Monthly Archives: July 2017

Menelusuri Arah Grup Salim Kuasai Dunia Digital

Berbicara mengenai betapa besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia sebagai the next big thing, sudah banyak data acuan yang berseliweran mencoba untuk membuktikannya. Semua pihak pun sadar, tak terkecuali Grup Salim, salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia.

Nama Grup Salim, cukup tersohor lewat berbagai anak usahanya Indofood Sukses Makmur yang merupakan produsen mi instan dengan nama merek dagang Indomie. Untuk sektor ritel, Grup Salim memiliki Indomaret dengan total sekitar 14 ribu gerai tersebar di seluruh Indonesia.

Sedangkan sektor otomotif, ada Indomobil dengan berbagai anak usaha bergerak sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan perusahaan multifinance untuk menyokong bisnisnya.

Bagaimana langkah yang diambil Grup Salim untuk ikut terjun ke dalam ekosistem dunia digital? Grup Salim lebih memilih strategi awal dengan mendirikan perusahaan patungan bersama mitra dari luar negeri dan berinvestasi langsung lewat anak usahanya. Terlihat dari aksinya saat terlibat investasi di Rocket Internet untuk pengembangan solusi pembayaran online dan mobile dalam negara berkembang pada 2014.

Grup Salim masuk ke Rocket Internet lewat anak usaha telko berbasis di Filipina, Philippine Long Distance Telephone Company (PLDT). Saat itu, PLDT menyuntikkan dana investasi sebesar 333 juta Euro atau senilai kepemilikan 10% saham di Rocket Internet. Meskipun saat ini investasinya di Rocket Internet belum menunjukkan hasil, malah semakin rendah karena performa saham Rocket Internet yang tidak kunjung membaik, Grup Salim tampak sudah siap untuk terjun lebih dalam di dunia digital.

Rekam jejak Grup Salim mulai kencang ketika mengumumkan kemitraannya dengan berbagai perusahaan asal Jepang demi menguatkan ekosistem layanan e-commerce yang sedang dirintisnya. Salah satunya adalah kemitraan mendirikan perusahaan patungan antara Indomobil dengan Seino Holdings pada 2015.

Dalam wawancara dengan Nikkei, Chairman dan CEO Grup Salim Anthoni Salim mengatakan pihaknya siap bersaing di dunia e-commerce Indonesia, yang terbilang baru saja dimulai. Menurutnya, jika ingin sukses, logistik, manajemen transportasi, dan infrastruktur IT harus sangat kuat.

Alasan itulah yang melandaskan terjadinya kemitraan dengan Seino. Dia menilai Seino memiliki banyak tenaga engineer dan pengalaman berkutat dengan perusahaan IT.

“Perusahaan Jepang banyak memiliki produk yang bagus, proses yang baik, dan yang terpenting adalah pengalamannya. Di sisi lain, dalam negara berkembang seperti ASEAN, dengan populasi sekitar 600 juta menyimpan potensi yang besar. Ini sangat baik untuk menjembatani [keduanya]. Kami sudah beroperasi di lebih dari 40 negara dan kami ingin tumbuh dalam kancah regional demi menjaga keseimbangan,” kata Anthoni.

Setelah mendirikan anak usaha patungan di sektor otomotif, Grup Salim mengumumkan kerja sama patungan lainnya lewat anak usaha PT Indomarco Prismatama, operator waralaba Indomaret, dengan Lotte untuk mendirikan platform e-commerce iLotte (Indo Lotte Makmur).

Nantinya, layanan e-commerce patungan tersebut akan fokus menyediakan barang kosmetik untuk perempuan dari merek Korea Selatan sekaligus menghubungkannya dengan gerai Lotte.

Perusahaan patungan berikutnya yang didirikan adalah PT Indoliquid Technology Sukses, hasil kemitraan dengan Liquid Inc Japan untuk mengembangkan teknologi biometrik. Tujuan yang ingin disasar lewat kemitraan tersebut adalah Grup Salim dapat menyediakan platform otentikasi untuk pembayaran yang fleksibel dan efisien di seluruh Indonesia.

Gebrakan besar Grup Salim lewat akuisisi Bank Ina Perdana

Sektor keuangan menjadi pilar utama yang memayungi seluruh lini bisnis karena di sanalah bisnis sebenarnya berada. Bisnis seperti tidak banyak berarti, bila suatu konglomerasi tidak memiliki anak usaha yang bergerak di sektor keuangan.

Taktik yang digunakan Grup Salim lewat mendirikan berbagai perusahaan patungan dari berbagai sektor sebagai bagian mempersiapkan diri dari dunia digital, semakin terasa lengkap dengan pengumuman akuisisi oleh Grup Salim terhadap bank beraset mini Bank Ina Perdana pada awal tahun ini.

Grup Salim masuk ke Bank Ina Perdana lewat perusahaan afiliasinya, di antaranya Indolife, Samudra Biru, dan Gaya Hidup.

