Monthly Archives: January 2016

Paramount Land Masuki Bisnis Marketplace Perumahan Dengan SuperPro.id

Superpro.id akan menjadi amunisi baru bagi perusahaan properti Paramount Land untuk menjangkau pasar yang lebih luas di tengah tren e-commerce Indonesia yang menjanjikan ini. Potensi teknologi yang memudahkan segala kerumitan turut dirasakan dalam proses pemasaran properti.

“Pemasaran secara online lebih memudahkan konsumen, karena jangkauan viral menjadi lebih dekat ke target market secara langsung. Hasil survei juga menunjukkan urutan pertama pertimbangan konsumen properti untuk mencari apa yang diinginkan adalah melalui situs online,” kata Presiden Direktur Paramount Land Ervan Adi Nugroho dikutip dari Bisnis.com (29/1).

Geliat dan ketertarikan masyarakat akan e-commerce tak ingin dilewatkan begitu saja  bagi pihaknya. Pertumbuhan signifikan yang konsisten dimanfaatkan Ervan untuk meluncurkan Superpro.id dengan harapan mendapat porsi dari pasar e-commerce yang kabarnya mencapai nilai Rp 295 triliun di tahun ini.

“SuperPro.id sebagai One-Stop Mall akan menjadi salah satu solusi kemudahan konsumen dalam mendapatkan kebutuhan properti dan investasi yang terbaik dengan cepat dan lengkap,” ujarnya.

Di Indonesia, Superpro.id akan bersaing dengan Rumah123.com, Rumah.com, Lamudi, dan UrbanIndo. Namun Managing Director Paramount Land Andreas Nawawi sendiri menawarkan sistem terintegrasi bagi pengembang lain untuk memasarkan produk mereka secara langsung.

“Pemilik properti perorangan yang ingin menjual properti mereka juga bisa menggunakan sistem ini. Selain itu, situs dapat diakses dengan mudah, dan setiap informasi serta presentasi berbagai produk akan tersedia dalam web dengan pola sistem interaktif,” ungkapnya.

Mengingat manuver merger dan akuisisi yang cenderung aktif dalam segmen ini di Indonesia (Lamudi, PropertyKita, Rumah, dan RumahDijual terlibat belakangan ini), akan sangat menarik bagaimana Superpro.id yang didukung Paramount Land mampu menyikapi hal tersebut.  Meski tidak ada jumlah angka pendanaan yang disiarkan, bukan tidak mungkin Superpro.id memberikan kompetisi yang semakin intensif.

Portal DokterSehat Ingin Edukasi Masyarakat dengan Informasi Kesehatan Terpercaya

DokterSehat merupakan sebuah portal online di bidang kesehatan yang menyediakan informasi dan utilitas untuk membantu penggunanya hidup sehat. Saat ini DokterSehat dapat diakses melalui web, aplikasi Android dan juga iOS. Selain menyajikan informasi terpadu, melalui portal DokterSehat juga memberikan kanal interaksi pasien dengan dokter.

“Melalui portal ini kami ingin mendidik orang-orang dengan kesehatan terpercaya informasi yang mudah untuk memahami bahasa dan teknologi yang mudah digunakan. Pengguna juga dapat berinteraksi dengan tim dokter lokal kami untuk meminta pendapat dan saran mengenai topik-topik yang berhubungan dengan kesehatan,” ujar CEO DokterSehat Indra Darmawan.

Utilitas kesehatan yang disajikan seperti kalkulator kesehatan, direktori dokter dan rumah sakit di Indonesia, serta prosedur pertolongan pertama dalam keadaan darurat. Semua dapat diakses secara gratis.

“Dengan DokterSehat, kami berharap bahwa kita bisa mendidik masyarakat Indonesia dan menyelamatkan lebih banyak nyawa. Itu didasarkan keadaan di Indonesia, ratusan ribu anak-anak meninggal karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah seperti diare, namun tak tertolong karena kurangnya pendidikan kesehatan dan kesadaran,” lanjut Indra.

Saat ini DokterSehat telah bermitra dengan Internet.org yang diinisiasi oleh Facebook dan menjadi satu-satunya startup kesehatan lokal yang terdaftar di layanan ini. Pihaknya juga bermitra dengan Ciputra Healthcare Group dan Bank Mata Jakarta (Mata Bank) untuk mengumpulkan pengetahuan lokal dan meningkatkan fungsionalitas portal di Indonesia.

