Monthly Archives: November 2019

Melihat Potensi Perkembangan League of Legends Wild Rift di Indonesia?

Memasuki tahun ke-10, Riot Games mulai melakukan ekspansi terhadap dunia Runeterra. Sepuluh tahun belakangan, Riot Games fokus membesarkan satu game saja, yaitu League of Legends. Lewat acara Riot Pls: 10th Anniversary Edition mereka mengumumkan jajaran game terbarunya. Ada beberapa game yang mereka umumkan, ada Teamfight Tactics (auto-battler berisikan Champion League of Legends) versi mobilegame kartu bernama Legends of Runeterra, proyek game fighting League of Legends, dokumenter, sampai serial televisi.

Namun dari semua pengumuman tersebut, satu yang cukup ramai diperbincangkan adalah League of Legends Wild Rift (selanjutnya disebut Wild Rift), versi mobile dari League of Legends yang sudah cukup lama ditunggu-tunggu. Mengingat eksistensi League of Legends tanah air padam sejak tahun tahun 2018 lalu, Wild Rift diprediksi akan menjadi fenomena baru di pasar lokal. Mengapa demikian? Organisasi esports seperti GGWP.ID mengambil langkah berani dan sudah mempersiapkan divisi League of Legends: Wild Rift. BOOM Esports juga menunjukkan gelagat akan membuat divisi League of Legends: Wild Rift.

Melihat hingar-bingar ekosistem tanah air terhadap Wild Rift, pantas rasanya jika kita bertanya-tanya. Apakah Wild Rift benar-benar akan sukses di Indonesia

Sebelum mulai membahasnya, mari kita mundur sedikit dan melihat sepak terjang League of Legends di ekosistem esports Indonesia terlebih dahulu.

Sepak terjang League of Legends di Indonesia

Setelah dirilis secara global pada tanggal 27 Oktober 2009, League of Legends (LoL) hanya butuh tiga tahun untuk menjadi game paling digemari Amerika dan Eropa. Dikutip artikel Forbes rilisan 11 Juli 2012, League of Legends sudah dimainkan selama total 1,3 miliar jam, sejak dari tahun 2009 sampai tahu 2012.

Melihat kesuksesan tersebut, Garena Indonesia memutuskan mengasuh League of Legends dan merilis versi lokal pada 25 Juli 2013. Selain menghadirkan client berbahasa Indonesia dan konektivitas lokal, esports juga jadi strategi lain yang dilakukan Garena Indonesia demi membuat League of Legends mengakar di antara para gamers.

Mari kita berkenalan dengan narasumber kami yang pertama, Pratama “Yota” Indraputra. Sempat menjabat sebagai pengembang esports di Garena Indonesia, ia memberikan cerita di balik dapur publisher asal Singapura tersebut.

“League of Legends membuka server Indonesia tahun 2013. Saat itu animo di Indonesia cukup baik, meski tidak bisa dibilang booming. Mayoritas pemain yang menerima inisiatif ini memang mereka yang sudah main League di server luar. Namun karena image Dota lebih melekat, diperparah dengan perkara drama Pendragon, ada juga sedikit reaksi negatif.”

Sumber: Dokumentasi Pribadi Yota
Sumber: Dokumentasi Pribadi Yota

Menyinggung drama Pendragon yang disebut Yota, saya ingin mengajak Anda intermezzo sedikit akan kejadian tahun 2008 silam. Steve “Pendragon” Mescon, adalah founder forum dota-allstars.com. Selama 4 tahun, forum tersebut dipercaya menjadi wadah komunitas berdiskusi seputar strategi, berbagi fan-art, dan ide desain hero. Setelah masa tersebut berlalu, Pendragon pindah ke Riot Games dan menutup forum tersebut. Membawa semua hal dari dota-allstars.com, Pendragon dianggap mencuri ide-ideo hero milik komunitas dan dicap sebagai pengkhianat. Sejak tragedi itu, Riot Games jadi dibenci komunitas Dota.

Yota lalu menceritakan strategi Garena Indonesia dalam mengolah LoL menjadi game esports pilihan di tanah air. Rupanya, kompetisi LoL tingkat profesional, League of Legends Garuda Series, hanyalah satu dari rentetan rencana kerja Garena. “Dulu ada Kennen Cup, Teemo Cup untuk turnamen tingkat grassroots. Lalu juga ada roadshow ke iCafe sampai daerah pelosok. Bahkan sempat ada program Dota2LoL yang memberi benefit kepada pemain Dota 2 yang ingin coba bermain League.” tuturnya.

Ia pun mengungkapkan pendapatnya soal keberhasilan strategi tersebut “Meski berhasil menarik perhatian pemain yang baru bermain MOBA, strategi ini kurang efektif terhadap pemain MOBA berpengalaman. Scene esports Dota 2 sedang panas ketika itu, sehingga kami hanya mampu menarik perhatian mantan pemain Heroes of Newerth (HON) saja.”

Sayangnya 5 tahun usaha tersebut seperti hangus begitu saja. Yota menyebut cost dan effort tidak sebanding dengan pertumbuhan revenue, player base ataupun viewership. Game ini tak lagi menguntungkan secara bisnis, operasional League of Legends Indonesia tumbang pada 15 Mei 2019. Server lokal Indonesia digabung dengan server Singapura. Program esports lokal Indonesia (LGS) terhenti sejak 2018, dan kini diubah menjadi program esports tingkat regional SEA yang diberi nama LoL SEA Tour (LST).

Menghadapi persaingan ketat

Hybrid, mengutip tulisan milik Henri Brouard analis dari NetEase Games, sempat membahas alasan Free Fire sukses di Asia Tenggara. Ia mengatakan setidaknya ada 4 faktor penting, pertama bisa dimainkan pada smartphone low-endkedua punya gameplay super kasual, ketiga monetisasi dengan sedikit elemen RPG, dan keempat merangkul komunitas dengan konten-konten bernuansa lokal.

Sejauh ini, empat faktor kunci tersebut bisa jadi adalah alasan Mobile Legends: Bang-bang (MLBB) sukses di Indonesia. Menurut pengamatan saya, mereka setidaknya memenuhi 3 dari 4 faktor, yaitu: bisa dimainkan pada smartphone low-endgameplay paling kasual dibanding MOBA lainnya, dan merangkul komunitas lokal lewat event, bahkan turut menghadirkan Gatot Kaca sebagai hero bernuansa lokal Indonesia.

Tetapi, apakah lantas 4 faktor itu bisa sekonyong-konyong membuat game sukses di pasar Indonesia? Saya menanyakan hal ini kepada beberapa sosok di industri game Indonesia. Selain Yota, saya juga menjadikan Senior Editor Hybrid, Yabes Elia sebagai narasumber dalam pembahasan ini.