Sebelumnya, Grup Salim pernah memiliki anak usaha di jasa keuangan yakni BCA. Namun, harus terpaksa harus dilepas ketika Indonesia mengalami krisis moneter di 1998.

Lantaran pengumuman ini masih baru, belum banyak hal yang bisa digali lebih dalam. Hanya saja, ada gambaran besar yang bisa terlihat dari aksi tersebut, yakni ada ambisis besar Grup Salim membuat “BCA kedua”.

Mereka ingin mentransformasikan pembayaran secara non tunai dengan mengembangkan layanan internet banking, mobile banking, e-money, dan lainnya. Berikutnya mereka ingin menghubungkannya dengan jaringan gerai Indomaret yang kini sudah menjadi poin pembayaran transaksi digital.

Sentuh dunia startup lewat Block71

Pendekatan Grup Salim dalam upayanya membentuk ekosistem dunia digital kini mulai bergeser ke ranah startup lewat pengumuman keterlibatannya di pusat komunitas Block71 di Jakarta bersama NUS Enterprise.

Direktur Eksekutif Grup Salim Axton Salim mengatakan inisiatif ini dilakukan karena pihaknya ingin mendukung para wirausahawan sekaligus mendorong perkembangan baru di Indonesia. Dengan fasilitas bantuan jaringan dan pengalaman grup diharapkan akan mendorong masuknya startup dan inovasi ke pasar lokal dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Axton, seperti halnya Martin Hartono, John Riady, atau Alvin Sariaatmadja, menjadi penerus konglomerasi keluarga yang ingin mencoba peruntungan di dunia digital. Menurut Axton, Block71 dipilih sebagai mitra karena telah memiliki jaringan startup global yang bisa membantu mendorong startup Indonesia mengglobal.

“Kalau untuk startup Indonesia itu kami lihat banyak ide-ide baru. Jadi kami bekerja sama dengan NUS Enterprise agar bisa membawa pasar Indonesia ke Singapura, Tiongkok, dan San Fransisco,” kata Axton, seperti dikutip dari Katadata.

Meskipun agak terlambat, dibanding konglomerasi lainnya, gerakan Grup Salim cukup gesit. Dalam waktu tiga tahun, Grup Salim sudah memiliki berbagai tambahan anak usaha berkat afiliasi dengan perusahaan teknologi di luar negeri.

Ke depannya, grup konglomerasi besar bakal bergantung pada startup untuk berinovasi di sektor teknologi.

Seperti halnya EMTEK yang mulai melengkapi kepingan roadmap teknologinya dengan BBM sebagai perekat, Grup Salim yang memiliki pengalaman panjang di dunia ritel menganggap value chain pendukung industri e-commerce adalah hal penting. Salah satunya adalah investasinya ke layanan logistik Popbox yang mengembangkan smart locker sebagai tempat penyimpanan dan pengiriman barang.

I think opportunity banyak, honestly opportunity banyak. That’s why we start investing,” ujar Axton, kepada Katadata, soal peluang dan langkah Grup Salim menapaki dunia digital Indonesia.

Peran Dropbox dalam Keseharian Seorang Work-at-home Dad

Dewasa ini saya yakin nama Dropbox sudah tidak asing lagi di telinga sebagian besar pembaca. Anda mungkin menggunakannya sekadar untuk mem-backup koleksi foto di ponsel, lalu ada juga yang memanfaatkannya murni untuk berbagi dokumen dengan rekan kerjanya.

Sebagian lain mungkin lebih percaya dengan layanan cloud storage lain, Google Drive misalnya. Namun intisarinya, Dropbox dan layanan cloud storage sudah menjadi bagian penting dalam keseharian konsumen modern – bahkan tidak kalah pentingnya dari smartphone dan koneksi internet itu sendiri.

Saya termasuk kalangan konsumen yang terakhir itu, kalangan yang pada dasarnya tidak bisa hidup tanpa Dropbox. Di perangkat apapun yang saya punya – PC, laptop, tablet, smartphone – saya pasti akan meng-install Dropbox selama aplikasinya tersedia di platform yang bersangkutan.

Andai saya berganti smartphone, Dropbox adalah salah satu aplikasi pertama yang saya install selain aplikasi chatting. Perlu dicatat juga, saya maupun tim DailySocial tidak menerima uang sepeser pun dari Dropbox untuk menuliskan artikel ini – saya kira mereka sudah tidak perlu lagi mengiklankan produknya untuk bisa merangkul lebih banyak konsumen.

Artikel ini cuma bermaksud untuk menggambarkan bagaimana suatu layanan internet bisa berperan begitu besar dalam kehidupan konsumen di era digital ini. Tanpa bermaksud hiperbolis, saya mungkin bakal kewalahan bekerja setiap harinya tanpa adanya Dropbox. Persilakan saya menjelaskan kenapa.