“Saya dan tim mendirikan DokterSehat dengan motivasi pribadi, melihat bagaimana anggota keluarga terdekat kami yang sedang berjuang dengan penyakit yang sebenarnya dapat dicegah, namun akhirnya meninggal dunia. Kami menyesalinya dan sangat terharu, karena kami percaya bahwa mereka bisa diselamatkan jika saja kita memiliki pengetahuan dan informasi untuk mencegah penyakit di fase awal,” ungkap Indra menceritakan latar belakang pendirian DokterSehat.

DokterSehat ini awalnya didirikan sebagai situs informasi sederhana dengan beberapa dokter yang mengisi konten. Namun sejak kuartal terakhir tahun 2015, DokterSehat telah disulap menjadi sebuah portal kesehatan terintegrasi dengan lebih dari 50.000 pengunjung unik setiap hari dengan berbagai fitur kesehatan seperti direktori dokter dan rumah sakit di Indonesia, informasi kesehatan terpercaya, konsultasi online, dan platform untuk diskusi kesehatan.

“Kami telah melayani lebih dari 20 juta orang sejak awal kami dengan lebih dari 3 juta tampilan halaman bulanan dan 50.000 pengunjung unik setiap hari. Beta aplikasi Android kami juga menerima tanggapan yang baik dengan peringkat tinggi dan tinggi jumlah download organik,” ujar Indra.

Indra melanjutkan, “Dengan traksi dan tingkat adopsi pengguna, kami berpikir bahwa orang-orang Indonesia benar-benar menghargai produk yang dirancang untuk mudah digunakan, tetapi sangat berguna. […] Saya pikir salah satu resep kami untuk sukses adalah dengan mengetahui perilaku masyarakat Indonesia yang lebih suka antarmuka sederhana dan lebih akrab.”

Pada penghujung tahun 2015, DokterSehat telah menerima seed funding dari angel investor berbasis di Singapura. Pihaknya memilih untuk bekerja sama dengan investor tersebut karena dinilai ia memiliki visi yang sama dan percaya bahwa benar-benar dapat membantu DokterSehat dalam mempercepat pembangunan kesehatan di Indonesia.

“Kami berencana untuk menggunakan investasi untuk memperluas operasi dan menawarkan produk kami. Kami memiliki banyak produk menarik yang akan meluncurkan tahun ini dan akan memperkuat kami sebagai salah satu startup kesehatan di Indonesia. Kami memiliki rencana besar untuk mempercepat pembangunan kesehatan di Indonesia,” pungkas Indra.

Frost & Sullivan Prediksi Nilai Industri E-Commerce Indonesia Capai 52 Triliun Rupiah Tahun 2019

Geliat pertumbuhan e-commerce Indonesia masih belum padam. Perusahaan yang bergerak di bidang kosultasi bisnis dan manajemen Frost & Sullivan memperkirakan bahwa ukuran pasar e-commerce Indonesia  di tahun 2019 bisa mencapai $3,8 miliar (sekitar Rp 52 triliun) dengan pertumbuhan sebesar 31,1 persen. Diperkirakan juga bahwa transaksi online (cashless, biasanya berbasis kartu kredit dan debit) akan menyalip cash on delivery (COD) sebagai metode pembayaran standar di Indonesia.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Indonesia adalah pasar yang besar bagi pelaku industri e-commerce. Meski kini ukuran pasarnya masih kecil, namun ruang untuk tumbuh masih sangat besar. idEA sendiri memperkirakan pasar e-commerce Indonesia bisa mencapai 130 milliar USD di tahun 2020.

Pun nilainya terus naik, bukan berarti tak ada hambatan yang menghadang. Bila di tahun awal pertumbuhannya e-commerce berhadapan dengan trust atau kepercayaan, kini hambatan utama lebih kepada logistik dan pembayaran.

Country Director Frost & Sullivan Indonesia Spike Choo dalam keterangannya menyebutkan bahwa infrastruktur yang buruk dan tidak dapat diaksesnya layanan perbankan dengan baik adalah beberapa tantangan utama yang masih membutuhkan investasi tambahan dan waktu sebelum industri e-commerce dapat benar-benar lepas landas.