Yabes sebagai sosok yang dianggap “sepuh” mungkin bisa dibilang salah satu yang paling khatam jika bicara soal ekosistem dan industri. Malang melintang di industri game Indonesia selama kurang lebih 10 tahun sebagai seorang jurnalis, sosok yang pernah menjadi Managing Editor majalah PC Gamer Indonesia pada tahun 2009 lalu ini mungkin sudah kenyang makan asam-garam serta pahit-manis industri game di Indonesia. Terkait Wild Rift, ia merasa bahwa faktor sukses game bukan hanya soal 4 hal tersebut saja, tapi ada juga faktor lain, yaitu momentum.

“Kalau bicara League of Legends dulu, telat masuk bisa dibilang jadi alasan kenapa League kurang sukses di Indonesia. Gue sudah main di server NA (Amerika Serikat) selama 2 tahun, baru setelahnya server Indonesia hadir. Karena telat, League of Legends nggak dapat momentum, yang akhirnya diambil oleh Dota 2 terlebih dahulu.” Yabes menjawab.

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Yabes Elia saat menjadi moderator dalam acara Hybrid Day. Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Saya cukup setuju dengan pendapat Yabes. Kenapa? Karena jika kita berkaca pada apa yang diceritakan Yota dan bersandar pada 4 faktor itu saja, League of Legends harusnya sudah sukses di Indonesia bukan?

Secara grafis, League terbilang lebih ringan pada zamannya, gameplay MOBA terpopuler ini juga lebih kasual jika dibanding dengan Dota. Garena juga sudah berusaha sekuat tenaga mendorong perkembangan ekosistem lokal lewat berbagai kegiatan esports. Tapi kenapa League of Legends malah harus mengalami nasib buruk di Indonesia?

Melanjutkan soal ini Yabes mengatakan “Itu sebenarnya baru faktor internal. Jika ingin sukses, Wild Rift juga harus menyadari soal faktor eksternal lewat ekosistem pendukung, seperti tim, event organizerpublisher, dan media.”. Peran ekosistem lokal dalam perkembangan suatu game terbilang cukup penting. Apalagi jika berbagai elemen bergandengan tangan untuk menjaga sebuah game agar tetap hidup di ekosistem lokal. Soal bagaimana ekosistem lokal bisa berperan akan saya bahas lebih lanjut di bagian berikutnya.

Melanjutkan pembahasan potensi Wild Rift di Indonesia, saya juga berbicara dengan Edwin Chia Co-Founder dan CEO Bigetron Esports sebagai narasumber yang bisa melihat dari sudut pandang organisasi esports. Pendapat Edwin kurang lebih senada dengan Yabes, besar-kecil potensi Wild Rift adalah tergantung eksekusi publisher.

Edwin menyoroti soal peran “kearifan lokal” dalam menyukseskan Wild Rift di Indonesia. “Jika mereka (Riot Games dalam mengembangkan Wild Rift) ingin sukses, mereka setidaknya harus punya kantor di Indonesia. Mereka harus mendengarkan masukan komunitas, dan melakukan pemasaran secara agresif ketika peluncuran. Mereka harus bisa bereaksi sesuai dengan respon pasar dan menyesuaikan kembali strategi mereka dari hal tersebut.” tukas Edwin.

“Mereka juga tidak boleh setengah hati jika ingin menumbangkan posisi King of Indonesia MOBA, yaitu MLBB. Orang-orang Indonesia secara historis sangat enggan berpindah game ketika mereka sudah nyaman dengan yang satu. Hal ini sudah terjadi dengan beberapa contoh seperti, alasan orang-orang lebih memilih Point Blank daripada CS:GO ataupun Overwatch, dan alasan orang-orang lebih memilih Dota daripada LoL ataupun HoN.” Edwin melanjutkan penjelasannya.

Apa yang dibilang Edwin ada betulnya, bahwa jika Riot Games ingin menumbangkan MLBB, maka ia harus melakukan pemasaran secara agresif, dan mendengarkan pendapat komunitas lokal. Yabes juga mengatakan, bahwa dahulu MLBB gencar melakukan pemasaran secara digital, sambil tetap menjaga komunitasnya di Indonesia. Tapi kata kunci dari pendapat Edwin adalah soal keinginan.

https://www.youtube.com/watch?v=_SVLQEwIMUQ

Ini memunculkan pertanyaan lain di kepala saya. Apakah Riot Games punya keinginan menggeser MLBB di persaingan MOBA Indonesia? Apakah Riot perlu menggeser tahta MLBB sebagai raja MOBA di Indonesia? Apakah pasar Asia Tenggara atau pasar Indonesia penting untuk dimenangkan? Kalau bicara secara rasional, Riot Games sudah menghasilkan US$2,1 juta di tahun 2017 lalu, hanya dengan menjadi jagoan di pasar Asia (bisa dibilang Korea Selatan dan Tiongkok), Eropa, dan Amerika Serikat.

Yabes lalu menyatakan pendapatnya terkait hal ini. “Market SEA terbilang cukup penting, karena belum dioptimalkan namun punya potensi yang besar. Apalagi kalau dibanding EU dengan NA, user acquisition di SEA cenderung lebih murah. Cuma balik lagi dari masing-masing publisher, mau ke market mahal dulu baru ke market murah, atau ke market murah baru ke market mahal.” ujarnya.

Peran ekosistem lokal

Jika anggaplah Wild Rift sudah memenuhi faktor internal, dan punya keinginan memenangkan market esports MOBA di Indonesia, lantas apa yang harus mereka lakukan? Soal mencari momentum bisa jadi hal pertama yang dilakukan.

Sejauh ini antusiasme komunitas dan ekosistem esports Indonesia terhadap Wild Rift memang terbilang cukup baik. Secara global, penerimaan pasar terhadap MOBA di perangkat bergerak juga semakin positif lewat Arena of Valor (yang juga dikembangkan oleh Tencent, investor Riot Games). Untuk konteks lokal, saya sudah sempat mendengar bahwa beberapa pemain profesional pada genre MOBA terdahulu tertarik main Wild Rift, dan punya kemungkinan akan pindah jika Wild Rift punya scene kompetisi yang sehat.

“Benar seperti yang kamu katakan, mantan pemain dari berbagai MOBA terdahulu punya ketertarikan untuk mencoba Wild Rift. Para organisasi esports seharusnya sudah sama-sama tahu siapa pemain-pemain ini, dan mereka (para tim) sudah bisa menakar dengan kasar, pemain mana yang punya kemungkinan untuk sukses di Wild Rift nanti. Sejauh ini antusiasmenya memang tinggi, terutama dari sisi komunitas League terdahulu.” Edwin menceritakan antusiasme pasar terhadap Wild Rift.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Edwin Chia
Edwin Chia, Co-Founder serta CEO tim Bigetron Esports. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Selain GGWP.ID dan BOOM Esports, para organisasi esports juga sudah menyiapkan mata mengawasi perkembangan Wild Rift. “Most of them (organisasi esports) are just in the wait-and-see-the-results stance, begitupun dengan Bigetron. Kami sudah punya daftar pemain yang siap untuk bertanding di Wild Rift ketika Open Beta game tersebut nanti dirilis.” ujar Edwin.

