Monthly Archives: November 2017

Targeting Online Business, Doku Launches Integrated Web Portal Doku Merchant

Following PinjamDoku launching, Doku e-wallet, a service is to help users in shopping online without credit card or bank account, launches its latest product called Doku Merchant. They rolled out the latest service for businessman who sells intensely on social media, startup, and communities, whether they have online stores or not, up to the large companies with its own internal system.

“Doku Merchant is the fastest way for businessman to start a business immediately and receive payments online. This portal can cut-off semi-manual on-boarding process to be brief and in order,” said Nabilah Alsagoff, DOKU’s COO.

The features in this web portal are still in its finishing touch. However, for merchants or businessman interested, they can directly access the site.

Integrated with two main features

The two main features are reporting and market analytics which integrated in DOKU Merchant web portal. It is expected to help merchants to monitor sales, analyse user habit, and provide projections of their online store’s sales trend.

“Doku Merchant’s web portal provided with reporting & market analytics new features is ready to support any kinds of businesses, the point is one access to support every business. Our reporting & market analytics feature is very helpful for merchants in controlling, analysing, projecting and planning their business strategies,” Alsagoff said.

In addition, Doku also provides quick access for merchants in need for funding to develop their business. Quick access to P2P lending is provided only to those who joins for at least 6 months with good transaction history.

To make it easier in monitoring all activities, Doku Merchant is capable for remote management and provide businessman with an easy mobile management.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Regulasi Bitcoin: Bank Indonesia Hanya Melarang Transaksi Pembayaran (UPDATED)

Bank Indonesia (BI) menyatakan regulasi mengenai pelarangan bitcoin akan sebatas menutup segala bentuk transaksi yang menggunakan bitcoin sebagai alat pembayaran. Regulasi ini akan terbit pada Senin (4/12), setelah ditandatangani BI pada Rabu (29/11).

Dalam regulasi ini, BI kembali menegaskan tidak diakuinya bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia. Akan ada poin-poin yang bersifat menutup pintu rapat-rapat untuk segala kegiatan yang memfasilitasi pembayaran dengan bitcoin dan sebagainya.

“Intinya kita tidak akui bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Direncanakan nanti akan ada ketentuan yang dapat men-discourage kegiatan-kegiatan yang memfasilitasi bitcoin. Discourage yang saya maksud ini maksudnya discourage yang aktif dengan melarang. Kita tunggu saja ketentuannya,” terang Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman saat dihubungi DailySocial, Kamis (30/11).

Lebih lanjut, dikutip dari CNN Indonesia, dalam aturan nantinya akan mempertegas larangan transaksi penggunaan bitcoin antar individu. Sebab pelarangan bagi penyelenggara jasa keuangan sudah diatur dalam PBI Nomor 18 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran. Bila perusahaan ketahuan menggunakan bitcoin, maka izin usahanya akan dicabut dan dikenakan sanksi.

“Seandainya bank berani transaksi bitcoin, kami akan kasih sanksi tegas. Tapi yang terjadi adalah bitcoin ini tidak ditransaksikan melalui penyelenggara jasa sistem pembayaran. Jadi kalau untuk individu, kami hanya bisa melarang. Kalau ada risiko ya tanggung sendiri,” ucap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Eni Panggabean.

Tanggapan pemain industri

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, CEO Bitcoin Indonesia Oscar Darmawan menyatakan bahwa secara model bisnis, Bitcoin Indonesia bukanlah perusahaan yang menyediakan pembayaran dengan bitcoin. Mereka bertindak marketplace yang menyediakan jual beli aset digital seperti bitcoin, ethereum, ripple, dan lainnya. Bila aturan tersebut terbit, hal itu tidak begitu mempengaruhi bisnis perusahaan.

Pihaknya akan turut serta menunggu aturan yang akan diterbitkan BI dan berusaha mematuhi segala aturan main nantinya.