Dropbox sebagai tonggak utama pekerjaan

Dropbox kini juga menawarkan layanan bernama Paper untuk mempermudah kolaborasi / Dropbox
Dropbox kini juga menawarkan layanan bernama Paper untuk mempermudah kolaborasi / Dropbox

Seperti yang bisa Anda lihat, saya merupakan salah satu penulis tetap di DailySocial. Setiap Senin – Jumat saya diminta untuk menuliskan sejumlah artikel untuk Anda sekalian baca. Dari sini sebenarnya sudah bisa Anda tebak apa saja alat bantu yang hukumnya wajib buat saya, yaitu perangkat untuk mengetik dan koneksi internet.

Kondisi tempat kerja saya tergolong tidak umum: saya tinggal di Surabaya, sedangkan kantor DailySocial berada di Jakarta. Yup, saya merupakan pekerja remote, dan hal ini pada akhirnya memberikan sejumlah perk buat saya, salah satunya adalah kesempatan untuk merawat anak perempuan saya selagi bekerja.

Di mana istri saya? Well, setiap harinya dia harus bekerja sebagai dosen di salah satu universitas swasta di Surabaya. Berhubung saya bekerja dari rumah, saya jadi tidak perlu menitipkan putri saya ke siapa-siapa maupun meminta bantuan seseorang selama bekerja.

Putri saya sebentar lagi akan menginjak usia 15 bulan. Di usia itu, seorang anak sudah banyak maunya. Dalam kasus saya, putri saya ingin selalu ditemani bermain, tidak peduli ketika saya sedang mengerjakan artikel atau sedang istirahat makan siang – dan ini juga beberapa kali terjadi selama pengerjaan artikel ini.

Tampilan icon Dropbox di iPhone / Pixabay
Tampilan icon Dropbox di iPhone / Pixabay

Situasi ini memaksa saya untuk bergonta-ganti device selama bekerja: saat putri saya lengah dan serius bermain Mega Bloks, saya akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk duduk di depan laptop dan mengetikkan sebanyak mungkin kata sebelum dia sadar dan kembali menarik-narik baju saya sembari merengek minta didampingi.

Kesempatan mengetik hilang, lalu apa yang harus saya lakukan ketika ide tiba-tiba muncul dan terancam sirna kalau tidak segera ditumpahkan ke tulisan? Saya pun beralih ke smartphone dan mulai mencuri-curi kesempatan untuk mengetik selagi mendampingi putri saya, yang sekarang juga sudah beralih ke mainan lain.

Di sinilah letak peran besar Dropbox yang saya maksud di awal. Semua yang saya kerjakan, baik di laptop maupun smartphone, akan selalu tersinkronisasi di Dropbox. Saat mengetik menggunakan smartphone, saya bisa melanjutkan poin terakhir yang saya tinggalkan di laptop tadi, demikian pula sebaliknya.

Tanpa Dropbox, fragmen-fragmen artikel yang sudah saya kerjakan itu harus saya gabungkan dan rapikan secara manual di laptop sebelum akhirnya saya unggah ke server DailySocial. Sebaliknya, dengan Dropbox, potongan artikel yang saya ketik di smartphone tadi akan langsung muncul di laptop, di file dokumen yang sama, dan siap diunggah kapan saja ke server tanpa perlu saya ulik lebih lanjut – kalau memang artikelnya sudah selesai.

Mengapa Dropbox?

Contoh integrasi Dropbox dalam aplikasi Microsoft PowerPoint / Dropbox
Contoh integrasi Dropbox dalam aplikasi Microsoft PowerPoint / Dropbox

Di titik ini Anda mungkin akan bertanya, “mengapa harus Dropbox? Kenapa tidak layanan cloud storage yang lain saja?” Jawabannya adalah integrasi dengan aplikasi. Semua aplikasi yang saya gunakan untuk mengetik terintegrasi dengan Dropbox, baik di smartphone, laptop maupun PC.

Di ponsel dan laptop, saya menggunakan aplikasi text editor bernama Byword, sedangkan di PC pilihan saya adalah MarkdownPad. Di smartphone, saya bisa menghubungkan akun Dropbox secara langsung ke Byword, sehingga semua folder penyimpanan – termasuk folder draft semua artikel saya untuk DailySocial – bisa saya akses langsung dari aplikasi.

Di laptop dan PC integrasinya bahkan lebih mendalam lagi, sebab Dropbox sudah terhubung dengan file system. Ini memungkinkan saya untuk mengunduh dan mengunggah file dari dan ke Dropbox tanpa perlu membuka browser sama sekali, cukup mengandalkan metode copy-paste standar lewat Windows Explorer atau Finder di Mac.

Alasan lainnya, selama lima tahun memakai Dropbox, saya belum pernah sekali pun dikecewakan oleh sinkronisasinya. Saya pun sampai sekarang juga belum pernah mengeluarkan uang untuk menggunakan Dropbox, tapi kapasitas penyimpanan saya bisa mencapai angka 11,75 GB berkat program referral Dropbox.

Ilustrasi Dropbox sebagai satu-satunya media penyimpanan / Dropbox
Ilustrasi Dropbox sebagai satu-satunya media penyimpanan / Dropbox

Kendati demikian, andaikata Dropbox bangkrut dan saya harus beralih ke layanan cloud storage lainnya, saya yakin saya masih bisa mendapatkan kemudahan yang sama dalam bekerja. Namun jujur saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya andai tidak ada layanan cloud storage sama sekali.