Oke, jadi Wild Rift sudah punya momentum dengan antusiasme positif dari pemain dan ekosistem lokal. Kini sukses tidaknya Wild Rift tinggal tergantung pada eksekusi sang publisher saja, Riot Games. Bagaimana eksekusi terbaik agar Wild Rift bisa sukses di Indonesia?

Kembali meminjam pendapat dari Yabes, jawabannya mungkin ada pada faktor eksternal. Dalam pembahasan potensi ekosistem game Blizzard di Indonesia, Yabes mengatakan bahwa salah satu strategi agar sebuah game berkembang adalah dengan merangkul lebih banyak pihak dan menjadikannya sebagai stakeholders. Dengan cara tersebut, semua bagian ekosistem turut peduli akan hidup-mati dari sebuah game; karena mereka yang sudah kecipratan rezeki dari game tersebut tentu tak mau game-nya mati.

Yabes menjelaskannya lebih lanjut ketika membahas kegagalan League of Legends di pasar game Indonesia. Menurutnya alasan kegagalannya adalah karena publisher menanggung beban pengembangan ekosistem League of Legends seorang diri di Indonesia. “Jadi ya isi ekosistem cuma publisher dan komunitas. Pihak ketiga? EO mungkin lebih baik menggarap turnamen Dota 2, karena bisa dapat untung dari sana. Asalkan Riot tidak mengulang hal seperti itu dalam mengembangkan Wild Rift di Indonesia, maka ia punya kemungkinan untuk sukses.” ucap Yabes.

Yota juga mengatakan pendapatnya soal dampak strategi tersebut kepada kegagalan League of Legends di Indonesia. Karena monopoli publisher, komunitas jadi cenderung pasif. “Karena terlalu terbiasa disuapin, komunitas terbiasa menerima tanpa ingat untuk memberi kembali. Mereka jadi ‘manja’ dan tidak inisiatif untuk, setidaknya mengajak teman terdekatnya untuk main League.” kata Yota kepada saya.

Strategi pengembangan League of Legends di Indonesia kala itu mungkin bisa saja benar. Anggap saja begini, kalau publisher punya kemampuan finansial yang besar dan rela berdarah-darah secara keuangan untuk terus “menyuapi” komunitas, strategi ini mungkin boleh-boleh saja dilakukan.

Namun demikian, dengan strategi tersebut, fondasi ekosistem game tersebut juga jadi lebih rentan karena hanya mengandalkan satu ujung tombak saja. Kalau publisher menyerah atau kehabisan dana, tamat sudah riwayat game tersebut. Elemen-elemen ekosistem mungkin tidak terlalu peduli game tersebut mati, karena tetap hidup pun game tersebut tidak memberi keuntungan kepada ekosistem.

League of Legends Wild Rift
Wild Rift

Melibatkan banyak pihak dalam ekosistem suatu game akan membangun fondasi yang lebih kuat. Banyak pihak jadi peduli dengan hajat hidup game tersebut. Kalau game tersebut tumbang, ekosistem juga yang dirugikan, karena kehilangan salah satu sumber pendapatan. Mungkin ini juga alasan kenapa MLBB mengubah sistem liga di MPL Indonesia menjadi franchise model, agar lebih banyak pihak jadi peduli dengan keberlangsungan MLBB di ekosistem industri game Indonesia.


Akhir kata, Wild Rift sebenarnya sudah punya momentum. Kemungkinan besar, gamers di Indonesia juga dapat menerima gameplay League of Legends, karena sudah terbiasa dengan MLBB ataupun Arena of Valor. Maka dari itu penetunya tinggal dari Riot Games sebagai publisher. Saya rasa, jika Riot Games secara aktif menggandeng komunitas dan ekosistem, maka Wild Rift bisa jadi penantang besar MLBB di Indonesia.

 

Dell Perkenalkan Komputer Desktop Kecil untuk Bisnis: OptiFlex 7070 Ultra

Dengan berkembangnya jaman, ternyata dimensi dari sebuah komputer sangat diminati pada dunia enterprise. Oleh karena itu, semua vendor berlomba-lomba untuk mengeluarkan komputer dengan dimensi yang ringkas. Hal tersebut yang membuat PC seperti All-in-One, NUC, dan MiniPC semakin laku di pasar Indonesia dan dunia.

Dell OptiFlex 7070 - Launch

Namun, ternyata masih banyak konsumen yang menginginkan antara monitor dan desktop yang dipisahkan. Selain itu, banyaknya kabel komputer sering membuat orang menjadi pusing. Terakhir, luasnya ruang di meja saat hadirnya sebuah komputer pun menjadi impian sebagian besar orang.

Dell OptiFlex 7070 - Bongkar Pasang

Oleh karena itu, Dell menciptakan komputer baru yang ditujukan untuk para pebisnis, yaitu OptiFlex 7070 Ultra. Dell pun mengadakan acara peluncuran pada restoran De Luca Plaza Senayan pada tanggal 28 November 2019.

Jika dilihat setelah dirakit, OptiFlex 7070 Ultra terlihat seperti kebanyakan komputer All-in-One pada umumnya. Namun, OptiFlex 7070 Ultra terpisah antara modul desktop dengan monitornya. Untuk mesin komputernya sendiri, diletakkan pada penyangga monitor yang ada. Nantinya, hanya ada satu kabel yang menancap dari desktop ke monitornya, yaitu USB-C dengan Display Port 1.2.

Dell OptiFlex 7070

Spesifikasi dari Dell OptiFlex 7070 Ultra ada sebagai berikut

Prosesor Intel 8th Gen Whiskey Lake U Series
GPU Intel UHD sampai 3 monitor
RAM DDR 4 2400 MHz sampai 64 GB, default 4 GB
Storage SSD NVMe 1 TB atau 2 TB HDD
OS Windows 10
PSU 65 watt dengan dukungan USB-C Power Delivery

Dell OptiFlex 7070 - Compute

Jika spesifikasinya dilihat, Dell memang sengaja masih menggunakan Intel Whiskey Lake. Hal tersebut berkaitan dengan dimensi SoC yang mereka gunakan. Selain itu, penggunaan prosesor seri U juga berkaitan dengan pemakaian listrik yang hemat dari sebuah kantor.

