Bagi para atlet eSport, performa, kenyamanan serta reliabilitas pada gaming gear ialah harga mati. Dan aspek-aspek inilah yang dijanjikan BenQ melalui brand Zowie. Menurut produsen, ada perbedaan kontras antara perangkat gamer hardcore dengan periferal kelas gamer pro kreasinya. Dan Zowie tidak takut jika arahan desain tersebut membuat produknya menjadi niche.
Dan dalam acara Zowie Experience Tour di Jakarta pada bulan Maret silam, ada satu perangkat yang mencuri perhatian saya. Produk ini merupakan keyboard gaming bernama Celeritas II. Bagi mereka yang baru mencobanya, Celeritas II terasa seperti papan ketik gaming sekelas dan menyuguhkan sensasi pemakaian mirip keyboard ber-switch mekanis berprofil linier. Namun sejatinya, ia bukanlah ‘keyboard mekanis’ biasa.
Celeritas II merupakan satu dari sedikit papan ketik dengan switch optik. Ketertarikan saya pada produk ini mendapatkan respons antusias tim BenQ, dan tak lama setelahnya, mereka memberikan saya kesempatan untuk menguji Celeritas II secara langsung dan personal. Menggunakan Celeritas II selama beberapa minggu membuka mata saya bahwa switch mekanis bukanlah satu-satunya standar tertinggi teknologi keyboard. Simak ulasannya:
Isi packaging
Sebelum membahas produknya, saya ingin meng-highlight satu hal menarik yang saya temukan saat mengeluarkan Celeritas II dari bungkusnya. Bundel penjualan produk sebetulnya cukup sederhana. Yang tidak biasa adalah kehadiran adaptor USB ke PS/2. Beragam motherboard masih terus memanfaatkan port enam-pin ini, tapi Anda mungkin sudah tidak bisa menemukannya di laptop modern.
Dan BenQ punya maksud khusus dalam menyediakannya, dibahas lebih lanjut di bawah.
Desain
Zowie Celeritas II merupakan keyboard ber-layout full-size. Presentasinya sangat sederhana, ia hanya menyuguhkan elemen-elemen esensial saja. Perangkat mengusung tubuh kotak dan ujung membundar dengan dimensi 44.2x17x3.8-sentimeter, lalu penampilannya dipermanis oleh kehadiran backlight LED merah serta logo Zowie di area tengah bawah.
Sistem pencahayaan tersebut belum belum menggunaan RGB, namun dibekali warna putih kebiruan di sejumlah tombol – misalnya Caps Lock, Num Lock dan Windows Lock – sebagai indikator fungsi yang sedang aktif. Dengan pendekatan desain seperti ini, maka tidak ada lagi lampu indikator LED selain di area tuts. Celeritas II juga tidak memiliki tombol pengaturan fungsi multimedia serta setting level kecerahan LED dedicated – hal ini dilakukan via kombinasi tombol Fn dan F1-F6.
Keunikan lain di aspek desain ialah absennya wrist rest (serta ketiadaan slot ekspansi) serta adjustable feet (cuma ada empat karet anti-slip memanjang di bagian bawah). Anda tidak bisa meninggikan bagian belakang keyboard, dan dalam penggunaannya, Anda hanya dapat menaruh telapak tangan di meja. Sebagai solusi buat menemukan posisi paling nyaman, Anda perlu menyesuaikan tinggi bangku.
Tubuh Celeritas II terbuat dari plastik, dan di sana Zowie mengimplementasikan coating doff . Coating tersebut terasa halus saat tangan atau jari menyentuhnya, namun kelemahannya adalah permukaan jenis ini akan jadi sarang noda dan kotoran dalam waktu singkat, sehingga Anda harus selalu menjaga kebersihannya. Jika tidak sering-sering dibersihkan, minyak dari jari (ataupun makanan) bisa membuat permukaannya jadi mengilat.
Hal serupa berlaku pada keycap ABS di sana. Celeritas II memanfaatkan keycap removable standar dengan sambungan berbentuk ‘+’. Andai saya memilikinya, saya akan segera menukar keycap-nya dengan produk third-party berbahan PBT.
