Monthly Archives: January 2018

Associations Demand The Government to be Fair in Citing E-Commerce Taxes

Indonesia’s E-Commerce Association (idEA) demands Ministry of Finance act fairly regarding e-commerce tax regulation. It is expected to be applied in social media and other technology platforms of foreign companies.

Aulia E Marinto as idEA’s Chairman said on this matter, the government needs a clear vision of the fair treatment, including social media and other foreign platforms which presence is not even real in Indonesia.

Both platforms are making money out of Indonesia without having to pay any taxes. The distinct treatment is feared to make SME’s players left the marketplace and switch to social media.

“The regulation must be applied equally to create a balance,” said Marinto on Tuesday (1/30).

She admitted that the discussion on E-commerce tax regulation (RPMK) has been held several times by Directorate General of Taxation (DJP) and Fiscal Policy Agency (BKF) since last November.

However, the discussion is just a socialization of the taxation concept on e-commerce engaged in marketplace model, not the PMK Draft. Until recently, the association has not received any information regarding RPMK draft.

“We heard that the RMPK [Ministry of Finance Regulation (PMK) on the Tax Procedure for Electronic-based or e-commerce players] is getting released, but we have not received any draft. When it’s [draft] arrived, we can give further feedback.”

As idEA’s Head of Tax, Cybersecurity and Infrastructure, Bima Laga added that his team has heard the e-commerce regulation (PMK) will be issued at the end of this month or the beginning of February 2018.

“It [PMK] is said to be issued on January 31st or February 1st this year. Therefore, we demand public evaluation by holding this [press conference],” he explained.

He continued, demanding government’s guarantee to maintain level playing of field (same treatment), not only between online and offline SMEs but also among informal (social media) and formal (corporate) marketplace.

The marketplace is said to play a role in facilitating and assisting DJP to increase the number of new taxpayers, including tax deposits and online data transactions to the Central Bureau of Statistics (BPS).

“They are still looking for a way [citing tax from social media]. If there is no way, we’re ready to give inputs. Instead of issuing imbalance regulation, the price is not paid off,” he stated.

Selected as the taxpayer agent

In addition, the new regulation will require marketplace model as the taxpayer agent because it considered having implications for increasing compliance cost. As for Bima Laga, this regulation will take the marketplace at the burdened position to cut, deposit and report the final PPh.

The rise of compliance cost needs to get government’s attention because it can make a significant increase in taxpayer’s compliance. To fulfill the duty, the marketplace must prepare a number of infrastructures and additional cost.

To be illustrated, an SME’s seller from X marketplace is making a transaction worth Rp10 thousand. Whether he is not a Taxpayer Entrepreneur (PKP), there will be 0,5% tax cut. It will be reported and counted by the marketplace. What if there are issues with returns and others?

In this case, SME’s player of the marketplace will bear all risks. Whether the marketplace as a corporate, there will be no issue. It will be diverted to the seller.

“Marketplace initially used as wapu (compulsory collection) until finally become the tax agent. We are now collecting data and DJP function is our burden. There are lots of technical rules in being taxpayer agent, we do pity the sellers,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Fasilitas Baru nan Mewah Team Liquid Adalah Bukti Pesatnya Pertumbuhan Industri Esport

Bagi yang mengikuti perkembangan esport, nama Team Liquid pasti sudah terdengar familier di telinga Anda, terutama sejak tim Dota 2-nya menjuarai turnamen paling bergengsi The International tahun lalu. Selain mendatangkan hadiah sebesar $10,8 juta, prestasi luar biasa tersebut tentu saja menjadi motivasi Team Liquid untuk terus mengasah talenta masing-masing atletnya.

Salah satu caranya adalah dengan membangun pusat latihan baru yang demikian mewah, jauh melebihi ekspektasi kita terhadap tempat berlatihnya suatu tim esport. Fasilitas baru tersebut bisa dianggap sebagai kado istimewa dari salah satu sponsor utama Team Liquid, yakni Alienware, yang sudah menemani tim asal Belanda tersebut selama enam tahun.

