Monthly Archives: August 2017

Pacu Kinerja Bisnis, JD.id dan Citilink Resmikan Kemitraan Eksklusif

JD.id, situs e-commerce yang terafiliasi dengan JD.com, meresmikan kemitraan bisnis dengan Citilink, berbentuk co-marketing yang diharapkan dapat memberikan manfaat tambahan untuk pelanggan kedua belah pihak.

“Ini menjadi sebuah langkah inovasi bagi kami karena ini merupakan kali pertama perusahaan e-dagang bermitra dengan maskapai penerbangan bereputasi baik seperti Citilink Indonesia,” kata Presiden Direktur JD.id Zhang Li, Kamis (31/8).

Kemitraan ini memiliki jangka waktu selama satu tahun, terdiri atas tiga fase. Pada fase pertama, layanan pre-flight shopping dengan metode pengiriman yang fleksibel dan voucher belanja JD.id untuk setiap pembelian tiket pesawat Citilink. Fase pertama ini ditargetkan sudah bisa terapkan pada pertengahan September 2017 mendatang.

Kemudian pada fase kedua, JD dan Citilink akan mendirikan digital lounge di terminal II Bandara Soekarno Hatta dan in-flight shopping dengan tawaran eksklusif. Di dalam lounge tersebut akan tersedia demo produk terbaru di JD.id, Wi-Fi, dan in-lounge shopping.

Jangka waktu dalam fase kedua akan mengikuti timeline perpindahan Citilink ke terminal II yang sebelumnya ditempati oleh Garuda Indonesia, induk Citilink. Adapun saat ini prosesnya masih belum final, apakah Citilink akan ditempatkan di terminal II D atau E. Yang pasti, perpindahan terminal akan resmi dilakukan pada awal tahun depan.

“Untuk digital lounge akan disesuaikan dengan time frame Citilink. Tapi yang pasti awal tahun di kuartal pertama kita sudah bisa laksanakan rencana di fase kedua. Kerja sama ini kami harapkan menjadi terobosan bisnis yang bisa memberi pengalaman unik bagi penumpang dan pelanggan kami berdua,” ucap Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo.

Sedangkan untuk fase ketiga, kerja sama akan berbentuk tawaran menukarkan JD Points dengan Supergreen Garuda Miles, program keanggotaan Grup Garuda. Terdapat pula pilihan bundling paket wisata yang dijual di JD.id, serta meluncurkan in-flight platform berisi tayangan hiburan dan berbelanja online.

“Untuk fase kedua dan ketiga masih kami godok lagi [konsepnya]. Sebab tujuan yang ingin kami capai adalah pengguna Citilink dan JD.id tetap mendapatkan layanan premium, kendati maskapai kami adalah low cost carrier,” terang Direktur Operasional Citilink Indonesia Andy Adrian.

Pacu bisnis kedua perusahaan

Dari kemitraan bisnis ini, pihak Citilink mengaku menargetkan pertumbuhan pendapatan di luar penjualan tiket pesawat dapat tumbuh antara 10-15% sampai setahun mendatang. Pendapatan dari sumber kantung ini dinilai terus menunjukkan porsi yang terus menanjak, kontributor utamanya berasal dari kargo, service on board kuliner asli Indonesia, penjualan merchandise, dan lainnya.

“Kami ingin terus mengembangkan berbagai terobosan untuk memacu pendapatan kami di luar penjualan tiket. Contohnya, baru-baru ini kami meluncurkan edisi khusus service on board untuk kuliner nusantara, rupanya animonya sangat baik. Kami akan terus kembangkan inovasi yang dapat meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan,” terang Juliandra.

Sedangkan bagi sisi JD.id, perusahaan tidak menyebut secara spesifik berapa persen kenaikan transaksi yang diharapkan. Akan tetapi, Zhang memastikan pihaknya ingin melayani lebih banyak pelanggan di seluruh Indonesia, serta membuat para penumpang Citilink jadi lebih dekat dengan JD.id dengan adanya beragam pilihan promo dari katalog JD.id.

Sejak pertama kali hadir di Indonesia pada dua tahun lalu, JD.id memiliki lebih dari 100 ribu SKU per akhir tahun lalu. Perusahaan juga menyediakan jasa pengiriman sendiri yang menjangkau 365 kota di seluruh Indonesia.