Yang saya cari dari Dropbox sebenarnya sederhana sekali, yakni bagaimana layanan ini bisa membantu memuluskan proses gonta-ganti perangkat selama saya bekerja sambil merawat anak. Fakta bahwa semua file penting saya ter-backup di cloud saya anggap sebatas bonus, sebab saya pribadi lebih mementingkan aspek sinkronisasinya.

Ketik di laptop, lanjutkan di smartphone, lalu kembali lagi di laptop ketika ada kesempatan, semuanya tanpa mengharuskan saya repot-repot mengunduh file dan mengunggahnya kembali setelah diperbarui. Inilah yang akhirnya membuat saya begitu bergantung pada Dropbox.

Di samping itu, Dropbox juga berhasil mengubah kebiasaan saya menyimpan file di USB flash disk. Sekarang semua file penting dan yang perlu saya akses dari berbagai tempat tersimpan dengan rapi di Dropbox, dan sepertinya sudah sekitar tiga tahun sejak saya terakhir menggunakan flash disk.

Sejarah perjalanan Dropbox

Drew Houston (kiri) dan pimpinan Y Combinator, Sam Altman (kanan) pada bulan Februari 2017 / Dropbox
Drew Houston (kiri) dan pimpinan Y Combinator, Sam Altman (kanan) pada bulan Februari 2017 / Dropbox

Bicara soal flash disk, media penyimpanan portable ini juga sangat terlibat dalam awal kelahiran Dropbox. Ceritanya kala itu, pada bulan Desember 2006, sang pendiri Dropbox, Drew Houston yang merupakan seorang programmer, sedang dalam perjalanan menggunakan bus dari Boston ke New York.

Selama perjalanan berdurasi sekitar empat jam, Drew berniat untuk bekerja menggunakan laptop-nya. Apesnya, ia lupa membawa USB flash disk yang pada dasarnya berisikan semua yang dibutuhkannya pada saat itu. Ini bukan pertama kalinya nasib sial seperti itu menimpa Drew, tapi sang inovator memutuskan sudah saatnya untuk mengakhirinya.

Dari situ ia mulai mengembangkan teknologi untuk mensinkronisasikan file menggunakan internet. Empat bulan setelahnya, Drew mempresentasikan idenya di hadapan inkubator startup Y Combinator. Juni 2007, Dropbox Inc. resmi didirikan, dan tak lama sesudahnya Drew bersama rekan cofounder-nya, Arash Ferdowsi, berhasil menerima pendanaan awal dari Y Combinator sebesar $15.000.

Perjalanan Dropbox tak bisa dibilang mulus. Bahkan awalnya mereka tidak bisa menggunakan domain dropbox.com sampai pada bulan Oktober 2009. Selama sekitar dua tahun beroperasi, mereka harus tabah menggunakan domain getdropbox.com – memang tidak sulit diingat, tapi reflek orang yang baru mendengar soal Dropbox pasti akan mengetikkan “dropbox.com” di browser-nya.

Tampilan terbaru Dropbox sekarang / Dropbox
Tampilan terbaru Dropbox sekarang / Dropbox

Masih di tahun 2009, tepatnya pada bulan Desember, almarhum Steve Jobs sempat menawarkan untuk mengakuisisi Dropbox dengan mahar menyentuh angka sembilan digit. Jobs kala itu bilang kalau Dropbox hanyalah sebatas fitur, dan beliau sejatinya beranggapan bahwa Dropbox baru bisa menjadi produk setelah berada di tangan Apple.

Tentu saja Drew menolak tawaran tersebut. Kalau tidak, sudah pasti Dropbox sekarang hanya tersedia secara eksklusif untuk perangkat besutan Apple. Nyatanya tidak demikian. Rival-rival Dropbox terus bermunculan, termasuk dari Apple sendiri yang bernama iCloud, maupun dari nama-nama besar lain di industri teknologi seperti Amazon, Google dan Microsoft.

Juni lalu, Dropbox merayakan hari jadinya yang ke-10. Skalanya sebagai perusahaan sudah berkali lipat kondisinya di tahun 2008, dimana pada saat itu mereka baru memiliki 9 karyawan dan 200.000 pengguna. Per Maret 2016, jumlah pengguna Dropbox sudah mencapai angka setengah miliar, dan menurut data Crunchbase mereka sudah mengumpulkan total pendanaan lebih dari 600 juta dolar.

Kembali ke bahasan di awal tadi, saya kira tidak berlebihan jika kita menganggap Dropbox – maupun layanan cloud storage lainnya – sebagai layanan yang sama esensialnya dengan email. Anda butuh email untuk bisa mendaftar berbagai layanan internet (termasuk Dropbox), dan Anda butuh Dropbox untuk bisa bekerja secara efisien di mana saja dan melalui perangkat apa saja.