Dell pun mengatakan bahwa OptiFlex 7070 Ultra ini sudah tersedia di Indonesia. Mereka mematok harga mulai dari Rp. 9.900.000, belum termasuk monitornya.

Gojek Singapura

Gojek Gandeng Perusahaan Taksi Lokal untuk Merajai Pasar Singapura

Gojek berupaya keras untuk menjadi pimpinan pasar layanan pemesanan taksi di Singapura. Strategi terbaru mereka, menjalin kerja sama dengan Trans-Cab Services selaku perusahaan taksi lokal. Kerja sama ini akan memungkinkan 3000 armada Trans-Cab bisa melayani pesanan penumpang melalui aplikasi Gojek per Desember 2019.

Dengan tambahan armada yang dimiliki Trans-Cab jumlah ketersediaan armada akan lebih banyak sehingga bisa memangkas waktu tunggu pengguna. Di sisi lain, armada Trans-Cab bisa meningkatkan jumlah perjalanan mereka dengan akses ke pengguna melalui Gojek.

“Kolaborasi dengan Gojek ini fantastis. Ini akan memungkinkan pengemudi kami untuk mengakses pemesanan on-demand melalui aplikasi Gojek. Sementara mereka masih bisa melanjutkan steet-hail. Driver kami akan sangat diuntungkan dari fleksibilitas ini dan peluang peningkatan penghasilan,” terang CEO Trans-Cab Teo Kiang Ang.

Sementara itu General Manager Gojek Singapura Lien Choong Luen menyampaikan bahwa pihaknya menyambut gembira kerja sama ini. Karena selain pelanggan mendapatkan ketersediaan armada yang lebih banyak para mitra pengemudi juga akan mendapat sejumlah keuntungan lainnya.

Gojek di Singapura

Satu tahun berjalan Gojek di Singapura sudah mencapai 30 juta perjalanan. Jumlah ini meningkat hingga tiga kali lipat dalam enam bulan terakhir. Gojek saat ini tengah berupaya menghadirkan lebih banyak inovasi untuk semakin meningkatkan pertumbuhan mereka di Singapura, dan kesepakatan dengan Trans-Cab adalah satu bentuk strateginya.

Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengungkapkan bahwa satu tahun capaian Gojek di Singapura sangat mengagumkan. Ia juga menyanjung tim Gojek Singapura, mitra pengemudi, hingga pelanggan yang ada.

“Saya percaya bahwa tahun depan akan lebih besar bagi kami karena kami fokus pada peningkatan penawaran kami di tahun kedua kami di Singapura,” terang Andre.

Gojek memulai kiprahnya di Singapura pada pertengahan tahun 2018 silam. Berbeda dengan negara lainnya di Singapura Gojek tetap memakai brand Gojek, dan khusus melayani armada taksi. Saat ini Gojek bersaing ketat dengan Grab di Asia Tenggara. Selain Singapura keduanya juga hadir di Vietnam, Thailand, dan negara akan menjadi medan persaingan baru, Malaysia.

Application Information Will Show Up Here
Ivan Lalamentik

Asosiasi Startup Regtech dan Legaltech Terus Berbenah, Setelah Nyaris Mati Suri Dua Tahun

Indonesian Regtech and Legaltech Association (IRLA) merupakan wadah bagi perusahaan berbasis teknologi yang bergerak di bidang hukum. Namun dua tahun sejak berdiri, asosiasi ini relatif belum menuai dampak signifikan. Beranjak dari sana, IRLA berniat melakukan pembenahan untuk mempercepat laju industri di sektor terkait.

Kepada DailySocial, Wakil Ketua IRLA Ivan Lalamentik mengakui, selama hampir dua tahun ini asosiasi cenderung pasif. Kegiatan yang mereka lakukan sejauh ini pun masih sebatas sosialisasi mengenai keberadaan mereka kepada lembaga-lembaga pemerintahan. Menurutnya salah satu sebabnya adalah para anggota yang masih disibukkan dengan bisnis masing-masing.

“Jadi kalau ditanya program yang sudah ada dan impact-nya, saya bisa bilang memang belum [banyak],” ujar Ivan saat ditemui di kantornya.

Menengok kembali visi dan misinya, IRLA mengedepankan pemanfaatan teknologi para anggotanya untuk urusan legal dan regulasi agar meningkatkan kesadaran publik akan kepatuhan hukum. Peran para anggota ini menjadi penting dalam pengembangan inovasi di bidang ini. Semakin banyak pelaku, semakin besar pula kemungkinan inovasi di bidang regtech dan legaltech.

Namun jumlah bukan menjadi perhatian utama dalam iklim bisnis ini. Ivan yang juga Founder & CEO startup legaltech Lexar menilai, jumlah pemain yang terjun di bidang ini belum menghasilkan inovasi yang cukup beragam untuk memecahkan sejumlah masalah di bidang hukum yang dihadapi masyarakat. Ia mencontohkan di Amerika Serikat ada legaltech yang sanggup membantu publik mengurus surat tilang atau menangani kasus perlindungan konsumen.

“Inovasi seperti itu yang sebenarnya banyak banget dari kebutuhan masyarakat tapi belum diakomodasi oleh pemain yang sudah ada,” imbuh Ivan.

Saat ini tercatat ada 10 startup yang sudah bernaung di bawah payung IRLA. Mereka adalah Privy.id, Indexa, Dentons HPRP, eCLIS.id, hukumonline.com, Legal Go, Justika, Kontrak Hukum, Lexar, dan PopLegal. Riset dari ASEAN LegalTech menunjukkan jumlah startup Indonesia yang bergerak di bidang hukum ada di angka 21 unit. Secara garis besar mereka bergerak di koridor legaltech dan regtech dengan fokus di antaranya tanda tangan digital, marketplace konsultasi hukum, pembuatan kontrak hukum, dan banyak lagi.

Kepengurusan baru

Guna mendorong iklim yang lebih matang untuk pelaku startup teknologi di bidang hukum, IRLA mulai berbenah. Mereka membentuk kepengurusan baru dengan perencanaan anyar yang lebih progresif.

Selain melanjutkan sosialisasi ke sejumlah pihak, Ivan menuturkan IRLA berbagai kegiatan lain. Salah satunya adalah menggelar hackathon yang digelar sejak akhir bulan ini hingga pertengahan Desember nanti.

Ivan berharap dampak yang dapat IRLA berikan dapat signifikan di dalam industri. Ia memandang Asosiasi Fintech Indonesia sebagai contoh tepat sebagai patokan pertumbuhan IRLA di masa depan. Dengan masalah-masalah hukum yang masih bertebaran dan ruang inovasi teknologi yang beragam, Ivan yakin masa depan bisnis legaltech dan regtech di Indonesia masih cerah.