“Menurut saya pribadi, BI itu bergerak di regulator pembayaran. Jadi kewenangan mereka adalah buat aturan yang mengenai hal tersebut. Kami juga menyadari pembayaran yang sah di Indonesia itu hanya Rupiah. Akan tetapi, apabila orang-orang memiliki bitcoin, Dollar Singapura, atau Dollar AS bukan sesuatu yang tidak boleh dimiliki bukan?,” terang Oscar.

Pemain lain yang beroperasi di Indonesia, Luno, melalui Country Analyst di Indonesia Claristy, berkomentar:

“Kami telah mengetahui peraturan terbaru dari Bank Indonesia yang melarang penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran. Namun, kami belum melihat adanya peraturan yang melarang penggunaan Bitcoin sebagai aset investasi.

Mayoritas pelanggan di platform Luno dan di seluruh dunia membeli Bitcoin sebagai aset investasi.

Kami setuju dengan para regulator bahwa kita perlu menjaga industri keuangan dan mata uang digital bebas dari kegiatan kriminal dan tindakan pencucian uang, baik di Indonesia dan di seluruh dunia. Kami mendukung penuh dan siap berkolaborasi jika regulator, baik BI ataupun OJK, menerbitkan regulasi atau kerangka kerja khusus untuk industri mata uang digital di Indonesia.”

Update: menambahkan pernyataan Luno

Cinego Adalah Sinema 4K Dalam Wujud Head-Mounted Display

Jauh sebelum headset virtual reality sepopuler sekarang, Sony telah lebih dulu menawarkan konsumen keluarga perangkat wearable yang memungkinkan mereka memperoleh pengalaman sinematik secara personal. Namun sayang, lineup  produk bernama HMZ itu akhirnya ditiadakan karena sang raksasa elektronik asal Tokyo ingin fokus ke bidang penyajian VR.

Memasuki tahun kedua momen ‘lahirnya’ virtual reality, konsep bioskop portable ternyata belum punah. Metode penyampaian konten hiburan ini diadopsi oleh tim Goovis di dalam perangkat bernama Cinego, yaitu bioskop wearable berwujud head-mounted display. Dan berbeda dari Sony HMZ, Cinego juga sudah siap menghidangkan konten-konten 4K.

Goovis Cinego 2

Cinego memiliki wujud menyerupai visor milik karakter Cyclops di film X-Men. Ukurannya tergolong mungil jika dibandingkan dengan headset VR yang ada di pasar sekarang. Bobotnya sangat ringan (cuma 200-gram), dan karena Cinego tidak dirancang untuk digunakan sambil berjalan, perangkat bisa disematkan ke kepala dengan satu strap saja. Saat ingin berhenti sejenak dari aktivitas menonton, Anda tinggal menarik visor-nya ke atas.

Di dalam, Anda disuguhkan sepasang layar M-OLED seluas 0,7-inci, masing-masing memiliki resolusi 1920×1080 dan kepadatan 3.147ppi. Spesifikasi ini diklaim tujuh kali lebih padat dibanding perangkat berpanel M-OLED lain semisal iPhone X. Komponen display tersebut kabarnya mampu menyajikan gambar yang detail serta mulus – 3 kali lebih jernih dari bioskop dan 20 kali dibanding TV.

Goovis Cinego 1

Keunggulan lain dari Cinego ialah konektivitasnya. Headset ini dibekali port USB sehingga Anda bisa menyambungkannya ke PC, speaker ataupun controller game. Headset turut ditopang Wi-Fi dan Bluetooth, membuatnya siap men-stream konten Netflix, Hulu, Amazon serta YouTube. Dan berkat kehadiran HDMI, head-mounted display ini dapat terhubung ke console game semisal Xbox One, PlayStation 4 atau Nintendo Switch.

Goovis Cinego 3

Cinego juga ditunjang baterai yang sanggup menjaganya aktif selama 4,5 jam tanpa perlu tersambung ke sumber listrik. Itu artinya Anda tak perlu cemas terjerat kabel dan bisa menggunakannya saat bepergian. Baterai tersebut diletakkan di unit remote agar bobot headset bisa diminimalkan.