Cerita saya sebagai seorang blogger beranak satu yang harus bergonta-ganti device selama bekerja hanyalah satu contoh. Masih ada contoh lain yang tak kalah menarik, seperti misalnya seorang mahasiswa jurusan hukum yang laptop-nya tiba-tiba rusak saat menjalani ujian akhir, namun akhirnya bisa lulus karena masih menyimpan backup-nya di Dropbox.

Tanpa Dropbox, sang pelajar mungkin saja bisa tidak lulus, dan ini akan berakibat fatal pada karir dan kehidupannya. Tanpa Dropbox, saya mungkin harus menyewa seorang baby sitter untuk membantu mendampingi anak saya selama saya bekerja, yang berarti pengeluaran bulanan saya harus bertambah – yang akan sangat sulit sekali saya terima setelah mengetahui ada layanan internet gratis seperti Dropbox yang bisa menjadi solusi atas masalah yang saya hadapi.

Hadir Sebagai Pusat Komunitas Startup Indonesia dan Singapura, BLOCK71 Jakarta Diresmikan

Berfungsi lebih dari sekedar coworking space, community builder BLOCK71 diresmikan kehadirannya di Jakarta. Diadaptasi dari kesuksesan BLOCK71 di pusat kewirausahaan Singapura, BLOCK71 Jakarta merupakan fasilitas inkubator dengan luas area 1.500 meter persegi yang terletak di kawasan Kuningan Jakarta.

Berbeda dengan fungsi coworking space yang bisa digunakan oleh semua orang, BLOCK71 mengklaim hanya startup terpilih yang bisa memanfaatkan semua fasilitas di BLOCK71 dan bersifat non-profit.

BLOCK71 Jakarta hadir untuk mendukung inovasi dan pengembangan kewirausahaan di Singapura dan Indonesia, dengan menjadi ecosystem builder dan global connector, yang mengkatalisasi dan menghubungkan para pelaku startup. Konektivitas ini yang kemudian dicoba untuk dihadirkan oleh BLOCk71, sebagai jembatan untuk mempertemukan pelaku startup Singapura dan Indonesia dalam komunitas BLOCK71.

“BLOCK71 Jakarta memungkinkan para wirausahawan dan inovator dari Singapura dan Indonesia untuk bekerja sama dan memanfaatkan pengalaman serta sumber daya NUS Enterprise dan Salim Group,” kata CEO NUS Enterprise Dr Lily Chan.

BLOCK71 Jakarta merupakan kerja sama antara NUS Enterprise dan Salim Group yang nantinya bakal menghadirkan jaringan yang komprehensif, termasuk para investor, mitra usaha, mentor, dan industri. Selain itu NUS Enterprise juga menyelenggarakan berbagai program dukungan inkubasi untuk membantu para wirausahawan memulai dan mengembangkan ide mereka.

“Kami memulai inisiatif ini karena kami ingin mendukung para wirausahawan sekaligus mendorong perkembangan baru di Indonesia. Jaringan dan pengalaman Salim Group akan memfasilitasi masuknya startup dan inovasi ke pasar lokal dan memberi manfaat bagi masyarakat di sini,” kata Direktur Eksekutif Salim Group Axton Salim.

Membuka kesempatan startup Indonesia bergabung

Sejak didirikan pada bulan Maret 2017 saat ini ada lebih dari 20 startup bergabung dengan BLOCK71, separuhnya berasal dari Singapura. Beberapa startup termasuk Carro (dealer kendaraan generasi mendatang dan pemodal otomatis), Viddsee (sebuah platform video online), Circles.Life (operator telekomunikasi digital), HelloBill (startup mobile dengan metode POS), perusahaan pslove (pencipta koyo terapi panas) dan 8villages (portal pemberdayaan masyarakat pedesaan).

Meskipun hanya untuk kalangan terbatas, BLOCK71 masih terus membuka kesempatan untuk startup bergabung dengan mendaftarkan diri menjadi bagian dari komunitas.

“BLOCK71 Jakarta terbuka untuk semua startup dan wirausaha yang ingin menjajaki pasar Indonesia. Secara khusus, kami sangat menyarankan perusahaan yang mengembangkan solusi teknologi inovatif dengan potensi skala global, untuk mendaftar dan bergabung dengan BLOCK71 Jakarta,” tutup Lily Chan.

Action Launcher Beri Dukungan Google Now dan Feed

Action Launcher mungkin bukan satu-satunya aplikasi launcher yang ada di Google Play Store, tapi di antara sekian banyak pilihan, aplikasi buatan Chris Lacy ini adalah yang cukup rajin mengeluarkan pembaruan. Tak jarang pembaruan yang dihadirkan memang diminta oleh pengguna setianya. Jelang akhir Juli ini, pengembang Action Launcher kembali menggulirkan update besar di mana salah satunya membawa integrasi Google Now dan dukungan Google Feed.