Seperti yang diketahui, saat ini pembayaran tunai melalui cash on delivery untuk transaksi e-commerce masih menjadi salah satu pilihan utama di Indonesia. Namun, Choo optimis bahwa ke depannya adopsi kartu kredit, kartu debit, dan e-money akan terus naik dengan dorongan dari bank dan operator seluler sebagai penyedia layanan. Choo memperkirakan bahwa transaksi online bisa menyalip cash on delivery di masa depan.

Sebagai informasi, Bank Permata belum lama ini ikut memperpanjang daftar bank yang menyediakan layanan untuk transaksi e-commerce melalui kartu debit selain Mandiri Visa dan BNI Master Card. Selain itu, startup yang bergerak di bidang fintech juga diprediksikan mulai merangkak ke permukaan di tahun ini.

Tixton sediakan sarana jual beli pemesanan hotel tak terpakai / Shutterstock

Tixton Sediakan Sistem Pemesanan Kamar Hotel Yang Tidak Jadi Dipakai

Di dunia startup mungkin banyak dari kita kenal dengan sejumlah pemain besar di segmen jual-beli tiket hotel. Tapi tahukah Anda, ada startup yang menyediakan platform untuk menjual dan membeli sewa kamar hotel yang telah dipesan dan dibayar dan tidak terpakai? Tixton, sebuah startup yang beroperasi di Indonesia, Singapura dan Malaysia melakukan hal tersebut.

Konsep Tixton adalah menawarkan sarana jual beli kamar hotel yang sudah dipesan tapi si pemesan tidak jadi menggunakannya. Daripada hangus sia-sia, Tixton menyediakan pilihan untuk menjualnya.

Alur kerja dari Tixton cukup sederhana. Penjual pertama kali harus memasukkan informasi mengenai pemesanan hotel mereka yang tidak akan dipakai untuk berbagai macam alasan. Selanjutnya pihak Tixton akan melakukan verifikasi ke pihak hotel/travel agent/situs pemesanan hotel.

Jika pemesanan sudah terverifikasi penjual akan langsung mendapatkan kembali 30% dari harga pemesanan, dan pemesanan tersebut akan menjadi milik Tixton yang selanjutnya akan ditawarkan lagi dengan harga lebih rendah hingga 40% dibanding harga normal.

Tixton tidak akan mengembalikan tiket yang dijual dengan uang tunai. Sebagai gantinya Tixton akan menukarnya dengan kredit Toncoin yang bisa digunakan untuk membeli di platform Tixton. Kredit tersebut akan valid selama lima tahun.

Masih dalam tahap beta

Kepada Dailysocial Director Tixton Alfredo Setiabudi menjelaskan bahwa saat ini Tixton masih dalam versi beta. Dengan kata lain pembenahan dan penyempurnaan masih menjadi fokus utama Tixton saat ini. Meski demikian Tixton yakin bahwa peluang di Indonesia sangat besar.

Alfredo mengungkapkan, “[..] Untuk kamar hotel, saat ini hanya ada untuk hotel berbintang saja, ada 200.000 kamar di seluruh Indonesia, dengan tingkat hunian rata‐rata 52.65%. Itu berarti di Indonesia setiap harinya ada lebih dari 100.000 kamar yang dihuni. Pasar seperti ini sudah sangat besar, dan dengan perkembangan pesat Indonesia di tahun‐tahun ke depan (kurang lebih 9% per tahun), Tixton percaya pasar Indonesia adalah pasar di mana Tixton bisa mengambil peran penting di sektor pariwisata , khususnya penyediaan akomodasi.”

Namun ketika ditanya mengenai strateginya di Indonesia Alfredo masih enggan bercerita karena semuanya masih dalam tahap pematangan atau evaluasi. Selain penyempurnaan layanan Tixton juga tengah berusaha untuk mengenalkan layanannya ke masyarakat luas.