Maka dari itu, jangan kaget melihat nama Alienware Training Facility terpampang di gedung seluas ± 740 meter persegi itu. Lokasinya berada di kota Santa Monica, tidak jauh dari kantor pusat Riot Games, pengembang game League of Legends (LoL). Rencananya, fasilitas baru ini memang bakal dijadikan markas untuk kedua tim LoL (profesional dan amatir) serta satu tim Counter-Strike milik Team Liquid.

Salah satu sudut ruang berlatih di Alienware Training Facility milik Team Liquid / VentureBeat
Salah satu sudut ruang berlatih di Alienware Training Facility milik Team Liquid / VentureBeat

Namun jangan bayangkan fasilitas ini sebagai warnet luar biasa besar dengan komputer berspesifikasi kelas dewa, sebab Team Liquid juga memperhatikan aktivitas-aktivitas di luar sesi latihan. Para atlet akan didorong untuk berolahraga di gym setiap pagi, dan seorang ahli nutrisi dipercaya meracikkan menu dan pola makan yang sehat bagi masing-masing atlet.

Bicara soal spesifikasi komputer, Alienware benar-benar totalitas dalam memanjakan salah satu tim kebanggaannya tersebut. Sederet monitor 4K 25 inci telah disiapkan, demikian pula sejumlah gaming laptop dan PC, termasuk halnya komputer kelas sultan Area 51. Saya yakin sebagian dari Anda pasti bertanya dalam hati, “buat apa spesifikasi setinggi itu kalau hanya untuk bermain League of Legends dan CS:GO?”

Tidak, semua itu tidak akan disia-siakan begitu saja, sebab fasilitas ini juga bakal dihuni oleh tim manajemen, dan yang paling penting, oleh 1UP Studios, yang tidak lain merupakan tim produksi video mandiri milik Team Liquid sendiri. Semuanya diharapkan bisa bekerja dan berkolaborasi secara efisien dengan adanya fasilitas terpusat seperti ini.

Sampai sekarang fasilitas ini masih dalam tahap pembangunan, akan tetapi Team Liquid sudah punya rencana untuk membangun fasilitas serupa lain di kampung halamannya apabila semuanya berjalan dengan baik. Juga tidak menutup kemungkinan adalah inisiatif dari tim esport lainnya untuk membangun fasilitas serupa, apalagi jika melihat pertumbuhan industri esport yang begitu pesat, serta melibatkan perputaran uang dalam skala luar biasa besar.

Sumber: VentureBeat.

Bank Indonesia Butuh Dua Tahun Kaji Penerbitan Uang Digital

Bank Indonesia mengungkapkan butuh waktu dua tahun untuk menyelesaikan proses kajian penerbitan uang digital, kurang lebih akan selesai pada 2020 mendatang. Kendati demikian, bank sentral belum bisa menjamin apakah uang digital benar-benar dapat diimplementasikan atau tidak.

Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Onny Widjanarko menerangkan sudah melakukan riset sejak tahun lalu lewat BI Fintech Office (FTO). Sekarang pihaknya tengah merampungkan kajian mata uang digital tersebut.

“Di pipeline kita akan coba dua tahun dari sekarang. Kalau lebih cepat [selesai kajian] itu lebih bagus, yang penting kita harus teliti bagaimana kompleksitasnya. Mau pelajari dulu dari sisi legal, pakai teknologi apa, belum lagi dari sisi operasionalnya akan seperti apa. Itu harus diteliti secara jelas,” kata Onny, Rabu (31/1).

Menurutnya, apa yang dilakukan bank sentral ini telah berkaca pada apa yang sudah dilakukan oleh bank sentral dari berbagai negara. Namun langkah ini bukan dikarenakan maraknya peredaran mata uang virtual seperti bitcoin.