Dan uniknya lagi, Cinego dapat dinikmati tanpa perlu mengenakan kacamata. Output-nya bisa disesuaikan dengan ukuran mata, dari minus delapan sampai plus dua, memastikan gambarnya tetap jelas di mata Anda.

Selama periode pengumpulan dana di Indie Gogo masih berlangsung, Goovis Cinego bisa Anda pesan sekarang seharga cuma US$ 500. Pengiriman rencananya akan dilangsungkan di bulan Februari 2018.

TV QLED Samsung Kini Dapat Menyajikan Warna yang Akurat untuk Konsumen Buta Warna

Bicara soal TV, kontras dan warna merupakan faktor lain yang tidak kalah penting di samping resolusi. Kehadiran TV berpanel OLED maupun yang mendukung teknologi HDR dinilai sebagai terobosan yang paling signifikan sejak transisi dari resolusi SD ke HD (dan full-HD).

Namun sebagus apapun kontras dan warna yang bisa disajikan suatu TV, mustahil TV tersebut dapat menyelesaikan problem kebutaan warna. Untuk itu, dibutuhkan upaya ekstra ketimbang hanya mengandalkan panel OLED dan dukungan HDR, seperti yang dilakukan Samsung baru-baru ini.

Mereka baru saja merilis aplikasi bernama SeeColors untuk semua lini TV QLED besutannya. Aplikasi ini pada dasarnya bakal mengkalibrasi ulang layar TV sehingga konsumen yang buta warna sekalipun dapat melihat reproduksi warna yang akurat di hadapan mereka.

Samsung SeeColors app for QLED TV

Sebelum melakukan kalibrasi, SeeColors akan terlebih dulu membantu konsumen yang buta warna melakukan diagnosis dengan metode C-Test yang dikembangkan bersama para ahli dari perusahaan Colorlite. Setelah tipe dan intensitas kebutaan warnanya diidentifikasi, barulah TV akan dikalibrasi berdasarkan hasil diagnosis.

Tentu saja reproduksi warna yang dihasilkan TV QLED yang sudah dikalibrasi bakal terlihat salah di mata konsumen normal. Namun memang bukan itu tujuan yang ingin Samsung capai lewat SeeColors.

Selain tersedia di TV secara langsung, aplikasi SeeColors juga bisa diunduh di sejumlah smartphone Samsung Galaxy. Jadi setelah melakukan diagnosis di smartphone, pengguna tinggal menyambungkannya ke TV QLED dan kalibrasi bakal langsung dijalankan secara otomatis.

Application Information Will Show Up Here

Sumber: Samsung.

Kulina Becomes The Only Indonesian Startup in The Fifth Batch of Google Launchpad Accelerator

Google announces startups to attend Google Launchpad Accelerator program. In the fifth batch, Indonesia is represented by Kulina, a startup engaging in lunch catering. This will be Kulina’s chance to study from selected mentors.

Google Launchpad Accelerator is a six-month event held by Google. The two-week bootcamp program will provide participants with opportunity to get mentoring by Google team or experts from Silicon Valley’s venture capital and technology company. The fifth batch program is planned to begin on January 29, 2018.

Previously, Google Launchpad Accelerator has invited some startups from Indonesia. Such name as PicMix, Ruma, Qlue, Snapchat, Jurnal, iGrow, Kurio, Jojonomic and Sirclo are listed as startups to join the program and get some essential learning.

Besides Kulina, there are other startups attending this program from other developing countries in Asia, Africa and South America.

Kulina is Yogyakarta’s startup that serves Jakarta’s market. They claim to develop services to help Jakartans get a low-cost but proper meal.

“Lunch plays important role in burning employee’s money. With Kulina, lunch budget can be controlled and consumer can use their money for other things such as traveling or savings,” Casper Sermsuksan, Kulina’s Chief Operating Officer, explained.

Kulina is said to have developed algorithm technology to help consumer choosing the closest route and save cost-delivery.