“Saat ini fokus kita adalah untuk sosialisasi brand dan layanan Tixton. Kita ingin publik untuk mengingat bahwa ada solusi untuk kamar hotel mereka yang telah dibayar namun tidak terpakai, yang biasanya akan terbuang begitu saja. Dan juga, kita ingin menjadi website pertama yang dikunjungi oleh orang yang akan bepergian, karena bisa saja sedang ada penjual yang membatalkan kamar hotel yang sedang dicari, di mana harganya bisa mencapai 40% lebih rendah dari harga normal,” terangnya

Alfredo juga menjelaskan bahwa selain di tiga negara Asia Tenggara, yakni Indonesia, Singapura, dan Malaysia pihaknya di tahun ini berencana untuk melebarkan sayap ke enam negara Asia laiannya. Ia menjelaskan saat ini Tixton juga telah memasang target untuk bisa melayani jual beli sebanyak 5.000 kamar di tahun pertama dan 100.000 kamar di tahun ke lima.

Berrybenka Hadirkan Pop Up Store di Kota Medan

Salah satu komitmen dari Berrybenka tahun 2016 ini adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang bertujuan untuk menjangkau penetrasi yang lebih luas, mendukung dan menjadikan Berrybenka sebagai fashion brand lokal terbesar dan menjadi fashion e-commerce yang customer focus. Rencana tersebut sebelumnya disampaikan secara langsung oleh CEO Berrybenka Jason Lamuda.

“Pelanggan adalah inspirasi terbesar dan alasan di balik semua hal yang kami lakukan. Tiga komitmen kami untuk tahun 2016 di antaranya adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang terintegrasi,” kata Jason.

Dalam kesempatan tersebut Jason juga memaparkan rencananya untuk menggelar pop up store di kota-kota besar Indonesia.

Setelah sebelumnya menggelar pop up store di Bandung, akhir bulan Januari ini, Berrybenka membuka pop up store di kota Medan, tepatnya mulai tanggal 29 Januari hingga 28 Februari 2016 di Mal Centre Point lantai dasar. Dalam kegiatan kali ini, Berrybenka bermitra dengan Bank Mandiri dan Indosat Ooredoo.

“Sebagai salah satu pelopor fashion e-commerce yang membawa pengalaman belanja online di Indonesia, Berrybenka terus bertumbuh dan menjadi destinasi belanja favorit bagi semakin banyak pelanggan kami. Tahun ini salah satu komitmen kami adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang terintegrasi demi menjangkau lebih banyak pelanggan di seluruh nusantara, salah satunya lewat pop up store di kota Medan ini,” kata  Managing Director PT Berrybenka Danu Wicaksana dalam rilisnya hari ini.

Berrybenka Pop Up Store menghadirkan kemudahan pengambilan produk di Pop Up Store via “COD (Cash On Delivery) Station” khusus untuk pelanggan di Medan dan sekitarnya, serta free wrapping box dengan kotak kemasan spesial Berrybenka edisi Valentine untuk pembelanjaan tertentu.

Opsi Kustomisasi Aplikasi Yahoo Mail Kini Semakin Lengkap

Apa kabar aplikasi Yahoo Mail? Setelah sebelumnya menghadirkan integrasi layanan Gmail, aplikasi ini semakin dipandang sebagai salah satu email client terbaik di Android dan iOS, tidak kalah dari aplikasi Outlook besutan Microsoft.

Kesuksesannya merebut hati banyak pengguna tidak bakal disia-siakan begitu saja. Untuk itu, Yahoo harus rajin-rajin mengirim update yang membawa fitur-fitur baru pada aplikasi Yahoo Mail, baik di Android maupun iOS. Menjelang akhir bulan pertama tahun 2016 ini, mereka sudah siap dengan pembaruan yang cukup signifikan.

Dalam versi terbarunya, opsi kustomisasi yang ditawarkan kini semakin lengkap sampai ke navigasi gesture. Sebelumnya, pengguna memang sudah bisa mengusap ke kiri untuk menghapus email, atau ke kanan untuk menandai bahwa email tersebut sudah terbaca atau sebaliknya.

Namun sekarang fitur swipe itu tidak cuma terbatas pada menghapus atau menandai email saja. Lewat menu pengaturan, pengguna bisa mengakses opsi “Swipe actions”, lalu mengatur aksi apa yang diinginkan untuk masing-masing gesture swipe; bisa untuk memberi tanda bintang, menandai sebagai spam, memindah ke folder lain, dan masih banyak aksi lainnya. Fitur kustomisasi gesture swipe ini tersedia di versi Android maupun iOS.

