Monthly Archives: July 2020

Storie App Aims to Become “Social Commerce”, Providing Honest Review of Beauty Products

The use of social media for sales has been very common in this industry. There is a term used to refer to this concept, it’s social commerce. In the past year, platforms with this concept are emerging, such as Woobiz and Chilibeli.

This is an issue that inspired several Alibaba Group UCWeb alumni consisting of Liu Feida, Rizky Maulana, and HE Yaoming to contribute to the challenges of the Indonesian beauty industry through the social commerce platform, Storie.

Regarding the potential of social commerce Rizky said, “We see that social media is driving the trend including the beauty industry. Therefore, Storie was founded by combining social media with e-commerce.”

He said that Storie’s basic idea was to invite Indonesian women to be more confident in embracing their true selves. Furthermore, a beauty app launched, offering honest reviews of makeup, skincare, and contemporary lifestyle.

In this application, users are offered honest reviews from beauty vloggers and/or the general public about makeup and skincare trends without having to fear getting “bullied” or being ridiculed by the audience. Storie wants to provide a safe place for users to express themselves and their passion in the beauty industry.

Beautytech in Indonesia

With a population of more than 130 million women, the Indonesian beauty industry is a market with many opportunities while at the same time requiring specific ways of entrance and to survive in this business. Previously, one of Indonesia’s beautytech platforms had secured new funding. This practically shows hope of technology penetration in the beauty industry.

“Indonesia is a blue ocean market for the beauty industry, we see more accessible information through digital media and channels. It’s easier for local and international products to enter the Indonesian market and form a very dynamic market where quality becomes crucial but not the only success factor for a product,” Rizky explained.

In terms of strategy, Storie intend to capture the demand and pain points in today’s society. One of them is inaccurate information and the lack of a community with a positive vibe. The company, entering one year old in May, has also launched an application for Android users with total downloads exceeding 500 thousand and around 100 thousand active users per day.

In terms of content curation, the company has dedicated two special teams, the QC (Quality Control) team and the content standardization team to set benchmarks and filter the contents on the platform. During the pandemic, there are many changes occurred in the business plan and monetization strategy, but the company tried to see this as a momentum to be able to innovate better.

Business strategy

In terms of monetization, Rizky revealed that the revenue is mostly comes from brand deals launching campaigns and products. “In the future, we will work with all brands to make their products available at Storie,” Rizky added.

In the near future, Storie will also launch a new initiative on its platform to facilitate transactions in the application and perfect its social commerce concept.

In late 2019, the company was selected as one of three Indonesian startups to participate in the second batch of Sequoia Capital’s accelerator program, Surge. Alpha JWC Ventures also participated in a seed round through this Surge program.

Entering the new normal, the company sees hope “As a dynamic company, as well as a society that is increasingly moving towards digital, the team believes there is always an opportunity to develop more.

“Covid-19 is quite inevitable and has changed how the world works also business and technology, and everything will lead to a digital platform, digitizing all lines of life. We build a company that is ready to transform to answer that challenge,” Rizky concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Esports Indo: Raja Esports Peringkat 3 Asia, Qualifier IGC, ONIC Juara Mytel

Berikut adalah rekap berita skena esports Indonesia yang dihimpun selama sepekan:

 

Tim Indonesia finis di urutan ketiga FIFA 20 Summer Cup Series Region Asia

via: Raja Esports
via: Instagram Raja Esports

Berita pertama kali ini datang dari lapangan sepak bola virtual FIFA 20. Perwakilan Indonesia yang berlaga di gelaran turnamen FIFA 20 Summer Cup Series, sayang tidak bisa melaju ke babak final. Adapun Indonesia diwakilkan oleh KnyP dan Pugu yang bernaung di bawah organisasi esports yang sama yaitu, Raja Esports. Langkah Raja KnyP terhenti saat harus tunduk dari lawannya Fardhino asal Singapura yang bermain untuk Team Flash.

