Monthly Archives: October 2017

Sennheiser Sound Forum 2017: In Ear Wireless, VR Mic dan Cara Sennheiser Sambut Tren Audio

Tahun 2017 hampir berakhir, dan sepertinya sudah waktunya Sennheiser menggelar acara rutin mereka. Adalah Sennheiser Sound Forum 2017 acara yang saya maksud. Ini adalah kali ketiga Sennheiser menggelar acara serupa.

Lokasi acara kali ini memang berbeda dengan acara serupa tahun lalu, acara kembali diadakan di coworking space. Lebih tepatnya di JSC Hive yang terletak di sebelah Tokopedia Tower yang baru. Formatnya sendiri secara mendasar masih sama tetapi setelah mengikuti rangkaian acara sepertinya antara waktu dan jumlah peserta yang hadir kurang seimbang. Berbeda dengan sound forum yang kedua, waktu dan ruang untuk mencoba terasa luas sehingga bisa mendapatkan pengalaman yang cukup menyeluruh.

Meski demikian, salah satu acara yang paling saya tunggu jika berhubungan dengan audio adalah Sennheiser Sound Forum, karena di acara ini, tidak hanya mendapatkan info atau rilis terbaru yang masuk ke pasar Indonesia, peserta diberikan waktu untuk mencoba berbagai perangkat Sennheiser secara langsung.

Presentasi dari perwakilan Sennheiser

Seperti biasanya, sebelum acara dimulai, ada presentasi dari beberapa perwakilan Sennheiser, seperti yang sudah-sudah, perwakilan dari Sennheiser ini memberikan penjelasan tentang produk serta tidak lupa menjelaskan tips terkait audio.

Sennheiser

Dari presentasi Martin Low, Managing Director Sennheiser Asia, saya bisa merasakan sedikit banyak keinginan Sennheiser untuk catch up dengan tren digital saat ini atau pangsa pasar kekinian serta pasar masa depan, terutama yang berhubungan dengan urusan konten audio, baik produksi maupun konsumsi konten.

Dalam rilis resmi juga diberi penekanan tentang bahasan tentang membentuk masa depan audio, beberapa di antaranya adalah tentang mobilitas dan akses audio dari smartphone, perangkat untuk pembuat konten, dan 3D audio. Tidak lupa juga dibahas tentang amplifier terbaru untuk penikmat audio kelas berat.

Beberapa hal yang saya tangkap menjadi niat Sennheiser untuk memberikan produk yang menyasar pengguna perangkat atau gadget masa kini antara lain, seperti pengguna smartphone dengan wireless earphone untuk aktivitas mobile, mic untuk action camera untuk menangkap pasar Youtuber dan traveller, Audio 3D untuk konten yang lebih immersive termasuk untuk konten VR atau konten 360 termasuk untuk platform Facebook dan Youtube, serta mic untuk merekaman audio 3D untuk pengguna profesional.

Tren penikmat audio hi-res juga tidak ketinggalan ‘disentuh’ oleh Sennheiser lewat penjelasan tips yang disampaikan oleh Kuan Wee Hong, Senior Product Manager Sennheiser Asia.

Momentum In Ear Wireless

sennheiser momentum in ear wilress

Pertama-tama mari kita bahas wireless earphone yang diperkenalkan kemarin oleh Sennheiser. Yang pertama adalah seri Momentum namun hadir dengan tampilan yang cukup berbeda. Selain wireless, ada dua ciri yang menempel pada earphone ini. Momentum In Ear Wireless yang pertama dilengkapi neckband dan yang kedua dilengkapi magnet di ujung ear piece-nyam hadir dengan nama HD1 Free.

Momentum In Ear Wireless (Rp3.299.000) dengan neckband, sesuai namanya adalah earphone yang penggunaannya mirip kalung ketika tidak digunakan. Ini memberikan karakter bahwa earphone tidak true wireless, tetapi di sisi lain memberikan beberapa kelebihan juga.

Fitur yang disematkan di luar audio antara lain adalah kemampuan digunakan selama 10 jam, dukungan konektivitas wireless bluetooth 4.1 serta NFC. Lalu dukungan codec AAC serta Qualcomm apt-X. Jadi akan lebih mendukung untuk mendengarkan musik lewat perangkat bergerak. Memungkinkan untuk digunakan dalam mode panggilan telepon serta memiliki fitur getar untuk notifikasi panggilan masuk. Cara pengisian baterai adalah dengan USB, colokan tersedia di ujung neckband.

sennheiser momentum wireless in ear

Untuk pengalaman hands-on sendiri, sayangnya waktu yang diberikan sangat singkat. Bahkan tidak ada perangkat pemutar musik yang disiapkan, jadi harus menggunakan player sendiri dan proses pairing agak memakan waktu, karena harus ‘reset’ koneksi setelah sebelumnya digunakan peserta sound forum lain.

Saya akhirnya bisa mengkonekikan iPod saya untuk mencoba suara dari Sennheier Momentun In Ear Wireless dengan neckband. Untuk suara sendiri saya mencoba dua lagi secara singkat dan tidak full yaitu lagu Tak Pernah Padam – Sandy Sandhoro dan Bohemian Rhapsody – Queen. Untuk yang lagu Sandy terasa cukup deep, bass dan detail menyatu dan warna suaranya terasa bernyawa. Sedangkan untuk lagu Queen, bass cukup terasa meski detail agak ke belakang dan power-nya terasa cukup baik.

Dari sisi desain sendiri adalah sebuah kelebihan yang bisa jadi unggulan wireless in ear ini. Bahan neckband hadir dengan desain dan bahan yang cukup premium plus fitur jahitan yang memberikan kesan mewah. Bahan utama memang plastik tapi kombinasi hitam dan elemen merah adalah kombiasi yang bisa dibilang akan selalu pas untuk earphone. Tombol-tombol ada di bagian ujung neckband yang agak tebal. Colokan untuk mengisi daya bisa diakses dengan membuat karet penutuh di ujung neckband.

Sedangkan untuk desain earpiece-nya, menurut saya juga tampil cukup keren. Kabel ada semacam kaitan yang mungkin berfungsi juga untuk pelindung, kombinasi warna glossy hitam yang menambah kesan elegan.

Wireless Earphone ini juga hadir dengan boks untuk dibawa yang cukup premium.

