Monthly Archives: December 2018

Analisa dan Prediksi EVOS Esports Pasca Masuknya G dan Rekt

Second place is just the first place loser.” Dale Earnhardt.

Perjalanan tim Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) dari EVOS Esports memang selalu menarik diikuti. Tim ini memang bisa dibilang tim papan atas dari sejak MPL (Mobile Legends Profesional League) Indonesia Season 1. Namun, tergantung dari perspektif Anda, tim ini bisa dibilang mujur atau naas karena mereka hanya berhasil menjadi juara kedua baik di MPL Season 1 ataupun Season 2.

Berakhir jadi juara 2 itu sebenarnya posisi yang sangat unik. Juara 2 memang bisa dibilang tim terkuat kedua, setelah sang juara. Namun Dale Earnhardt, salah satu pembalap NASCAR paling gemilang yang meninggal di tahun 2001, mengatakan juara kedua adalah pecundang pertama. Kenapa? Karena juara kedua adalah kontestan yang paling berpeluang untuk jadi juara satu namun justru gagal dalam pertandingan terakhirnya.

So close, yet so far from paradise… Jika meminjam lirik dari salah satu lagu Elvis Presley.

Sumber: MLBB
Roster MLBB EVOS Esports di MPL ID S2. Sumber: MLBB

Perjalanan EVOS Esports di MPL ID S1 dan S2

Mari kita melihat ke belakang sejenak perjalanan EVOS Esports di MPL Indonesia, turnamen MLBB paling bergengsi di Indonesia, di musim pertama dan kedua.

Di musim pertama, yang Grand Finalnya digelar di Mall Taman Anggrek tanggal 30 Maret – 1 April 2018, perjalanan EVOS Esports memang begitu meyakinkan. Mereka maju ke babak utama setelah menempati peringkat kedua di klasemen akhir Regular Season MPL ID S1. Di babak Grand Final, mereka juga tak terkalahkan sampai di partai penghujung. Mereka berhasil menendang TEAMnxl> (yang kemudian berganti jadi Aerowolf Roxy) ke Lower Bracket yang sebelumnya berhasil mengalahkan RRQ.O2 yang juga merupakan salah satu kandidat terkuat saat itu.

Namun, naasnya, EVOS justru kalah melawan nxl setelah tim ini mengalahkan semua lawannya di Lower Bracket. Sungguh, tak ada fans MLBB yang menduga bahwa EVOS Esports akan kalah saat itu.


Musim kedua, cerita tim MLBB EVOS Esports juga tak kalah menarik. Tim ini memang terseok-seok di pekan-pekan pertama Regular Season karena tak pernah menang. Namun mereka berhasil memutarbalik keadaan dan berhasil mengakhiri Regular Season MPL ID S2 di peringkat keempat.

Di babak Grand Final MPL ID S2 yang digelar di JX International Convention Exhibition pada 17-18 November 2018, EVOS Esports pun menjadi salah satu jagoan juara menurut para pemerhati MLBB berkat performa mereka yang sangat baik menutup Regular Season.

Meski demikian, RRQ.O2 memang jauh lebih diunggulkan kala itu karena formasi mereka yang bisa dibilang sempurna di segala lini. Atas segala jerih payah EVOS Esports, tim ini pun berhasil berhadapan dengan RRQ.O2 di babak final. Namun, Lemon, Tuturu, dan kawan-kawannya berhasil memukul telak Oura, JessNoLimit, dan segenap pemain EVOS Esports dengan skor akhir 3-0!

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Prediksi dan Peluang EVOS Esports bersama G dan Rekt

Mengingat RRQ.O2 yang sekarang sedang berada di puncak dunia persilatan MLBB Indonesia, saya akan membandingkan formasi baru EVOS ini dengan rival beratnya itu tadi.

Formasi baru ini sudah dikonfirmasi oleh Aldean Tegar Gemilang, Manajer Tim untuk EVOS Esports. Kelima pemain EVOS Esports saat ini adalah:

  • Oura
  • JessNoLimit
  • IOS
  • G
  • Rekt

Aldean juga mengatakan mereka akan memasukkan satu lagi pemain yang belum dapat diungkap (setidaknya saat artikel ini ditulis). Namun, kelima pemain ini, buat saya pribadi seharusnya sudah mampu mengimbangi RRQ.O2 (setidaknya di atas kertas).

Kenapa saya bisa bilang demikian? Mari kita lihat satu persatu.

Sumber: MPL
Sumber: MPL

Bagi saya pribadi, Afrindo “G” Valentino adalah satu-satunya Mage di dunia persilatan MLBB Indonesia yang bisa disejajarkan dengan Lemon dari RRQ. Fans berat Lemon mungkin bisa jadi tak setuju namun, faktanya, G sudah pernah beberapa kali mengalahkan Lemon di panggung-panggung besar.

G, yang waktu itu bersama dengan Aerowolf Roxy, pernah mengalahkan Lemon dan RRQ di babak Grand Final MPL ID S1 2 kali (di Upper dan Lower Bracket). Ia juga kembali menundukkan Lemon dan kawan-kawan di Regular Season MPL ID S2.

Saya sempat berbincang singkat juga dengan G mengingat ia adalah salah satu icon di tim lamanya (Aerowolf Roxy) yang sebelumnya terlihat begitu kompak. Afrindo sempat mengutarakan alasannya kenapa ia pindah. “Karena saya ingin tantangan baru.”

Ia juga mengatakan bahwa tak ada masalah juga sebenarnya ia di Aerowolf. Bahkan ia sangat mengapresiasi manajemen Aerowolf dalam memberikan dukungan ke para pemainnya. Ia juga tak ada masalah dengan pemain-pemain lainnya di sana. Ia mengaku mau ke EVOS Esports karena menurutnya tim ini sungguh berminat mengajaknya bergabung karena bukan kali ini saja ia ditawari.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Di sisi lainnya, Rekt merupakan salah satu dari 3 Marksman paling jago di dunia persilatan MLBB Indonesia. Tiga Marksman paling hebat itu tadi adalah: Spade (SFI), Tuturu (RRQ), dan Rekt (sebelum ini di Louvre). Sebelum Rekt masuk, EVOS bahkan tak punya pemain Marksman. Jadi, kemungkinan besar, mereka pasti kesulitan jika permainan berjalan cukup lama ke late game.

Masuknya Rekt akan membuka besar peluang EVOS untuk berhadapan dengan Tuturu di late game.

Oura, yang masih setia dengan EVOS Esports; bagi saya pribadi, adalah pemain Assassin MLBB terbaik di Indonesia yang tak akan terbantahkan bahkan dibanding AyamJago dari RRQ sekalipun. Namun sebelumnya Oura tak punya kawan yang sama-sama bisa disebut pemain terbaik di rolenya masing-masing. Kekurangan Oura di EVOS hanya hal itu tadi yang sekarang sudah ketemu solusinya.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

JessNoLimit mungkin memang hebat sekali bermain sebagai Assassin ataupun Fighter namun tetap saja tak bisa dibilang pemain teratas di 2 peran tadi. Meski demikian, peran JessNoLimit di EVOS Esports sekarang bisa lebih fleksibel mengikuti draft tim lawan karena gamer profesional paling populer ini cukup baik dalam berganti-ganti peran (dan mungkin bisa dilebarkan lagi hero pool ataupun penguasaan perannya, seperti sebagai Support ataupun Tanker).