Berdasarkan hasil riset sementara yang diperoleh bank sentral, pemanfaatan uang digital punya banyak kelebihan. Di antaranya tidak memiliki tingkat volatilitas yang tinggi, lebih efisien karena tidak harus mencetak uang, dapat disimpan di berbagai platform digital, dan sebagainya.

Bila dicontohkan, untuk membayar tol, kini konsumen perlu membayarnya dengan kartu e-money yang diterbitkan masing-masing bank. Tapi untuk kasus uang digital, penerbitnya adalah Bank Indonesia.

“Secara kekuatan hukumnya akan sama dengan uang cetak karena legal tendernya adalah Bank Indonesia yang sudah dijamin oleh Undang Undang sehingga tidak bisa tolak.”

Sejauh ini, lanjutnya, belum ada bank sentral di dunia yang menerbitkan mata uang digital. Akan tetapi ada beberapa bank sentral yang sudah melakukan uji coba penerbitan uang digital ini. Misalnya, Kanada dengan proyek Jasper dan Singapura dengan proyek Ubin.

Inggris pun saat ini diungkapkan Onny masih melakukan kajian yang dilakukan sejak 2016. Hanya Ekuador yang menjadi satu-satunya negara yang resmi menerbitkan mata uang digital.

Shadow of the Colossus Siap Menyaingi Monster Hunter: World Sebagai Calon Game of the Year 2018

Bahkan sebelum bulan pertama di 2018 berakhir (berdasarkan waktu artikel ini ditulis), kita sudah bisa menebak game-game yang berpeluang jadi judul terbaik di tahun ini. Di Januari, gamer dikejutkan oleh kualitas memuaskan dari Monster Hunter: World dan Dragon Ball FighterZ. Namun satu game yang bahkan belum dirilis siap menandingi keduanya.

Baru akan meluncur pada tanggal 6 Februari besok, Sony Interactive Entertainment telah memperkenankan beberapa media game besar untuk mengakses remake Shadow of the Colossus lebih dulu. Dan berdasarkan ulasan yang mereka publikasikan, versi ‘ultra-high definition‘ permainan legendaris di PlayStation 2 itu sepertinya betul-betul mengagumkan. Simak saja pendapat mereka dalam rangkuman review di bawah.

Remake Shadow of the Colossus mendapatkan skor 9,7 dari IGN. Permainan ini diklaim sebagai definisi sejati dari karya klasik, gameplay serta jalan ceritanya secanggih dan seemosional versi 2005-nya. IGN memuji banyak faktor di permainan, dari mulai performa, kendali, hingga keindahan grafisnya. Reviewer  sangat berterimakasih pada Sony karena telah menghadirkannya lagi buat gamer generasi baru.

Destructoid memberi game ini skor sempurna, 10 dari 10. Menurut mereka, tak hanya Bluepoint berhasil me-remaster Shadow of Colossus ke platform current-gen, tapi mutu konten dari permainan orisinalnya sendiri terbilang sempurna sehingga tidak lekang dimakan oleh waktu. Shadow of the Colossus menyuguhkan petualangan yang epik, megah, emosional, seru dan imajinatif.

Dalam ulasan singkatnya, Game Informer berpendapat bahwa remake ini terasa berbeda di beberapa bagian, walaupun masih menyajikan sensasi sejati bermain Shadow of the Colossus. Salah satu bagian terbaiknya ialah saat Anda mencoba memanjat makhluk-makhluk raksasa di sana, lalu bahkan jika Anda sudah pernah memainkannya, narasinya tetap akan membuat hati Anda terenyuh.

Di bagian penutup ulasan dengan nilai 9,5, Polygon menyampaikan bahwa ada pelajaran yang bisa dipetik dari remake ini. Versi baru Shadow of the Colossus memang cantik, tapi developer tidak perlu berlomba-lomba mengembangkan game bergrafis memukau. Mereka perlu fokus menciptakan permainan yang bisa memberikan pengalaman seperti karya Team Ico tersebut, sehingga bahkan saat dirilis kembali satu dekade kemudian, kontennya tetap terasa epik.