Sennheiser CX 7.00BT – wireless in ear earphone

Sennheiser CX 7.00BT

Secara penampilan CX 7.000BT dan Moementun In Ear Wireless memang tampak sama, tetapi selain perbedaan harga, ada beberapa perbedaaan dari sisi desain dan dari sisi keluaran audio yang dihasilkan.

Dari sisi desain sendiri, tingkat kualitasnya memang menurun dari Memetun in ear wireless. Tidak ada efek elegan balutan penutup neckband, efek jahitan dan kombinasi warna hitam – merah. CX 7.00BT (Rp2.489.000) hadir dengan desain mirip robot. Tidak jelek tapi terkesan kaku dan hanya fokus ke fungsi. Bahan utama plastik tetapi ada elemen rubber di bagian bawah neckband sehingga untuk dipakai aktivitas bergerak sepertinya wireless in ear ini lebih cocok.

Earpiece-nya bagi saya cukup keren, dengan bentuk yang modern dan elemen logo di ujung earpiece. Tombol-tombol terletak di bagian neckband yang tebal, akses untuk mengisi daya ada diujung neckband yang ditutup karet pelindung. Jam aktif sama 10 jam dan fitur panggilan telepon serta koneksi pun sama, tersedia bluetooth 4.1 dan NFC serta Qualcomm® apt-XTM dengan kualitas suara Hi-Fi.

Sennheiser CX 7.00BT

Untuk urusan suara sendiri, saya mencoba dengan kombinasi lagu yang sama dengan Momentum In Ear Wireless. Pengalaman saya, earphone ini mendengarkan lagu yang sama dengan Momentum In Ear Wireless, untuk lagu Bohemian Rhapsody, bass cukup terasa meski detail agak ke belakang. Lalu untuk lagu Tak Pernah Padam dari Sandy Sandoro, bass terasa cukup kuat, vokal hadir dengan detail yang baik namun clearness terasa agak kurang.
Jika dibandingkan dengan Momentun In Ear Wireless ada beberapa hal yang saya temukan, antara lain secara keseluruhan suaranya kurang ‘bernyawa’, lalu power juga agak kurang dibandingkan dengan Momentum In Ear Wireless.

HD 1 Free

Sennheiser HD1 Free

Selain dua in ear wireless ini ada pula Satu in ear wireless yang saat acara belum tersedia di Indonesia (baru akan). Sennheiser HD 1 Free hadir dengan desain yang memang tidak full wireless karena masih ada tali, namun tidak berbentuk neckband. Dari sisi desain HD1 Free sangat menarik dan mewah. Kombinasi warna hitam dan merah serta hitam di earpiece memberikan kesan eksklusif. Tersedia button untuk kontrol seperti volume dan ujung earpiece ada magnetic yang memungkinkan untuk semacan fitur mengunci.

Untuk suara, saya tidak mencoba terlalu lama, namun kesan yang saya dapatkan bahwa suara yang ditawarkan earphone ini mirip dengan Momentun In Ear neckband tetapi suaranya lebih detail.

Beberapa produk unggulan yang dipamerkan di acara

HDV 820

HDV 820

Amplifier yang satu ini hanya sempat saya coba sebentar. Saya justru mencoba amplifier generasi sebelumnya dengan cukup intens ketika mencoba 3 headphone dari Sennheiser beberapa waktu lalu. (Artikel bisa dilihat di sini).

Dalam rilisnya disebutkan perangkat amplifier digital ini memiliki peningkatan seperti resolusi yang lebih tinggi, kompinen distorsi rendah. Lalu performa akustik juga menjadi unggulan dari HDV 820 (Rp44.990.000).

AMBEO VR Mic

Sennheiser Ambeo VR Mic

Perangkat yang satu ini sebenarnya bisa menjadi salah satu bintang dari dalam acara sound forum kemarin, namun sayangnya harganya yang mahal (yang memang ditujukan untuk kalangan profesional) serta demo yang singkat mengurangi keunggulan dari perangkat mic yang mampu merekam dari berbagai angle suara ini.

Mic yang satu ini (dijual seharga Rp32.099.000), disebutkan Sennheiser bisa digunakan untuk membuat konten VR, menjelaskan langkah Sennheiser untuk menangkap tren konten audio visual terkini. Mic ini akan memberikan tangkapan suara 3D sehingga pendengarnya bisa merasakan secara menyeluruh pengalaman sesuai kejadian asli.

Pada dasarnya mic ini memiliki 4 sisi untuk merekam suara namun hadir dalam balutan layaknya mic ‘normal’ biasa, sehingga ringkas dan mudah dibawa. Untuk hasil rekamannya pun ada 4 tracks (4 channel output) yang nantinya (dalam post production) harus dilakukan pengaturan untuk menyatukan. Dijelaskan untuk hasil output konten yang akan di publikasikan di FB ada format software-nya.

Sennheiser juga menjelaskan bahwa mereka telah menyiapkan ekosistem untuk penggunaan mic ini, mulai dari capturing, mixing, processing, dan listening.

Sennheiser Ambeo VR Mic

Untuk hasil suaranya sendiri cukup memberikan pengalaman immersive. Contoh yang dicoba dalam waktu yang cukup singkat adalah video shooting film yang menghadirkan adegan motor berjalan dari satu sisi ke sisi lain. Suara yang ada memberikan pemgalaman ingin menoleh karena kita jadi tau dari sisi mana motor tersebut datang.

Produk lain yang mencuri perhatian

Dua produk lain yang mencuri perhatian saya pada acara sound forum selain yang telah dijelaskan di atas antara lain Sennheiser Ambeo Smart Headset serta earphone IE 80 S.

Sennheiser Ambeo Smart Headset

Sennheiser Ambeo Smart Headset

Perangkat yang satu ini memang hanya jadi pajangan alias pelengkap, bukan perangkat yang dirilis pada acara sound forum 2017, dan bukan pula produk yang baru-baru amat. Tetapi sejak pertama kali melihat info perangkat ini, saya penasaran dengan kemampuannya.

Pada dasarnya perangkat headset ini bisa merekam suara dan juga bisa menjadi alat untuk mendengarkan suara tersebut. Suara yang dihasilkan terasa 3 dimensi. Suara yang Anda rekam akan sesuai dengan posisi suara itu datang. Misalnya dari depan, pinggir atau belakang.

