Tahun 2017 hampir berakhir, dan sepertinya sudah waktunya Sennheiser menggelar acara rutin mereka. Adalah Sennheiser Sound Forum 2017 acara yang saya maksud. Ini adalah kali ketiga Sennheiser menggelar acara serupa.
Lokasi acara kali ini memang berbeda dengan acara serupa tahun lalu, acara kembali diadakan di coworking space. Lebih tepatnya di JSC Hive yang terletak di sebelah Tokopedia Tower yang baru. Formatnya sendiri secara mendasar masih sama tetapi setelah mengikuti rangkaian acara sepertinya antara waktu dan jumlah peserta yang hadir kurang seimbang. Berbeda dengan sound forum yang kedua, waktu dan ruang untuk mencoba terasa luas sehingga bisa mendapatkan pengalaman yang cukup menyeluruh.
Meski demikian, salah satu acara yang paling saya tunggu jika berhubungan dengan audio adalah Sennheiser Sound Forum, karena di acara ini, tidak hanya mendapatkan info atau rilis terbaru yang masuk ke pasar Indonesia, peserta diberikan waktu untuk mencoba berbagai perangkat Sennheiser secara langsung.
Presentasi dari perwakilan Sennheiser
Seperti biasanya, sebelum acara dimulai, ada presentasi dari beberapa perwakilan Sennheiser, seperti yang sudah-sudah, perwakilan dari Sennheiser ini memberikan penjelasan tentang produk serta tidak lupa menjelaskan tips terkait audio.
Dari presentasi Martin Low, Managing Director Sennheiser Asia, saya bisa merasakan sedikit banyak keinginan Sennheiser untuk catch up dengan tren digital saat ini atau pangsa pasar kekinian serta pasar masa depan, terutama yang berhubungan dengan urusan konten audio, baik produksi maupun konsumsi konten.
Dalam rilis resmi juga diberi penekanan tentang bahasan tentang membentuk masa depan audio, beberapa di antaranya adalah tentang mobilitas dan akses audio dari smartphone, perangkat untuk pembuat konten, dan 3D audio. Tidak lupa juga dibahas tentang amplifier terbaru untuk penikmat audio kelas berat.
Beberapa hal yang saya tangkap menjadi niat Sennheiser untuk memberikan produk yang menyasar pengguna perangkat atau gadget masa kini antara lain, seperti pengguna smartphone dengan wireless earphone untuk aktivitas mobile, mic untuk action camera untuk menangkap pasar Youtuber dan traveller, Audio 3D untuk konten yang lebih immersive termasuk untuk konten VR atau konten 360 termasuk untuk platform Facebook dan Youtube, serta mic untuk merekaman audio 3D untuk pengguna profesional.
Tren penikmat audio hi-res juga tidak ketinggalan ‘disentuh’ oleh Sennheiser lewat penjelasan tips yang disampaikan oleh Kuan Wee Hong, Senior Product Manager Sennheiser Asia.
Momentum In Ear Wireless
Pertama-tama mari kita bahas wireless earphone yang diperkenalkan kemarin oleh Sennheiser. Yang pertama adalah seri Momentum namun hadir dengan tampilan yang cukup berbeda. Selain wireless, ada dua ciri yang menempel pada earphone ini. Momentum In Ear Wireless yang pertama dilengkapi neckband dan yang kedua dilengkapi magnet di ujung ear piece-nyam hadir dengan nama HD1 Free.
Momentum In Ear Wireless (Rp3.299.000) dengan neckband, sesuai namanya adalah earphone yang penggunaannya mirip kalung ketika tidak digunakan. Ini memberikan karakter bahwa earphone tidak true wireless, tetapi di sisi lain memberikan beberapa kelebihan juga.
Fitur yang disematkan di luar audio antara lain adalah kemampuan digunakan selama 10 jam, dukungan konektivitas wireless bluetooth 4.1 serta NFC. Lalu dukungan codec AAC serta Qualcomm apt-X. Jadi akan lebih mendukung untuk mendengarkan musik lewat perangkat bergerak. Memungkinkan untuk digunakan dalam mode panggilan telepon serta memiliki fitur getar untuk notifikasi panggilan masuk. Cara pengisian baterai adalah dengan USB, colokan tersedia di ujung neckband.
Untuk pengalaman hands-on sendiri, sayangnya waktu yang diberikan sangat singkat. Bahkan tidak ada perangkat pemutar musik yang disiapkan, jadi harus menggunakan player sendiri dan proses pairing agak memakan waktu, karena harus ‘reset’ koneksi setelah sebelumnya digunakan peserta sound forum lain.