“Kalau bisa anggotanya bertambah karena pentingnya asosiasi di early stage ini kan bukan cuma government relations tapi juga nurturing orang-orang yang mau masuk di industri ini biar tahu business opportunity yang bisa dikembangkan seperti apa,” pungkas Ivan.

Realme Luncurkan X2 Pro dan 5S, Tawarkan Harga Lebih Terjangkau

Realme akhirnya bermain di pasar premium dengan mengeluarkan perangkat terbarunya yang dinamakan realme X2 Pro. Hal tersebut karena realme menyematkan berbagai fitur dan spesifikasi yang tinggi pada perangkat tersebut. Peresmiannya di Indonesia dilaksanakan pada tanggal 27 November 2019 bertempat di Ballroom 3 Hotel Pullman Central Park.

realme X2 Pro launch

realme X2 Pro adalah ambisi “Leap to Premium” realme untuk menghadirkan lebih banyak produk berkualitas premium ke Indonesia. realme X2 Pro menawarkan pengalaman smartphone kecepatan penuh dengan kombinasi fitur high-end yang hebat untuk segmen smartphone premium di Indonesia. Sebagai penerus X-line dari realme yang dikenal sebagai seri premium yang memiliki banyak inovasi terbaru, realme X2 Pro akan melanjutkan kesuksesan seri X dari realme dan membawanya ke level baru yang selanjutnya,” kata Palson Yi – Senior Brand Manager, realme Indonesia.

Untuk mengetahui lebih lanjut seperti apa realme X2 Pro, saya sudah menyajikannya dalam bentuk artikel review. Sama seperti pada artikel tersebut, varian yang diluncurkan oleh realme di Indonesia adalah yang menggunakan RAM 12 GB serta internal 256 GB saja. Namun tidak hanya satu varian desain saja yang diluncurkan oleh realme, X2 Pro pun hadir dalam desain Master Edition. Varian yang satu ini memiliki warna merah serta tingkat kekasaran yang sama dengan batu bata.

realme X2 Pro - The phone

Realme Indonesia pun memiliki alasan tersendiri mengapa hanya satu varian saja yang dimasukkan. Saat ditanyakan secara terpisah, Felix Christian selaku Product Manager realme Indonesia mengatakan bahwa mereka ingin memasukkan model terbaik yang ada ke Indonesia. Mereka sadar bahwa di Tiongkok dan India, realme mengeluarkan model lainnya pula.

Selain itu, ternyata harga jual di Indonesia pun lebih mahal dibandingkan dengan yang ada di India dan Tiongkok. Realme pun menyoroti masalah upah dan perijinan yang ada di Indonesia, sehingga membuat harganya lebih tinggi dari negara lain.

realme X2 Pro Master Edition

Selain X2 Pro, realme juga memperkenalkan perangkat baru, yaitu realme 5s. Realme 5s merupakan sebuah peningkatan dari realme 5. Dari sisi kamera, realme 5s menggunakan ISOCELL GM1 yang memiliki resolusi sampai 48 MP serta penambahan fitur seperti Super Nightscape 2.0 dan Chroma Boost.

Realme 5s dilengkapi prosesor Snapdragon 665 berbasis proses pabrikasi 11nm dengan kecepatan clock 2.0GHz dan memiliki fitur Qualcomm AI Engine. RAM yang digunakan memiliki kapasitas 4 GB dengan internal 128 GB. Baterai yang terpasang adalah 5000 mAh.

realme X2 Pro - 5s

Dengan munculnya realme 5s, secara otomatis pula realme 5 berada pada ujung akhir masa hidupnya. Hal tersebut karena keduanya memiliki harga yang sama namun dengan peningkatan spesifikasi dan fitur.

Untuk harga dan ketersediaan kedua smartphone adalah sebagai berikut

Tipe Memori Warna Harga Ketersediaan
realme X2 Pro 12+256GB Lunar White, Neptune Blue Rp 7.799.000 Pre-order online dari 28 November – 3 Desember di realme.com/id & Blibli dengan total hadiah hingga 800 ribu
realme X2 Pro Master Edition 12+256GB Red Brick Rp 7.799.000 Tersedia pada Desember 2019
realme 5s 4+128GB Crystal Red, Crystal Blue Rp 2.699.000

Rp 2.599.000

Flash sale pada 4 Desember di realme.com/id & Lazada dengan realme Iconic Case dan kartu perdana

Diveroid Ubah Ponsel Anda Menjadi Sebuah Dive Computer Sekaligus Kamera Bawah Air

Fotografi bawah air merupakan hobi yang cukup mahal. Beberapa komponen esensial yang dibutuhkan mencakup kameranya itu sendiri, housing khusus untuk memproteksinya di bawah air, serta sebuah dive computer untuk memantau informasi-informasi penting seperti tingkat kedalaman maupun durasi.

Alternatif murahnya adalah produk bernama Diveroid berikut ini. Pengembangnya mendeskripsikan Diveroid sebagai solusi all-in-one untuk fotografi bawah air, dan seperti yang sudah bisa Anda tebak dari gambarnya, yang dijadikan kamera di sini adalah smartphone.

Diveroid pada dasarnya merupakan sebuah underwater housing untuk smartphone, lengkap dengan sebuah modul dive computer terintegrasi. Ia siap membawa ponsel Anda menyelam hingga kedalaman 60 meter, dan selagi menyelam, aplikasi pendampingnya di ponsel akan menampilkan data menyelam yang diterima dari modul dive computer secara real-time.

Diveroid

Untuk mengoperasikannya, Diveroid mengemas tiga tombol fisik yang menempel langsung ke layar sentuh smartphone, dan tentu saja tampilan aplikasinya sudah dioptimalkan untuk ini. Daftar ponsel yang kompatibel pun cukup lengkap. Beberapa model yang populer mencakup iPhone 11, Samsung Galaxy Note 10, Galaxy S10 dan Google Pixel 4.

Fitur pemotretan yang ditawarkan aplikasi Diveroid pun cukup melimpah. Selain dapat memilih sejumlah focal length, pengguna pun juga dapat mengaktifkan kamera depannya. Juga menarik adalah fitur real-time color correction, yang pada dasarnya merupakan filter warna merah untuk ‘menetralkan’ gambar yang didominasi warna hijau atau biru selagi pengguna terus menyelam lebih dalam.

Diveroid

Terakhir, aplikasi Diveroid turut mengemas fitur logbook. Foto maupun video yang pengguna ambil selama menyelam telah disinkronisasikan secara otomatis dengan data-data yang relevan, sehingga pengguna bisa memantau di kedalaman berapa saja mereka berhasil mengabadikan lanskap laut yang indah.

Buat yang tertarik, saat ini Diveroid sedang ditawarkan melalui platform crowdfunding Kickstarter. Harga paling murah yang bisa didapat selama masa kampanyenya saat ini adalah $249, sekitar 40% lebih terjangkau dibanding estimasi harga ritelnya.