Di babak berikutnya Pugu dapat membalaskan kekalahan KnyP dari Fardhino sebelumnya, 3 match tanpa balas. Di babak lower bracket final Raja Pugu akhirnya harus mengakui keunggulan Agu dari Blue United eFc sebagai perwakilan dari Jepang. Hasil raihan KnyP dan Pugu di FIFA 20 Summer Cup Series menempatkan Indonesia sebagai negara terkuat di urutan ketiga di region Asia.

 

Tahapan Online Qualfier Indonesia Games Championship 2020 akan Dimulai di Bulan Agustus

via: Instagram duniagames.esports.id
via: Instagram duniagames.esports.id

Babak baru gelaran turnamen Indonesia Games Championship 2020 akan segera dimulai. Setelah melewati tahapan national qualifier dan regional qualifier, berikutnya adalah saatnya tahapan online qualifier. Tanggal 3 Agustus direncanakan akan menjadi hari pertama gelaran online qualifier untuk IGC 2020.

Saat ini tim-tim yang sudah lolos ke babak grand final hanya cukup menunggu dan berlatih untuk menghadapi talenta esports baru yang akan lolos dari babak online qualifier. Antusiasme yang besar masih sangat terasa karena begitu cepatnya slot pendaftaran menjadi penuh. Mari kita nantikan update selanjutnya dari gelaran turnamen IGC 2020.

 

ONIC Esports Menjadi Juara Mytel International Championship Series 2 2020

via: Instagram onic esports
via: Instagram onic esports

Baru-baru ini tim ONIC Esports dinobatkan sebagai juara di gelaran turnamen Mytel International Championship Series 2 2020. Di babak final ONIC Esports berhasil mengalahakan tim EVOS Legends. ONIC Esports berhasil unggul atas lawannya 3 match sekaligus tanpa balas.

Match pertama sampai terakhir bisa terbilang berjalan cukup lambat. Kedua tim sangat terlihat berhati-hati dan tidak ingin gegabah dalam melakukan push. Hal yang perlahan menggerogoti EVOS Esports adalah kewaspadaan yang menurun saat ONIC Esports melakukan strategi split push.

 

VZ97 dan Seventh Resmi Bergabung ke EVOS Esports

via: Instagram evos esports
via: Instagram evos esports

Divisi AOV EVOS Esports resmi mengumumkan VZ97 dan Seventh sebagai bagian terbaru dari rosternya. Dengan adanya tambahan pemain di atas tampakanya EVOS Esports masih berusaha mencari racikan roster terbaik untuk mengumpukan lebih banyak lagi kemenangan.

Sejauh ini EVOS Esports tercatat masih bisa mendominasi skena kompetitif AOV di level lokal. Namun di saat yang sama EVOS Esports tentu saja akan dihadapkan pada keraguan akan performanya saat harus menghadapai tim-tim yang berasal dari negara lain. Semoga dengan adanya tambahan roster terbaru dapat membawa hasil yang lebih baik lagi bagi EVOS Esports.

 

Tim Dota 2 BOOM Esports Berlaga di Moon Studio Asian League

via: Instagram boomesportsid
via: Instagram boomesportsid

BOOM Esports baru-baru ini mendapatkan direct invite slot untuk berlaga di gelaran turnamen Moon Studio Asian League. Turnamen yang dihelat oleh Moon Studio mempertandingkan jajaran tim terbaik dari region Asia tenggara dan Tiongkok. Jumlah hadiah sebesar 50.000 Dolar Amerika akan diperebutkan oleh total 12 tim selama kurang lebih 2 minggu ke depan.

Fase grup Moon Studio Asian League dimulai pada tanggal 29 Juli 2020 yang lalu. Di match day pertama tim BOOM Esports baru dapat meraih hasil imbang saat bertemu dengan tim BLAZE asal Tiongkok

OPPO Watch Bakal Datang ke Indonesia, Berikut Bocoran Feature-nya

Saat ini hampir semua produsen yang dikenal dengan perangkat smartphone-nya bakal mengeluarkan produk-produk Internet of Things. OPPO merupakan salah satu produsen yang juga bakal melebarkan sayapnya dengan meluncurkan produk-produk IoT tersebut. Salah satunya adalah jam tangan pintar atau smart watch.