Meski demikian, smart headset ini bukan ditujukan untuk kalangan profesional, jarak rekamnya pun hanya normal mic biasa, akan maksimal untuk jarak 1 meter-an. Dengan harga di pasar AS yang bisa dibilang cukup terjangkau, bisa jadi pasar untuk perangkat ini adalah para kreator video yang ingin memaksimalkan pengalaman suara untuk video 360 yang mereka ambil. Bisa untuk YouTube, FB atau platform yang telah mendukung video 360.

Ambeo Smart Headset

Pengalam mencoba perangkat ini cukup menyenangkan dalam arti saya bisa dengan jelas merekam dan mendengarkan dari mana suara dateng, meski dalam ruangan yang cukup kecil dan banyak orang. Suara 3D yang dapat direkam juga terasa seperti posisi suara aslinya, pinggir depan dan belakang.

Perangkat ini juga bisa merekam secara langsung dari perangkat bergerak misalnya smartphone atau secara terpisah. Kamera untuk video suara dengan smart headset, kemudian disatukan dalam proses post production.

Sennheiser IE 80 S

Sennheiser IE 80 S

Beralih kembali ke earphone, kali ini saya disuguhkan sebuah earphone in ear yang dari tampilannya seperti biasa saja namun ternyata di dalamnya menyimpan kualitas suara yang menakjubkan. Sebagai informasi, saya kurang menyukai model earphone in ear dan lebih memilih model earbud. Namun setelah mencoba IE 80 S, persepsi saya akan in ear sedikit melunak, dan bisa menerima IE 80 S sebagai earphone dengan kualitas yang menarik untuk dicoba.

Kesan singkat yang saya dapatkan ketika mencoba IE 80 S adalah suara bass yang menyenangkan, bisa diatur tingkat bass-nya dengan menggunakan alat tambahan serupa obeng pipih. Letak pengaturannya ada di bagian luar rumah earphone. Meski agak ribet untuk pengaturannya namun menjadi maklum karena ini adalah in ear earphone yang bentuknya cukup mungil.

Kenyamanan juga menjadi kesan yang saya dapatkan lewat IE 80 S. Ear tips dihadirkan bekerja sama dengan Comply dan disediakan beberapa ukuran. Untuk suara lain selain bass, pengalamannya cukup enak untuk didengarkan. Kombinasinya pas dan terasa sangat baik.

Sennheiser IE 80 S

Untuk desain masing memiliki karakter dari seri sebelumnya namun dengan beberapa detail yang berubah, seperti elemen warna merah serta bagian hitam yang lebih banyak untuk di bagian luar earphone. Kabel juga bisa dicopot dari rumah earphone dan Anda akan mendapatkan case premium untuk menyimpan earphone. IE 80 S dijual dengan harga retail Rp5.890.000.

Selain Apa yang menarik di atas, Sennheiser juga memperkenalkan atau memamerkan beberapa produk lain. Misalnya mikrofon video MKE 2 elements (Rp3.889.000) yang diperuntukkan bagi content creator termasuk pelaku media. Mikrofon untuk GoPro Gero4 serta seri perangkat mikrofon plug and play AVX yang merupakan perangkat mic nirkabel untuk DSLR. Dijual dengan harga retail (Rp13.619.000 – Rp19.459.000). Produk lain adalah Handmic Digital (Rp5.039.000) serta ClipMic digital untuk perangkat iOS, dijual dengan harga Rp3.889.000.

Kesan Sound Forum 2017

Seperti yang sedikit saya utarakan di atas, kesan yang saya dapatkan dari acara sound forum 2017 ini adalah Sennheiser tidak hanya menyediakan berbagai perangkat audio untuk mereka yang gemar mendengarkan musik seperti jajaran earphone baik in ear, earbud atau over the ear headphone, tidak hanya pula menyediakan mic dengan kualitas yang bisa diandalkan tetapi juga ingin menangkan berbagai kegiatan yang menggunakan perangkat audio kekinian. Misalnya konten 360 dengan 3D mic, mic untuk action camera (meski bukan untuk model terbaru), lalu perangkat yang bisa digunakan para kreator konten termasuk awak media yang kini dituntut untuk membuat konten video (plus audio) secara mobile, serta wireless in ear earphone yang sedikit banyak mengikuti perkembangan perangkat smartphone terbaru yang kini meninggalkan jack audio serta penggunaan perangkat audio untuk aktivitas yang membutuhkan lebih banyak gerak.

Tentu saja, strategi untuk menangkap tren terkini dan masa depan ini tidak meninggalkan ranah yang menjadi salah satu keahlian Sennheiser yaitu perangkat yang diperuntukkan bagi penikmat audio terutama para audiophile dengan amplifier terbaru serta update in ear earphone yang ditujukan untuk kelas menengah – atas.

Jika dibandingkan dengan dua sound forum yang pernah saya ikuti, meski jajaran headphone (yang merupakan kegemaran saya) tidak sebanyak dua sound forum sebelumnya, acara sound forum tahun ini tetap menjadi menarik. Karena di sound forum kali ini, Sennheiser ingin menangkap peluang untuk ikut serta pada perkembangan audio masa depan dan ingin menangkap tren terkini dari para konten kreator, yang tentunya berhubungan dengan perangkat audio seperti 3D mic dan Ambeo Smart Headset.

Saya jadi penasaran, kira-kira, apa yang akan diperkenalkan serta dipamerkan Sennheiser di sound forum berikutnya.

One more thing

Seperti yang disebutkan di atas, menjadi hal rutin untuk Sennheiser memberikan tips terkait audio.

Kali ini tips yang dihadirkan adalah yang berhubungan dengan cara menikmati lagu. Tren yang kini sedang berkembang adalah mendengarkan lagu atau musik secara hi-ress, tips yang diberikan oleh Sennheiser antara lain adalah:

1. Jika Anda ingin mendapatkan audio yang baik, maka cari file atau layanan yang menampilkan dukungan untuk hi-ress audio, misalnya untuk iOS adalah ALAC sedangkan Android FLAC atau DSD (SACD).

2. Di mana bisa mendapatkan hi-ress audio? Penikmat audio bisa membeli lewat HDtracks.com atau jika menggunakan layanan streaming seperti Spotify, gunakan pengaturan kualitas audio ke maksimal.

