup di Indonesia.

Dijelaskan Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Firdaus Djaelani, saat ini OJK menengarai ada aktivitas perusahaan modal ventura asing dan dana asing yang masuk ke beberapa startup di tanah air. Untuk mengurangi risiko aliran dana yang tidak semestinya OJK akan melakukan penertiban.

Menurut Firdaus, startup di Indonesia biasanya belum “bankable”, atau belum tersentuh akses ke industri perbankan. Mereka biasanya mencari pembiayaan dari perusahaan modal ventura.

“2016 kita akan tertibkan modal ventura yang beri modal ke startup. Ini perlindungan sekaligus mendorong industri kreatif Indonesia,” kata Firdaus dalam acara Jumpa Pers Tutup Tahun 2015 di Jakarta, Rabu (30/12/2015).

Lebih jauh Firdaus menjelaskan, di satu sisi tidak ada yang salah dengan modal ventura asing yang membiayai startup lokal. Namun ia menekankan bahwa modal ventura lokal maupun asing sama-sama harus diatur dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

Oleh sebab itu OJK meminta modal ventura asing untuk datang dan menghadap OJK. Selain itu mereka juga diminta untuk mengajukan izin dan rencana bisnis mereka. OJK pun mendorong agar modal ventura asing bekerja sama dengan modal ventura lokal dalam memberikan modal startup lokal.

“Kita upayakan ada mitra lokal sehingga bentuknya usaha patungan. Ini perlindungan terhadap persaingan pasar usaha. Masuknya dana asing harus terpantau, jangan sampai ada tindak pencucian uang atau dana untuk aktivitas yang tidak jelas dan anarkis. Makanya kita tertibkan,” papar Firdaus.

Rencana OJK untuk menertibkan sudah terdengar beberapa waktu lalu. Selain mengatur tentang pendanaan startup, OJK rencananya juga mengeluarkan aturan-aturan mengenai kegiatan usaha, perjanjian, kesehatan perusahaan, sumber pendanaan, venture fund, sanksi, dan lainnya.

Bukan Sekedar Drone, Fleye Ialah Robot Terbang Pintar

Ada perdebatan mengenai istilah drone. Industri menyebutnya UAV (atau unmanned aerial vehicles), beberapa perusahaan memanggilnya ‘spy plane‘, dan angkatan udara AS memberinya istilah remote pilot aircraft. Menurut Anda kira-kira apa lagi terminologi untuk drone pintar yang mempunyai kemampuan mirip robot, seperti kreasi startup asal Belgia ini?

Tim pengembang pimpinan CEO Laurent Eschenauer dan CTO Dimitri Arendt mencoba merealisasikan visi mereka akan drone masa depan. Memanfaatkan platform crowdfunding buat mendanai proyek tersebut, para inventor memperkenalkan Fleye. Ia dideskripsikan sebagai robot terbang pribadi sekaligus drone teraman di dunia, dan developer turut menjanjikan pengoperasian yang mengasikkan serta full otomatis.

Fleye 01

Developer betul-betul merancangnya dari nol supaya kreasi mereka bisa menyerupai robot-robot di komik fiksi ilmiah. Dan demi membuatnya tetap aman, mereka tidak mengusung konstruksi quad-copter biasa. Fleye mempunyai tubuh membulat, berdiameter kurang lebih 23-sentimeter – hampir sebesar bola sepak – dan bobot 450-gram. Bilah baling-baling yang berfungsi sebagai propeller diletakkan di bagian dalam.

Untuk menggunakan Fleye, kita sama sekali tidak memerlukan latihan khusus. Ia cuma membutuhkan dukungan app di device iOS atau Android, dan selanjutnya, Fleye bekerja penuh secara otomatis. Sang robot terbang dapat Anda jadikan perangkat buat ber-selfie – ia melesat, menjepret foto, lalu kembali ke posisi awal. Selain itu ada mode foto panorama, hover (melayang di tempat, memudahkan Anda bisa fokus pengaturan ketinggian dan sudut), serta manual.

Fleye 04

Di mode terakhir itu, kita bisa mengendalikan Fleye secara langsung, lewat gamepad virtual atau dengan memasangkan controller Bluetooth. Tak hanya merekam video (di resolusi 1080p 30fps) dan mengambil foto (lewat kamera Omnivision 5640 5-Mp berlensa 160° FOV), Anda dapat menggunakan Fleye untuk live streaming. Melalui prinsip open platform, Eschenauer dan rekan-rekan berharap, developer third-party terdorong buat mengembangkan app lain – misalnya untuk keperluan sinematik, pelacakan, ataupun game.