Saya akhirnya bisa mengkonekikan iPod saya untuk mencoba suara dari Sennheier Momentun In Ear Wireless dengan neckband. Untuk suara sendiri saya mencoba dua lagi secara singkat dan tidak full yaitu lagu Tak Pernah Padam – Sandy Sandhoro dan Bohemian Rhapsody – Queen. Untuk yang lagu Sandy terasa cukup deep, bass dan detail menyatu dan warna suaranya terasa bernyawa. Sedangkan untuk lagu Queen, bass cukup terasa meski detail agak ke belakang dan power-nya terasa cukup baik.
Dari sisi desain sendiri adalah sebuah kelebihan yang bisa jadi unggulan wireless in ear ini. Bahan neckband hadir dengan desain dan bahan yang cukup premium plus fitur jahitan yang memberikan kesan mewah. Bahan utama memang plastik tapi kombinasi hitam dan elemen merah adalah kombiasi yang bisa dibilang akan selalu pas untuk earphone. Tombol-tombol ada di bagian ujung neckband yang agak tebal. Colokan untuk mengisi daya bisa diakses dengan membuat karet penutuh di ujung neckband.
Sedangkan untuk desain earpiece-nya, menurut saya juga tampil cukup keren. Kabel ada semacam kaitan yang mungkin berfungsi juga untuk pelindung, kombinasi warna glossy hitam yang menambah kesan elegan.
Wireless Earphone ini juga hadir dengan boks untuk dibawa yang cukup premium.
Sennheiser CX 7.00BT – wireless in ear earphone
Secara penampilan CX 7.000BT dan Moementun In Ear Wireless memang tampak sama, tetapi selain perbedaan harga, ada beberapa perbedaaan dari sisi desain dan dari sisi keluaran audio yang dihasilkan.
Dari sisi desain sendiri, tingkat kualitasnya memang menurun dari Memetun in ear wireless. Tidak ada efek elegan balutan penutup neckband, efek jahitan dan kombinasi warna hitam – merah. CX 7.00BT (Rp2.489.000) hadir dengan desain mirip robot. Tidak jelek tapi terkesan kaku dan hanya fokus ke fungsi. Bahan utama plastik tetapi ada elemen rubber di bagian bawah neckband sehingga untuk dipakai aktivitas bergerak sepertinya wireless in ear ini lebih cocok.
Earpiece-nya bagi saya cukup keren, dengan bentuk yang modern dan elemen logo di ujung earpiece. Tombol-tombol terletak di bagian neckband yang tebal, akses untuk mengisi daya ada diujung neckband yang ditutup karet pelindung. Jam aktif sama 10 jam dan fitur panggilan telepon serta koneksi pun sama, tersedia bluetooth 4.1 dan NFC serta Qualcomm® apt-XTM dengan kualitas suara Hi-Fi.
Untuk urusan suara sendiri, saya mencoba dengan kombinasi lagu yang sama dengan Momentum In Ear Wireless. Pengalaman saya, earphone ini mendengarkan lagu yang sama dengan Momentum In Ear Wireless, untuk lagu Bohemian Rhapsody, bass cukup terasa meski detail agak ke belakang. Lalu untuk lagu Tak Pernah Padam dari Sandy Sandoro, bass terasa cukup kuat, vokal hadir dengan detail yang baik namun clearness terasa agak kurang.
Jika dibandingkan dengan Momentun In Ear Wireless ada beberapa hal yang saya temukan, antara lain secara keseluruhan suaranya kurang ‘bernyawa’, lalu power juga agak kurang dibandingkan dengan Momentum In Ear Wireless.
HD 1 Free
Selain dua in ear wireless ini ada pula Satu in ear wireless yang saat acara belum tersedia di Indonesia (baru akan). Sennheiser HD 1 Free hadir dengan desain yang memang tidak full wireless karena masih ada tali, namun tidak berbentuk neckband. Dari sisi desain HD1 Free sangat menarik dan mewah. Kombinasi warna hitam dan merah serta hitam di earpiece memberikan kesan eksklusif. Tersedia button untuk kontrol seperti volume dan ujung earpiece ada magnetic yang memungkinkan untuk semacan fitur mengunci.
Untuk suara, saya tidak mencoba terlalu lama, namun kesan yang saya dapatkan bahwa suara yang ditawarkan earphone ini mirip dengan Momentun In Ear neckband tetapi suaranya lebih detail.
Beberapa produk unggulan yang dipamerkan di acara
HDV 820
Amplifier yang satu ini hanya sempat saya coba sebentar. Saya justru mencoba amplifier generasi sebelumnya dengan cukup intens ketika mencoba 3 headphone dari Sennheiser beberapa waktu lalu. (Artikel bisa dilihat di sini).
Dalam rilisnya disebutkan perangkat amplifier digital ini memiliki peningkatan seperti resolusi yang lebih tinggi, kompinen distorsi rendah. Lalu performa akustik juga menjadi unggulan dari HDV 820 (Rp44.990.000).