3. Untuk yang akan menggunakan bluetooth headphone dan masih ingin mendapatkan kualitas audio yang maksimal, maka Sennheiser menyarankan untuk melihat audio codec-nya untuk iOS AAC sendangkan Android APTX by Qualcomm atau standar universal SBC.

4. Tips yang terakhir adalah berkaitan dengan ear tips dari perangkat earphone. Jika Anda akan membeli tipe earphone jenis ini pastika ear tips-nya dari merek ternama. Anda bisa membeli ear tips tambahan jika memungkinkan. Lalu untuk membersihkannya bisa gunakan tisu basah. Dan untuk perawatannya, kurangi menekan bagian ruas penyambung. Cara menyimpan yang disarankan adalah gulung dan taruh dalam kotak tersendiri (atau kota khusus untuk earphone).

Game-Game ‘Most Wanted’ Bulan November 2017

Festival game akhir tahun dimulai sejak bulan November. Di awal kuartal keempat 2017 ini, kita kehadiran kandidat kuat game of the year seperti Super Mario Odyssey serta Wolfenstein II: The New Colossus, dan mungkin saat ini Anda sedang asik bertualang di era Mesir Kuno dalam Assassin’s Creed Origins. Dan di bulan November besok, serbuan judul-judul blockbuster diperkirakan akan lebih memanas.

Di periode ini, kita akan kehadiran sepuluh permainan esensial; satu merupakan versi remaster dari game paling inovatif di eranya dan ada pula ‘edisi lengkap’ permainan action Ninja Theory yang diramu khusus buat PC. Apa saja? Simak daftar lengkap dan waktu rilisnya di bawah.

 

Call of Duty: WWII

PC, Xbox One, PlayStation 4 – 3 November

Sembilan tahun berlalu sejak pelepasan World at War, dan Activision akhirnya memutuskan untuk mengembalikan seri ini ke tema awal: Perang Dunia 2. Beberapa elemen gameplay mengusung gaya klasik, satu contohnya ialah penghapusan sistem health auto-regeneration dan digantikan oleh health pack tradisional.

 

Horizon Zero Dawn: The Frozen Wilds

PlayStation 4 – 7 November

The Frozen Wilds merupakan expansion pack, berisi petualangan baru di wilayah yang tertutup salju, dan menantang Aloy dengan musuh-musuh yang tak pernah ia temui sebelumnya. Add-on ini kabarnya siap mendukung resolusi 4K, fitur HDR, serta dibekali sejumlah upgrade visual jika dinikmati dari PlayStation 4 Pro.

 

Nioh: Complete Edition

PC – 7 November

Terlambat masih lebih baik dari pada tak ada sama sekali, dan Nioh: Complete Edition bukan sekedar pelipur lara. Edisi ‘komplet’ ini menyimpan pembaruan grafis eksklusif buat PC, serta dilengkapi semua downloadable content yang pernah tim Ninja Theory luncurkan di versi console-nya.

 

Sonic Forces

PC, Xbox One, PlayStation 4, Switch – 9 November

Sonic Forces memberikan pilihan gameplay berbeda: pemain bisa menikmatinya ala permainan Sonic modern ataupun klasik. Di opsi pertama, game disajikan dalam level 3D ala Sonic Unleashed; lalu mode klasik menghidangkan genre side-scrolling khas Sonic di era Sega Geneis. Ada juga mode Avatar yang mempersilakan Anda membuat karakter custom.

 

Need for Speed Payback

PC, Xbox One, PlayStation 4 – 10 November

Game ke-23 di seri Need for Speed ini difokuskan pada ‘action driving‘, yang mengindikasikan bahwa gameplay-nya mengusung tema arcade. Payback memperkenalkan tiga tokoh utama dengan latar belakang cerita serta setting ala Need for Speed: Most Wanted dan Underground.

 

Football Manager 2018

PC – 10 November

Didesain sebagai permainan simulasi pengelolaan tim sepak bola terbesar, Football Manager 2018 menawarkan pilihan lebih dari 2.500 tim yang ada di 50 negara, dan dihuni oleh 600 ribu pemain dan staf sungguhan. Game mempersilakan Anda merelisasikan mimpi jadi manajer tim sepak bola top dunia.

 

Lego Marvel Super Heroes 2

PC, Xbox One, PlayStation 4 – 14 November

Untuk memberikan rasa baru di gameplay-nya yang familier, Traveller’s Tales memberikan pemain kemampuan buat memanipulasi waktu serta menambahkan mode battle kompetitif empat-pemain. Di sana, Anda dapat memilih berbagai karakter hero dan villain dari jagat Marvel.

 

L.A. Noire Remastered

Xbox One, PlayStation 4, Switch – 14 November

Seperti mayoritas game edisi remaster ke platform current-gen lainnya, L.A. Noire menyuguhkan pembaruan grafis (dukungan 4K buat PS4 Pro dan Xbox One X), penyesuaian pada sistem kendali (khususnya untuk Joy-Con di versi Nintendo Switch), serta dibundel bersama segala konten add-on pasca-rilis.

 

Star Wars Battlefront II

PC, Xbox One, PlayStation 4 – 17 November

DICE berambisi untuk membuat Battlefront II mereka menjadi satu paket petualangan Star Wars terlengkap. Caranya? Mereka merangkul semua lokasi dan karakter yang ada di era trilogi orisinal, prekuel, dan trilogi baru; memungkinkan Anda mengadu Rey dengan Darth Maul atau Yoda versus Kylo Ren.

 

Pokémon Ultra Sun & Moon

3DS – 17 November

Pokémon Ultra Sun & Moon di-setting di kawasan fiktif bernama Alola yang terinspirasi dari kepulauan Hawaii, menyodorkan para fans jalan cerita alternatif serta beragam spesies Pokémon baru. Di sana, Game Freak juga memperkenalkan Pokémon bernama Necrozma, yang dipilih jadi maskot kedua versi game tersebut.

Zahir dan Komitmennya Beralih ke Layanan SaaS

Perusahaan pengembang aplikasi bisnis Zahir Internasional mengungkapkan komitmennya untuk terus memperkaya produk dan layanan SaaS yang dimiliki agar makin sejalan dengan kebutuhan pasar.

Dari sisi produk, Zahir melakukan pengembangan ke platform cloud dan mobile apps dengan model SaaS. Fokus untuk para pengambil keputusan di organisasi bisnis, sehingga aplikasi mobile pertama yang dirilis adalah business dashboard. Membantu para pengusaha dan senior level management mengambil keputusan dengan informasi terkini mengenai kondisi perusahaan.