Gudang JD.id sendiri tersebar di empat titik, yakni Cimanggis, Surabaya, Pontianak, dan Medan. Perusahaan sedang menambah satu lokasi baru di Makassar yang saat ini masih dalam proses pembangunan.

Application Information Will Show Up Here

Dari Mulai PC Bersenjata 4 GPU Hingga Monitor 35-Inci, Deretan Produk Acer Predator Baru Ramaikan IFA 2017

Meledaknya eSport serta terbukanya kesempatan untuk jadi profesional di bidang gaming mendorong peningkatan pasar PC gaming terlepas dari terus menurunnya penjualan komputer. Acer sendiri baru kembali melangkah ke ranah itu di akhir 2015, tapi upayanya dilakukan secara masif, hingga berani mengklaim Predator sebagai brand dengan rangkaian produk terlengkap.

Dan di ajang IFA Berlin 2017, Acer mencoba memperluas lagi lineup Predator melalui penyingkapan bermacam-macam perangkat baru, dari mulai PC desktop bersenjata CPU 18-core dan empat buah kartu grafis, monitor 35-inci, mouse serta headset spesialis gaming.

 

Predator Orion 9000

Acer Expands Predator 3

Acer mendeskripsikannya sebagai desktop yang mampu mengintimidasi lawan, dan tema overkill serupa Predator 21 X bisa kita rasakan di sana. Produsen membenamkan empat buah kartu grafis Radeon RX Vega atau dua GeForce GTX 1080 Ti, prosesor 18-core (36-thread) Intel Core i9 Extreme Edition, serta memori RAM sebesar 128GB. Komposisi ini memastikan Orion 9000 sanggup menjalankan game terbaru dan judul paling berat sekalipun semulus sutra.

Acer Expands Predator 2

Penampilannya memang ‘menakutkan’. Case mengambil inspirasi dari desain interior pesawat angkasa, mengombinasikan warna hitam dan perak, dipercantik oleh pencahayaan LED RGB. Melalui jendela di samping, Anda bisa mengintip saat hardware-hardware di dalam sedang bekerja sembari menampilkan atraksi cahaya. Tersedia handle untuk mempermudah kita mengangkatnya, lalu proses gonta-ganti komponen juga sangat mudah.

 

Acer Predator X35

Acer Expands Predator 6

Persaingan monitor monster terasa kian memanas. Setelah Samsung menyingkap panel gaming 49-inci mereka, kali ini giliran Acer memperkenalkan Predator X35. Perangkat ini adalah monitor curved 35-inci dengan aspek rasio 21:9 dan kelengkungan 1800R, menyuguhkan resolusi WQHD 3440x1440p, refresh rate 200Hz dan tak lupa ditunjang kehadiran Nvidia G-Sync.

Acer Expands Predator 7

Untuk memastikan warnanya akurat dan rasio kontrasnya lebih baik, produsen memanfaatkan teknologi quantum dot, dan tak lupa menyediakan fitur Predator GameView beserta delapan preset mode. Hebatnya lagi, kabarnya kita bisa mengustomisasi level keredupan layar, terbagi dalam 512 zona individual.

 

Predator Galea 500

Acer Expands Predator 4

Galea 500 merupakan headphone gaming berteknologi Acer TrueHarmony 3D Soundscape, memanfaatkan driver dengan diafragma yang terbuat dari bio-cellulose. Acer mengklaim, headset ini sanggup menghidangkan suara tinggi super-jernih, mid yang akurat, serta bass membahana. Profile-nya bisa dikustomisasi, dan tersedia pula mode Movie serta Sport.

 

Predator Cestus 500

Acer Expands Predator 5

Mouse gaming ini dirancang untuk menangani genre permainan berbeda, dari mulai FPS, hingga RTS dan MOBA. Metodenya sangat jenius. Cestus 500 mempersilakan kita mengubah level resistensi dan sensitivitas tombol. Mouse dibekali delapan tombol serta LED RGB, semuanya bisa diprogram dan dikonfigurasi sesuai keinginan Anda.

 

Harga dan ketersediaan

  • Predator Orion 9000 Series – mulai US$ 2.000, November 2017
  • Predator X35 – harga belum tersedia, triwulan pertama 2018
  • Predator Galea 500 – US$ 300, November 2017
  • Predator Cestus 500 – US$ 80, November 2017

Sumber: press release Acer.