Dukungan Google Feed barangkali pantas kita tempatkan di pembahasan terdepan. Ini adalah salah satu fitur yang baru saja diperkenalkan oleh empunya Android. Dan kini dengan Action Launcher, pengguna bisa merasakan integrasi tersebut tanpa harus melakukan root terlebih dahulu. Dukungan ini tadinya sudah dihadirkan untuk sejumlah perangkat, tapi kali ini sudah bisa dicicipi hampir semua ponsel pintar berbasis Android.

action-launcher-june-update

Berikutnya yang tak kalah menggembirakan adalah hadirnya dukungan Google Now juga ditujukan untuk semua pengguna. Dengan hadirnya dukungan ini, pengguna dapat memperoleh pengalaman pengunaan yang lebih baik bersama fitur-fitur unggulan Google Now, membantu memperoleh informasi, jadwal penerbangan, berita, jadwal meeting, kalender, pemesanan restoran, cafe, dan lain-lain.

Action Launcher v26 juga memanjakan pengguna dengan beberapa fitur andalan di Android 0, misalnya fitur pilihan shortcut yang muncul di ikon aplikasi tertentu tanpa membuka aplikasi dari awal. Sehingga mempercepat pekerjaan seperti membuat email, membuat jadwal, membuat alarm dan lain-lain.

update action launcher

Secara total, ada 6 fitur baru yang terpampang di changelog mereka. Beberapa sudah kami jabarkan di atas, dan beberapa di antaranya disediakan untuk pengguna versi Pro. Untuk melihat lebih jelas apa saja fitur baru Action Launcher, silahkan kunjungi laman resmi Google Play Store di bawah ini.

Application Information Will Show Up Here

 

Sumber berita GooglePlus dan AndroidAuthority.

DScussion #80: Impian Kofera Hadirkan Teknologi Otomasi Pemasaran Digital

Berawal dari pengalaman pribadi bekerja di perusahaan sebelumnya, CEO Kofera Bachtiar Rifai mulai mengembangkan teknologi otomasi khusus untuk layanan iklan digital yang menyasar layanan e-commerce dan korporasi.

Dalam sesi DScussion kali ini, CEO Kofera Bachtiar Rifai juga memaparkan prediksi nya untuk perkembangan teknologi otomasi di Indonesia.

Garap Chip AI, Huawei Siap Bikin Gebrakan?

Sejumlah perusahaan perangkat besar di dunia sudah mulai dan bahkan beberapa beberapa di antaranya sudah mengintegrasikan produk buatanya dengan teknologi kecerdasan buatan. Samsung, Google, Facebook, dan bahkan Meizu yang tergolong mudah sudah melangkah jauh dengan menawarkan produk akhir kepada konsumen.

Huawei yang dalam dua kuartal terakhir relatif mendominasi pasar smartphone di Tiongkok setuju bahwa integrasi antara teknologi ini, cloud dan perangkat chip memegang peranan penting di masa sekarang dan ke depan. Oleh karena itulah mereka memastikan diri untuk ikut terjun ke ranah kecerdasan buatan dengan mempersiapkan chip AI yang direncanakan dapat terwujud pada bulan September tahun ini.

CEO Huawei, Yu Chengdong dalam konferensi pers baru-baru ini mengatakan bahwa kolaborasi antara pengalaman pintar dengan cloud dan chip sangatlah penting. Sebagai bagian dari rencana besar perusahaan ke depan, Huawei akan mendorong investasi ke empat wilayah yang disebut dengan inovasi, kualitas, saluran dan layanan guna membangun ponsel pintar, PC, perangkat wearable, perangkat rumah pintar, mobil pintar, VR, AR yang menawarkan pengalaman hidup yang lebih cerdas.

Ekspansi yang dilakukan oleh Huawei bukanlah sebuah kejutan. Sebagai salah satu kompetitor yang kuat di pasar mobile, Huawei punya posisi yang patut diperhitungkan. Dalam paparan laporan keuangan kuartal kedua 2017 tersebut, Huawei juga membeberkan keberhasilannya menjual 73,01 juta unit smartphone di paruh pertama tahun 2017. Naik 20,6% dari tahun ke tahun.

Sumber berita Gizmochina dan gambar header stemtobusiness.

Dota 2 Kini Lebih Ramah Terhadap Pemain Baru

Dota 2 – plus sejumlah game ber-genre MOBA lainnya – merupakan salah satu game dengan learning curve tersulit. Seorang gamer hardcore yang bisa dikategorikan dewa di Titanfall 2 belum tentu jago bermain Dota 2. Mohon maaf kalau ada yang tersinggung, tapi ini sebenarnya bukan salah si gamer.

Begitu banyak dan kompleksnya mekanik Dota 2 yang harus dipelajari ternyata masih belum cukup ‘menyiksa’. Tidak jarang pemain baru juga harus diuji mentalnya oleh ejekan-ejekan dari pemain lain. Oke, sebagai newbie saya memang harus banyak belajar, tapi bagaimana saya bisa memulai kalau di setiap permainan saya selalu menjadi target dari olokan “noob pensiun dota aja lu”?