Model SaaS ini dihadirkan untuk pengguna agar dapat berlangganan dengan harga yang terjangkau dari berbagai skala bisnis dan industri.

Untuk sisi fitur, Zahir merangkap sebagai aplikasi inventory management, mulai dari pengelolaan stok sederhana, bagi online shop sampai yang kompleks untuk perusahaan manufacturing. Ada juga project costing untuk mempermudah perusahaan konstruksi mengelola pencatatan keuangan dan stok untuk setiap proyek yang berbeda.

“Januari 2018, kami berencana merilisi beberapa aplikasi mobile lainnya. Namun kami belum bisa beri detilnya. Intinya di era mobile seperti sekarang, Zahir menyadari bahwa setiap orang bisa menjalankan bisnis dan menyelesaikan pekerjaannya di mana saja dan kapan saja. Yang menarik, Zahir siap bermain di ranah fintech,” terang CEO PT Zahir Internasional Muhamad Ismail kepada DailySocial.

Sebagai perusahaan pengembang aplikasi yang sudah berdiri sejak 20 tahun silam, tentunya bisa dikatakan Zahir sebagai pemain terdepan di Indonesia. Untuk persaingannya dengan perusahaan sejenis, Ismail menuturkan bahwa apa yang ditawarkan Zahir kepada penggunanya adalah pengalaman perusahaan dalam membantu berbagai skala bisnis di berbagai industri.

“Ini memberi nilai tambah bagi kami untuk membawa pengalaman terbaik bagi pelanggan dalam mencapai bisnis mereka di level berikutnya. Melihat kenyataan ini, layanan yang ditawarkan perusahaan tentu berbeda dengan kompetitor, meski di permukaan terlihat sama.”

Tak hanya fokus ke bisnis dalam negeri. Zahir juga telah ekspansi ke luar negeri sejak beberapa waktu belakangan. Ada dua negara yang sudah dimasuki yakni Malaysia dan Australia. Bagi Ismail, ekspansi ke luar negeri adalah target perusahaan untuk melayani seluruh pengguna dalam skala global.

Fitur yang dihadirkan Zahir ternyata cukup mendapat respons yang positif dari pengguna korporat di luar negeri karena cukup kaya dan diklaim belum ada di pasar global. Kompleksitas mengelola bisnis di Indonesia ternyata lebih rumit dibandingkan di luar Indonesia, tapi ini jadi keuntungan tersendiri bagi Zahir. Sebab hal tersebut membuat produk Zahir jadi lebih menarik.

“Permasalahan yang dihadapi sebenarnya relatif sama, sehingga produk kita mudah diterima oleh pelanggan di luar Indonesia.”

Negara berikutnya yang akan disasar Zahir adalah Singapura, negara-negara kawasan Timur Tengah, dan Afrika. Hanya saja, Ismail enggan membeberkan dana yang disiapkan untuk menyasar kawasan tersebut.

“Untuk budget, tentu saja, karena penetrasi global jadi bagian dari langkah strategis kita untuk membuat Zahir terus tumbuh dan berkembang,” pungkas Ismail.

Update Dota 2 Versi 7.07 Hadirkan Dua Hero Baru, Sistem MMR Baru dan Turbo Mode

Terakhir Dota 2 kedatangan hero baru adalah pada penghujung tahun lalu, yakni Monkey King lewat versi 7.00. Lalu pada event The International bulan Agustus kemarin, Valve merilis video teaser dua hero baru lagi. Keduanya resmi datang hari ini juga melalui update versi 7.07.

Hero yang pertama adalah Pangolier dengan gaya bertarung melee (jarak dekat). Kumpulan skill-nya tergolong cukup lengkap, mulai dari melompat maju sembari melancarkan serangan beruntun, skill damage area dan damage reduction, sampai kemampuan mengabaikan armor lawan.

Ultimate-nya adalah Rolling Thunder, dimana Pangolier akan berubah menjadi bola yang kebal terhadap magic selagi melukai dan memberikan efek stun terhadap semua lawan yang dilewatinya. Satu catatan penting, sebelum skill aktif, ada jeda channeling sepersekian detik.

Dark Willow Dota 2

Hero yang kedua adalah Dark Willow, yang berperan ideal sebagai support. Ia memiliki dua skill disabler area, plus kemampuan untuk menjadi kebal dari serangan lawan macam yang dimiliki Puck.

Dark Willow didampingi oleh hewan peliharaan bernama Jex, yang bisa dimanfaatkan untuk melancarkan damage di sekitar sang lakon. Jex juga merupakan komponen utama dalam ultimate Dark Willow, dimana musuh yang terkena efek areanya bakal otomatis lari ke arah markasnya sendiri.

Dota 2 Pangolier & Dark Willow

Update versi 7.07 juga memperkenalkan sistem MMR baru. Valve tampaknya terinspirasi oleh sistem yang diterapkan Overwatch, dimana MMR akan dikalibrasikan ulang di setiap season baru. Satu season dalam Dota 2 berlangsung selama enam bulan.

Tidak kalah menarik adalah mode gameplay baru bernama Turbo Mode. Mode ini sejatinya merupakan mode All Pick versi pendek. Dalam Turbo Mode, pemain akan memperoleh gold dan experience point dengan lebih cepat, waktu respawn diperpendek, lalu tower dibuat jadi lebih lemah.

Semua item juga bisa dibeli di toko manapun di Turbo Mode. Valve bilang bahwa mode ini ideal untuk pemain atau tim yang hendak bereksperimen dengan strategi maupun build baru, atau sekadar menjajal hero yang belum dikuasainya.

Selebihnya, ada tampilan baru yang lebih rapi untuk mode Ability Draft, serta fungsionalitas baru untuk ping wheel. Selengkapnya bisa Anda baca langsung di situs resmi Dota 2.

Sumber: Dota 2.

Sebelas Bulan Beroperasi, Iruna Fokus pada Improvisasi Teknologi

Di Indonesia, industri logistik masih sangat relevan untuk dieksplorasi. Potensinya sangat kuat, menyokong proses bisnis untuk industri lain –baik digital seperti e-commerce maupun bisnis ritel konvensional. Keyakinan ini yang menjadikan beberapa pemain baik lokal maupun internasional terus mencoba berinovasi menawarkan pendekatan baru.