Di sisi Tanker, IOS mungkin masih berada sedikit di bawah Instinct/AmpunOm dari RRQ ataupun Donkey (yang sebelumnya bermain untuk EVOS di MPL ID S1) namun ia juga tak bisa dibilang jelek juga permainannya. Setidaknya, IOS punya kedewasaan yang mungkin akan jadi salah satu faktor penting buat kawan-kawannya pemain bintang di atas tadi. Di bayangan saya, IOS bisa menjadi voice of reason mengingat keempat pemain di atas adalah tipe-tipe pemain super agresif.

Sumber: EVOS Esports
Sumber: EVOS Esports

Itu tadi prediksi dan analisa saya atas formasi baru dari EVOS Esports. Di atas kertas, tim ini sekarang punya formasi All-Star di tiga lini: Assassin, Mage, dan Marksman. Jadi, seharusnya EVOS bisa memberikan performa yang jauh lebih baik dibanding formasi sebelumnya dan mengalahkan rival beratnya, RRQ.O2. Meski begitu, itu tadi memang masih sebatas prediksi di atas kertas. Faktanya, satu tim dengan formasi pemain bintang justru juga bisa jadi tak dapat bekerja sama dengan baik (seperti saat Figo dan Zidane satu tim di Real Madrid).

Bagaimana performa EVOS Esports pasca masuknya G dan Rekt? Apakah benar prediksi saya mereka benar-benar dapat menundukkan RRQ.O2 ataupun tim-tim lainnya? Atau justru malah sebaliknya?

Indonesian venture capital performance has reached Rp8.13 trillion per October 2018, increased by 18.12% year-on-year. Startup funding is getting significant.

Startup Funding Starts Taking Significant Part in Local Venture Capital Industry

The performance of Indonesian venture capital has reached Rp8.13 trillion per October or increased by 18.12% year-on-year. Investment in the conventional sector is still the primadonna, despite the increasing trend which comes from the business support and other sectors in which there’s funding for startups and the creative industry.

Based on economic sector review, investment for restaurant and hotel trading is dominating with Rp3.61 trillion. Followed by other sectors of Rp1.07 trillion, and business support for Rp827 million (around 20 percent of total funding).

Business support has increased rapidly compared to the other services by 50% year-on-year. In fact, in October 2017, this sector contributes only Rp551 billion.

Quoted from Kontan, Eddi Danusaputro, Mandiri Capital’s CEO explained that business support services and other sectors include technology companies, such as fintech, health, education, agriculture, and e-commerce. In addition, there are creative consulting, design, and digital companies. He also predicts the investment in this sector will keep increasing by next year.

“We’re still bullish for next year. We [Mandiri Capital] are still focused on fintech and agritech. In terms of fintech, the one that currently in demand is insurtech, wealth management, and big data,” he said.

Jefri R. Sirait, the Chairman of Indonesian Venture and Startup Capital Association (Amvesiondo) mentioned the investment increase was indeed followed by the tourism sector, such as restaurant and hotel. In addition, infrastructure and lifestyle also affect the growth of other tourism business, such as the creative industry engaged in food, fashion, and handicrafts.

“This condition makes the investment and capital demand of entrepreneurs increasing”, he explained.

Based on OJK’s data, as seen from venture capital performance of business activity types, revenue sharing is dominating with a value of R6.25 trillion and year-on-year growth reaching 26.06%. Followed by share investment of Rp1.38 trillion and convertible bond of Rp484 billion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

[Review App] Menjajal Canva di Smartphone, Wow Simple Banget!

Membuat poster, spanduk, undangan atau kartu ucapan kini jauh lebih mudah dibandingkan satu dekade lalu. Sekarang ini ada banyak sekali tool baik yang berbasis web, mobile ataupun aplikasi desktop tersedia untuk dipakai. Beberapa dapat dipergunakan secara cuma-cuma, sebagian lainnya berstatus premium dengan biaya tertentu.

Salah satu tool yang cukup menarik adalah Canva yang kehadirannya di Indonesia terbilang baru. Startup asal Australia ini mendeklarasikan kedatangannya ke tanah air pada 2017 meskipun basis penggunanya sudah lebih dulu besar.

Sebelum kita lanjut ke fitur-fitur di aplikasinya, mari kita gali dulu profil Canva ini.

Apa itu Canva?

Canva adalah aplikasi desain grafis menjembatani penggunanya untuk dengan mudah merancang berbagai jenis material kreatif secara online. Mulai dari mendesain kartu ucapan, poster, brosur, infografik, hingga presentasi. Canva saat tersedia dalam beberapa versi, web, iPhone, dan Android.

Sejarah Canva dimulai pada tahun 2012, tepatnya pada tanggal 1 Januari yang menjadi hari lahirnya. Canva didirikan oleh Melanie Perkins yang sebelumnya juga mendirikan Fusion Books, penerbit buku ternama di Australia. Di tahun pertama debutnya, Canva melejit dengan membukukan rekor pengguna sebanyak 750.000.

Lima tahun berjalan, di tahun 2017 Canva mencapai fase di mana perusahaan mulai membukukan laba. Saat itu mereka sudah mempekerjakan 200 orang pegawai yang tersebar di kantor Australia dan San Fransisco. Salah satu pemasukan terbesarnya datang dari pengguna premium yang berjumlah sebanyak 294.000 pengguna. Per 2017, Canva mempunyai 10 juta pengguna dengan cakupan layanan hingga 169 negara.

Review Canva

Interface Canva

Saya sudah cukup lama mendengar nama Canva, kebetulan salah satu teman saya mengelola bisnis di bidang percetakan dan memilih Canva sebagai salah satu tool desainnya. Dah oh ya, saya juga pernah membuat tutorial Canva versi web yang barangkali bisa jadi bacaan tambahan.

Di Play Store, Canva bisa diunduh secara gratis dan berukuran cukup ringan hanya 24MB. Jadi, seharusnya perangkat entry level dengan RAM 1GB dan memori 8GB pun bisa menggunakannya.

Saat pertama dijalankan, Canva menyambut saya dengan empat poster yang secara singkat memperlihatkan fitur-fitur di dalamnya. Anda boleh memilih melihat semuanya atau melewatkan dengan men-tap opsi skip di bagian kiri bawah. Selanjutnya, Anda diminta untuk membuat akun – prosedur standar di hampir semua layanan internet. Bukan hal baru. Setelah login, Anda akan langsung disambut deretan template yang dikelompokkan berdasarkan platform, seperti Instagram Post, Instagram Story, Facebook Post, Invitations, dan lain sebagainya.

canva interface_1

 

Jika Anda sudah berada di bagian utama, seperti itulah layout utama Canva, tidak ada yang lain. Tapi saya justru suka, karena lebih sederhana dan saya bisa lebih fokus pada desain yang jadi fungsi utamanya.