Gamespot bilang, Shadow of the Colossus adalah sebuah petualangan luar biasa, layak dijalankan lagi dan lagi. Perbaikan di sisi visual mengekspos tiap aspek dalam pengembaraan Wander dan Agro. Dunia permainan yang terbentang luas sangat memesona, dan para raksasa di sana akan membuat Anda merasa kecil. Permainan ini merupakan rekonstruksi indah dari sebuah karya luar biasa.

Di situs agregat review OpenCritic, saat ini Shadow of the Colossus berhasil memperoleh skor rata-rata 93 dari 58 ulasan, dan menjadi permainan dengan penilaian tertinggi sementara di tahun ini.

Strategi Mendorong Pertumbuhan Bisnis

Di tahap awal startup pasti memiliki target untuk bertumbuh. Baik bertumbuh dari segi jumlah pengguna atau bertumbuh dari segi perusahaan. Banyak hal yang bisa diupayakan untuk menghasilkan pertumbuhan. Banyak pendekatan yang harus dicoba dan disesuaikan.

Berikut beberapa pendekatan yang bisa dicoba untuk membantu mendorong atau mengakselerasi pertumbuhan bisnis.

Tujuan dan keuntungan berjalan beriringan

Startup dibangun dengan sebuah tujuan. Biasanya startup hadir dengan solusi yang bisa memecahkan permasalahan-permasalahan yang ditemui. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengembangkan bisnis adalah dengan mulai beranggapan bahwa tujuan dan keutungan akan berjalan beriringan.

Startup di era sekarang biasanya dekat dengan teknologi dan digital. Keduanya sebagai alat dimaksimalkan untuk membantu masyarakat memecahkan masalah yang ditemui sehari-hari. Fokus pada memberikan layanan atau solusi berkualitas bisa dijadikan hal utama. Pada dasarnya perjalanan startup tidak selalu soal keuntungan, tetapi juga mencapai sesuatu yang berharga dan berguna.

Tetap dalam perhitungan

Pada saat proses tumbuh terkadang harus ada beberapa hal yang kembali disesuaikan, salah satunya adalah rancangan dan strategi di masa depan. Saat bertumbuh kondisinya tentu tak lagi sama dengan awal memulai semuanya, ada yang berubah dan harus ada yang diperbaruhi. Di titik ini ada kalanya perlu untuk berhenti sejenak untuk fokus pada pelanggan yang ada, demi kualitas, sembari merancang strategi baru untuk tumbuh lebih besar.

Berinvestasilah pada tim

Aspek penting dalam pertumbuhan startup ada pada orang-orang di belakangnya. Tim yang solid, yang menggunakan segenap kemampuannya untuk memberikan yang terbaik bagi bisnis. Jika bertumbuh adalah sebuah hal yang diperjuangkan tidak ada salahnya untuk berinvestasi pada tim. Carilah personel-personel baru untuk bergerak semakin cepat.

Namun yang perlu diperhatikan adalah kecocokan. Ubah sudut pandang, jangan cari karyawan, carilah rekan, carilah orang yang nantinya bisa diajak bekerja sama dengan membawa visi dan misi yang sama. Ini akan bekerja baik dalam memudahkan proses penyesuaian dan tentunya pengelolaan ke depannya. Karena tidak ada yang lebih baik dibanding memiliki tim yang sama-sama memiliki gairah, visi, dan misi yang berada di jalan yang sama.

Para panelis saat sesi diskusi acara IADF 2018 / DailySocial

Mencermati Besarnya Peluang Industri Healthtech di Indonesia

Di hari pertama acara Indonesia – Australia Digital Forum 2018 (IADF2018) dihadirkan narasumber dari Indonesia hingga Australia yang membahas topik seperti healthtech, smart city hingga cyber security.

Salah satu topik menarik yang menjadi perhatian adalah perkembangan healthtech di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut dihadirkan CEO Klikdokter Andreas Setiawan Santoso, Founder dan Managing Director Spokle Elisabeth Yunarko, dan CEO Medico Grace Tahir.