Salah satunya Iruna. CEO Yan Hendry Jauwena menyampaikan bahwa saat ini masih ada gap yang cukup signifikan dalam kaitannya dengan adopsi teknologi, khususnya ketika berbicara dukungan industri logistik untuk e-commerce. Hal tersebut karena adopsi teknologi di lini logistik tidak sekencang proses bisnis lain yang didukungnya.

Berbicara tentang inovasi teknologi, baru-baru ini Iruna memperkenalkan sebuah sistem baru yang diberi nama “Moving Hub System”. Diterapkan untuk mengoptimalkan pengaturan rute transportasi logistik untuk efisiensi pengantaran barang.

“Sistem tersebut memanfaatkan armada van kami yang ada saat ini sebagai moving hub untuk exchange point bagi riders kami setelah melakukan pick up sebelum melakukan delivery,” jelas Hendry.

Moving Hub System di wilayah Jabodetabek ini didesain untuk menggantikan pola Hub and Spoke pada kurir yang ada pada umumnya. Alasan Iruna tidak menggunakan Hub and Spoke karena untuk tujuan efisiensi biaya dan kecepatan pengiriman.

Perjalanan pengembangan produk selama 11 bulan beroperasi

Salah satu produk yang telah diselesaikan oleh Iruna adalah Iruna Power Seller, yakni sebuah aplikasi mobile yang didesain untuk menjadi dasbor bisnis bagi pelanggan. Mencakup sistem pelayanan end-to-end dari Iruna, mulai dari layanan channel management, fulfillment center, dan last mile delivery. Semua dapat dipantau melalui satu aplikasi tunggal tersebut.

Screen Shot 2017-10-31 at 11.43.19 AM

Selain itu ada juga teknologi LEANBOX Technology, yang terdiri dari tiga sistem utama, yakni Warehouse Management System, Transport Management System, dan Rider Application yang dilengkapi dengan e-signature dan visual receiver image capturing function. Untuk pembaruan teknologi dari Iruna, rata-rata baru diterapkan untuk operasional bisnis yang ada di Jakarta dan Surabaya.

[Baca juga: Rencana Ekspansi Lalamove dan Tuntutan Industri Logistik di Indonesia]

“Saat ini Iruna sudah melayani pelanggan baik e-commerce platform seperti Tokopedia, Blibli, Sale Stock dll. Selain itu Iruna juga mengakomodasi pengiriman untuk toko online, penjual di Instagram dan korporasi. Rata-rata ada 15 ribu order per minggu didominasi wilayah Jabodetabek dan kota besar di Indonesia, kiriman Iruna terjauh sudah mencapai Labuan Bajo,” ujar Hendry.

Saat ini salah satu agenda lain Iruna ialah menjalin kerja sama strategis dengan beberapa pemain logistik seperti JNE, Lion Parcel, ESL, Atri Express  dan beberapa lainnya untuk memperkuat layanan last mile delivery.

Tengah mempersiapkan ekspansi dan pendanaan

Ekspansi akan menjadi agenda utama di tahun 2018, dan Iruna memiliki pendekatan unik, yakni memulai dengan mematangkan operasional dari sisi teknologi. Hal ini dilakukan mengingat ekspansi yang akan digalakkan adalah model kemitraan strategis.

Hendry menjelaskan, “Ekspansi yang akan diusung adalah model partnership dengan berbagai pihak, termasuk para pemain logistik tanah air yang juga merupakan anggota dari asosiasi terkait untuk pemenuhan kebutuhan fleet dan warehouse. Iruna nantinya akan lebih memberdayakan kekuatan teknologinya sehingga tetap menjadi perusahaan light asset tetapi sarat di sisi tech development khususnya di area logistics operational for collaboration.”

[Baca juga: Platform e-Logistik Iruna Resmi Beroperasi, Siap Gelontorkan Investasi Awal 260 Miliar Rupiah]

Untuk akselerasi bisnis, Hendry menceritakan bahwa saat ini pihaknya telah diskusi dengan beberapa pemodal ventura dan investor untuk pendanaan lanjutan. Namun sayangnya saat ini informasi tersebut belum bisa dibagikan lebih detail.

Application Information Will Show Up Here
CEO Dicoding Indonesia Narenda Wicaksono dan tim Dicoding / Dicoding

Empat Hal yang Wajib Dicermati Pengembang Lokal

Sebagai sebuah developer hub, kehadiran Dicoding selama ini konsisten untuk menjadi wadah yang menjembatani kemampuan para pengembang lokal dengan berbagai kesempatan dan akses belajar yang lebih luas. Makin maraknya kehadiran startup di Indonesia saat ini ternyata tidak dibarengi dengan jumlah pengembang lokal yang cukup dan berkualitas baik.

Menurut CEO Dicoding Indonesia Narenda Wicaksono, ada beberapa alasan mengapa para pengembang lokal saat ini masih terbilang memiliki self learning yang rendah. Menurut Narenda, untuk menjadi pengembang yang berkualitas, kemampuan untuk menambah wawasan dan terus memperkaya pengetahuan wajib dimiliki oleh seorang pengembang.

Menurut Narenda, hal-hal penting yang wajib dicermati pengembang:

Self learning

Dari hasil wawancara dengan beberapa HR perusahaan teknologi, salah satu kelemahan pengembang tanah air adalah kemampuan self learning yang rendah. Padahal skill ini sangat penting untuk bisa bertahan di era digital berkembang dengan cepat. Mengikuti kelas akademi bisa menjadi salah satu cara untuk mengasah self learning agar memiliki pencapaian yang terencana.

Mencari Tantangan

Teknologi berkembang secepat kilat dan musuh pengembang adalah zona nyaman. Sesungguhnya sangat beruntung bila seorang pengembang memiliki manager yang selalu memberikan tantangan. Bila tidak, bisa dengan mengikuti kontes online atau hackathon yang sekarang cukup menjamur. Bekerja di startup baru juga akan memberikan adrenalin yang kurang lebih sama.