Di laman utama ini, Canva mengelompokkan template ka dalam kategori yang berbeda, seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Tampilan untuk masing-masing kategori juga tak jauh berbeda, hanya ada imbuhan satu template blank jika Anda ingin merancang materi baru dari nol. Layout serupa juga akan Anda jumpai misalnya Anda melakukan pencarian dengan kata kunci tertentu. Saya mencoba “birthday”, hasilnya terlihat di screenshot ketiga ini.

canva interface_2

 

Masih soal interface, di laman utama hanya ada ada dua menu yang diletakkan di bagian bawah, yaitu Create a design dan Your designs. Menu Create a design sendiri jika ditap tidak akan memberi respon, karena sejatinya Anda sudah berada dalam proses pembuatan design, tinggal memilih salah satu dari template-template yang tampil. Sedangkan menu Your designs memuat daftar desain poster atau spanduk yang sudah pernah Anda buat sebelumnya. Berarti, jika Anda belum pernah membuat sama sekali, isinya akan kosong.

Sedangkan di bagian teratas ada kolom pencarian yang fungsinya untuk membantu pengguna menemukan template spesifik sesuai kebutuhan. Seperti yang tadi dicontohkan, pakai kata kunci birthday, atau misalnya workshop, motivasi, dan lain-lain.

Fitur-fitur Canva

Template Siap Pakai

Screenshot_2018-08-07-07-50-44-658_com.canva.editor

 

Fitur utama dan yang membuat jutaan orang menyukainya adalah ketersediaan template yang sangat beragam, walaupun beberapa di antaranya berbayar. Tapi, opsi gratisnya saja sudah lebih dari cukup untuk dipakai di berbagai acara atau kepentingan. Gampangnya, pilihan gratis Canva tidak akan habis meskipun dipakai untuk desain poster acara berbeda setiap minggunya. Jadi, sudah lebih dari cukup. Tinggal bagaimana kreativitas Anda merancang poster yang menarik.

Font

Screenshot_2018-08-07-10-06-54-844_com.canva.editor

 

Setelah template dipilih, selanjutnya pengguna bisa mengubah teks termasuk jenis hurufnya. Ada ratusan jenis huruf (font) yang bisa dipilih, tergantung selera Anda. Saya cukup puas dengan opsi yang mereka suguhkan, terlebih prosedur penggunaannya tidak berbelit-belit.

Warna

Screenshot_2018-08-07-09-37-36-610_com.canva.editor

 

Jika huruf sudah diganti, pengguna juga boleh mengubah warna teksnya. Pilihan warnanya juga beragam dan sepertinya Canva cenderung menyarankan opsi warna yang populer.

Format

Screenshot_2018-08-07-07-53-00-932_com.canva.editor

 

Format juga didukung di Canva, sehingga pengguna bisa memilih untuk menampilkan teks dalam cetak miring, tebal atau kapital. Kemudian ada juga pilihan perataan, bisa rata kiri, tengah atau kanan. Lalu, Canva juga menyediakan opsi untuk mengatur jarak antar karakter dan baris, istilahnya spacing.

Background

canva background

 

Nah, ini bagian yang tak boleh ketinggalan. Canva memberikan banyak opsi untuk mengubah tampilan background, di antaranya mengambil foto dari galeri memori lokal, gambar dari Canva, warna solid dan juga pemanis berupa filter.

Duplikasi

Fitur ini membantu pengguna mempercepat duplikasi pengaturan teks, di mana pengguna nantinya hanya tinggal mengganti isi teks duplikasi dengan teks yang baru.

Ekstra Konten

Tool-tool tadi tersedia secara default, memudahkan modifikasi template yang sudah ada. Di luar itu, Canva juga menyediakan tool ekstra yang mencakup semua fitur-fitur di atas. Biasanya tool ini dipergunakan untuk desain yang dirancang dari nol.

Screenshot_2018-08-07-07-54-23-243_com.canva.editor

 

Di tool ini, Canva menyediakan berbagai input misalnya menambahkan teks, gambar, grafis dan juga template.

Share dan Download

Fitur share untuk membagikan poster yang baru saja dibuat, dan di saat bersamaan Canva juga akan mengunduh poster ke memori lokal. Seperti di banyak layanan, Anda dapat membagikan poster ke berbagai layanan pihak ketiga.

Screenshot_2018-08-07-07-54-59-172_android

 

Kesimpulan

Dari sisi interface, saya sangat menyukai konsep Canva, di mana pengembang sepertinya menginginkan agar pengguna fokus pada desain yang jadi kelebihannya. Layout yang dipakai juga menghindarkan pengguna dari langkah-langkah yang tidak perlu.

Sedangkan dari sisi fungsi utamanya, Canva hampir tanpa cela, mudah digunakan terutama untuk level pemula, cepat dan ringan. Hasil posternya juga sangat bagus. Jika harus memberikan nilai, saya beri 9 dari 10. Tapi, untuk pengguna yang sudah terbiasa dengan dunia desain grafis yang rumit, mungkin membutuhkan tool yang lebih powerfull.

Satu hal yang saya keluhkan adalah ukuran kanvas yang relatif kecil. Sementara ada ruang kosong di antara bar menu dan ikon plus (+) yang bisa ditekan guna memberi ruang lebih untuk kanvas.

Sparks

  • Ukuran file kecil, tak boros kuota dan memori.
  • Performa sangat baik di smartphone entry level.
  • Interface sederhana sekali, sehingga ramah untuk semua kalangan.
  • Pilihan template yang super banyak.

Slacks

  • Ukuran kanvas yang relatif kecil. Tapi akan dipengaruhi ukuran layar perangkat yang dipakai.
  • Fungsi share dan download jadi satu, sehingga pengguna tidak bisa memilih salah satunya saja.

Referensi tambahan: Wikipedia dan gambar header Digitaljen.

Application Information Will Show Up Here

DailySocial’s 2018 in Review: End of a Great Year, Onward to a Better One!

2018 has been an amazing year for DailySocial team. We grew as a team and as a company, we achieve our targets, we give the best, work with the best and will strive to continue to do so next year.

Staying true to our vision

First of all, we’re an innovation company. Lots of people see us as a media company, which we are; technology company, which we are; event and consulting company, which we also are. But above all else, we are an innovation company. Now what does that even mean? It means that everything we do, we aim to become the bridge between society and technology through innovation. We help our readers to understand startup technology better through our media coverage and events such as our weekly #SelasaStartup event. We help corporate clients to embrace technology and innovation through our consulting project, and give them deeper understanding about the ecosystem through our research reports. Every effort stays true to our company’s vision, to become the bridge between society and technology through innovation.

Since we started covering startup news in 2008, it evolves from a group of passionate techies and their weekend project, into an industry, and now it’s an  economy on its own. It touches every layer of our society from farmers, ojek drivers, all the way to politicians and decision makers. As the industry grows, we grew along with it. We doubled our traffic from last year, and reached a whole new audience of tech enthusiasts. We also grow our revenue significantly compared to last year, while proudly maintaining our profitability for four years straight.