Kurangnya informasi dan adopsi teknologi layanan kesehatan

Masih rendahnya edukasi masyarakat umum soal healthtech dan kurangnya adopsi dari praktisi kesehatan hingga dokter memahami teknologi kesehatan, merupakan salah satu alasan mengapa teknologi kesehatan di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara lain.

Menurut Andreas, hal tersebut yang menjadi tantangan sekaligus menjadi peluang bagi startup yang menyasar di sektor kesehatan teknologi.

“Seperti Klikdokter misalnya, guna memberikan informasi kesehatan yang baik untuk masyarakat umum, kami membina hubungan baik dengan dokter-dokter muda yang ternyata cukup antusias terhadap perkembangan teknologi,” kata Andreas.

Sementara itu Grace, yang saat ini masih fokus mengembangkan startup baru Medico, mencermati peranan pemerintah untuk memanfaatkan data dan teknologi bisa mempercepat pertumbuhan layanan kesehatan di Indonesia. Hal tersebut bisa membantu teknologi kesehatan menciptakan inovasi baru, didukung dengan regulator terkait.

“Di Medico sendiri kami mengedepankan kultur perusahaan innovation driven, sehingga jika ada tim kami memiliki ide yang menarik langsung dibuat dan dilemparkan ke pasar. Intinya adalah terus lakukan uji coba,” kata Grace.

Bersaing dengan layanan transportasi online dan e-commerce

Di Indonesia sendiri saat ini teknologi yang sudah sangat familiar digunakan oleh masyarakat adalah layanan transportasi on-demand  hingga e-commerce. Layanan teknologi kesehatan masih sangat rendah perkembangannya. Namun demikian menurut Grace Tahir, hal tersebut tidak membuat potensi dan peluang industri tersebut menurun, justru dengan segala kekurangan yang ada, layanan teknologi kesehatan masih memiliki peluang besar untuk bisnis.

“Pada akhirnya saya melihat dalam hal healthtech tujuan akhir adalah membantu orang mendapatkan layanan kesehatan sekaligus mengumpulkan pendapatan dari bisnis tersebut. Peluang itu masih terbuka lebar di healthtech,” kata Grace.

Disinggung apakah teknologi sudah cukup ampuh “mengganggu” layanan kesehatan konvensional dan apakah pihak rumah sakit sudah siap menghadapi perubahan teknologi yang ada, menurut Andreas, bukan hanya teknologi yang menjadi prioritas, namun juga edukasi dan informasi yang tepat kepada pengguna.

“Harus dipastikan apakah orang tersebut sudah terbiasa menggunakan aplikasi, dan mengerti teknologi yang diterapkan,” kata Andreas.

Andreas menambahkan lokasi juga masih mempengaruhi layanan kesehatan yang bisa didapatkan masyarakat. Misalnya bagi mereka yang tinggal di Papua, belum tentu bisa mendapatkan layanan kesehatan layaknya masyarakat yang tinggal di pulau Jawa.

“Di situlah teknologi harusnya bisa menjembatani antara pengguna di wilayah yang jauh agar bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik memanfaatkan teknologi,” kata Andreas.

Pentingnya kolaborasi dan networking di Indonesia

Hal menarik lainnya yang disampaikan Grace dan Andreas di hadapan entrepreneur dan perwakilan pemerintah Australia adalah jika ingin membangun bisnis di Indonesia, perbanyak networking dan bertemu dengan orang yang tepat mempengaruhi jalannya bisnis. Hal tersebut diharapkan bisa membantu entrepreneur Australia yang berencana untuk menghadirkan startup healthtech atau lainnya di Indonesia.