Yahoo Mail Android update

Selanjutnya, khusus untuk versi Android, aplikasi Yahoo Mail kini telah mendukung fitur notifikasi interaktif. Artinya, pengguna bisa bertindak cepat terhadap sebuah email yang masuk tanpa harus membuka aplikasi terlebih dulu. Misalnya ada email masuk dari bos selagi Anda sedang sibuk, Anda bisa langsung menyentuh tombol “Star” pada notifikasi agar tidak lupa untuk melihatnya lagi nanti.

Yahoo Mail iOS update

Untuk versi iOS, Yahoo telah memperbarui sistem attachment sehingga pengguna bisa lebih mudah menemukan dan mengirim ulang attachment yang mereka terima, baik itu foto maupun berbagai jenis dokumen. Di atasnya, juga terdapat kotak pencarian agar pengguna tak perlu berlama-lama mencari attachment yang mereka terima baru-baru ini.

Fitur-fitur baru aplikasi Yahoo Mail ini sudah bisa dinikmati dengan mengunduh versi terbarunya melalui App Store atau Google Play.

Sumber: Yahoo 1, 2.

Portal Berita Online Facetofeet Hadirkan Informasi Tren Fashion dan Makeup

Sejak tahun 90an sudah banyak blogger-blogger bermunculan di Indonesia, namun sepak terjangnya semakin diperhitungkan pada tahun 2015 silam. Sudah banyak blogger-blogger yang menuai kesuksesan dengan hanya bermodalkan ulasan di blog pribadi miliknya. Berawal dari kesuksesan blog pribadi yang dimilikinya, Sasya, fashion dan beauty blogger muda berusia 26 tahun, kemudian mulai mengembangkan ide bisnis untuk membuat sebuah portal berita online yang berisikan informasi lengkap seputar dunia kecantikan dan gaya hidup perempuan. Portal ini juga berusaha membantu perempuan menemukan produk kecantikan yang tepat melalui berbagai ulasan produk.

Dibantu suaminya Ramadhan Pradhana, selaku Co-Founder Facetofeet yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja di bidang teknologi dan pemrograman, situs Facetofeet hadir di Indonesia.

“Awalnya saya memberikan advice apa saja yang harus di rapihkan untuk blog Sasya istri saya, karena memang basic saya orang product mantan pegawai Detik dan MatahariMall. Setelah itu kami berpikir kenapa tidak sekalian saja punya media yang jangkauannya lebih besar lagi. Tidak hanya bicara tentang makeup tapi masuk ke fashion dan lifestyle,” kata Ramadhan.

Telah hadir sejak tahun 2014, Facetofeet tidak hanya memberikan berita seputar dunia kecantikan dan gaya hidup perempuan, tetapi juga berusaha membantu untuk menemukan produk kecantikan yang tepat melalui berbagai ulasan produk, memberikan berbagai tips yang menarik agar perempuan bisa menemukan identitas diri mereka melalui makeup dan fashion yang tepat.

Redaksi Facetofeet dipimpin Sasya, beauty blogger yang terkenal dengan blog HelloSasyachi.com dan telah memiliki pengalaman di bidang kecantikan. Selain artikel dan ulasan produk, Facetofeet juga menghadirkan video tutorial dan juga kolom ‘Ask Sasyachi’ yang memudahkan para pembaca bertanya langsung seputar kecantikan kepada Sasya.

“Sekarang ini kami baru membagi berita per channel. Untuk fiturnya di awal bulan Januari ini kami membuat microsite untuk Chief Editor kami dengan nama Ask Sasyachi. User dapat bertanya dengan Sasya [tentang] apapun, mulai dari makeup, kecantikan dan lainnya,” kata Ramadhan.

Bantuan pendanaan dari angel investor

Sejak awal didirikan, Facetofeet mengandalkan pendanaan pribadi, namun dengan makin besarnya rencana pengembangan yang ada, baru-baru ini Sasya dan Ramadhan telah mengantongi investasi dari angel investor lokal.

“Kami beruntung mendapatkan dana dari beberapa angel investor yang penting di Indonesia dan kami belum bisa memberikan infonya siapa saja saat ini. Kami gembira karena dengan suntikan ini traction di arah yang benar dan kami bersyukur atas kepercayaan ini dan berharap semoga akan membuat Facetofeet bisa berkembang lebih besar sesuai dengan plan kami,” kata Ramadhan.