New Trends

We also see new trends which impact is not just for players but consumers. Esports has been experiencing exponential growth for the past few years. We see millions of people are playing, participating, and competing. New companies are launching leagues or contributing in the esports system. Based on this phenomenon, our team had the idea to cover this specific topic and launch Hybrid.co.id, a sister site that focuses on esports as an ecosystem. Although it started out as one of our many experiments, it has proven itself as a great resource for anyone who wants to have better understanding of the esports ecosystem in Indonesia. So far, the result has been amazing, and we will continue to invest and participate more in building Indonesian esports ecosystem.

Business Model

One of the most frequent questions we get about the company is, how do we make money? I thought hard and long about the subject and how most of our peers and competitors are using digital advertising to fuel their business and expansion.

Personally, I am a fierce opponent of digital advertising as a business model. It doesn’t scale, it’s filled with vanity metrics and it forces media company to lower its content quality and sacrifice editorial integrity, in exchange for clicks. We decided long ago that digital advertising is not the best method to achieve our and our clients objectives.

We’ve been experimenting a lot with different business models that helps us retain integrity, solves our customers’ problems, and make good money in the process. You may see us do numerous hackathons, demo days, and consulting services for clients this year. This is where we help our clients, mostly corporate, with their digital transformation and corporate innovation program. This is what we do and this is what we do best.

And after doing this for several years, we learned a ton about corporate innovation and digital transformation process, and after doing it over and over again, we believe we can improve it, optimize it and take it to the next level. Which is why, soon, we’ll be launching our new product called DS Innovation Platform. This is a culmination of all our learning, mistakes, and experiments that we think will help anyone from founders, investors, corporate and everyone else in the innovation ecosystem to achieve more. Further information on this, soon.

Onward

2018 wasn’t easy. We did a lot of experiments, most of them failed, but some works better than we expected. The whole philosophy of our operations and our culture is to empower people, become data driven, and take risks. We will continue to scale things that works, to experiment, and take risks with the new initiatives and staying true to our vision and culture.

Our team has grown from 24 to 40+ this year, and we’ll continue to add more amazing talents to the team as we grow the business. Our office in Tebet has been a silent witness of our sweat, blood and tears for the past two years. In order to facilitate our future growth, we will soon write our story in a new office, more on this soon, too.

That said, if you thrive under pressure, experiment and data driven, super passionate about technology and innovation, we’d love to chat with you over coffee and together we can build a better future for Indonesia using technology and innovation.

2019 will be much harder, more challenging, and we will definitely fail more. However, just like 2018, it wouldn’t stop us to fail fast, fail forward, learn and grow as individuals, and as a company.

Here’s to an amazing 2018, onward with better and more incredible 2019!

Ini Dia Game-Game Terlaris di Steam Tahun 2018

Sejak Steam mempopulerkan metode distribusi digital, hilanglah pasar game PC bekas. Meski demikian, jasa Steam sangat banyak. Salah satu yang paling esensial adalah mendekatkan konsumen dengan developer dan komunitas. Selama game itu tersedia di sana, gamer dari seluruh penjuru dunia bisa mengaksesnya. Hal tersebut juga membantu ‘memperpanjang’ umur permainan.

Jadi jangan heran jika Anda melihat game yang sebetulnya sudah dirilis bertahun-tahun silam tetap menjadi judul dengan penjualan atau pemasukan tertinggi saat ini. Fenomena ini berkali-kali dibuktikan ketika Valve mengumumkan permainan-permainan terlaris di Steam. Sang penyedia layanan memang tidak pernah menyingkap angkanya secara spesifik, tapi mereka memberikan gambaran lewat rating Platinum, Gold, Siver dan Bronze.

Menariknya, game dengan pemasukan terbesar di tahun ini tidak terlalu berbeda dari data sementara yang Valve ungkap di bulan Juli kemarin. Simak detailnya di bawah ini.

 

Top Sellers

 

Platinum

  • Far Cry 5
  • Tom Clancy’s Rainbow Six Siege
  • Grand Theft Auto V
  • Dota 2
  • Assassin’s Creed Odyssey
  • PlayerUnknown’s Battlegrounds
  • The Elder Scrolls Online
  • Warframe
  • Monster Hunter: World
  • Counter-Strike: Global Offensive
  • Rocket League
  • Sid’s Meier’s Civilization VI

 

Gold

  • Cities Skylines
  • Divinity: Original Sin II – Definitive Edition
  • Total War: Warhammer II
  • Assassin’s Creed Odyssey
  • Kingdom Come: Deliverance
  • Dead by Deadlight
  • Jurassic World Evolution
  • ARK: Survival Evolved
  • The Witcher 3: Wild Hunt
  • Stellaris

 

Silver

  • Subnautica
  • Euro Truck Simulator 2
  • Dying Light
  • Warhammer: Vermintide 2
  • Final Fantasy XV Windows Edition
  • Fallout 4
  • SCUM
  • Raft
  • Dragon Ball FighterZ
  • Frostpunk
  • No Man’s Sky
  • Shadow of the Tomb Raider
  • War Thunder
  • The Forest
  • Team Fortress 2
  • Tom Clancy’s Ghost Recon Wildlands

Daftar lengkap kategori Bronze bisa Anda lihat langsung di situs Steam. Saya tidak masukkan di sini karena jumlahnya sangat banyak.

 

Top New Releases

Kategori ini dibagi berdasarkan bulan.

 

Januari

  • Iconoclasts
  • My Time At Portia
  • Celeste
  • Trailmakers
  • SOS
  • Battle Royale Trailer
  • The Disappearing of Gensoko
  • Dragon Ball FighterZ
  • Granado Espada
  • Railway Empire
  • Staxel

 

Februari

  • We Were Here Too
  • Dynasty Warriors 9
  • Secret of Mana
  • Kingdom Come: Deliverance
  • Chrono Trigger
  • Deep Rock Galactic
  • Puyo Puyo Tetris
  • Metal Gear Survive
  • Eco
  • Fishing: Barents Sea
  • Rise of Industry
  • Dungreed
  • The Legend of Heroes: Trails of Cold Steel II
  • Sword Art Online: Fatal Bullet
  • Cyberdimension Neptunia: 4 Goddesses Online
  • Desolate
  • Into the Breach
  • Battalion 1944
  • Farm Together
  • Hunt Showdown
  • Onmyoji
  • Freeman: Guerrilla Warfare

 

Maret

  • The Council
  • PixARK
  • Final Fantasy XV Windows Edition
  • Ni no Kuni II: Revenant Kingdom
  • Senran Kagura Peach Beach Splash
  • Attack on Titan 2
  • Out of the Park Baseball 19
  • Warhammer: Vermintide 2
  • Neverwinter Nights: Enhanced Edition
  • Surviving Mars
  • Darwin Project
  • Ghost of a Tale
  • Far Cry 5
  • Heroes of Hammerwatch
  • Devil May Cry HD Collection

 

April

  • Battletech
  • The Elder Scrolls V: Skyrim VR
  • Farm Manager 2018
  • VR Kanojo
  • Monster Prom