Sumber: DPReview.

[Review] Samsung Galaxy Note 10+, Powerphone Untuk Kerja & Bikin Konten

Saya suka fotografi, memotret dengan kamera mirrorless, dan selalu menyimpannya dalam format Raw. Mostly, hasil tangkapannya pasti perlu diolah dan saya mengandalkan aplikasi Lightroom di smartphone untuk mengedit foto Raw.

Ya, karena lebih banyak waktu dan kesempatan untuk mengolah foto lewat smartphone dibanding menggunakan laptop. Nah stylus S Pen yang dimiliki oleh Samsung Galaxy Note 10+ ini sangat memudahkan proses editing.

Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Itu satu skenario favorit saya, lalu yang kedua adalah video editing. Hanya bila benar-benar mendesak dan pengalaman saya mengedit video dengan S Pen menggunakan aplikasi Premiere Rush cukup baik. Terus yang ketiga, saat harus publish artikel lewat browser smartphone – dengan S Pen mengedit draft di Galaxy Note 10+ bisa lebih presisi saat memiringkan kata.

Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Masih banyak lagi skenario penggunaan S Pen, tentu saja selain untuk membuat catatan, menggambar, dan corat-caret. Samsung juga selalu meningkatkan kemampuan S Pen di setiap generasi, misalnya sejak Note9 – S Pen dilengkapi teknologi Bluetooth LE (low energy) untuk fungsi remote control.

Kita bisa memotret foto dengan S Pen, mengontrol slideshow PowerPoint, scrolling ke atas atau bawah saat browsing, dan banyak lagi. Nah fitur S Pen baru di Galaxy Note 10+ disebut Air Action, di mana dengan menekan tombol S Pen kita bisa mengendalikan smartphone dengan sejumlah gesture seperti kiri kanan dan naik turun.

Selain S Pen, fitur produktivitas lain pada Galaxy Note 10+ ini ialah Samsung Dex. Hubungkan smartphone ke laptop, install aplikasi Samsung Dex – lalu kita bisa melanjutkan pekerjaan yang dimulai dari smartphone dan mengakses semua yang dibutuhkan lewat laptop. Berikut review Samsung Galaxy Note 10+ selengkapnya.

Desain

Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Bila dibanding pendahulunya, tampilan Galaxy Note 10+ ini memang mengalami beberapa perubahan. Namun bukan perubahan signifikan, karena garis besar desainnya masih senada dan Galaxy Note 10 series disuguhkan dalam opsi warna bertema ‘aura’.

Kamera depannya kini tersimpan di punch hole seperti Galaxy S10 series, bedanya letaknya di tengah bukan di pinggir. Samsung menyebutnya Infinity-O display, mereka menggunakan panel Dynamic AMOLED seluas 6,8 inci yang sudah mendukung HDR10+, dengan resolusi Quad HD+ (1440×3040 piksel) dan aspek rasio 19:9.

Balik ke punggungnya, posisi modul kamera belakangnya tersusun secara vertikal dan Anda tidak akan menemukan fingerprint scanner di sana. Sebab, Galaxy Note 10+ sudah mengusung on-screen ultrasonic fingerprint scanner atau di berada bawah layar.

Mungkin tergantung preferensi pengguna masing-masing, menurut saya respon dan kecepatannya masih lebih baik sensor fingerprint fisik yang berada di punggung smartphone. Saya lebih menyukai dan di Galaxy Note 10+ lebih cepat menggunakan facial recognition dibanding fingerprint di bawah layar.

Build quality-nya sangat baik, dengan material premium kaca Gorilla Glass bagian depan dan belakang yang agak melengkung dan menyatu dengan kerangka logam. Untuk kelengkapan atribut di sekeliling body-nya, di sisi bawah ada rumah S Pen, speaker, port USB Type-C, dan mikrofon utama.

Sementara di sisi atas terdapat mikrofon sekunder untuk noise-canceling dan SIM Tray berbentuk hybrid. Sebelah kanannya tidak ada apa-apa, tombol power dan volume berada di sebelah kiri. Samsung telah melenyapkan tombol Bixby dan jack audio 3.5mm.

Kamera

Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Upgrade signifikan Galaxy Note 10+ salah satunya di aspek kamera, Samsung telah memfasilitasi agar para penggunanya bisa membuat konten kreatif pakai Galaxy Note 10+. Total ada lima buah, satu di depan dan empat kamera di belakang. Kamera depannya beresolusi 10 MP, dilengkapi teknologi Dual Pixel PDAF yang pasti sangat berguna untuk aktivitas vlogging, dan mampu merekam video 4K 30fps.

Sementara, kamera utamanya beresolusi 12MP dengan sensor berukuran 1/2.55 inci, punya variable aperture f/1.5 hingga 2.4, serta lengkap dengan teknologi autofocus Dual Pixel PDAF dan OIS. Kamera kedua 12MP juga dengan lensa telephoto 52mm dengan aperture f/2.1, serta dilengkapi PDAF dan OIS yang menyuguhkan kemampuan optical zoom sebanyak dua kali.

Lanjut ke kamera ketiga, 16MP dengan lensa ultra-wide 12mm dan aperture f/2.2 untuk menangkap lebih banyak area, konten, dan informasi. Lalu, yang terakhir ialah 3D ToF camera untuk memetakan kedalaman dan menopang fitur kamera berbasis AR. Berikut hasil fotonya:

Dengan perbekalan ini, Galaxy Note 10+ bukan hanya cakap dalam memotret di segala kondisi baik siang maupun malam, tapi juga bisa diandalkan untuk membuat konten video. Samsung telah membenamkan OIS dan fitur Super Steady untuk mengkompensasi getaran.

Lalu, ada pula fitur video seperti Slow Motion dan Super Slow Motion untuk membuat video gerakan lambat yang dramatis. Meskipun ada opsi lain yaitu dengan merekam video pada 60 fps di resolusi 4K atau 1080p dan mengeditnya pada timeline 24 fps. Tentu saja, ada timelapse dan kita bisa berkreasi dengan Live Focus Video dan AR Doodle untuk memberikan sentuhan coretan dalam video.

Performa

Phablet ber-S Pen ini menjalankan sistem operasi Android 9.0 Pie dengan One UI yang menyederhanakan user experience secara keseluruhan dan punya night mode, pasangan sempurna untuk smartphone dengan panel AMOLED. Di Indonesia, kita kebagian chipset Exynos 9825.