Dengan menargetkan wanita Indonesia usia 18 hingga 35 tahun, hingga kini Facetofeet telah memilki tiga kontributor yang bertugas untuk memberikan informasi, tips, dan ulasan seputar tren produk kecantikan dan fashion. Secara keseluruhan jumlah pegawai FacetoFeet saat ini 10 orang, 5 orang di antaranya adalah pegawai tetap.

“Kami masih melakukan proses pencarian siapa saja kontributor yang tepat untuk bergabung dengan kami, sejak awal kami buat artikel yang paling banyak di baca adalah artikel tentang kecantikan, tips dan tutorial, untuk artikel mengenai lifestyle / relationship juga sangat juga ramai dibaca,” kata Ramadhan.

Strategi pemasaran dan target tahun 2016

Hingga akhir tahun 2015, Facetofeet mencatat jumlah pengunjung yang mengakses situs berjumlah 90 ribu dengan jumlah pageviews 750 ribu. Target Facetofeet tahun ini, dengan mengandalkan pemasaran melalui media sosial dan pendanaan yang baru saja didapatkan, adalah jumlah pengunjung setiap bulannya bisa mencapai 250 ribu.

“Selain pemanfaatan media sosial secara offline, kami juga berencana untuk mengikuti ragam bazaar, pop up market dan lainnya. Sementara dari sisi konten lebih ke arah video. Kami akan mencoba membuat tutorial video yang menarik dengan gaya Facetofeet, merapikan branding mulai dari logo hingga desain baru yang bertujuan untuk memperkuat identitas kita,” tutup Ramadhan.

Lima Tren Mobile Tahun 2016 di Asia Pasifik Menurut Opera Mediaworks

Tren mobile tahun 2016 untuk kawasan Asia Pasifik (APAC) telah berjalan, dan di awal tahun biasanya selalu menjadi momen yang dimanfaatkan banyak pihak untuk memperkirakan tren yang akan berkembang. Kali ini prediksi tersebut datang dari Opera Mediaworks. Disampaikan Managing Director Opera Mediaworks APAC Vikas Gulati, setidaknya ada lima poin yang disoroti tentang dunia mobile di tahun 2016 untuk kawasan APAC.

Konten video mobile terus berkembang

Tahun 2015 adalah tahun bagi video mobile. Pertumbuhan yang pesat didorong tingginya konsumsi dari beragam sistem operasi di negara-negara yang menjadikan perangkat mobile sebagai “layar pertama” yang dilihat. Opera sendiri mencatat bahwa APAC adalah kawasan dengan permintaan video tertinggi di Q2 tahun lalu.

Vikas menyampaian, “Faktanya, konsumsi terhadap video dan pengeluaran brand akan bertambah besar, lebih besar dari yang dapat kita bayangkan. Native videos akan meraih momentum di Facebook, Instagram, Twitter, Snapchat, dan lainnya. Di tahun 2016, kita akan melihat peningkatan adopsi format native video di antara pengiklan dan penerbit premium.”

Mobile apps memimpin dan mobile web mengikuti

Dengan tingkat penetrasi perangkat mobile yang tinggi, jumlah waktu yang dihabiskan dengan perangkat mobile juga ikut meningkat. Indonesia, sebagai negara yang memiliki penetrasi perangkat mobile tinggi juga merasakan hal tersebut. Ini tak lepas dari semakin maraknya aplikasi yang hadir dengan menawarkan kekayan konten yang beragam.

“Tren saat ini, yang menunjukkan bahwa mobile apps mendapatkan lebih banyak traffic daripada aktivitas browsing biasa di mobile web, akan mengalami peningkatan. Mobile apps memiliki format yang lebih kaya dan menghadirkan pengalaman yang jauh lebih baik daripada mobile web. […] Di masa yang akan datang, kita akan menyaksikan integrasi konten in-app yang lebih mendalam dan kreatif,” ujar Vikas.

Regulasi, larangan, dan reaksi pelanggan

Pemblokiran iklan (Ad-blocking) adalah salah satu isu hangat yang mencuat di tahun 2015, selain peningkatan konten video. Ini tak lepas dari isu iklan yang menggagu yang berujung pada reaksi perlawanan dari konsumen. Menurut Vikas, isu ini akan jadi lebih hangat di tahun 2016 dan berkembang lebih jauh ke ranah penerapan pengawasan kualitas iklan.