Singkat cerita, Dota 2 itu sangat tidak ramah terhadap pemain baru. Valve pun memutuskan harus ada yang dirombak untuk mematahkan anggapan tersebut. Untuk itu, dalam update terbaru Dota 2, Valve memperkenalkan dua fitur yang semuanya ditujukan supaya para pemain baru bisa lebih menikmati fase belajarnya di Dota 2.

Yang pertama menyangkut sistem matchmaking, dimana para pemain baru kini akan ditempatkan dalam pertandingan bersama pemain-pemain lain yang menunjukkan perilaku baik secara konsisten. Harapannya, pengalaman sosial yang baik bisa mendorong mereka untuk terus mendalami mekanik Dota 2.

Fitur yang kedua adalah perubahan dalam sistem seleksi hero. Seperti yang kita tahu, Dota 2 memiliki total 113 hero dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Demi membantu perkembangan pemain baru, mereka kini hanya bisa memilih 20 hero dalam 25 pertandingan pertamanya.

20 hero ini sengaja dipilih karena dinilai tidak terlalu sulit untuk dimainkan, dan diyakini dapat membantu pemain baru mendalami Dota 2. Namun yang terpenting, 20 hero ini juga dipilih supaya mereka dapat menikmati permainan, dan tidak dipusingkan oleh, misalnya, deretan kombinasi skill Invoker yang bahkan saya pun masih kesulitan menguasainya.

Jadi kalau sebelumnya Anda sudah sempat menyerah mempelajari Dota 2, saya sarankan Anda coba lagi dengan hadirnya dua fitur baru ini. Semoga dengan sistem matchmaking baru kali ini Anda tidak lagi dibuat minder oleh para bully yang merasa paling jago.

Sumber: Valve.

WhatsApp Uji Fitur Shortcut untuk Kamera dan Pesan Baru

WhatsApp dikabarkan sedang melakukan pengujian sebuah fitur baru untuk platform Android. Fitur berupa shortcut dicoba ditanamkan ke aplikasi, sehingga memungkinkan pengguna menjalankan fitur tertentu di WhatsApp tanpa harus melalui prosedur panjang dengan membuka aplikasi terlebih dahulu. Seperti pengujian-pengujian lainnya, fitur ini baru dapat dijumpai di versi beta dan belum ada kabar kapan akan dihadirkan ke publik.

Fitur beta ini pertama kali ditemukan oleh AndroidPolice, namun disebutkan bahwa fitur shortcut dapat difungsikan untuk menjalankan beberapa fitur di dalam WhatsApp, seperti kamera dan percakapan. Misalnya, ditemukan shortcut untuk “New Chat” atau percakapan baru yang sejatinya terbilang jarang digunakan, sebab kebanyakan dari kita ingin berbicara dengan kontak yang sudah pernah ngobrol sebelumnya. Tapi untuk memberi alternatif, WhatsApp juga menyediakan shortcut untuk percakapan yang diberi tanda bintang.

whatsapp shortcut beta

Fitur Shortcut aplikasi diperkenalkan di eranya Android 7.0 Nougat, tetapi pengguna yang masih menggunakan Android 6.0 Marshmallow juga bisa mencicipinya dengan memasang launcher pihak ketiga seperti, Nova atau Action.

Membuat jalan pintas ke salah satu fitur sebuah aplikasi sebenarnya terbilang jarang dilakukan oleh pengguna. Saya sendiri merasa fitur semacam ini tak banyak memberi kemudahan, justru bagi mereka yang tak suka dengan layar home yang terlalu ramai, fitur ini hanya akan membuat salah satu dari dua ikon yang serupa menjadi tak berguna. Kendati demikian, fitur ini masih diuji dan dimatangkan. Hasilnya akan ada dua kemungkinan, jadi dirilis atau tidak, atau akan ada pengembangan yang membuat fiturnya jauh lebih baik.

whatsapp beta

Sumber gambar header Pixabay.

Strategi Jojonomic Berekspansi ke Thailand

Jojonomic secara resmi telah mengumumkan kehadiran mereka di pasar Thailand. Sebelumnya mereka telah beroperasi di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Kehadiran Jojonomic di Thailand merupakan salah satu perwujudan komitmen awal layanan ini yang berusaha merangkul pengguna di Asia Tenggara. Jojonomic akan mendirikan kantor di Thailand dan merekrut beberapa talenta lokal.

CEO Jojonomic Indrasto Budi Santoso, akrab dipanggil Asto, mengungkapkan bahwa pihaknya cukup tertarik dengan peluang yang ada di Thailand karena potensi pasar, pertumbuhan pasar, dan momen transformasi digital yang sedang berlangsung di sana. Prospek yang menjanjikan inilah yang coba dimanfaatkan Jojonomic.

“Sebelumnya telah ada konsumen Jojonomic di Thailand, sehingga kami melihat ada peluang di sana. Terlebih di Thailand juga belum ada perusahaan yang melakukan hal yang serupa dengan yang Jojonomic buat,” terang Asto tentang alasan di balik ekspansi kali ini.