“Our algorithm produce a very significant cost-logistic efficiency, the consumer no longer need to worry about additional cost-delivery,” said Andy Fajar Handika, Kulina’s CEO, about the service.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

SyarQ Tawarkan Layanan Kredit Berbasis Syariah untuk Pembelian Barang Secara Online

Tingginya peminat layanan belanja online memberikan kesempatan bagi berbagai elemen industri untuk turut meraup untung dari konsumen yang terus meningkat. Salah satunya bagi SyarQ, sebuah startup fintech yang mencoba menyuguhkan layanan kredit dengan mekanisme ekonomi syariah. SyarQ sudah diluncurkan sejak Maret 2017 dan saat ini layanan sudah bisa digunakan secara umum.

Proses bisnis yang dijalankan bukan dengan sistem kredit bunga, melainkan mengacu pada fatwa Dewan Syariah MUI tentang Murabahah, yakni perjanjian jual-beli antara penjual dengan pembeli. SyarQ mendapatkan keuntungan dengan mengambil margin profit, oleh karena itu harga cicilannya lebih mahal daripada harga pasar. Setiap penawaran SyarQ akan ditambah dengan profit terlebih dulu, baru dibagi berdasarkan jangka cicilan yang dipilih.

Proses transaksi di SyarQ tidak meminjamkan uang untuk membeli barang, namun membeli barang kemudian menjual kepada pembeli dengan cicilan. SyarQ membeli barang dari supplier, setelah pembayaran lunas dan secara prinsip menjadi milik SyarQ, barang tersebut kemudian dijual kepada pembeli. SyarQ tidak menjual barang yang belum menjadi kepemilikan SyarQ. Berbasis syariah, SyarQ tidak akan menerima pembayaran melalui kartu kredit.

“Dengan semangat anti riba dan menjunjung tinggi konsep ekonomi syariah, SyarQ lahir di tengah masyarakat yang membutuhkan solusi bagi mereka yang butuh cicilan barang-barang kebutuhan mereka namun ingin terhindar dari riba. Visi terdepan SyarQ adalah untuk menyediakan solusi keuangan syariah bagi masyarakat yang membutuhkan,” ujar Chief Marketing Officer SyarQ Corina Indrianti.

Saat ini SyarQ telah menjalin kemitraan dengan BMT/Koperasi untuk penyediaan dana pembelian dan bekerja sama dengan beberapa pemain e-commerce di Indonesia untuk penyediaan barang. Cara menggunakan cukup simpel, ketika pengguna sudah terdaftar dan terverifikasi, cari barang di layanan e-commerce terkait, lalu masukkan tautan barang tersebut ke sistem SyarQ. Dari sana akan ditampilkan penyesuaian harga dan jangka waktu kredit yang diberikan.

Sistem pengajuan kredit di SyarQ

SyarQ didirikan oleh M. Salman Alfarisy (CEO), Wisnu Manupraba (CTO), Raden Nanda Teguh Perkasa (COO), dan Corina Indrianti (CMO). Saat ini SyarQ dijalankan dengan pendanaan sendiri atau bootstrapping. Untuk roadmap dalam waktu dekat, SyarQ akan segera meluncurkan aplikasi mobile. Selain itu pihaknya juga menginginkan layanan SyarQ dapat menjadi payment channel marketplace, dan menjangkau masyarakat umum, karena saat ini sebagian besar pengguna adalah dari kalangan pegawai.

“Pertumbuhan startup di bidang fintech sangat cepat setahun ke belakang, dari informasi yang kami dapat sudah lebih dari 100 fintech dengan berbagai jenis layanan. Khusus untuk ekonomi syariah juga, peluang untuk tumbuhnya masih sangat besar karena market share-nya kurang lebih 5%-an, harapannya dengan munculnya fintech dapat memberikan kemudahan bagi para pengguna sehingga gap antara potential market share dengan actual market share-nya bisa menipis,” pungkas Corina.