Acer Holo360 dan Vision360 Adalah Kamera 360 Derajat untuk Keperluan yang Sangat Berbeda

Di samping Chromebook 15, Acer juga memperkenalkan dua kamera 360 derajat pada panggung IFA 2017 di kota Berlin. Kenapa harus dua? Karena yang satu ditujukan untuk pemakaian sehari-hari, sedangkan satunya diproyeksikan menjadi dash cam generasi modern untuk mobil.

Kamera yang pertama adalah Acer Holo360. Wujudnya sepintas tampak seperti smartphone berkat kehadiran sebuah layar sentuh berukuran 3 inci di bawah lensanya. Yang sedikit mengejutkan, perangkat ini ternyata punya spesifikasi yang sangat mirip dengan smartphone, sehingga boleh saja disebut sebagai ponsel yang kebetulan sanggup mengambil foto dan video 360 derajat.

Acer Holo360

Tidak tanggung-tanggung, Acer membenamkan chipset Qualcomm Snapdragon 625 ke dalamnya, dan perangkat juga menjalankan sistem operasi Android 7.1. Lebih lanjut, konektivitas LTE juga menjadi bagian dari nilai jual Holo360. Untuk apa? Untuk mengunggah foto dan video, maupun melakukan live streaming tanpa perlu bantuan smartphone sama sekali.

Komponen optiknya sendiri dipercayakan pada perusahaan bernama ImmerVision. Menurut Acer, Holo360 mampu mengambil foto dalam resolusi 6,9K, sedangkan video pada resolusi 4K. Semua proses image stitching serta editing yang diperlukan berjalan langsung di kamera, sehingga kehadiran chipset bikinan Qualcomm tadi jadi kedengaran masuk akal.

Acer Vision360 / Acer
Acer Vision 360 / Acer

Kamera yang kedua, Acer Vision360, punya desain dan fungsi yang sangat berbeda. Meskipun sama-sama dilengkapi layar di salah satu sisinya, perangkat ini dirancang untuk digantungkan di kaca depan mobil, mengabadikan segala peristiwa yang terjadi selama pengguna berkendara.

Saat mobil berbenturan dengan suatu objek, Vision360 akan langsung mulai merekam video sekaligus menyimpan data kecepatan mobil dan koordinat GPS tempat insiden itu terjadi. Selain disimpan di memory internal, hasilnya juga akan diunggah ke cloud secara otomatis sehingga pengguna tak akan kehilangan bukti andai Vision360 kehabisan daya, hilang atau hancur.

Soal ketersediaan, Acer Holo360 rencananya akan dipasarkan mulai kuartal keempat tahun ini seharga $429, sudah termasuk case anti-air. Untuk Vision360, Acer rupanya belum menyediakan informasi sama sekali.

Sumber: SlashGear dan PR Newswire.

Kesempatan Pengembangan Karier Menjadi Alasan Pekerja untuk Bertahan

Belum lama ini, LinkedIn merilis sebuah laporan berjudul “Inside the Mind of Today’s Candidate”. Dalam laporan itu tercatat sebuah hasil survei tentang tuntutan seorang pekerja di tempat kerja beserta alasan yang sering menjadikannya tidak betah berada di tempat tersebut. Studi ini melibatkan sekitar 14 ribu profesional di seluruh dunia, dan lebih dari 300 profesional di Indonesia.

Salah satu temuan dari studi tersebut adalah bahwa lebih dari 90 persen profesional di Indonesia tertarik untuk mendengar tentang peluang karier baru dan faktor pendorong utamanya tidak lagi semata-mata karena pendapatan yang lebih besar. Motivasi terbesar lainnya bagi para profesional di Indonesia untuk mencari kerja adalah kesempatan untuk aktualisasi diri.

Studi juga mengungkap bahwa kesempatan untuk menantang diri mereka untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman menjadi motivasi terbesar kedua. Menariknya survei mengungkap bahwa kompensasi dan tunjangan tidak lagi menjadi faktor pendorong bagi para profesional di Indonesia untuk bertahan di perusahaan, melainkan harapan untuk dapat mengembangkan karier serta posisi di perusahaan, dan diikuti oleh keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan.