Vikas mengatakan, “Kita juga akan melihat lebih banyak penerapan pengawasan pemerintah terhadap kualitas iklan, penggunaan data, dan dorongan terhadap transparansi dalam segala hal, tidak hanya dalam hal kualitas media yang dibeli, tetapi juga data. Perusahaan juga harus lebih transparan saat menjelaskan bagaimana mereka menggunakan data konsumen.”

Format baru, hiburan baru, alat-alat baru

Pesatnya penetrasi mobile di pasar APAC, terutama ponsel pintar, diyakini Vikas akan dapat menutup kesenjangan atas akses konten dan informasi yang selama ini ada. Hal tersebut juga dipercaya akan menghadirkan kecerdasan buatan yang lebih pintar dan membawa pembayaran melalu mobile menjadi lebih populer.

M-commerce secara bertahap [akan] menjadi pusat perhatian di negara-negara berkembang yang sangat kuat penetrasi mobile-nya. Pembayaran mobile akan menjadi hal yang umum. […]. Pemain-pemain baru di bidang data publik [juga akan bermunculan. Tahun ini kita [juga] akan menyaksikan konsolidasi kekayaan data dari telekomunikasi, bank, dan penyedia jasa ritel dalam sebuah platform umum yang akan mampu menyediakan mobile audiences yang tepat sasaran bagi industri.”

Tahun 2016 adalah tentang “brand dan performance

Vikas juga  memaparkan bahwa dalam strategi periklanan di ranah mobile batas antara brand dan performance akan menjadi semakin tipis di tahun 2016 ini. Contoh paling nyatanya adalah perilaku para pengembang yang akan mulai fokus untuk menargetkan pengguna berkualitas.

Vikas mengatakan, “Performance business di industri mobile akan semakin berkembang pesat dan tahun 2016 ini para developer akan mengurangi fokus untuk sekedar mengejar jumlah install. Mereka akan lebih memusatkan perhatian untuk menemukan dan menargetkan pengguna berkualitas.”

“Tidak hanya itu, kita tidak akan melihat lagi brand mengejar performance hanya dalam perangkat mobile. Kami melihat terjadinya pengembangan platform ke saluran seperti televisi dan OOH (out-of-home) untuk mempercepat kesuksesan. Ketika ini sudah menjadi praktek yang umum, nantinya ampanye brand berbasis mobile akan memasukkan unsur respon secara langsung,” tandasnya.

Aksesori Ini Beri Kemampuan Merekam Laju Jantung pada Pebble Time

Pebble sudah punya sistem activity dan sleep tracking-nya sendiri buat seluruh lini smartwatch Pebble Time. Namun rasanya masih ada yang kurang dari sistem bernama Pebble Health tersebut, yaitu kemampuan memonitor laju jantung layaknya smartwatch lain yang ada di pasaran.

Beruntung Pebble Time dirancang dengan konsep yang ‘terbuka’, dimana pada dasarnya pabrikan-pabrikan lain bisa menambahkan fitur-fitur baru melalui aksesori yang tersambung pada konektor Smartstrap milik Pebble Time. Dari situ muncul ide inovatif dari sebuah pabrikan aksesori bernama Tylt.

Mereka memperkenalkan Tylt VU Pulse. Produk ini merupakan sebuah casing untuk smartwatch Pebble Time maupun Pebble Time Steel. Tapi tentu saja bukan sembarang casing yang sekedar memberikan proteksi, melainkan yang dibekali sensor laju jantung serta teknologi Qi wireless charging.

Tylt VU Pulse

Tebalnya yang cuma 4,4 mm tidak akan mengubah penampilan Pebble Time maupun mempengaruhi tingkat kenyamanannya secara drastis. Ia datang bersama sebuah wireless charging pad, yang berarti smartwatch bisa di-charge tanpa kabel sampai penuh dalam waktu sekitar dua jam – lebih lama dari biasanya, tapi jauh lebih praktis.

Tapi fitur utama VU Pulse justru adalah sensor optiknya yang sanggup memonitor laju jantung pengguna. Sensor ini bisa dijalankan dalam dua mode, pasif atau aktif. Dalam mode pasif, ia akan merekam laju jantung pengguna setiap 30 menit sekali; sedangkan dalam mode aktif, ia akan terus memonitor laju jantung setiap 10 detik, ideal saat pengguna sedang berlari maupun berolahraga lain.