Haris Izmee Ditunjuk Menjadi Presiden Direktur Microsoft Indonesia

Microsoft hari ini resmi mengumumkan penunjukan Haris Izmee sebagai Presiden Direktur baru untuk Indonesia. Sebelumnya posisi tersebut dijabat oleh Andreas Diantoro selama kurang lebih lima tahun. Andreas dikabarkan mungundurkan diri dari jabatannya tersebut, namun belum diketahui informasinya tentang ke mana selanjutnya Andreas akan berkarier.

Haris Izmee diketahui sudah berpengalaman di bisnis profesional selama hampir 20 tahun. Sebelumnya, Haris bekerja di General Electric Healthcare (GEHC) Indonesia sebagai Country Manager dan Direktur. Dalam masa jabatannya, Haris sukses memperluas usaha dalam bidang kesehatan, yang menjadi bidang usaha terbesar GE pada saat ini.

Sebelum GEHC, Haris merupakan Senior Sales Director di GE Aviation, ia bertanggung jawab memimpin seluruh penjualan mesin pesawat komersial. Untuk latar belakang pendidikannya sendiri, Haris adalah lulusan dari Queen Mary University di London dengan gelar Sarjana Teknik Penerbangan.

Presiden Microsoft Asia Pasifik, Andrea Della Mattea dalam sambutannya mengatakan, “Haris memiliki rekam jejak kesuksesan bisnis yang mengesankan. Kami sadar bahwa Indonesia sedang berada di posisi yang luar biasa untuk dapat meraih kesempatan pertumbuhan bisnis baru, dan saya sangat senang untuk menyambut Haris yang akan memimpin pelanggan dan mitra kami menuju transformasi digital.”

Di Microsoft, Haris akan bertanggung jawab terhadap pemasaran produk, layanan dan dukungan pelanggan di Indonesia, serta yang lebih penting yakni mempercepat transformasi yang tengah dilakukan Microsoft saat ini, untuk menjadi perusahaan produktivitas dan platform terkemuka.

“Saya sangat senang dapat bergabung bersama Microsoft, di saat yang sangat tepat. Aspirasi Indonesia untuk menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020 menunjukkan kesempatan yang sangat besar bagi mitra dan pelanggan kami untuk memanfaatkan model bisnis dan solusi baru dalam mempercepat pertumbuhan bisnis mereka. Visi Microsoft untuk memberdayakan masyarakat dan komunitas, menggarisbawahi komitmen kami untuk mendukung perjalanan transformasi digital mereka,” sambut Haris dalam rilis yang kami terima.

CEO Instellar Romi Cahyadi / DailySocial

Program Akselerasi untuk “Social Enterprise” “Remake City Jakarta” Gelar Kegiatan Demo Day

Bertujuan untuk menarik minat lebih para entrepreneur di sektor Social Enterprise, UnLtd Indonesia & Instellar menggelar acara “Demo Day” yang menghadirkan tiga startup untuk mempresentasikan produk mereka.

Program akselerasi yang diberi nama Remake City Jakarta ini telah digelar selama 3 bulan dengan berbagai kegiatan mentoring oleh pelaku startup di bidang social enterprise. Di antara mentor yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut adalah CEO eFishery Gibran Huzaifah.

Kepada media, Execituve Director UnLtd Indonesia dan CEO Instellar Romi Cahyadi mengungkapkan, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi social enterprise untuk tampil memberikan kontribusi kepada masyarakat.

“Program akselerasi untuk bisnis ini kami adakan agar lebih banyak lagi entrepreneur yang berkecimpung di social enterprise sesuai dengan visi dan misi dari kami,” kata Romi.

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Direktur Eksekutif Crevisse Partners Wonyoung Kim yang menyampaikan harapannya kepada startup lokal untuk memajukan social enterprise di Indonesia.

“Kami membutuhkan semua dukungan dan partisipasi dari para stakeholder yang merupakan bagian ekosistem Remake City Jakarta dan program lainnya untuk meningkatkan potensi dan kontribusi kami untuk perkembangan dunia global,” kata Wonyoung.