Baru-baru ini, saya diundang oleh OPPO untuk mengintip produk terbaru mereka, yaitu OPPO Watch. Perangkat ini nantinya bakal diluncurkan dalam dua versi, yaitu 46 mm dan 41 mm. Peluncurannya sendiri akan berbarengan dengan OPPO Reno 4 yang akan dihelat pada tanggal 6 Agustus 2020 mendatang.

OPPO Watch

Sebelum perangkat ini meluncur, memang ada beberapa hal yang memang belum bisa diinformasikan kepada publik. Namun, ada beberapa bocoran yang diberikan oleh Aryo Meidianto selaku PR Manager OPPO Indonesia. Berikut adalah beberapa yang bisa kita ketahui sebelum produk tersebut diluncurkan.

Flexible Dual-Curved Display

OPPO Watch nantinya bakal menjadi yang pertama di industri smart watch yang menggunakan layar Flexible Dual-Curved Display. Desainnya sendiri terlihat premium dan mewah dengan tampilan yang lebih besar. OPPO Watch terlihat tidak memiliki bingkai berkat desain yang dinamakan ultra frameless yang juga dihasilkan oleh penggunaan layar tersebut.

 

Outfit-Matching AI Watch Face

Biasanya, mereka yang selalu bergaya ingin menggunakan segala perlengkapan yang senada dengan pakaian yang digunakan. OPPO Watch memiliki feature yang dapat membuat wallpaper jam tangannya menjadi match dengan warna busana sang pengguna. Hal tersebut bisa langsung dilakukan dengan menggunakan kamera dari perangkat smartphone yang sudah di-pair dengan OPPO Watch. Cukup foto saja, AI yang ada bakal mencocokkan warna pakaian dan langsung membuat wallpaper-nya.

OPPO Watch Black 41mm - 001

Wear OS by Google

Saat ini, tidak banyak jam pintar yang beredar di Indonesia menggunakan Wear OS buatan Google. Padahal, OS ini sendiri memiliki berbagai feature yang bisa ditambahkan langsung dari Google Play. OPPO Watch ternyata menggunakan Wear OS by Google, sehingga memiliki segudang feature yang bisa dimasukkan dari Google Play. 

Customizable Watch Face

 

Menggunakan Wear OS sudah berarti pula bisa menggunakan watch face yang beragam dan sudah disediakan oleh Google. Oleh karena fleksibilitasnya pula, pengguna bisa mendesain sendiri watch face mereka dengan menggunakan berbagai tutorial yang beredar di internet. Bahkan, pengguna juga bisa mengambil watch face pihak ketiga yang banyak beredar gratis.

OPPO Watch Black 46mm - 002

Professional Exercise Sensors 

Penggunaan jam tangan pintar tidak terlepas dari kegiatan olah raga sang pemakai. OPPO Watch pun juga memiliki fasilitas pendeteksi untuk olah raga pula. Bedanya, jam tangan pintar ini sudah dilengkapi dengan lima sensor yang dapat menyajikan hasil pemantauan akurat terhadap latihan olahraga. Jam tangan pintar lainnya biasanya hanya memiliki dua buah sensor saja.

Workout Partner

Berolah raga tentu saja membutuhkan instruksi yang benar. Jika tidak, ada kemungkinan cedera otot menanti mereka yang belum mengerti. OPPO Watch menyediakan 5 (lima) menit kursus olahraga dan 5 (lima) mode olahraga dengan panduan pribadi untuk aktivitas olah tubuh lebih mudah dan lebih efisien bagi pengguna. Nantinya data olah raga para pemakai bisa langung tersinkronasi ke Google Fit yang juga memiliki 90+ mode olahraga untuk membantu memperluas skenario penggunaan.

Watch VOOC Flash Charging

Dilema pengguna smartwatch adalah pengisian dayanya yang memakan waktu cukup lama. Ternyata, OPPO mampu memecahkan masalah pengisian daya pada smartwatch. Hanya dalam waktu 15 menit pengisian daya, OPPO Watch dapat menghasilkan waktu pakai selama 18 Jam. Sementara itu, baterai OPPO Watch akan terisi penuh setelah pengisian ulang selama 75 menit.