Sebagai salah satu layanan teknologi finansial yang mengembangkan sistem manajemen keuangan, Jojonomic diklaim sudah berhasil mendapatkan pengguna yang signifikan. Kepada DailySocial, Asto menyebutkan mereka sudah dipercaya lebih dari ribuan staf perusahaan. Dengan ekspansinya kali ini, Jojonomic berusaha menyediakan dukungan prima utamanya untuk fitur multi-currency. Sekarang tercatat sudah terdapat beberapa mata uang utama yang telah tersedia fitur konversi otomatis di platform yang disesuaikan dengan kurs terkini.

Mengenai rencananya di Thailand, Asto menjelaskan selain membuka kantor operasional di sana, Jojonomic juga berencana untuk merekrut talenta lokal. Menurutnya saat ini tim yang berada di luar Indonesia mayoritas adalah sales representative.

Meski sebelumnya Jojonomic sudah mendapatkan pengguna dari Thailand, ekspansi sepenuhnya ke sebuah negara butuh strategi khusus. Asto menjelaskan bahwa tantangan terbesar mereka saat memasuki negara baru adalah mengenalkan produk. Ini juga tampaknya yang coba diusahakan Jojonomic di Thailand.

“Tantangan terbesar saat memasuki negara baru adalah mengenalkan produk, karena produk ini adalah sesuatu yang baru dan berkaitan dengan perubahan mindset untuk lebih efisien,” imbuh Asto.

Jojonomic sejak tahun 2015 sudah mencita-citakan untuk bisa merangkul pasar di Asia Tenggara. Dengan kondisi saat ini yang sudah beroperasi di empat negara, mereka makin dekat dengan cita-citanya. Asto juga berharap dengan ekspansi ini makin banyak negara lain yang menggunakan aplikasi Jojonomic.

“Selanjutnya diharapkan makin banyak negara lain menggunakan aplikasi Jojonomic. Diharapkan tahun ini dan seterusnya Jojonomic makin berkibar. Dalam waktu dekat akan ada surprise fitur dan inovasi baru Jojonomic. Stay tune,” tutup Asto.

Application Information Will Show Up Here

Sayurbox Hadirkan Layanan Pembelian Sayuran dan Buah Organik Langsung dari Petani

Sayurbox hadir untuk mencoba memenuhi kebutuhan buah segar dan produk sayuran berkualitas kepada warga ibukota. Ia adalah sebuah platform online yang menyediakan bahan segar dan produk sehat berkualitas dari petani dan produsen lokal Indonesia. Sayurbox saat mengikuti program akselerator startup batch pertama Plug and Play Indonesia.

“Sayurbox awalnya didirikan oleh Amanda Susan dan Rama Notowidigdo, saya kemudian bergabung ke tim,” ujar Co-Founder Sayurbox Metha Trisnawati.

Sayurbox mengusung konsep bisnis farm-to-table yang memungkinkan konsumen untuk mendapatkan berbagai bahan segar dan produk berkualitas langsung dari petani dan produsen lokal. Media yang digunakan untuk memfasilitasi hal ini adalah platform online melalui situs dan selanjutnya layanan tersebut akan diperluas melalui aplikasi mobile.

“Sistem pemesanan Sayurbox adalah pre-order (pemesanan di depan), sehingga meminimalkan jumlah bahan segar yang terbuang (waste). Setelah konsumen memesan, Sayurbox akan melakukan agregasi jumlah pesanan konsumen dan menginformasikan kepada petani mitra tentang jumlah bahan segar yang harus dipanen. Bahan segar yang baru dipanen kemudian dikirimkan ke hub Sayurbox untuk segera dikemas dan diantarkan kepada konsumen sesuai dengan pesanan,” kata Metha.

Saat ini Sayurbox telah melayani lebih dari 3 ribu konsumen di area Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok, dan jumlah ini terus bertumbuh setiap bulannya.

Strategi monetisasi dan pilihan pembayaran

Strategi monetisasi yang diterapkan Sayurbox adalah melalui persentase laba (margin) dari setiap penjualan produk. Selain melalui persentase laba, Sayurbox juga memiliki monetisasi dari sistem konsinyasi (consignment) produk dari produsen mitra yang menjual produknya lewat platform Sayurbox.

Untuk pilihan pembayaran, Sayurbox menyediakan pilihan pembayaran melalui bank transfer, kartu kredit, serta virtual bank account transfer.

Sayurbox merupakan salah satu startup yang menyasar sektor pertanian di Indonesia. Tidak berbeda dengan layanan serupa lainnya, Sayurbox memangkas cara konvensional antara petani dan penjual. Selain menambah jumlah mitra petani dan produsen lokal yang saat ini berjumlah sekitar 22 mitra, Sayurbox memiliki rencana lain ke depannya.

“Sayurbox saat ini fokus pada ekspansi area pelayanan konsumen, terutama di area-area Jabodetabek yang belum dilayani oleh Sayurbox, serta perluasan jaringan mitra petani dan produsen lokal yang tergabung sebagai supplier Sayurbox,” tutup Metha.