Selain memberikan pelatihan dan networking, Remake City Jakarta disebut akan terus mendukung pertumbuhan startup yang telah mengikuti program hingga sustainable.

Layanan air bersih hingga modal untuk petani

Dalam kegiatan tersebut terpilih tiga startup yang fokus kepada social impact mulai dari layanan hingga produk yang diberikan. Tiga startup tersebut adalah, Crowde, Nazava dan Temu.

Berikut adalah informasi lengkap tiga startup peserta program Remake City Jakarta.

Crowde merupakan platform crowdfunding untuk investor berinvestasi dalam proyek pertanian. Selama menjalankan bisnisnya Crowde mengklaim telah membantu sekitar 8 ribu petani mendapatkan modal melalui skema dan model peminjam dalam bentuk syariah.

Nazava menjual filter air yang mudah digunakan untuk menghilangkan 99,9% bakteri dalam air dengan harga terjangkau. Nazava telah berhasil menjual dan mendistribusikan 80 ribu filter air dan lebih dari 400 ribu orang yang telah merasakan manfaatnya. Startup yang berbasis di Bandung, Jawa Barat ini memberikan pilihan air bersih kepada keluarga.

Temu berupa platform berbasis web dan mobile yang sesuai untuk pencari kerja dengan penyedia pekerjaan. Temu fokus kepada pencari kerja low skill yang membutuhkan informasi lowongan pekerjaan secara online. Hingga akhir November 2017, Temu mengklaim telah memberikan akses dan kemudahan informasi lowongan pekerjaan kepada lebih dari 25 ribu orang di Indonesia.

Adobe Gunakan AI untuk Memisahkan Subjek Foto dari Latarnya dengan Satu Klik Saja

Menjelang bulan terakhir tahun 2017 ini, kita sudah melihat bagaimana istilah machine learning atau artificial intelligence (AI) diasosiasikan dengan banyak hal, seakan-akan semuanya bisa jadi lebih baik dengan keterlibatan AI. Pada kenyataannya, penerapan AI memang bisa membawa dampak yang signifikan, seperti yang Adobe buktikan berikut ini.

Mereka baru saja mengumumkan fitur baru bernama “Select Subject” yang bakal meluncur ke Photoshop CC. Fitur ini pada dasarnya memanfaatkan kapabilitas AI Adobe Sensei untuk memisahkan subjek foto dari latarnya hanya dengan satu klik saja.

Adobe Photoshop CC Select Subject

Selama ini, cara yang pengguna pakai biasanya melibatkan tool Quick Selection, Magic Wand, Pen atau Lasso. Semuanya terbukti cukup efektif, hanya saja ketika dihadapkan dengan detail-detail kompleks pada subjek seperti rambut atau bayangan, pengguna jadi harus melakukan langkah editing ekstra.

Select Subject bermaksud untuk menyederhanakan proses editing secara keseluruhan, di mana dengan satu klik pengguna sudah bisa menyeleksi subjek secara maksimal, dan kalau pun diperlukan langkah ekstra, tetap tidak sebanyak dan serumit menggunakan tool lainnya.

Adobe Photoshop CC Select Subject

Adobe mengklaim bahwa detail-detail kompleks di sekitar subjek bukanlah masalah besar berkat kemampuan Sensei mengenali masing-masing subjek dalam foto. Fitur ini sejatinya bisa menjadikan hampir semua kalangan sebagai ahli dalam urusan cropping subjek dari latarnya.

Meski Adobe menjanjikan kehadiran fitur ini di Photoshop CC, sejauh ini masih belum ada jadwal rilis pasti yang mereka berikan terkecuali “dalam update yang akan datang”.

Sumber: PetaPixel.

Aplikasi Penghemat Kuota Datally Awali Komitmen Google Wujudkan “Next Billion Users”

Google meluncurkan tambahan produk baru yang ditujukan untuk penghematan kuota Datally. Aplikasi ini menjadi rangkaian awal Google untuk mewujudkan Next Billion Users.