AMBEO VR Mic
Perangkat yang satu ini sebenarnya bisa menjadi salah satu bintang dari dalam acara sound forum kemarin, namun sayangnya harganya yang mahal (yang memang ditujukan untuk kalangan profesional) serta demo yang singkat mengurangi keunggulan dari perangkat mic yang mampu merekam dari berbagai angle suara ini.
Mic yang satu ini (dijual seharga Rp32.099.000), disebutkan Sennheiser bisa digunakan untuk membuat konten VR, menjelaskan langkah Sennheiser untuk menangkap tren konten audio visual terkini. Mic ini akan memberikan tangkapan suara 3D sehingga pendengarnya bisa merasakan secara menyeluruh pengalaman sesuai kejadian asli.
Pada dasarnya mic ini memiliki 4 sisi untuk merekam suara namun hadir dalam balutan layaknya mic ‘normal’ biasa, sehingga ringkas dan mudah dibawa. Untuk hasil rekamannya pun ada 4 tracks (4 channel output) yang nantinya (dalam post production) harus dilakukan pengaturan untuk menyatukan. Dijelaskan untuk hasil output konten yang akan di publikasikan di FB ada format software-nya.
Sennheiser juga menjelaskan bahwa mereka telah menyiapkan ekosistem untuk penggunaan mic ini, mulai dari capturing, mixing, processing, dan listening.
Untuk hasil suaranya sendiri cukup memberikan pengalaman immersive. Contoh yang dicoba dalam waktu yang cukup singkat adalah video shooting film yang menghadirkan adegan motor berjalan dari satu sisi ke sisi lain. Suara yang ada memberikan pemgalaman ingin menoleh karena kita jadi tau dari sisi mana motor tersebut datang.
Produk lain yang mencuri perhatian
Dua produk lain yang mencuri perhatian saya pada acara sound forum selain yang telah dijelaskan di atas antara lain Sennheiser Ambeo Smart Headset serta earphone IE 80 S.
Sennheiser Ambeo Smart Headset
Perangkat yang satu ini memang hanya jadi pajangan alias pelengkap, bukan perangkat yang dirilis pada acara sound forum 2017, dan bukan pula produk yang baru-baru amat. Tetapi sejak pertama kali melihat info perangkat ini, saya penasaran dengan kemampuannya.
Pada dasarnya perangkat headset ini bisa merekam suara dan juga bisa menjadi alat untuk mendengarkan suara tersebut. Suara yang dihasilkan terasa 3 dimensi. Suara yang Anda rekam akan sesuai dengan posisi suara itu datang. Misalnya dari depan, pinggir atau belakang.
Meski demikian, smart headset ini bukan ditujukan untuk kalangan profesional, jarak rekamnya pun hanya normal mic biasa, akan maksimal untuk jarak 1 meter-an. Dengan harga di pasar AS yang bisa dibilang cukup terjangkau, bisa jadi pasar untuk perangkat ini adalah para kreator video yang ingin memaksimalkan pengalaman suara untuk video 360 yang mereka ambil. Bisa untuk YouTube, FB atau platform yang telah mendukung video 360.
Pengalam mencoba perangkat ini cukup menyenangkan dalam arti saya bisa dengan jelas merekam dan mendengarkan dari mana suara dateng, meski dalam ruangan yang cukup kecil dan banyak orang. Suara 3D yang dapat direkam juga terasa seperti posisi suara aslinya, pinggir depan dan belakang.
Perangkat ini juga bisa merekam secara langsung dari perangkat bergerak misalnya smartphone atau secara terpisah. Kamera untuk video suara dengan smart headset, kemudian disatukan dalam proses post production.
Sennheiser IE 80 S
Beralih kembali ke earphone, kali ini saya disuguhkan sebuah earphone in ear yang dari tampilannya seperti biasa saja namun ternyata di dalamnya menyimpan kualitas suara yang menakjubkan. Sebagai informasi, saya kurang menyukai model earphone in ear dan lebih memilih model earbud. Namun setelah mencoba IE 80 S, persepsi saya akan in ear sedikit melunak, dan bisa menerima IE 80 S sebagai earphone dengan kualitas yang menarik untuk dicoba.
Kesan singkat yang saya dapatkan ketika mencoba IE 80 S adalah suara bass yang menyenangkan, bisa diatur tingkat bass-nya dengan menggunakan alat tambahan serupa obeng pipih. Letak pengaturannya ada di bagian luar rumah earphone. Meski agak ribet untuk pengaturannya namun menjadi maklum karena ini adalah in ear earphone yang bentuknya cukup mungil.
Kenyamanan juga menjadi kesan yang saya dapatkan lewat IE 80 S. Ear tips dihadirkan bekerja sama dengan Comply dan disediakan beberapa ukuran. Untuk suara lain selain bass, pengalamannya cukup enak untuk didengarkan. Kombinasinya pas dan terasa sangat baik.