“Lakukan networking seluas mungkin dan jangan lupa untuk menemukan partner yang tepat sebelum bisnis diluncurkan di Indonesia,” kata Andreas.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Indonesia – Australia Digital Forum 2018 (IADF2018) 

EV Hive Umumkan Kemitraan dengan Anak Usaha Pos Indonesia, Hadirkan Co-Working Space

Startup co-working space EV Hive mengumumkan kemitraan dengan anak usaha Pos Indonesia, PT Pos Properti Indonesia, dengan meresmikan lokasi terbaru EV Hive di kantor pusat Pos Indonesia di Pasar Baru, Jakarta.

“Rencana ini [mendirikan coworking space] sudah ada sejak beberapa tahun lalu, tapi baru sekarang terealisasi. Kami mau kembali jadi top of mind buat anak muda saat ingin mengembangkan usahanya,” terang Direktur Utama Pos Properti Handriana Tjatur Setijowati, Rabu (31/1).

CEO dan Co-Founder EV Hive Carlson Lau menambahkan, “Baik Pos Properti maupun EV Hive bersama memiliki visi untuk menciptakan lokasi ini menjadi suatu wadah di mana komunitas dapat berkumpul, berbagi pengalaman dan gagasan, inovasi dan menciptakan bisnis baru bersama.”

Handriana melanjutkan, Pos Indonesia memiliki berbagai jenis aset yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari kantor sampai rumah dinas. Pemilihan aset yang akan direvitalisasi itu akan ditentukan berdasarkan skala prioritasnya, apakah di kota besar, ada pasarnya, dan lain sebagainya.

“Ada yang kami investasi sendiri atau kerja sama dengan pihak ketiga untuk disewa. Salah satu yang sudah kami lakukan adalah menyewakan space untuk Starbucks di gedung Filateli. Ada juga rencana untuk kerja sama buat hotel budget.”

Di lokasi ini akan lebih banyak diperuntukkan untuk pegiat startup yang bergerak di bidang logistik dan e-commerce. Ke depannya akan banyak serangkaian aktivasi dan lokakarya yang dapat menampung hingga 400 orang, ditujukan untuk mengembangkan komunitas EV Hive, termasuk memanfaatkan berbagai jasa Pos Indonesia.

Setelah meresmikan lokasi tersebut, berikutnya Pos Indonesia akan memanfaatkan aset lainnya untuk menjadi co-working space di gedung Filateli, Jakarta. Rencananya lokasi tersebut akan diresmikan pada Maret 2018.

Lokasi kedua tersebut akan difokuskan untuk aktivasi industri kreatif dan mengangkat tema-tema seputar budaya Indonesia. Diharapkan tempat ini menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin mengetahui lebih banyak sejarah Pos Indonesia dan dearah sekitarnya.

Buka lokasi baru

Carlson melanjutkan lokasi terbaru ini menambah kehadiran EV Hive di Indonesia. Hingga kini, EV Hive telah berada di 14 titik di Jakarta dan satu lokasi di Medan.

Sepanjang tahun ini, EV Hive akan membuka 29 lokasi baru dan mulai ekspansi ke luar kota. Menurut Carlson, kota yang akan disasar EV Hive di antaranya Bandung dan Yogyakarta. Pihaknya mengaku akan membangun sendiri co-working space namun juga ada hasil kolaborasi dengan pihak lain.

“EV Hive akan membidik lokasi baru yang memiliki banyak mahasiswa dan startup baru yang bermunculan.”

Menurut data terakhir, EV Hive menampung lebih dari 1.300 anggota dan 11 ribu acara dan workshop yang diselenggarakan para anggota. Beberapa anggota EV Hive di antaranya SquLine, Member.id, HelloBeauty, dan Ride Jakarta.

EV Hive akan memanfaatkan pembukaan lokasi baru dengan pendanaan segar pra-A yang didapat dari Insignia Venture Partners sebesar US$3,5 juta atau sekitar Rp46 miliar pada akhir 2017.

Volvo Siap Luncurkan Mobil Elektrik Perdananya Tahun Depan

Di luar Tesla, Volvo merupakan salah satu produsen mobil konvensional yang cukup agresif dalam menerapkan teknologi baru. Oleh karena itu, tidak terlalu mengejutkan apabila pabrikan asal Swedia yang kini merupakan anak perusahaan Geely itu berniat meluncurkan mobil elektrik perdananya sesegera tahun depan.