 

Mei

  • Bless Online
  • Total War Saga: Thrones of Britannia
  • Steins;Gate 0
  • Cultist Simulator
  • Pillars of Eternity II: Deadfire
  • Rules of Survival
  • Raft
  • Street Fighter 30th Anniversary Collection
  • Ancestors Legacy
  • House Flipper
  • Dark Souls Remastered
  • Wizard of Legend
  • Beat Saber
  • Albion Online
  • Paladins
  • FAR: Lone Sails
  • Agony

 

Juni

  • Totally Accurate Battlegrounds
  • Soul at Stake
  • Crash Bandicoot N.Sane Trilogy
  • The Crew 2
  • Vampyr
  • Bus Simulator 18
  • BlazBlue: Cross Tag Battle
  • Islands of Nyne: Battle Royale
  • Jurassic World Evolution
  • Budget Cuts

 

Juli

  • The Swordsmen X
  • Warhammer 40,000: Gladius – Relics of War
  • Clicker Heroes
  • This is the Police 2
  • The Banner Saga 3
  • Rend

 

Agustus

  • Pro Evolution Soccer 2019
  • Yakuza 0
  • Naruto To Boruto: Shinobi Striker
  • The Universim
  • Two Point Hospital
  • Monster Hunter: World
  • Green Hell
  • Mist Survival
  • Shenmue I & II
  • Phantom Doctrine
  • Overcooked! 2
  • F1 2018
  • Strange Brigade
  • Graveyard Keeper
  • Death’s Gambit
  • Scum
  • Fate Seeker
  • Post Scriptum

 

September

  • Assetto Corsa Competizione
  • Star Control: Origins
  • The Scroll of Taiwu
  • Battlerite Royale
  • CrossCode
  • Pathfinder: Kingmaker
  • NBA 2K19
  • Shadow of the Tomb Raider
  • Life is Strange 2
  • Pummel Party
  • Breathedge
  • Valkyria Chronicles 4
  • Chinese Parents
  • Dragon Quest XI: Echoes of an Elusive Age – Digital Edition of Light

 

Oktober

  • Return of the Obra Dinn
  • My Hero One’s Justice
  • Assassin’s Creed Odyssey
  • The Jackbox Party Pack 5
  • Project Hospital
  • World War 3
  • Call of Cthulhu
  • Soulcalibur VI
  • Mega Man 11
  • Lethal League Blaze
  • Warriors Orochi 4
  • WWE 2K19

 

November

  • Warhammer 40,000: Mechanicus
  • Football Manager 2019 Touch
  • Hitman 2
  • Football Manager 2019
  • Farming Simulator 2019
  • Darksiders III
  • Sunset Overdrive
  • Thronebreaker: The Witcher Tales
  • Thief Simulator
  • Overkill’s The Walking Dead
  • Artifact
  • X4: Foundations

 

Desember

  • Just Cause 4
  • Atlas
  • Gujian 3
  • Kingdom Two Crowns
  • Mutant Year Zero: Road to Eden
  • Insurgency: Sandstorm

 

Top Selling VR Games

 

Platinum

  • Orbus VR
  • Superhot VR
  • Job Simulator
  • Arizona Sunshine
  • Beat Saber
  • The Elder Scrolls V: Skyrim VR
  • Pavlov VR
  • Hot Dogs, Horseshoes & Hand Grenades
  • Fallout 4 VR
  • GORN
  • Onward
  • VR Kanojo

 

Gold

  • Budget Cuts
  • Raw Data
  • Tilt Brush
  • Sprint Vector
  • Doom VFR
  • Stand Out: VR Battle Royale
  • Rick and Morty: Virtual Rick-ality
  • Sairento VR
  • I Expect You To Die
  • Zero Caliber VR
  • Virtual Desktop
  • Space Pirate Trainer

Silver

  • Dead Effect 2 VR
  • The Tales Principle VR
  • In Death
  • Moss
  • Audioshiled
  • L.A. Noire: The VR Case Files
  • Blade and Sorcery
  • Serious Sam 3 VR: BFE
  • VTOL VR
  • Serious Sam VR: The Last Hope
  • Fruit Ninja VR
  • Creed: Rise to Glory
  • OVRdrop
  • BOXVR
  • Duck Season
  • Richie’s Plank Experience

Game-game VR terlaris di ketegori Bronze juga sangat banyak. Jika penasaran, daftar lengkapnya bisa Anda lihat di tautan ini.

 

Top Early Access Graduates

Kategori early access ini tidak memiliki ‘tier‘ Bronze, hanya sampai Silver.

 

Platinum

  • Chinese Parents
  • Rust
  • Conan Exiles
  • Kenshi
  • The Forest
  • Wallpaper Engine
  • Subnautica
  • Northgard
  • RimWorld
  • Dead Cells
  • Bless Online
  • Warhammer 40,000: Inquisitor – Martyr

 

Gold

  • Ghost of a Tale
  • Lobotomy Corporation | Monster Management Simulation
  • Dusk
  • CrossCode
  • H1Z1
  • TerraTech
  • Earthfall
  • Farm Together
  • For The King
  • Pit People
  • We Happy Few
  • Wreckfest

 

Silver

  • Football, Tactics & Glory
  • Overload
  • Hot Lava
  • Judgement: Apocalypse Survival Simulation
  • Tangledeep
  • Jalopy – The Road Trip Driving Game
  • Liftoff: FPV Drone Racing
  • Dig or Die
  • Stonehearth
  • Mirror
  • Airships: Conquer the Skies
  • Sairento VR
  • Tower of Time
  • Ultimate Fishing Simulator
  • Genital Jousting
  • Dragon Cliff
  • Star Traders: Frontiers
  • Parkitect
  • Boundless
  • Forged Battalion
  • Exapunks
  • Laser League
  • Bud Spencer & Terence Hills – Slaps and Beans
  • Ben and Ed – Blood Party
  • Guts and Glory
  • Scythe: Digital Edition
  • Vagante

Sumber: Steam.

[Review] Lensa Sony FE 24mm F1.4 G Master, Tajam dari Ujung ke Ujung

Sony tak lagi sendiri, rival yang sepadan di pasar mirrorless full frame telah datang dari Nikon, Canon, dan Panasonic. Ya, Sony akhirnya mendapat persaingan dan perang mirrorless full frame yang sesungguhnya baru dimulai.

Sony yang telah memulai sejak lima tahun lalu, tepatnya pada tahun 2013 memang lebih ‘matang’ dengan pilihan body kamera full frame dan lensa lebih beragam.

Lini Alpha A7 misalnya, terdiri dari tiga varian yakni A7 dan A7R yang sudah sampai pada generasi ketiga. Sementara, A7S baru sampai generasi kedua.

Sony juga punya ‘senjata’ lain yang mematikan yakni A9 series yang memiliki performa melampaui DSLR. Selain itu, jumlah lensa native untuk full frame E-mount (FE) mencapai 30.

review-lensa-sony-fe-24mm-f14-gm

Lensa terbaru yang belum lama diumumkan di Indonesia ialah lensa Sony FE 24mm f/1.4 G Master (model SEL24F14GM). Lensa fix wide angle dengan bukaan besar ini dibanderol Rp22.999.000.