SoC ini dibuat pada proses fabrikasi 7nm, CPU octa-core yang terdiri dari dual-core 2.73 GHz Mongoose M4, dual-core 2.4 GHz Cortex-A75, dan quad-core 1.9 GHz Cortex-A55. Lengkap GPU Mali-G76 MP12 dan modem LTE 2.0Gbps yang memungkinkan Anda mengunduh file, live game, streaming konten dengan stabil. Serta, didukung besaran RAM 12GB dan penyimpanan USF 3.0 256GB. Berikut hasil benchmark-nya.

Kapasitas baterainya 4.300 mAh yang mungkin standar buat smartphone sekaliber Galaxy Note 10+, namun Samsung membekalinya dengan charger 25W dalam paket penjualan. Di mana hanya butuh waktu satu jam saja untuk mengisi penuh dari kondisi baterai kosong.

Bila masih kurang, smartphone ini mendukung charger 45W yang bisa mengisi penuh 30 menit saja. Selain itu, Samsung Galaxy Note 10+ juga mendukung fast Qi/PMA wireless charging 15W dan power bank/reverse wireless charging 9W.

Verdict

Samsung menyebut Galaxy Note 10 series ini sebagai ‘powerphone‘, dengan aspek unggulan pada desain, produktivitas, fotografi, dan kinerja. Paket komplet, dengan S Pen memberikan fleksibilitas lebih dalam bekerja, berkarya, dan sekaligus bermain. Pekerja kantoran, fotografer, dan content creator akan sangat terbantu dengan kelebihan S Pen.

Bila Anda merasa membutuhkan stylus, Galaxy Note series memang menjadi satu-satunya pilihan Anda. Tapi, bila Anda merasa tidak membutuhkan stylus – maka banyak opsi yang lebih terjangkau. Belakangan sudah bermunculan smartphone dengan SoC powerful dengan harga sedikit lebih terjangkau. Sebut saja, ASUS Zenfone 6 dan Realme X2 Pro.

Sparks

  • Kemampuan S Pen telah ditingkatkan, lebih banyak fitur
  • Tampilan Dynamic AMOLED 6,8 inci yang mengesankan
  • Baterai 4.600 mAh standar, tapi dibekali dengan teknologi fast charging yang cepat
  • RAM 12GB dengan opsi penyimpanan UFS 3.0 256GB atau 512GB

Slacks

  • Lenyapnya jack audio 3.5mm dan tak dibekali dongle Type-C ke 3.5mm dalam paket penjualan
  • Secara garis besar, masih memiliki desain yang identik seperti pendahulunya

Daftar Peserta Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight

Sabtu, 30 November 2019 mendatang, Hybrid Cup Series – Play on PC akan kembali hadir. Kali ini, Tekken 7 kembali menjadi game yang dipilih untuk dipertandingkan, namun dengan sedikit perbedaan format. Mengusung tema Team Fight, Hybrid Cup Series – Play on PC ini mengharuskan peserta tergabung ke dalam satu tim yang berisikan 3 orang jika ingin turut bertanding.

“Harapannya format seperti ini bisa mewadahi tim-tim Tekken 7 yang ada di sekitar jabodetabek untuk saling bertanding, ketramplian, dan latihan mereka. Mudah-mudahan model ini bisa terus dijalankan dan siapa yang tahu, semoga saja ini nantinya bisa mengikuti model liga seperti yang dilakukan oleh Capcom untuk Street Fighter 5.” Ucap Wiku Baskoro Co-Founder Hybrid.co.id.

Bertempatkan di Hybrid Dojo, Kemang, Jakarta Selatan, Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight mempertandingkan 16 tim yang berisikan pemain-pemain Tekken 7 ternama di Jakarta dan sekitarnya. Berikut mereka-mereka yang akan bertanding:

Sumber: Hybrid - Ajie Zata
Sumber: Hybrid – Ajie Zata
  1. Binomo – ShiiniChan, Ryphon, Aldoge
  2. D’BIJI’S – RipeDog, Zenex, Gazhilla
  3. UwU Sunflower – Ar’Fear, nafilo, JUST_FRS
  4. UwU Melancholy – Davai, Astha, Dipicu.ikan
  5. DRivals on Air – Antony, Javier, Jovian
  6. DRivals | Retard Brothers – DRivals | Jackbosstin.Hybrid, DRivals | NoDrop.Hybrid, DRivals | Retardo.Hybrid
  7. MYTH | Bitchy – RTG, CLAMP, K4NO
  8. MYTH | 3-some – Goro-Chan, Teddy, Z-Blay
  9. MYTH | SaltySquad – MYTH | Derulands , MYTH | Al-Fath , MYTH | Jinrei
  10. VALKYRIE – Adnairoon, Enkaanto , Arma
  11. CK – samsamsam, nEUtrAl, Steffan
  12. The Fallen Moon – Mr. Nice guy, Z4, Monly
  13. DRivals NightCook – RTM, PriceField, Zwei
  14. Styx – Vendread, yujinmitsu, sour
  15. BESOK REVISI – ZEONET, ARRANCAR, JUAN
  16. Hybrid Super Fun – Uncanny, Lotus, Yuhuuuw

Jangan khawatir jika Anda tidak sempat mendaftar, atau mungkin belum terlalu berani terjun berkompetisi, karena gelaran Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight bersifat terbuka. Anda bisa mampir untuk menonton aksi penuh skill para petarung Tekken 7 . Selain itu, ada juga pameran kecil produk-produk dari Corsair, Techware, dan Elgato, serta diskon khusus gelaran Hybrid Cup.

Hybrid Cup Series – Play on PC terselenggara berkat dukungna sponsor AMD dan Corsair, dengan didukung oleh Aerocool, ThunderX3, Tecware, Rapoo VPRO, ViewSonic, dan ASRock. Apakah Anda sudah siap unjuk kemampuan tim Tekken 7 terbaik di Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight?

MarkPlus Conference 2020

Pagelaran “MarkPlus Conference” Hadir Kembali, Ajak Pemasar Optimis Sambut 2020

Acara “MarkPlus Conference 2020” akan diselenggarakan pada 4-5 Desember 2019 mendatang di The Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta. Membawakan berbagai sesi untuk mendiskusikan tren dan isu seputar bisnis dan pemasaran. Pagelaran ini telah rutin digelar tahunan sejak 2006 lalu.

Membawakan tema utama “Rediscovering Growth: Finding the Momentum”, konferensi ini akan diisi oleh narasumber dari berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia. Sebut saja Head of Marketing Google Veronica Sari Utami, CEO Ideoworks Andy S. Boediman, Creative Director Rollover Reaction Dinar Amanda, dan masih banyak lagi.

“Kalau di 2019 banyak bisnis lebih memilih wait and see. Menahan amunisi mereka karena ada pemilihan presiden yang menyebabkan ketidakpastian sehingga pertumbuhan tidak maksimal. Dengan sudah kondusifnya politik, pemerintahan baru sudah terbentuk, maka 2020 harus menjadi tahun untuk tumbuh kembali. Menemukan kembali pertumbuhan dengan memanfaatkan momentum yang tepat,” ujar Founder & Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya.