Berdasarkan informasi yang didapat Autocar, mobil ini merupakan kelanjutan dari Volvo Concept 40.2 yang diperkenalkan dua tahun silam. Kendati demikian, bentuknya akan lebih menjurus ke hatchback ketimbang sedan murni seperti konsepnya.

Volvo Concept 40.2

Desainnya bakal mengikuti gaya yang diadopsi Volvo Concept 40.1, yang pada akhirnya diteruskan menjadi Volvo XC40. Secara garis besar, arsitektur modular nan ringkas yang Volvo perkenalkan bersama konsepnya bakal menjadi rujukan utama dalam pengembangan mobil elektrik ini.

Petinggi divisi riset dan pengembangan Volvo, Henrik Green, mengatakan bahwa mobil ini nantinya bakal memiliki jarak tempuh sejauh 500 kilometer dalam satu kali charge. Angka ini setara dengan yang ditawarkan mobil elektrik perdana VW, yang rencananya bakal menjalani debut pada tahun 2020.

Volvo Concept 40.2

Yang cukup menarik adalah rencana Volvo untuk menerapkan semacam sistem modular guna memenuhi permintaan konsumen dari berbagai kalangan. Modular maksudnya dalam artian konfigurasi motor elektrik dan baterai yang bervariasi, sehingga diharapkan tidak ada kalangan konsumen yang merasa terlupakan.

Kapan pastinya di tahun 2019 mobil elektrik perdana Volvo ini akan meluncur masih tanda tanya. Di sisi lain, Volvo juga sudah punya rencana untuk merilis XC40 versi elektrik, yang bakal menjadi mobil elektrik kedua mereka nantinya.

Sumber: Autocar.

vainglory-update-besar-ui-lebih-bersahabat-dan-mode-game-5v5-dibuka

Vainglory Update Besar, UI Lebih Bersahabat dan Mode Game 5V5 Dibuka

Jika Anda penggemar game MOBA versi mobile, Vainglory tentu masuk dalam daftar game MOBA favorit. Suguhan grafis yang memanjakan mata dan keseruan gameplay-nya, Vainglory sukses meninggalkan kesan yang mendalam dan tidak terlupakan bagi saya.

Menggunakan sistem tap dan bukan analog seperti pada Arena of Valor (AOV) dan Mobile Legends, saya harus jujur bahwa kontrol permainannya sedikit lebih sulit. Kemudian user interface-nya juga cukup membingungkan.

Nah pada Vainglory versi 2.12 yang telah bergulir, developer Super Evil Megacord telah melakukan perombakan besar-besaran. Meliputi perubahan UI, sistem baru yang lebih mudah dalam membuat skin, dibukanya early access untuk mode Vainglory 5V5, skin hero baru, dan fitur free camera.

Screenshot_20180131-170244

Perubahan besar yang paling kasat mata adalah user interface-nya, kini sudah disederhanakan dan mudah dimengerti. Begitu masuk, Anda langsung disuguhkan tombol ‘play‘ dan lima tombol besar pada kanan layar navigasi yaitu home, heroes, market, party, dan social.

Bagi Anda yang sudah melakukan pra-registrasi untuk early
access Vainglory 5V5, coba periksa email untuk melihat apakah Anda terpilih. Para pemain yang memiliki tiket emas bisa langsung terjun memainkan versi beta Vainglory 5V5.

Saya salah satu orang yang beruntung mendapatkan tiket emas dan bisa memainkan game mode 5V5 Vainglory lebih awal. Detail mengenai map Sovereign’s Rise dan fitur-fiturnya sudah pernah saya bahas di sini, sekarang saya ingin mengungkap kesan pertama saat mencoba mode game 5V5.