Saya telah mengujinya selama kurang lebih satu bulan dengan body Sony Alpha A7 III. Dengan sudut pandang yang luas, lensa ini tentunya sangat ideal untuk memotret foto landscape, arsitektur, hingga portrait. Berikut review lensa Sony FE 24mm f/1.4 G Master selengkapnya.

Desain Ringkas dengan Kontrol Intuitif

Salah satu kelebihan lensa fix adalah ukurannya yang ringkas. Pun demikian dengan lensa FE 24mm F1.4 ini, memiliki diameter filter 67mm, dengan dimensi 75,4×92,4mm, dan bobot 445 gram.

Focal length 24mm ini setara dengan 36mm di sensor APS-C dan menyuguhkan sudut pandang 84 derajat. Jarak fokus minimumnya 0,24m, dengan perbesaran 0,17 kali, aperture maksimum F1.4, dan minimum F16.

review-lensa-sony-fe-24mm-f14-gm

Pada body lensa, dapat dijumpai dua ring untuk mengatur aperture dan fokus. Mekanisme aperture lensanya memiliki 11 bilah dengan circular design, bokeh utuh yang natural dan indah pun bisa dengan mudah diperoleh.

Di sebelah kanan agak ke bawah terdapat aperture click switch. Untuk still photography, bila ‘click‘ diaktifkan akan memberikan tactile feedback saat mengatur nilai aperture.

Sementara untuk videography, ‘click‘ bisa dinonaktifkan sehingga memungkinkan beralih aperture secara mulus saat merekam video.

Ring fokusnya sendiri menggunakan bahan karet dan diklaim tetap mudah dikontrol meskipun dalam suhu rendah. Lensa ini memang didesain tahan terhadap debu dan lembap, build quality-nya sangat solid. Jadi, bisa diajak untuk pemotretan outdoor maupun kondisi ekstrim.

review-lensa-sony-fe-24mm-f14-gm

Selain itu, di sebelah kanan terdapat tuas untuk beralih ke auto focus (AF) dan manual focus (MF) atau sebaliknya dengan cepat. Serta, tombol focus hold untuk mengunci fokus yang diinginkan.

Bagi yang kerap menggunakan mode manual saat memotret, kontrol terintegrasi yang melekat pada lensa ini sangat memudahkan pengoperasian kamera lebih cepat. Jadi, Anda bisa lebih fleksibel dan fokus menangkap momen.

 

Fitur dan Spesifikasi

review-lensa-sony-fe-24mm-f14-gm

Lensa FE 24mm f/1.4 GM ini menggunakan desain optik baru yang mampu menangkap detail dengan resolusi tinggi pada seluruh frame, bahkan pada aperture f/1.4.

Jadi, bekerja optimal pada Sony Alpha A7R yang mengusung resolusi tinggi 42,4-megapixel maupun kamera full frame Sony berikutnya. Ya, karena lensa ialah sebuah investasi.

Lensa ini menggunakan sistem drive fokus DDSSM (Direct Drive SSM), sehingga kinerja auto focus-nya lebih cepat dan senyap. Dalam lensa ini berisi 13 elemen dalam 10 grup.

Di antaranya ada dua elemen XA (Extreme Aspherical) dan tiga elemen ED (Extra-low-Dispersion) untuk meredam aberasi kromatik secara efektif dan meminimalkan sagittal flare sehingga titik sumber cahaya dapat direproduksi secara akurat sebagaimana aslinya.

Lapisan Nano AR Coating juga digunakan untuk mengurangi pantulan yang dapat menyebabkan silau (flare) dan bayangan (ghosting) secara efektif.

Hasil fotonya memang sangat tajam dari ujung ke ujung dan minim distorsi. Berikut hasil bidikan dari lensa Sony FE 24mm f/1.4 GM dengan body kamera Sony Alpha A7 III:

Verdict

Sebagai lensa wide angle, lensa premium lini G Master ini tentu serba guna untuk beragam jenis still photography maupun videography dan yang pasti sangat menantang. Dimensinya ringkas dan cukup ringan, mudah dibawa dan disimpan ke dalam tas kamera.

Bukaan yang besar juga membuat lensa ini ideal untuk penikmat foto di malam hari. Bokeh yang bulat utuh dan lembut pun bisa dengan mudah didapat.

Saya melihat, bila dulu focal length 35mm menjadi favorit para fotografer pro. Kini, mulai banyak yang beralih ke lensa 24mm yang lebih lebar untuk landscape maupun portrait.

Buat saya, pengalaman menggunakan lensa ini sangat menyenangkan. Namun ukuran yang ringkas dan kualitas yang disuguhkan juga sepadan dengan harganya yang mencapai Rp23 juta. Tetapi, Anda tidak akan kecewa dengan kualitas foto yang dihasilkannya.

Sparks

  • Aperture click switch yang intuitif
  • Ukuran ringkas dan build quality solid
  • Hasil tajam dari ujung ke ujung
  • Minim distorsi

Slacks

  • Harga relatif tinggi
NASCAR Heat 3

NASCAR: Kami Ingin Atlet Esports yang Bisa Tampil di Depan Kamera

Asosiasi stock car racing NASCAR telah meluncurkan liga esports profesional yang disebut eNASCAR Heat Pro League. Mengusung game terbaru terbitan 704Games, berjudul NASCAR Heat 3, liga ini melombakan para pemain dari seluruh Amerika Serikat, kemudian menyaring driver terpilih untuk mewakili tim-tim ternama NASCAR. Perlombaan dalam eNASCAR Heat Pro League juga akan disiarkan secara global dengan format seperti balap NASCAR sungguhan.

Babak kualifikasi online eNASCAR Heat Pro League telah berjalan sejak 6 Desember lalu, dan kini Dale Earnhardt Jr. memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan tujuan diadakannya liga tersebut. Dale Earnhardt Jr. adalah co-owner dari tim JR Motorsports, salah satu tim profesional yang turut berpartisipasi dalam eNASCAR. Menurutnya, eNASCAR bisa menjadi gerbang bagi para pecinta otomotif untuk masuk ke dunia NASCAR dunia nyata.

Dale Earnhardt Jr.
Para co-owner tim JR Motorsports | Sumber: 704Games

Esports telah menjadi bisnis yang besar, tapi juga memberi manfaat pada para gamer, dengan adanya kompetisi resmi yang sah. Ini baik bagi Anda para gamer di luar sana, dan masuknya (esports) ke dunia motorsports adalah hal yang sudah lama tertunda,” kata Dale Jr.

Kelly Earnhardt, juga dari JR Motorsports, menambahkan, “Kita bisa menarik kawula muda untuk melihat olahraga ini, karena NASCAR adalah olahraga yang tidak bisa Anda mainkan di luar, misalnya di sekolah. Anak-anak dan pemuda bisa terlibat dan memiliki liga semacam ini di esports, menurut saya itu sangat keren. Terutama untuk olahraga seperti ini (stock car racing), Anda jadi bisa merasa ikut terlibat di dalamnya.”