“Profesional muda di Indonesia sangat aktif dan sangat memegang kendali atas perjalanan karier mereka. Bahkan, Indonesia memiliki banyak kandidat pasif yang terbuka untuk berbagai kesempatan karier baru. Profesional sering kali pindah kerja dengan alasan pendapatan yang lebih besar, jika mereka merasa kurang mendapatkan kesempatan untuk berkembang,” jelas Vice President of Talent and Learning Solutions LinkedIn Asia Pacific Feon Ang.

Pola pikir seperti ini ternyata berpengaruh terhadap harapan para profesional ke perusahaan tempat mereka bekerja. Studi menemukan bahwa pengakuan atas prestasi sangat berperan penting terhadap perjalanan karier profesional di Indonesia.

Karena profesional di Indonesia masih mengedepankan faktor emosional di tempat kerja. Profesional di Indonesia ternyata ingin merasa dianggap penting bagi perusahaan dengan mendapatkan berbagai informasi berkelanjutan tentang perkembangan perusahaan, dan mereka juga mengharapkan kenyamanan dengan mendapatkan kesempatan untuk menjadi diri mereka sendiri di tempat kerja.

Hal ini unik dan hanya berlaku bagi profesional di Indonesia, karena profesional di Singapura dan Malaysia justru mengungkap bahwa kesempatan untuk dapat menyampaikan pendapat menjadi faktor paling penting di tempat kerja.

Berkolaborasi, Microsoft dan Amazon Sepakat Duetkan Alexa dan Cortana

Ranah asisten digital pintar dihuni oleh beberapa nama, antara lain Cortana, Google Assistant, Siri, Bixby, dan Alexa. Masing-masing nama telah memiliki ekosistemnya masing-masing, tapi rupanya masih saja ada celah untuk melakukan terobosan, atau paling tidak rekonsiliasi untuk terhubung satu sama lain.

Hal itu yang tampaknya sedang dimatangkan oleh Microsoft dan Amazon untuk memadukan asisten virtual pintar masing-masing, Cortana dan Alexa. Kedua perusahaan bahkan menunjuk pimpinan tertinggi masing-masing untuk tergabung dalam proyek barunya.

Rupanya jauh sebelum pengumuman yang dirilis hari Rabu kemarin, kedua perusahaan telah sejak lama berkoordinasi di belakang layar untuk memungkinkan Cortana dan Alexa saling berbicara satu sama lain. Kolaborasi tersebut nantinya memungkinkan orang untuk mengoperasikan Cortana menggunakan Alexa dan sebaliknya. Proyek ini dijadwalkan rampung sebelum akhir tahun 2017 ini.

Manuver yang tak biasa dilakukan oleh perusahaan besar ini tentu saja menjadi bukti bahwa pesaing terberat pun tak selamanya menghambat pertumbuhan perusahaan. Dalam situasi tertentu, masing-masing perusahaan dapat memperoleh benefit dari apa yang dipunyai perusahaan lain yang notabene tidak mereka kuasai.

Kembali ke soal integrasi Alexa dan Cortana, bahwa nantinya perangkat seperti Amazon Echo bisa menjalankan Cortana dengan mengucapkan perintah “Alexa, open Cortana,” dan pengguna Microsoft harus mengucapkan “Cortana, open Alexa.”

Kerjasama ini memberikan akses kepada Microsoft ke pasar speaker pintar yang mulai secara serius digarap oleh Amazon dalam beberapa tahun terakhir. Celah ini rupanya dianggap sebagai solusi cepat bagi Microsoft yang ngotot memperluas ekosistem Cortana selain di ranah PC. Di sisi lain, mereka juga memperoleh benefit dari kemampuan yang dipunyai Alexa seperti mengendalikan perangkat rumah pintar dan memutar berbagai layanan streaming musik dan film.

Sumber berita Ubergizmo, Recode dan gambar header Technobuffalo.

Gandeng Binus, Nvidia Dirikan Pusat Pengembangan AI Pertama di Indonesia

Bagi mayoritas orang, nama Nvidia hampir sinonim dengan teknologi grafis. Memang sejak didirikan, perusahaan Santa Clara itu mencurahkan perhatiannya pada pengembangan GPU. Tapi sejak 2014, Nvidia memperluas bisnis mereka ke ranah gaming, data center, otomotif serta AI. Di bulan Mei kemarin, mereka berkolaborasi bersama Toyota dalam implementasi Drive-PX di kendaraan driverless.