Setelah riset terhadap pengguna ponsel di Indonesia, Google menemukan bahwa pengguna ponsel banyak yang khawatir paket kuota yang terlalu cepat habis. Mereka juga tidak paham untuk apa saja kuota mereka digunakan, karena kesulitan mengontrol penggunaan kuota.

Hal ini dinilai sebagai hambatan yang cukup penting, khususnya bagi miliaran pengguna berikutnya yang akan mengakses internet untuk kebutuhan sehari-hari, atau disebut Next Billion Users.

Kehadiran Datally (Data Tally) diharapkan dapat membantu pengguna dalam memahami, mengontrol, dan menghemat kuota internet, sehingga pengguna bisa lebih menghemat dan melakukan lebih banyak hal dengan kuota.

“Misi kami di Google adalah terus berinovasi dan menciptakan produk yang bisa membantu masyarakat Indonesia memaksimalkan potensi internet,” terang VP Tim Next Billion Users Google Caesar Sengupta, Kamis, (30/11).

Ke depannya akan ada produk baru lainnya yang tengah disiapkan Google untuk mewujudkan target tersebut. Meski tidak disebutkan secara detail, Caesar hanya menuturkan dalam waktu dekat produk yang sudah diumumkan Google seperti layanan Wi-Fi gratis “Google Station” akan hadir di Jakarta.

Datally ini sebelumnya telah diuji di Filipina sepanjang tahun ini. Namun baru tersedia di Play Store secara perdana di Indonesia mulai (30/11) dan mulai digulirkan ke pasar global setelahnya. Aplikasi ini berfungsi di semua ponsel Android dengan minimal OS versi 5.0 (Lollipop). Kapasitas yang dibutuhkan Datally juga cukup ringan, hanya sekitar 6MB.

Terkait monetisasi, Caesar menilai Google belum memikirkan ke arah sana. Sejauh ini, Google masih menyediakan Datally secara gratis. Google pun belum memiliki rencana untuk membawa Datally hadir di App Store.

Indonesia sebagai sumber inspirasi Google

Indonesia dan negara berkembang lainnya India, Brazil, dan Filipina dinilai sebagai sebagai sumber inspirasi Google dalam menciptakan produk baru. Bahkan, Google menganggap setiap produk yang diluncurkan pertama kali di Indonesia akan sukses ketika dihadirkan secara global.

Caesar menerangkan beberapa kebiasaan orang Indonesia seperti anak muda, early adopter, mobile first, dan mau mencoba produk baru dinilai sangat membantu Google dalam mempercepat proses pembuatan produk.

“Perilaku tersebut sangat membantu Google dalam mendapatkan feedback dan mempermudah kita dalam develop produk. Makanya banyak produk Google yang pertama kali hadir di Indonesia, dan cukup sukses saat dikeluarkan secara global.”

Fitur Datally

Caesar melanjutkan ada empat fitur utama Datally yang didesain sesuai kebutuhan pengguna. Pertama, fitur penghemat kuota, memungkinkan pengguna mengontrol kuota yang digunakan setiap kali membuka aplikasi. Diklaim fitur ini dapat menghemat kuota hingga 30%, bergantung pada cara mereka menggunakan Datally.

Kedua, balon penghemat kuota seperti spidometer untuk kuota. Memungkinkan pengguna dapat melihat secara real time kuota yang sudah mereka konsumsi setiap membuka aplikasi. Pengguna dapat memblokir penggunaan kuota apabila aplikasi tersebut sudah terlalu banyak mengonsumsi data.

Ketiga, fitur kelola data yang dapat dimanfaatkan pengguna untuk memantau kuota yang sudah dikonsumsi secara per hari, per minggu, hingga per bulan.

Terakhir, fitur temukan Wi-Fi memungkinkan pengguna dapat menemukan jaringan Wi-Fi terdekat. Setelah terhubung, pengguna dapat memberi rating Wi-Fi berdasarkan pengalamannya. Rating ini berguna untuk memberikan rekomendasi kepada sesama pengguna Datally.