Untuk desain masing memiliki karakter dari seri sebelumnya namun dengan beberapa detail yang berubah, seperti elemen warna merah serta bagian hitam yang lebih banyak untuk di bagian luar earphone. Kabel juga bisa dicopot dari rumah earphone dan Anda akan mendapatkan case premium untuk menyimpan earphone. IE 80 S dijual dengan harga retail Rp5.890.000.
Selain Apa yang menarik di atas, Sennheiser juga memperkenalkan atau memamerkan beberapa produk lain. Misalnya mikrofon video MKE 2 elements (Rp3.889.000) yang diperuntukkan bagi content creator termasuk pelaku media. Mikrofon untuk GoPro Gero4 serta seri perangkat mikrofon plug and play AVX yang merupakan perangkat mic nirkabel untuk DSLR. Dijual dengan harga retail (Rp13.619.000 – Rp19.459.000). Produk lain adalah Handmic Digital (Rp5.039.000) serta ClipMic digital untuk perangkat iOS, dijual dengan harga Rp3.889.000.
Kesan Sound Forum 2017
Seperti yang sedikit saya utarakan di atas, kesan yang saya dapatkan dari acara sound forum 2017 ini adalah Sennheiser tidak hanya menyediakan berbagai perangkat audio untuk mereka yang gemar mendengarkan musik seperti jajaran earphone baik in ear, earbud atau over the ear headphone, tidak hanya pula menyediakan mic dengan kualitas yang bisa diandalkan tetapi juga ingin menangkan berbagai kegiatan yang menggunakan perangkat audio kekinian. Misalnya konten 360 dengan 3D mic, mic untuk action camera (meski bukan untuk model terbaru), lalu perangkat yang bisa digunakan para kreator konten termasuk awak media yang kini dituntut untuk membuat konten video (plus audio) secara mobile, serta wireless in ear earphone yang sedikit banyak mengikuti perkembangan perangkat smartphone terbaru yang kini meninggalkan jack audio serta penggunaan perangkat audio untuk aktivitas yang membutuhkan lebih banyak gerak.
Tentu saja, strategi untuk menangkap tren terkini dan masa depan ini tidak meninggalkan ranah yang menjadi salah satu keahlian Sennheiser yaitu perangkat yang diperuntukkan bagi penikmat audio terutama para audiophile dengan amplifier terbaru serta update in ear earphone yang ditujukan untuk kelas menengah – atas.
Jika dibandingkan dengan dua sound forum yang pernah saya ikuti, meski jajaran headphone (yang merupakan kegemaran saya) tidak sebanyak dua sound forum sebelumnya, acara sound forum tahun ini tetap menjadi menarik. Karena di sound forum kali ini, Sennheiser ingin menangkap peluang untuk ikut serta pada perkembangan audio masa depan dan ingin menangkap tren terkini dari para konten kreator, yang tentunya berhubungan dengan perangkat audio seperti 3D mic dan Ambeo Smart Headset.
Saya jadi penasaran, kira-kira, apa yang akan diperkenalkan serta dipamerkan Sennheiser di sound forum berikutnya.
One more thing
Seperti yang disebutkan di atas, menjadi hal rutin untuk Sennheiser memberikan tips terkait audio.
Kali ini tips yang dihadirkan adalah yang berhubungan dengan cara menikmati lagu. Tren yang kini sedang berkembang adalah mendengarkan lagu atau musik secara hi-ress, tips yang diberikan oleh Sennheiser antara lain adalah:
1. Jika Anda ingin mendapatkan audio yang baik, maka cari file atau layanan yang menampilkan dukungan untuk hi-ress audio, misalnya untuk iOS adalah ALAC sedangkan Android FLAC atau DSD (SACD).
2. Di mana bisa mendapatkan hi-ress audio? Penikmat audio bisa membeli lewat HDtracks.com atau jika menggunakan layanan streaming seperti Spotify, gunakan pengaturan kualitas audio ke maksimal.
3. Untuk yang akan menggunakan bluetooth headphone dan masih ingin mendapatkan kualitas audio yang maksimal, maka Sennheiser menyarankan untuk melihat audio codec-nya untuk iOS AAC sendangkan Android APTX by Qualcomm atau standar universal SBC.
4. Tips yang terakhir adalah berkaitan dengan ear tips dari perangkat earphone. Jika Anda akan membeli tipe earphone jenis ini pastika ear tips-nya dari merek ternama. Anda bisa membeli ear tips tambahan jika memungkinkan. Lalu untuk membersihkannya bisa gunakan tisu basah. Dan untuk perawatannya, kurangi menekan bagian ruas penyambung. Cara menyimpan yang disarankan adalah gulung dan taruh dalam kotak tersendiri (atau kota khusus untuk earphone).