Di minggu ini Nvidia punya berita gembira bagi pemerhati AI di Indonesia. Tepat pada tanggal 28 Agustus kemarin, perusahaan pimpinan Jensen Huang itu mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Bina Nusantara serta Kinetica untuk mendirikan pusat penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan pertama di Indonesia, berlokasi di Kampus Anggrek. Acara itu dihadiri oleh rektor Binus Dr. Ir. Harjanto Prabowo, CEO Ir. Bernard Gunawan, wakil presiden sales & marketing Nvidia Raymond Teh, dan wakil presiden Kinetica Joseph Lee.

Nvidia AI R&D Center Indonesia 3

AI R&D research center tersebut difokuskan pada ranah deep learning. Tim akan ‘melatih’ neural network untuk mengenali pola dari data berjumlah besar. Menurut penuturan Raymond Teh, gunanya adalah buat memecahkan masalah-masalah kompleks dalam ilmu komputer. Saat ini, kita tahu software komputer sudah bisa menulis dan belajar sendiri. Dan tak lama lagi, ‘ratusan miliar’ perangkat dapat saling mengenali.

Nvidia menjelaskan bahwa langkah awal untuk bisa sampai di sana ialah dengan menyediakan pondasi dan solusi lewat produk. Selanjutnya, perusahaan merangkul universitas-universitas buat mendirikan laboratorium. Tentu saja, peran serta campur tangan para mahasiswa turut jadi kuncinya.

Nvidia AI R&D Center Indonesia 1

Pihak Binus sendiri menyambut baik kerja sama tersebut, karena betul-betul seirama dengan visi ‘Bina Nusantara 20/20’, yaitu menjadi institusi pendidikan kelas dunia demi menghadirkan inovasi. Pusat penelitian kecerdasan buatan ini juga dianggap Binus sebagai wujud dari komitmen universitas untuk ‘menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat dalam membangun serta melayani bangsa’.

Kinetica sendiri dipilih sebagai fasilitator sistem pengelolaan database berbasis GPU. Software racikan perusahaan asal Arlington itu telah dipakai di Angkatan Darat serta Layanan Pos Amerika Serikat, hingga GlaxoSmithKline (perusahaan farmasi) untuk mempermudah proses pendataan.

“Menguasai pengetahuan dan teknologi maju di bidang TI merupakan salah satu ketentuan dalam memiliki karir yang sukses di perusahaan multinasional atau menjadi pengusaha. Melalui pusat penelitian ini, kami akan mencoba mendidik, memperkaya dan memberdayakan masyarakat,” tutur Dr. Bens Pardamean selaku direktur Universitas Bioinformatics & Data Science Research Centre via rilis pers.

Header: Nvidia.

Tak Mau Kalah dari Ultrabook, Acer Chromebook 15 Hadir dengan Bodi Tipis Serba Aluminium

Awal Januari kemarin, Samsung membuktikan kalau Chromebook tak harus berpenampilan jelek. Baru-baru ini, Acer menunjukkan kalau Chromebook juga bisa berspesifkasi mumpuni. Kini giliran pabrikan asal Taiwan itu menunjukkan kalau mereka juga dapat meracik Chromebook berdesain menarik.

Produk yang dimaksud adalah Acer Chromebook 15 (CB515–1H), yang membalut layar 15,6 incinya dengan sasis aluminium ala ultrabook berharga mahal. Kalau bukan karena spesifikasinya, perangkat ini sudah bisa masuk kelas ultrabook mengingat tebal bodinya cuma 18,9 mm dan bobotnya 1,72 kg.

Layarnya sendiri menggunakan panel IPS beresolusi 1920 x 1080, dan Acer rupanya juga menyediakan varian touchscreen (CB515–1HT) – relevan mengingat Chrome OS sekarang sudah bisa menjalankan aplikasi Android. Di atas layar, Acer tidak lupa membubuhkan webcam beresolusi 720p dengan lensa wide-angle.

Acer Chromebook 15

Performanya mungkin bukan yang terbaik dari seluruh Chromebook, tapi setidaknya masih oke untuk kebutuhan sehari-hari. Acer hanya menyediakan tiga opsi prosesor: dual-core Intel Celeron N3350, quad-core Intel Celeron N3450 dan quad-core Intel Pentium N4200. Semuanya bertipe fanless, sehingga dipastikan perangkat dapat terus beroperasi secara hening, bahkan ketika Anda memakainya di perpustakaan sekalipun.