Tylt VU Pulse

VU Pulse juga datang bersama aplikasi pendampingnya sendiri untuk Pebble Time. Pun begitu, Tylt telah merancang supaya data laju jantung yang direkam bisa diintegrasikan ke dalam Pebble Health. Dengan demikian, pengguna pun bisa mendapatkan evaluasi lengkap terkait aktivitas fisik, pola tidur hingga fluktuasi laju jantungnya.

Mengingat Pebble Time lahir dari Kickstarter, maka tidak mengherankan apabila Tylt VU Pulse juga hadir melalui situs crowdfunding tersebut. Konsumen yang tertarik bisa memesannya seharga $39 per unit, belum termasuk biaya pengiriman internasional sebesar $5.

Sumber: Wareable.

Apakah Rise of the Tomb Raider Versi PC Layak Dimainkan? Simak Rangkuman Review-nya

Keputusan developer Crystal Dynamics me-reboot seri Tomb Raider tampaknya merupakan langkah tepat untuk menyegarkan kembali franchise tersebut. Tomb Raider cukup sukses, dan sekuel pertamanya bahkan masuk ke daftar permainan terbaik di 2015. Namun saat itu game terasa belum sempurna karena ia baru bisa dinikmati oleh pemilik console Xbox One.

Setelah menunggu hampir 80 hari, tepatnya tengah malam tadi Rise of the Tomb Raider sudah dapat mainkan oleh gamer PC. Bagi user Steam, pre-load telah siap dari sebelum tanggal rilis. Namun saya yakin banyak di antara fans Lara Croft yang sebetulnya ingin meminang permainan baru ini tapi masih mempertimbangkan apakah Rise of the Tomb Raider layak dibeli sekarang atau nanti saja saat Steam Sale berlangsung.

Rise of the Tomb Raider Review Roundup 03

Artikel ini dibuat membantu Anda menentukan keputusan, berisi rangkuman-rangkuman review dari media video game ternama. Tentu ulasan-ulasan tersebut berbasis dari versi PC, jadi saya tidak mencantumkan nama-nama familier seperti IGN, GameSpot atau GamesRadar. Mereka sudah lebih dulu mempublikasi review berdasarkan versi Xbox One.

Sebagai media berita PC gaming paling populer, ada baiknya kita simak dulu apa kata PC Gamer. Menurut Phil Savage, formula Rise of the Tomb Raider tak begitu jauh berbeda dari pendahulunya, dengan elemen gameplay yang diperluas. Secara garis besar, game tersuguh lebih baik, menawarkan kepuasan dalam bertualang – meskipun beberapa aspek terlalu disederhanakan. PC Gamer memberikannya skor 83.

Rise of the Tomb Raider Review Roundup 02

Tanggapan kurang hangat disampaikan Rock Paper Shotgun. Adam Smith mengkritisi karakteristik sang tokoh utama yang belum matang, dan pada plot yang seolah-olah fokus pada kemampuan Lara dibanding perjuangannya. Karena itu, momentum spektakuler di permainan jadi terasa kurang memuaskan. Walau demikian, di awal review Smith mengaku bahwa ia sangat menikmati Rise of the Tomb Raider.

VideoGamer sendiri memiliki pendapat berbeda dari RPS. Adam Beck mengomparasinya versi PC dengan Xbox One, dan mengatakan bahwa kekuatan hardware PC membuat area-area terbuka tersaji lebih baik. Ia sangat merekomendasikan Rise of the Tomb Raider, dan juga bilang ‘tidak ada aspek yang hilang dari momen ia meluncur di Xbox One’. Di sana, game memperoleh nilai 4,5 dari 5 bintang.

Rise of the Tomb Raider Review Roundup 04

Berdasarkan website-website agregasi, Rise of the Tomb Raider edisi PC mendapatkan skor sementara yang cukup tinggi, yaitu 88 di OpenCritic, 87 di Metacritic, dan 86,14 di Game Rankings. Sejauh ini, media memberikan permainan skor 80 ke atas.

Rise of the Tomb Raider bisa Anda beli di Steam seharga Rp 570 ribu.