Organisasi atau tim seperti JR Motorsports selalu mencari bintang baru, baik di dunia motorsports maupun esports. Tapi untuk menjadi seorang bintang, menurut Dale Jr. keahlian menyetir saja tidak cukup. Ia juga harus bisa menampilkan persona yang baik di muka publik, apalagi karena ia akan membawa nama tim. “Tentu kami menginginkan para pembalap dengan talenta terbaik, tapi kami juga ingin dia bisa dekat, berinteraksi dengan penggemar juga para pembalap lain. Ia harus bisa memasarkan dan merepresentasikan dirinya serta tim kami dengan baik,” ujar Dale Jr.

NASCAR Heat 3 - Screenshot
NASCAR Heat 3 | Sumber: Microsoft

Kehidupan atlet esports di eNASCAR Pro League akan sangat sibuk, dan media sosial menjadi kunci utama kesibukan tersebut. JR Motorsports sendiri misalnya, memiliki program penciptaan konten digital sendiri, seperti video dan podcast. Kemampuan untuk berpartisipasi dalam konten-konten tersebut tak kalah penting dari keahlian menyetir itu sendiri. Singkatnya, tim-tim NASCAR ingin pemain yang bisa tampil baik di depan kamera.

“Mereka haruslah orang-orang yang bisa memikirkan cara mempromosikan tak hanya diri mereka sendiri, tapi juga mempromosikan organisasi kami, mempromosikan produk (game), balapannya, liganya, dan melakukan semua ini lewat konten digital, media sosial, dan sebagainya. Jadi mereka akan sangat sibuk,” lanjut Dale Jr.

Sentimen serupa juga diutarakan oleh Bryan Cook dari Joe Gibbs Racing. “Bukan berarti Anda harus jadi Carl Edwards-nya dunia esports,” kata Bryan. Carl Edwards adalah mantan bintang NASCAR yang terkenal suka melakukan selebrasi dengan cara bersalto di atas mobil. Lanjutnya, “Tapi setidaknya Anda harus punya suatu penampilan, jadi diri sendiri. Kami ingin orang-orang yang otentik dan natural di sirkuit balap, juga di depan kamera, bahkan meski hanya menggunakan webcam.”

Kualifikasi online eNASCAR Pro League akan berlangsung hingga tanggal 15 Januari 2019. Kemudian pada bulan Februari, masing-masing dari 16 tim NASCAR yang tergabung dalam Pro League akan memilih dua driver sebagai perwakilan tim mereka. Kini kita jadi lebih tahu, kriteria seperti apa yang mereka inginkan.

Sumber: Yahoo! Sports

Kominfo Cabut Izin Bolt, First Media, Jasnita

Kementerian Kominfo Resmi Cabut Izin Frekuensi Bolt, First Media dan Jasnita

Kementerian Kominfo resmi mencabut izin penggunaan pita frekuensi radio 2.3 GHz dari Bolt (PT Internux), PT First Media Tbk, dan PT Jasnita Telekomindo per hari ini (28/12), lantaran ketiganya tidak dapat memenuhi kewajibannya membayar Biaya Hak Penggunaan (BHP) spektrum frekuensi radio kepada negara.

“Pengakhiran penggunaan pita frekuensi radio 3.2 GHz tidak menghapuskan kewajiban Internux, First Media, dan Jasnita untuk melunasi BHP spektrum frekuensi radio terutang dan denda keterlambatan pembayarannya,” terang Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo Ismail, Jumat (28/12).

“Proses penagihan tunggakan tersebut selanjutnya akan dilimpahkan dan diproses lebih lanjut oleh Kementerian Keuangan sesuai perundang-undangan yang berlaku,” tambahnya.

Ismail menerangkan, Kominfo menyerahkan sepenuhnya proses penagihan utang kepada Kemenkeu, sesuai dengan fungsi masing-masing kementerian. Kominfo bertugas untuk fungsi teknis, apabila Biaya Hak Penggunaan spektrum frekuensi tidak dibayarkan operator dalam 24 bulan maka hak untuk pencabutan harus dilakukan.

Sementara, Kemenkeu bertugas untuk penagihan karena penggunaan pita frekuensi termasuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sehingga kewenangannya ada di sana.

“Isi proposal [skema pembayaran dari Internux dan First Media] sudah kami konsultasikan ke teman-teman di Kemenkeu. Mereka tidak mendapatkan landasan regulasi yang cukup untuk merespons keringanan tersebut. Akhirnya harus dicabut.”

Untuk melaksanakan keputusan tersebut, khusus kepada Internux dan First Media, harus melakukan shutdown terhadap core radio network operation center (NOC) agar tidak dapat lagi melayani pelanggan menggunakan pita frekeuensi radio 2.3 GHz. Khusus Jasnita, perusahaan telah mengembalikan alokasi frekuensi radio pada 19 November 2018.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada tanggal yang sama, Kominfo telah melarang kedua operator tersebut untuk menambah pelanggan baru dan meminta menghentikan aktivitas top up paket atau kuota data. Penghentian ini dimaksudkan agar Kominfo dapat memantau perkembangan kondisi pelanggan Internux dan First Media serta meminimalisir dampak dari kerugian pelanggan.

Dari pantauan Kominfo pada 20 November 2018, terdapat 10.169 pelanggan aktif dengan nilai kuota data di atas Rp100 ribu dari kedua operator ini. Lalu pada 25 November 2018 hanya tertinggal 5.056 pelanggan aktif, turun drastis dalam kurun waktu sebulan saja.

Kondisi ini, sambungnya, dianggap sebagai saat yang tepat untuk mengakhiri penggunaan spektrum frekuensi 2.3 GHz untuk meminimalisir dampak kerugian bagi pelanggan kedua operator.

“Pengembalian pulsa dan hak pelanggan akan terus kami pantau sehingga tetap terpenuhi. Maksimal dalam satu bulan ke depan [akhir Januari 2019] semua hak pelanggan telah selesai.”

Janji penuhi hak pelanggan

Pada saat yang sama, pihak Bolt merilis pernyataan resmi terkait pemberitaan ini. Direktur Utama Bolt Dicky Mochtar memastikan meski layanan 4G LTE perusahaan telah berhenti, namun hak pelanggan akan tetap dipenuhi. Per 21 November 2018, Bolt tidak lagi menerima pembelian pulsa (top up).

“Bolt pastikan akan memenuhi kewajibannya kepada seluruh pelanggan aktif Bolt, baik prabayar maupun pascabayar,” ucap Dicky.

Pelanggan akan menerima pengembalian sisa pulsa dan/atau kuota yang belum terpakai dan pengembalian pembayaran dimuka. Untuk itu, perusahaan telah menyiapkan 28 gerai Bolt yang tersebar di wilayah Jabodetabek dan Medan untuk melayani proses pemenuhan hak pelanggan ini.

Sementara, khusus pelanggan aktif Bolt Home yang ada di cakupan jaringan homes passed Fixed Broadband Cable Internet Firs Media dari PT Link Net akan mendapatkan penawaran ke produk lain.