Membangun Portofolio

Puncak karir seorang pengembang adalah menjadi C level atau pemilik perusahaan teknologi. Berdasarkan hasil riset, dibutuhkan waktu minimal satu tahun untuk membangun sebuah MVP (Minimum Viable Product) yang layak. Waktu tiga tahun adalah waktu minimal yang dibutuhkan untuk membangun sebuah produk digital. Memang tidak semua pengembang memiliki bakat untuk menjadi seorang entrepreneur, tapi memiliki produk dalam bentuk “library” adalah sesuatu yang sangat mungkin untuk dicapai.

Bergabung dengan Komunitas

Seorang pengembang yang berbagi ilmu akan membuat ilmunya tersebut semakin berkembang. Bila semua pengembang dalam komunitas tersebut memiliki visi berbagi yang sama, maka komunitas akan berkembang secara positif memberikan implikasi kepada anggotanya. Piramida ekosistem akan terbentuk memberikan dampak yang masif sehingga menjadi magnet untuk employer, investor, akademi, dan pemerintah untuk ikut berkontribusi.

Menilik Kepopuleran Bitcoin di Indonesia

Sebagai salah satu negara berkembang di dunia Indonesia tidak luput dari kepopuleran bitcoin. Salah satu buktinya adalah mulai banyak masyarakat Indonesia yang memiliki bitcoin dan tergabung dalam forum-forum pembahasan bitcoin. Founder Bitcoin.co.id Oscar Darmawan, sebuah platform jual beli Bitcoin, Ethereum dan Digital Asset lainnya memaparkan bagaimana kondisi penerimaan masyarakat Indonesia terhadap Bitcoin.

Dalam presentasinya, Oscar menyambut cukup baik peningkatan kepopuleran Bitcoin di Indonesia. Namun Oscar juga menyampaikan bahwa tidak hanya Bitcoin, kepopuleran cryptocurrency juga akan meningkat di Indonesia jika koin tersebut menunjukkan peningkatan nilai yang cukup signifikan.

“Di Indonesia tidak ada pelanggan yang loyal untuk (sebuah) cryptocurrency tapi percayalah, jika cryptocurrency Anda naik cukup cepat cryptocurrency Anda akan dapat banyak penggemar,” jelas Oscar.

Kepopuleran Bitcoin (tidak hanya di Indonesia) diramalkan CEO Satoshi School Jorg Molt akan terus berlanjut untuk lima tahun ke depan. Hal tersebut disampaikan Jorg Molt dalam presentasinya di acara dalam konferensi BlockBali 2017 yang diselenggarakan oleh Blackarrow Conferences. Namun kepopuleran Bitcoin diprediksi tidak akan diikuti oleh koin-koin lainnya. Hal ini karena banyak orang mulai melihat banyak ICO (Initial Coin Offering) sebagai scam dan lantas ditinggalkan. Sebagai cryptocurrency yang terus menguat, Jorg juga memprediksi bahwa pemerintah juga akan berusaha menghentikan laju Bitcoin.

“Anda tidak akan bisa menghentikan orang-orang menggunakan Bitcoin,” ungkap Jorg.

Tantangan bitcoin di Indonesia

Kepopuleran bitcoin di Indonesia bukan tanpa masalah. Banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mengadopsi lebih lanjut cryptocurrency. Oscar sebagai salah satu orang yang sangat peduli dengan isu cryptocurrency di Indonesia memaparkan hal-hal yang menjadi tantangan adopsi cryptocurrency di Indonesia. Yang pertama adalah tidak ada klasifikasinya jelas untuk cryptocurrency, apakah komoditas atau mata uang.

Masalah kedua adalah scam. Masyarakat Indonesia sudah akrab dengan iming-iming cepat kaya melalui MLM (Multi Level Marketing) tidak berlisensi yang menawarkan skema ponzi yang berakhir penipuan. Hal ini bisa meningkatkan rasa skeptis masyarakat terhadap cryptocurrency.

Masalah lain yang tak kalah krusial adalah soal pemahaman mengenai cryptocurrency dan tingginya masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan. Dua persoalan ini tak kalah penting, karena kaitannya dengan penerimaan di masyarakat.

Bisnis cryptocurrency di Indonesia

Bisnis cryptocurrency sebenarnya memiliki potensi yang cukup luas, salah satunya untuk kemudahan pembayaran. Hanya saja aturan untuk itu di Indonesia masih belum jelas. Hal ini membuat para pebisnis masih bergerak di sektor jual-beli cryptocurrency. Seperti yang dilakukan Bitcoin.co.id dan Pundi X.

Nama terakhir bahkan membuat terobosan dengan memperkenalkan alat untuk jual beli bitcoin dan koin lain yang bisa dipasang di merchant atau gerai-gerai mini market. Dalam demonstrasinya, Founder Pundi X Zac Cheah mengenalkan sebuah alat yang bisa digunakan untuk jual beli cryptocurrency. Alat tersebut juga didesain untuk memudahkan pemilik cryptocurrency berbelanja, hanya saja lagi-lagi karena masalah regulasi hal tersebut tampak belum bisa diwujudkan.


Disclosure: DailySocial adalah media partner BlockBali 2017 yang diselenggarakan oleh Blackarrow Conferences

Berbagai Trailer Game Baru yang Sony Pamerkan di Paris Games Week 2017

Sejak dilangsungkan di tahun 2010, Paris Games Week telah menjadi tradisi gaming tahunan yang kepopularitasannya mulai menyamai pameranpameran kelas internasional. Acara tahun ini kembali dilangsungkan di Paris expo Porte de Versailles, dan sebelum publik bisa mengaksesnya, Sony Interactive Entertainment diberikan kesempatan untuk membuka event tersebut.

Berbeda dari E3 2017, konferensi Sony di PGW 2017 dipenuhi banyak penyingkapan konten baru terkait game-game anyar PlayStation 4 dan PlayStation VR. Mereka terdiri dari judul-judul blockbuster yang sangat ditunggu-tunggu, beragam game independen, permainan PlayStation VR, hingga pengumuman IP baru. Semua trailer-nya dapat Anda nikmati di bawah.