Namun walau momennya tepat untuk tumbuh, Hermawan berharap pebisnis bisa tetap cermat. Karena pertumbuhan ada bermacam-macam bentuknya, mulai dari profit, skala bisnis, pemasukan, dan lainnya sehingga harus ada momentum tepat untuk mengeksekusinya.

Konferensi ini juga akan dimeriahkan ajang penghargaan bagi para petinggi brand, perusahaan, atau institusi yang sepanjang 2019 berhasil membawa namanya melambung, baik itu profit, menjadi market leader, bertahan di tengah persaingan ketat industri, sampai membawa perusahaannya minus menjadi profit.

Selain itu masih banyak lagi rangkaian acara selama dua hari MarkPlus Conference 2020, mulai dari forum Innovation Network of Asia (INA) yang akan menghadirkan para pembicara dari luar negeri, penghargaan bagi para kepala daerah berprestasi Regional Leader Entrepreneur Award 2019, yang semuanya ditutup oleh Marketeers WOW Concert 2019 dengan menghadirkan Kahitna.

Untuk informasi lebih lanjut dan pemesanan tiket dapat melalui situs resmi MarkPlus Conference 2020 http://markplusconference.com.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner MarkPlus Conference 2020

Seputar Potensi dan Penetrasi Pasar Game Asia Tenggara

Gembar-gembor soal besarnya potensi pasar game Asia Tenggara, belakangan memang sedang hangat diperbincangkan. Beberapa lembaga riset independen mencoba mengungkap besarnya potensi pasar game Asia Tengara. Niko Partners mengatakan bahwa pasar game Asia Tenggara dan Taiwan (disebut juga Greater Southeast Asia) akan mencapai angka US$8,3 miliar (sekitar Rp116,8 triliun) pada tahun 2023.

Namun demikian, memang ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh publisher jika ingin memasarkan game di pasar yang sedang bergeliat lincah ini. Lee Hyuk Sekretaris Jendral ASEAN-KOREA CENTRE, yang merupakan organisasi intergovermental antara Korea Selatan dengan negara-negara SEA, membagikan beberapa pandangannya soal pasar game Asia Tenggara.

Sumber: InvenGlobal
Sumber: InvenGlobal

Seakan jadi rahasia umum, Lee Hyuk juga menyoroti soal sifat pasar gaming Asia Tenggara yang mobile-first kepada InvenGlobal. Newzoo sempat melaporkan ini juga, bahwa tahun 2019 Asia Tenggara mendapatkan US$ 2,6 miliar (sekitar Rp36 triliun), hanya dari mobile gaming saja. Angka tersebut diproyeksi akan meningkat 17,4% setiap tahunnya.

Lee Hyuk lalu melanjutkan, bahwa mobile games di Thailand mengambil 50% dari proporsi pasar, dengan 30% di antaranya merupakan game online. Jumlah ini mirip dengan pasar Indonesia, namun pasar game online di Indonesia hanya mengambil proporsi 20% saja.

Ia juga membagikan soal beberapa hal yang membuat pasar Asia Tenggara jadi menarik bagi investor. Lee Hyuk menyebutkan salah satunya adalah soal dukungan pemerintah terhadap perkembangan esports. Dalam hal Indonesia, kita sudah melihat sendiri bagaimana pemerintah mendukung lewat gelaran seperti Piala Presiden Esports 2020. Tak hanya itu, institusi pendidikan Indonesia juga sudah mulai membuka diri terhadap esports. Pada tingkat SMA, ada JD.ID High School League, pada tingkat universitas ada IEL University Series, dan Indonesia bahkan sudah punya 20 kampus dan sekolah yang memiliki pendidikan terkait game di dalamnya.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Piala Presiden Esports 2020 jadi salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap perkembangan esports di Indonesia. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Lebih lanjutnya, Lee Hyuk juga mengatakan bahwa perkembangan ini terjadi karena perkembangan distribusi smartphone di beberapa negara Asia Tenggara. Untuk Filipina, distribusinya mencapai angka 40% dari total penduduk. Thailand lebih besar lagi, mencapai 70% dari total penduduk dengna 1,7 juta orang menikmati mobile games. Indonesia, mengutip Kominfo, memiliki lebih dari 100 juta orang pengguna smartphone pada tahun 2018 lalu.

Memenangkan pasar Asia Tenggara

Terlepas dari potensinya, cara untuk memenangkan pasar gaming di Asia Tenggara terbilang cukup “istimewa”. Ini mungkin terjadi karena faktor perbedaan budaya antara pengembang/penerbit asal barat dengan para pengguna di Asia Tenggara.

Lee Hyuk menjelaskan walau negara-negara Asia Tenggara pada dasarnya terikat dalam satu regional, namun masing-masing negara punya perbedaan secara kebudayaan, kepercayaan, dan sistem politik. Maka dari itu penting untuk mempersiapkan rencana pemasaran yang sesuai dengan masing-mmasing negara.

“Misal, jika konten Anda menghina keluarga kerajaan, game Anda mungkin sama sekali tidak akan bisa masuk atau diterima oleh pasar, terutama Thailand. Lalu, mengingat kepercayaan seperti Islam dan Hindu tumbuh subur di negara-negara tersebut, Anda harus paham lebih jauh soal apa yang boleh atau tidak menurut kepercayaan tersebut. Lokalisasi adlaah hal terpenting, baik secara dari bahasa, user interface, ataupun sistem pembayaran. Terakhir, Anda juga harus menemukan rekan lokal yang beroperasi di negara tersebut agar game Anda dapat sukses.” perjelas Lee.

Sumber: AKG Games
Percobaan Blizzard penetrasi pasar game Indonesia dengan menggandeng AKG Games, publisher game yang berada di bawah naungan konglomerasi Indonesia Salim Group. Sumber: AKG Games

Contoh ini juga bisa kita lihat sendiri bagaimana Blizzard Entertainment juga sadar akan hal tersebut dan menggandeng AKG Gamespublisher game yang berada di bawah konglomerasi Indonesia Salim Group.

Soal peran rekan lokal yang mungkin tidak dijelaskan Lee secara detail adalah dengan juga melibatkan ekosistem lokal. Hybrid sempat membahas soal kesempatan ekosistem game Blizzard tumbuh di Indonesia. Merangkul lebih banyak pihak dan menjadikan elemen ekosistem lokal sebagai stakeholders akan memperbesar kesempatan suatu game untuk sukses. Dengan demikian, berbagai pihak yang turut kebagian rezeki jadi merasa turut memiliki dan peduli atas keberhasilan game tersebut di ekosistem.