Celeritas II terkoneksi ke PC Anda melalui kabel USB non-removable sepanjang dua meter. Kabel ini memiliki profil yang distingtif. Ia tidak dilindungi oleh lapisan benang braided, lalu jenisnya lebih tipis dan lembut dibanding kabel karet di keyboard wired lain, misalnya Corsair K63. Beberapa orang mungkin cemas kabelnya mudah rusak, tapi BenQ menjamin daya tahannya dan punya alasan mengapa memilih material tersebut.
Menurut produsen, kabel Celeritas II (dan juga mouse gaming Zowie seperti EC hingga ZA series) jauh lebih lentur dibanding varian braided. Dengan begini kita bisa mudah menggulungnya, dan ketika dilepas, ia tidak kaku serta mudah direntangkan.
Switch optik Flaretech
Pada dasarnya, switch optik tetap menyimpan komponen-komponen mekanis. Saat tombol Celeritas II ditekan, bagian stem di bawah keycap akan bergerak turun, setelah itu per segera mengembalikannya ke posisi normal. Bedanya, ia menggunakan cahaya sebagai medium input – bukan sinyal elektrik. Saat Anda menekan tombol, bagian prisma ikut turun dan mengarahkan inframerah ke unit receiver. Konsep kerjanya mirip trigger button di controller Xbox One dan DualShock 4.
Lewat metode ini, switch optik Flaretech dapat meminimalkan tingkat error serta menghindari double keystrokes (sekali tekan tapi dua kali teregistrasi). Switch optik tidak menggunakan toggle, namun mengukur pergerakan tombol.
Di keyboard mekanis biasa, oksidasi pada bagian actuator seiring bertambahnya umur keyboard bisa mengganggu input, lalu kompleksitas komponen logam juga berpeluang menambah keterlambatan penyampaian sinyal dari papan ketik ke PC hingga beberapa milidetik. Celeritas II sendiri cuma mempunyai satu komponen bergerak: per. Selain itu hanya ada emitter inframerah dan unit penerimanya.
Agar bekerja sempurna, Zowie mengonfigurasi firmware Celeritas II dengan sangat teliti sehingga keyboard bisa secara tepat mengetahui intensitas cahaya inframerah yang dibutuhkan untuk mengaktifkan/menonaktifkan masing-masing tombol. Namun karena sangat kompleks, saat ini pengguna belum diperbolehkan mengustomisasinya sendiri.
Fitur
Celeritas II merupakan keyboard berkonsep plug-and-play murni. Seluruh fungsinya tersuguh tanpa memerlukan driver dan ia tidak ditopang oleh aplikasi companion khusus. Celeritas II bisa segera bekerja begitu Anda colokkan ke komputer, namun dengan begini kita tidak dapat mengutak-atik pola pencahayaan LED – cuma bisa mengatur tingkat keterangannya saja.
Dan di sinilah mengapa adaptor USB ke PS/2 menjadi elemen krusial. Pasangkan aksesori ini jika sistem Anda memiliki port-nya dan Celeritas II sanggup menghidangkan fitur N-key rollover atau anti-ghosting sejati tanpa emulasi. Ia mampu membaca setiap input tak peduli seberapa banyak jumlah tombol yang ditekan ataupun seberapa cepat Anda mengetik. Pemakaian interface PS/2 memang opsional, tapi bisa jadi sangat esensial bagi atlet eSport.
Dan dengan memanfaatkan interface tersebut, Anda dapat mengubah kecepatan input. Selain opsi normal, registrasi tombol bisa didongkrak menjadi dua kali, empat kali atau delapan kali lipat lebih cepat. Kemampuan ini kabarnya sangat berguna dalam melakukan manuver di sejumlah game FPS online lawas, satu contohnya ialah CrossFire.
Zowie juga memiliki alasan kuat mengapa mereka bersikeras menggunakan koneksi kabel dan bukan wireless. Polling rate 1.000Hz memang bisa tercapai melalui wireless, namun mereka percaya hanya sambungan fisik yang dapat menjaga kosistensinya di 1MHz setiap saat. Dan untuk menyempurnakannya, Zowie tak lupa memanfaatkan connector USB berlapis emas.
Pengalaman penggunaan
Switch optik Flaretech di Celeritas II mempunyai resistensi sebesar 45g dengan jarak key travel sejauh 2-milimeter dan profil linier. Karakteristik ini menempatkannya hampir setara switch mekanis Cherry MX Red. Respons yang cepat membuatnya sangat cocok untuk gaming. Tapi menariknya, bagi saya Celeritas II lebih nyaman buat mengetik dibanding Corsair K63 – mungkin disebabkan oleh key travel yang lebih pendek.