Melengkapi spesifikasinya adalah RAM DDR4 yang bisa dikonfigurasikan antara 4 atau 8 GB, tidak ketinggalan juga opsi penyimpanan internal berbasis eMMC dengan kapasitas 32 atau 64 GB. Bagaimana dengan baterainya? Well, Chromebook 15 diyakini siap beroperasi selama 12 jam nonstop.

Acer Chromebook 15

Soal konektivitas, Acer membekali Chromebook 15 dengan Wi-Fi AC, Bluetooth 4.2, dua port USB-C, dua port USB 3.0 standar, HDMI dan slot SD card. Kalau semua itu masih kurang, masih ada pemanis seperti keyboard yang dilengkapi backlight, yang diapit oleh sepasang speaker yang menghadap ke atas.

Kekurangannya, desain elegan serba logam ini harus ditebus dengan biaya yang lebih mahal dari mayoritas Chromebook: mulai dari $399 untuk konfigurasi termurahnya. Pemasarannya sendiri dijadwalkan berlangsung mulai bulan Oktober mendatang.

Sumber: PR Newswire.

Anker, Mobvoi dan Panasonic Umumkan Smart Speaker dengan Integrasi Google Assistant

Sejak awal Google Assistant diperkenalkan, Google sudah mengimpikan skenario dimana asisten virtual-nya itu bisa menghampiri semua perangkat dari berbagai macam kategori. Sejauh ini, Google Assistant sudah tersedia di banyak smartphone Android – bahkan iPhone – dan tentu saja smart speaker Google Home menjadi huniannya yang paling alami.

Saya bilang paling alami karena hampir dalam segala kesempatan, smart speaker dikendalikan menggunakan perintah suara. Kabar baiknya, Google Home bukan satu-satunya speaker yang mengusung integrasi Assistant, sebab di IFA 2017 sudah ada tiga pabrikan yang bersiap meluncurkan persembahannya masing-masing dalam waktu dekat, yaitu Anker, Mobvoi dan Panasonic.

Anker tampil dengan Zolo Mojo yang sepintas kelihatan seperti versi mini dari Google Home. Ini bukan smart speaker pertama Anker, tapi tentu saja yang pertama dilengkapi Google Assistant, plus mendukung fitur multi-room. Kehadirannya sekaligus melengkapi sub-brand Zolo yang memulai debutnya lewat earphone wireless ala Apple AirPods.

TicHome Mini / Mobvoi
TicHome Mini / Mobvoi

TicHome Mini dari Mobvoi adalah yang paling kecil di antara ketiganya. Desainnya sepintas mirip Amazon Echo Dot, dan ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air IPX6 (sekadar cipratan, bukan untuk diceburkan). Sama seperti Zolo Mojo, ia juga dapat difungsikan sebagai speaker Bluetooth biasa jika perlu, dengan daya tahan baterai sekitar 6 jam.

Di sisi lain, Panasonic SC-GA10 merupakan yang paling bongsor, dengan wujud balok minimalis yang berdiri tegak dan pantas dijadikan dekorasi ruangan. Melihat ukurannya, sepertinya kualitas suaranya adalah yang terbaik di antara ketiga smart speaker baru ini.

Panasonic SC-GA10 / Panasonic
Panasonic SC-GA10 / Panasonic

Ketiganya punya jadwal rilis yang berbeda. Zolo Mojo bakal meluncur lebih dulu ke pasaran mulai akhir Oktober, dengan banderol $70. TicHome Mini masih misterius, namun konsumen bisa mendapatkan potongan harga 30% jika mendaftarkan email newsletter di situsnya. Untuk Panasonic, SC-GA10 bakal menyusul di awal 2018, tapi harganya masih belum dirincikan.

Pengumuman lain yang tak kalah menarik adalah kolaborasi Google dan LG, dimana ke depannya berbagai perabot rumah LG dapat dikendalikan dengan Google Assistant yang terpasang di smart speaker maupun smartphone. Mulai dari mesin cuci sampai robot vacuum cleaner, konsumen dapat menugaskan mereka hanya dengan mengucapkan mantra “Ok Google,” diikuti oleh instruksi yang relevan.