 

Ace Combat 7 Skies Unknown

 

Blood & Truth

 

Bow to Blood

 

Call of Duty: WWII

 

Concrete Genie

 

Dead Hungry

 

Destiny 2 – Expansion I: Curse of Osiris Reveal

 

Detroit: Become Human

 

Erica

 

Far Cry 5

 

Final Fantasy XV: Episode Ignis

 

Guacamelee 2

 

The Gardens Between

 

Ghost of Tsushima

 

God of War

 

Guacamelee 2

 

The Hong Kong Massacre

 

The Last of Us Part II

 

Locoroco 2 Remastered

 

League of War

 

Marvel’s Spider-Man

 

Megalith

 

Monster Hunter World

 

Oure

 

ONRUSH

 

Resident Evil 7: Biohazard – Not a Hero

 

The Sims 4

 

Shadow of the Colossus

 

Star Child

 

Star Wars Battlefront II

 

Stifled

 

Spelunky 2

 

Tennis World Tour

 

Shadow of the Colossus

 

Trailer ‘Sizzle’ PSVR

 

Trailer ‘Sizzle’ penutup

Paris Games Week 2017 akan berlangsung pada tanggal 1 sampai 5 November 2017 nanti.

Tren “Pivot to Video” di Media Publikasi dan Efek Sampingnya

Belakangan ini, frasa “pivot to video” menjadi tren setelah tahun lalu Mashable memecat sebagian tim redaksinya untuk fokus pada konten video. Tren ini pun juga semakin diperkuat dengan pesatnya perkembangan teknologi streaming dan konektivitas 4G/LTE yang menjadi mainstream.

Apa sebenarnya yang menggerakkan media publikasi untuk mengalihkan fokusnya ke video? Salah satu jawabannya tentu saja berkaitan dengan uang, terutama dengan bertambah banyaknya pengiklan yang tertarik menjadikan video sebagai materi promosi, sehingga pada akhirnya mereka tidak segan untuk mengalokasikan separuh budget iklannya untuk konten video.

Jadi jelas yang dikejar oleh media publikasi yang memutuskan untuk berfokus ke konten video adalah tambahan pemasukan. Tahun lalu saja, pengeluaran untuk iklan video mencapai angka $10 miliar di AS menurut eMarketer dan angka ini akan terus bertambah di tahun-tahun ke depan.

Namun tidak selamanya pivot to video berdampak positif. Berdasarkan data comScore, traffic beberapa media publikasi yang beralih fokus ke video malah menurun hingga 60% jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Mic misalnya, kehilangan banyak pengunjung dari 17,5 juta di bulan Agustus 2016 menjadi 6,6 juta di Agustus tahun ini. Nasib Vocativ malah lebih naas lagi, dari 4 juta pengunjung di Agustus 2016 anjlok menjadi 175 ribu saja di bulan Juli 2017. Dalam enam bulan terakhir, ranking Alexa keduanya juga menurun drastis.

Tidak semua keputusan pivot to video berujung negatif. BuzzFeed dan Vox Media misalnya, memiliki traffic yang stabil dalam setahun terakhir. Salah satu alasannya bisa jadi karena keduanya memiliki budget yang cukup besar untuk membentuk tim produksi video, tanpa sedikit pun memangkas tim redaksi. Di sisi lain, kasus yang dialami Mic dan Vocativ tadi juga bisa jadi dikarenakan mereka sudah kesulitan bersaing sebelum memutuskan untuk beralih fokus ke video. Ujung-ujungnya, karena situasi kurang mendukung, mereka harus memecat sejumlah tim redaksinya untuk bisa membentuk tim produksi video.

Namun traffic barulah sebagian cerita, sebab masih ada parameter lain yang perlu dipertimbangkan, yakni CPM alias cost per thousand. Sederhananya, CPM video jauh lebih besar ketimbang CPM display. Seandainya CPM display berkisar $2 sampai $6, CPM video bisa menembus kisaran $12 sampai $20.

Alhasil, walaupun traffic menurun, pemasukan dari iklannya belum tentu ikut menurun juga. Semua ini juga belum memasukkan konten video di platform sosial seperti YouTube dan Facebook ke dalam hitungan, yang pertumbuhannya tergolong pesat dalam setahun terakhir ini.

Lalu bagaimana dengan media publikasi lokal? Apakah tren pivot to video beserta efek sampingnya ini juga akan terjadi di tanah air? Apakah bakal ada media yang tidak segan menukar sebagian tim redaksinya dengan tim produksi video seperti Mashable?

Kalau melihat beberapa contoh yang ada, pergeseran fokus ke konten video memang sudah mulai kelihatan, dan jumlah pengiklan lokal yang tertarik dengan medium video juga terus bertambah, terutama di Facebook dan YouTube.

Sumber: Digiday. Gambar header: Pixabay.

Bukan Sekadar Mem-Backup, Hard Disk Eksternal Ini Bisa Membuat Koleksi Foto Anda Searchable

Salah satu kelebihan layanan macam Google Photos adalah kemampuannya mengindeks koleksi foto yang pengguna miliki supaya dapat dicari menggunakan kata kunci yang relevan. Kendati demikian, tidak sedikit pengguna yang khawatir soal privasinya kalau melihat koleksi fotonya tersimpan di server Google dan dianalisa.

Sebuah startup asal kota London melihat ini sebagai suatu peluang. Mereka menciptakan solusi alternatif yang pada dasarnya merupakan Google Photos versi lokal, yang berarti koleksi foto Anda tidak akan terendus oleh server.

Dinamai Pholio, ia sejatinya merupakan perpaduan hard disk eksternal dan komputer mini yang dibekali sistem deep learning. Jadi, selain mem-backup koleksi foto dan video pengguna, Pholio juga akan mengindeks semuanya agar menjadi searchable.

Pholio

Istimewanya, pencarian dapat dilakukan selagi offline. Pengembangnya telah ‘melatih’ Pholio dengan jutaan gambar, dan Pholio dapat mengenali sekitar 20.000 kata kunci pencarian tanpa perlu tersambung ke internet. Kendati demikian, jika pengguna memutuskan untuk online, maka Pholio diyakini bisa mencari apa saja.

Pholio memiliki kapasitas sebesar 500 GB, atau 2 TB untuk versi Pro-nya. Pengguna bebas memilih untuk menyimpan foto atau video dalam resolusi asli, atau dalam versi yang dioptimalkan (3 – 4 MB untuk foto, serta resolusi 720p untuk video).

Fisik Pholio jauh lebih bongsor jika dibandingkan dengan hard disk eksternal berkapasitas yang sama. Di belakangnya tertanam sejumlah port, mulai dari port Ethernet, port USB sampai slot SD card. Perangkat ini sekarang sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter seharga £299 (± Rp 5,4 juta).