Demi memastikan Fleye bekerja dengan pintar, tim membenamkan prosesor ARM A9 800Mhz, dipadu GPU pendukung OpenGL dan OpenCL, memori RAM antara 512MB atau 1GB, serta ditopang platform Yocto Linux. Sensor-sensornya meliputi accelerometer, gyroscope, magnetometer, sonar, kamera ‘optical flow tracking‘, ditambah sistem GPS.

Fleye sudah bisa dipesan di Kickstarter. Khusus di periode pengumpulan dana, Anda dapat memilikinya seharga € 100 atau kisaran US$ 110. Proses pengiriman rencananya akan dilakukan bulan April 2016.

Alasan mengapa tidak perlu mencari investor / Shutterstock

Sejumlah Alasan Mengapa Startup Anda Tidak Perlu Mencari Investor

Banyak yang menilai startup tidak akan bisa berkembang tanpa adanya investasi. Namun pada kenyataannya investasi bukan satu-satunya jalan untuk berkembang. Memutuskan untuk tidak mencari investor adalah sebuah pilihan. Tim Berry, Founder Palo Alto Software, memberikan beberapa alasan singkat mengapa Anda tidak perlu mencari investor untuk startup Anda.

Jika Startup Anda adalah hal pertama, mendapatkan pendanaan mungkin suatu yang mustahil

Sudah banyak yang membicarakan bahwa investasi juga bergantung pada track record sang pendiri. Semakin baik track record pendiri, akan semakin mudah meyakinkan investor untuk menanamkan uangnya ke sebuah startup. Ini juga berlaku sebaliknya. Jika startupnya adalah pengalaman pertama. Mungkin jalan akan terasa terjal untuk mencari investor.

Menjual Kepemilikan

Alasan kedua mengapa Anda seharusnya tidak mencari investor adalah Anda kemungkinan akan kehilangan kepemilikan terhadap startup Anda. Investor mungkin memberikan Anda sejumlah uang untuk mengembangkan bisnis Anda, tapi Anda juga dengan jelas membagi kepemilikan bisnis Anda dengan mereka. Besarnya? Itu tergantung. Bisa jadi bagian Anda tidak tersisa setelahnya, kecuali jika itu menjadi tujuan Anda.

Investor adalah bos

Masih berkaitan dengan alasan sebelumnya, ketika Anda mendapatkan investor, mereka adalah bos. Berry menilai Anda akan kehilangan kewenangan untuk memutuskan segala persoalan sendiri. Mulai saat itu Anda adalah bagian dari tim dengan investor sebagai bosnya.

Valuasi adalah hal yang penting

Sederhananya valuasi adalah harga. Nilai investasi harus sepadan dengan valuasi dan total kepemilikan saham. Jadi Anda harus memastikan mereka memberikan uang yang pantas untuk startup Anda.

Investor tidak akan menghasilkan uang sampai adanya likuiditas

Untuk alasan ini Berry menjelaskan itulah mengapa banyak yang membicarakan exit strategy. Anda mungkin bisa berbahagia dengan startup yang paling sehat dan cashflow yang baik, tapi tidak dengan investor. Mereka tidak akan senang sampai mereka mendapatkan uang mereka kembali.

Jika tidak scalable, lupakan

Peluang pertumbuhan yang nyata bagi startup adalah scalable. Ini tidak hanya digunakan oleh produk, tetapi juga layanan. Jika jumlah penjualan Anda berbanding lurus dengan penambahan jumlah karyawan, investor tidak akan tertarik.

Mendapat pendanaan bukan berarti Anda sukses

Kesuksesan startup tidak hanya diukur dari seberapa besar mereka mendapat pendanaan. Semua itu hanya merupakan bagian dari perjalanan panjang. Dan tentu saja masih ada peluang untuk jatuh setelah mendapatkan pendanaan.

Poinnya adalah investasi bukanlah segalanya. Anda masih bisa memaksimalkan apa yang Anda punya sekarang untuk mengembangkan bisnis Anda. Apa yang dikemukakan Berry merupakan sebuah pendapat dan pandangan lain tentang investor. Tentu tidak selalu berlaku dengan nilai yang sama dalam bisnis.