Sumber: The Verge dan Google.

Flipboard Tinggalkan Windows Phone

Platform Windows Phone kembali kehilangan salah satu aplikasi populernya. Flipboard baru saja merilis pengumuman yang berisikan informasi bahwa pihaknya telah menghentikan dukungan untuk aplikasi berbasis Windows Phone. Keputusan ini diambil hanya beberapa hari setelah Wells Fargo melakukan langkah serupa. Rendahnya angka unduhan tampaknya menjadi faktor di balik keputusan keduanya.

Dengan manuver ini, pengguna baru dipastikan tidak akan bisa lagi mengunduh aplikasi Flipboard dari toko aplikasi. Dukungan yang tersisa saat ini ada di platform Windows 10, tetapi hanya tersedia untuk perangkat desktop dan tablet. Sayangnya, pihak Flipboard sudah mengonfirmasi tidak punya rencana untuk memberikan dukungan untuk Windows 10 Mobile di masa mendatang.

Kabar ini tak sepenuhnya buruk, karena pengguna masih bisa mengakses layanan Flipboard dari browser desktop ataupun perangkat lain yang lebih populer, misalnya Android dan iOS.

Melihat upaya Microsoft di platform mobile yang makin loyo, bukan hal yang mengejutkan jika kita akan melihat lebih banyak pemain besar yang meninggalkan platform mereka. Bahkan dalam beberapa bulan terakhir, jika dibandingkan, Microsoft justru menunjukkan tanda-tanda ketertarikan yang lebih besar mengembangkan aplikasi untuk Android dan iOS ketimbang platform mobile mereka sendiri.

Bagi Flipboard, langkah ini mengakhiri 4 tahun perjalanan di ekosistem Windows Phone. Flipboard harid pertama kali sebagai aplikasi pre-installed di Nokia Lumia 2010, kemudian disusul beberapa perangkat Windows Phone sebelum akhirnya dihadirkan di toko aplikasinya. Kini, Flipboard fokus mengembangkan aplikasinya untuk Android dan iOS. Jadi, pengguna yang ingin terus menikmati layanan Flipboard dari mobile, beralih ke salah satu platform tersebut adalah solusi paling mudah.

Sumber berita Softpedia dan gambar header Flipboard.

Kudo Dikabarkan Jadi Kendaraan Legal GrabPay di Indonesia

Setelah resmi mengumumkan akuisisinya atas Kudo sejak awal April lalu, Grab mulai memperlihatkan strategi bisnis atas langkahnya tersebut. Kudo disebutkan menjadi kendaraan legal untuk memperkuat penetrasi GrabPay di Indonesia. Sebagai sebuah layanan dompet digital, syarat kepemilikan lisensi e-money dari Bank Indonesia tentu menjadi dasar yang wajib diperjuangkan. Rumor lain adalah hadirnya Country Manager tersendiri untuk GrabPay di Indonesia, meskipun kami belum mendapatkan konfirmasi soal ini.

Hal ini bukan cara baru yang dilakukan perusahaan seperti Grab. Rivalnya di Indonesia, GO-JEK, melakukan hal serupa, dengan mengakuisisi MV Commerce untuk mendapatkan lisensi e-money dan memindahkan lisensi tersebut ke PT Dompet Anak Bangsa, sebuah unit bisnis terpisah yang khusus mengurusi GO-PAY.

Mendapatkan perizinan e-money bukan perkara mudah, sejauh ini yang telah terdaftar di situs BI baru 25 perusahaan saja, didominasi perbankan dan perusahaan telekomunikasi. Kudo akan berperan sangat penting untuk Grab, kredibilitasnya di pasar Indonesia menjadi sebuah kendaraan berharga untuk menguatkan Grab dalam peperangan di industri ini.

Dua raksasa ride sharing ini memang tak lagi dihadapkan pada persaingan di vertikal layanan transportasi. Lebih dari itu, sistem pembayaran akan berkontribusi lebih maksimal bagi RoI (Return on Investment) bisnis.

Babak baru industri on-demand adalah tentang persaingan kekuatan sistem pembayaran GO-PAY dan GrabPay. Sementara rival lainnya, Uber, belum sampai pada titik tersebut di Indonesia.