Kapabilitasnya buat menangani beragam genre permainan patut diapresiasi. Celeritas II sudah menemani saya menikmati Overwatch, Far Cry 5, Assassin’s Creed Origins, Ni No Kuni II hingga Conan Exiles. Sejauh ini, ia belum pernah mengecewakan. Celeritas II meregistrasi tiap input yang saya masukkan secara responsif serta akurat, dan saya juga belum pernah mengalami double keystrokes.
Dan berkat actuation force yang tidak begitu tinggi, keyboard ini tidak pernah membuat jari saya lelah (sesi gaming paling intensif yang saya lakukan bersamanya adalah tujuh setengah jam dalam Conan Exiles). Bagian stem keyboard memegang keycap dengan kokoh, kemudian seluruh tombol di Celeritas II terasa konsisten – baik huruf, function hingga numerical pad.
Dalam pemakaian, Celeritas II memang tidak segaduh keyboard ber-switch mekanis tactile Cherry MX Blue/Green, tetapi tiap ketikan Anda di sana tetap terdengar cukup lantang. Saya tidak menyangka bunyi tombolnya dapat didengar microphone saat streaming. Namun suaranya tidak begitu mengganggu.
Sebagaimana keyboard tanpa tombol multimedia mandiri, Anda harus menggunakan kombinasi dua tuts buat menaik-turunkan volume atau mengaktifkan mute. Karena fungsi-fungsi tersebut berada di tombol F1 sampai F6 dan tombol Fn berada di area tangan kanan, Anda harus memakai kedua tangan untuk mengaturnya. Seandaikan Zowie memposisikan tombol pengaturan multimedia di Ins-Home-Del-End-PgUp-PgDn seperti MSI GK 701 RGB, setting dapat dilakukan dengan satu tangan saja.
Kelemahan lain dari Celeritas II terletak pada bobotnya. Keyboard gaming ini mempunyai berat 1,9-kilogram, dan boleh jadi menambah beban bawaan bagi atlet eSport yang harus berpindah-pindah dari satu lokasi turnamen ke lokasi lainnya. Sebetulnya akan lebih ideal lagi jika Zowie turut menyediakan opsi ber-layout tenkeyless.
Konklusi
Menurut pandangan saya, membeli Zowie Celeritas II mirip seperti membeli mobil khusus balapan: keyboard gaming ini betul-betul dispesialisasikan buat gamer profesional yang membutuhkan perangkat berkinerja tanpa terlalu memprioritaskan penampilan serta gimmick. Dan layaknya mobil balap, harga Celeritas II juga tidak murah. Dengan mengeluarkan jumlah uang lebih sedikit, Anda dapat memperoleh papan ketik gaming penuh fitur plus warna-warni RGB.
Kini pertanyaanya ialah, gamer seperti apakah Anda? Apakah Anda ingin dimanja oleh fitur serta tampil ‘trendi’ layaknya gamer modern, atau Anda lebih mementingkan keakuratan tinggi dengan peluang kesalahan sistem yang minimal? Jika Anda memilih jawaban kedua, maka Zowie Celeritas II patut dipertimbangkan. Saya juga mengacungkan jempol pada BenQ karena lewat penggunaan switch optik, Zowie memilih arahan pengembangan produk yang lebih sulit dari para kompetitornya.
Meski begitu, saya kembali ingin menunjukkan kurangnya aspek koherensi pada desain: jika memang disiapkan untuk gamer pro, maka produsen sebaiknya tidak menutup mata pada faktor portabilitas. Celeritas II tergolong berat dan agak terlalu lebar buat dimasukkan dalam tas serta dibawa-bawa, padahal kabelnya sangat lentur serta mudah digulung.
Jika tertarik, Zowie Celeritas II bisa Anda beli di BenQ Official Store di Lazada seharga Rp 1,95 juta.
Sparks
- Diorientasikan untuk eSport
- Mengusung teknologi switch jenis baru: switch optik Flaretech
- Sangat nyaman
- Merespons tiap input secara akurat dan konsisten
- Plug-and-play
- Adapter USB ke PS/2 opsional buat mengaktifkan N-key rollover
Slacks
- Berat
- Mahal
- Penampilan mungkin kurang menarik bagi sebagian gamer
- Tidak didukung software companion
- Minim kustomisasi