Dalam keterangan resmi ini, Dicky tidak menyinggung sama sekali bagaimana komitmen perusahaan dalam membayar utangnya kepada pemerintah dan kreditur lainnya.

Sebagaimana diketahui, ketiga perusahaan ini telah menunggak BHP dari tahun 2016 sampai 2018 kepada Kominfo. Untuk Bolt, BHP yang mestinya dibayar Rp343,5 miliar. Sementara First Media sebesar Rp364,8 miliar. Jasnita menunggak utang Rp2,1 miliar.

Nasib alokasi frekuensi 2.3 GHz

Terkait nasib berikutnya alokasi frekuensi yang sebelumnya dipakai tiga perusahaan, Ismail mengaku belum memikirkan lebih detail apakah akan di-tender-kan lagi ke perusahaan yang berminat. Namun idealnya, pita frekuensi ini adalah sumber daya alam terbatas milik negara yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan industri telekomunikasi dan masyarakat luas.

“Belum ada skenario detailnya akan seperti apa. Nanti mau dibahas lagi karena ini kan kembali ke negara.”

Dia tidak menampik apabila di kemudian hari, ketiga perusahaan telah menyelesaikan kewajibannya, dapat mengajukan kembali pita frekuensi sesuai dengan aturan yang berlaku. Perlakuan yang sama tetap akan didapat seperti perusahaan lainnya.

“Enggak ada aturan [yang melarang] tentang masalah itu [pengajuan kembali pita frekuensi],” pungkas Ismail.

Pre-registration Game Real-time Strategy Revolve8 Besutan Sega Dibuka di Play Store

Buat kalian penggemar game dengan genre real-time strategy, game terbaru besutan Sega berjudul Revolve8 sangat layak untuk ditunggu. Sega sendiri baru saja membuka pre-registration Revolve8 di Play Store dan mengumumkan jadwal rilisnya.

Setting di game ini adalah di dunia fiksi bernama Imago. Diceritakan bahwa perang terjadi setiap 100 tahun di Imago, di mana para pemenang dapat menulis ulang cerita mereka dan menjadi populer.

Sejumlah karakter dari legenda dan dongeng klasik seperti Red Riding Hood, Cinderella, Sinbad, dan Snow White dipastikan hadir dan masih banyak lagi yang akan datang. Di dalam game ini ada story mode, di mana kita bisa mengenal masing-masing hero yang memiliki cerita tersendiri.

Di sini Anda akan ikut bertempur, tapi sebelum itu Anda harus membentuk deck yang berisi delapan kartu. Setiap karakter atau hero yang ada memiliki class dan skill yang berbeda.

Pertempuran akan berlangsung dalam waktu tiga menit melawan pemain dari seluruh dunia. Tujuan utamanya ialah menghancurkan tower lawan. Tentu saja, komposisi deck yang tepat dan strategi jitu akan meningkatkan peluang untuk memenangkan battle.

Satu dari banyak faktor kenapa game ini sangat layak ditunggu ialah nama-nama besar di baliknya. Seperti produser senior Masayoshi Kikuchi yang sebelumnya produser game Yakuza, desainer karakter Koji Igarashi yang dikenal akan karyanya pada seri Castlevania. Serta, produser suara Shunsuke Tsuchiya dan Yasunori Mitsuda sebelumnya bekerja di Chrono Trigger dan Xenogears.

Rencananya game Revolve8 akan diluncurkan pertama kali pada tanggal 17 Januari 2019 di Australia, Selandia Baru, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Vietnam, Taiwan, Hong Kong, dan Makau.

Revolve8 kemudian menuju ke Jepang pada tanggal 22 Januari. Hingga akhirnya mendarat di AS, Kanada, Meksiko, Argentina, Brasil, Inggris, Prancis, Spanyol, Italia, Jerman, Turki, Afrika Selatan, dan lainnya pada 5 Februari.

Sumber:  AndroidAuthority

Epic Games Raup Keuntungan $ 3 Miliar di Tahun 2018

Tak hanya berhasil merebut mahkota game battle royale terpopuler dari PlayerUnknown’s Battlegrounds, fenomena Fornite memberikan pijakan bagi tim Epic Games untuk memperluas bisnisnya dari ranah penyediaan teknologi serta pengembangan permainan ke bidang distribusi digital. Sejak meluncur di awal Desember ini, sejumlah developer  mulai bermigrasi dari Steam ke Epic Games Store.

Sebagai perusahaan privat, detail keuangan Epic Games betul-betul dijaga ketat. Namun berdasarkan laporan narasumber terpercaya pada TechCrunch, kabarnya di tahun ini perusahaan berhasil mengumpulkan keuntungan sebesar US$ 3 miliar. Perlu digarisbawahi bahwa angka ini adalah jumlah keuntungan, bukan pemasukan. Dan kini, perusahaan diestimasi mempunyai nilai US$ 15 miliar.

Menggali lebih jauh dari laba Epic Games, di bulan November kemarin, Sensor Tower memperkirakan bahwa gamer Fortnite di-iOS memberikan pemasukan sebesar US$ 1,23 juta per hari. Itu berarti Epic Games menerima uang sebesar US$ 37 juta tiap bulan, dan sejak game meluncur di perangkat Apple, total profit sudah melampaui US$ 385 juta. Dan itu belum menghitung pendapatan dari platform lainnya. Game ini bisa dinikmati dari PC, Xbox One, PS4, Switch, serta Android.

Karena Fortnite Battle Royale ditopang fitur cross-platform play, mengakumulasi penghasil dari sistem berbeda tidaklah mudah. Game tersedia pertama kali di bulan September 2017, lalu hadir di iOS pada April 2018, muncul di Switch bulan Juni 2018, kemudian versi Android-nya dilepas pada Agustus 2018. Dan terhitung dari momen debut sampai bulan Mei 2018, Super Data Research mencatat bahwa game telah menghasilkan uang senilai US$ 318 juta.

Menghitung profit dari Fortnite versi Android lebih sulit lagi karena distribusi game tidak dilakukan lewat Google Play. Pemain harus mengakses app launcher-nya dari website Epic Games. Tapi menariknya, hal tersebut tidak menurunkan minat gamer untuk menikmatinya. Dalam waktu satu bulan, Fortnite di Android sukses menghimpun 15 juta pemain.

Lalu pengeluaran gamer Fortnite juga dinamis dan sulit diprediksi. Umumnya, mereka berbelanja sesudah Epic merilis update baru (disebut Season, yang terkininya adalah Season 7). Di tiap ‘musim’ ini, para pemain didorong untuk membeli Battle Pass.

Tentu saja Fortnite – terutama porsi free-to-play battle royale – bukanlah satu-satunya senjata andalan Epic Games. Pertama, mereka punya layanan distribusi yang sangat menggoda bagi developer independen berkat penawaran pembagian keuntungan menggiurkan di 12 banding 88 persen. Kemudian kita tahu, nama Epic Games juga sinonim dengan teknologi Unreal Ungine yang telah digunakan buat membangun ratusan judul game – indie ataupun blockbuster.