Sekali lagi saya terpukau oleh suguhan grafisnya luar biasa memanjakan mata. Efek fog of war, di mana arena yang diselimuti oleh kabut akan terang jika Anda berjalan ke titik yang diarahkan.

Sungai yang mengalir, jika Anda berjalan sesuai arus maka bisa menambah kecepatan. Serta aksi memukau dari dua makhluk mitologi naga yakni Blackclaw dan Ghostwing.

Untuk kontrolnya sendiri masih menggunakan sistem tap di seluruh layar, dengan map yang begitu luas, navigasinya agak sulit. Kalau saja pihak Vainglory mau menyediakan opsi dengan sistem analog, hal itu bakal memudahkan para pemain baru menikmati game ini.

Bagi yang belum mendapatkan tiket emas jangan khawatir, karena saat update 3.0, mode game 5V5 akan tersedia untuk semua pemain dibulan Februari.

Penjualan Star Wars Battlefront II Mengecewakan, EA Malah Akan Mengembalikan Microtransaction?

Loot box sudah lama diusung dalam video game, tapi kesuksesan penerapannya di Overwatch menyebabkan game shooter Blizzard itu jadi kiblat penyajian loot box di judul-judul blockbuster di periode 2016 sampai 2017. Namun implementasi ‘prize crate‘ yang kelewatan di Star Wars Battlefront II membuat metode ini dibenci gamer, bahkan dianggap sebagai praktek judi.

Tingginya respons negatif pemain terhadap loot box di Battlefront II memaksa Electronic Arts untuk menonaktifkan sistem monetisasi ini, meski masih terbuka kemungkinan buat dihadirkan lagi. Dan berdasarkan informasi terbaru, kontroversi loot box ternyata berdampak signifikan pada penjualan game serta pemasukan perusahaan.

Berdasarkan pengakuan CFO Blake Jorgensen pada Wall Street Journal, sang publisher hanya berhasil menjual sembilan juta kopi Battlefront II di musim liburan kemarin. Padahal, target EA adalah 10 juta kopi. Jorgensen menyalahkan drama loot box sebagai penyebab utamanya. Sembilan juta kopi memang tidak terlihat buruk, tetapi tetap terbilang rendah jika dibandingkan dengan total penjualan Battlefront pertama dalam satu triwulan, yang mencapai 13 juta kopi.

Wall Street Journal juga menginformasikan bahwa pemasukan sang publisher  hanya meningkat tipis dibanding di periode liburan tahun lalu, dari US$ 1,15 ke US$ 1,16. Berita baiknya, penjualan digital Star Wars Battlefront II memperlihatkan peningkatan dibanding pendahulunya, memakan porsi 37 persen dari total penjualan, versus 32 persen buat Battlefront pertama.

Kabar buruknya, Electronic Arts menyatakan rencana untuk mengembalikan fitur monetisasi di Battlefront II ‘dalam beberapa bulan lagi’. Sang CFO tidak memberi tahu kapan tepatnya loot box (atau sistem sejenis) akan diimplementasikan, hanya bilang ‘jika mereka merasa telah siap’. Dahulu, keluhan utama dari adanya microtransaction adalah hal ini memberi keunggulan gameplay bagi pemain yang bersedia membayar lebih banyak.

EA turut melaporkan beberapa informasi lain, terutama terkait jumlah pemain game-game-nya. Kabarnya, komunitas FIFA di console naik jadi 42 juta gamer, pemain FIFA Mobile meningkat ke 26 juta orang, lalu angka player base FIFA Ultimate Team melompat 12 persen. Selanjutnya, Battlefield 1 sukses menghimpun 25 juta pemain, kemudian gamer The Sims 4 juga melonjak 35 persen.

Sebagai penggemar Star Wars, saya memang punya rencana untuk meminang Battlefront II jika harganya sudah murah dan merasa yakin praktek loot box tak akan kembali. Namun dengan munculnya berita ini, sepertinya saya harus mengurungkan niat tersebut.

Via PC Gamer & Gamespot.