OPPO Watch Rose Gold 41mm - 002

OPPO Watch juga sudah mendukung feature tahan air. Namun pada sesi kali ini, OPPO belum bisa memberitahukan standar apa yang digunakan pada smart watch ini. Hal tersebut tentu saja akan diumbar secara jelas pada tanggal 6 Agustus 2020 nanti, saat acara peluncurannya.

Saya pun juga menanyakan apakah strap atau tali jam tangan pintar ini bisa diganti atau tidak. Ternyata, penggantian tali jam tangannya memang sangat mudah. Aryo mengatakan bahwa penggantian talinya hanya menekan tombol kecil yang ada di bagian bawah jam tangan pintar tersebut. Memasangnya juga cukup mudah, terlihat dari cara Aryo melekatkan kembali strap tersebut.

Terakhir, Aryo pun mengatakan bahwa spesifikasi OPPO Watch yang ada di Indonesia tidak sama dengan yang beredar di Tiongkok. Hal tersebut juga berlaku pada smartphone OPPO Reno 4 yang memiliki spesifikasi berbeda dengan yang di Tiongkok. Lalu seperti apa spesifikasi yang ada pada OPPO Watch ini? Yuk kita tunggu saja informasi lengkapnya saat jam tangan pintar ini meluncur pada tanggal 6 Agustus mendatang, hanya di DailySocial.id.

Belajar dari kesalahan Softbank berinvestasi di portofolio mereka, sejumlah perusahaan modal ventura menerapkan sejumlah strateginya memitigasi risiko

Strategi Manajemen Risiko Perusahaan Modal Ventura

Konglomerat digital Jepang Softbank, melalui kendaraan investasinya, Vision Fund, sepanjang tahun 2013-2020 telah menggelontorkan pendanaan senilai hampir $10,5 miliar untuk perusahaan ride hailing Didi Chuxing, WeWork ($8,7 miliar), Uber ($8,3 miliar), dan Grab ($4,5 miliar).

Nama-nama populer tersebut telah berhasil meraih valuasi raksasa dengan mengedepankan konsep growth dan ekspansi besar-besaran. Namun “kericuhan” yang menimpa WeWork tahun 2019 lalu, memberikan dampak negatif ke Softbank sebagai pendukung terbesar.

Tercatat Softbank membukukan kerugian bersih sebesar $6,4 miliar, mayoritas karena dampak pengurangan valuasi WeWork.

Apa yang terjadi dengan Softbank  menjadi wake-up call bagi para investor secara global. Tidak hanya mengubah fokus dan mulai meninggalkan konsep growth at all cost, kebanyakan perusahaan modal ventura juga mulai fokus ke startup yang benar-benar berbasis teknologi.

Menurut CEO Prasetia Dwidharma Arya Setiadharma, setiap investor yang mengandalkan diversifikasi portofolio perlu disiplin dalam hal alokasi investasi.

“Jika uang [investasi] itu berasal dari Vision Fund [yang berdana total] $100 miliar, maka saya akan mengatakan investasi di WeWork memiliki eksposur yang masif pada dana tersebut. Softbank bermain di ‘liga besar’, jadi pasti kegagalannya jauh lebih terbuka,” kata Arya.

Perusahaan modal ventura seperti Softbank pernah memiliki keuntungan besar dengan Alibaba, tetapi “gagal” dengan WeWork. Untuk itu kali ini kami membahas bagaimana investor memitigasi risiko agar tetap bisa menjalankan bisnis dan berinvestasi secara sehat.

Pengelolaan risiko

Venture capital (VC) berinvestasi di salah satu kelas aset paling berisiko, yaitu startup. Menurut Shikhar Ghosh, Profesor Harvard Business School, dalam waktu 10 tahun terakhir 70% startup gagal. Semua kegagalan startup berasal dari keputusan yang dibuat perusahaan.

Idealnya, penilaian dan skenario mitigasi risiko dilakukan sejak pra-investasi hingga tahap investasi untuk menentukan keberhasilan. Itu sebabnya VC biasanya melakukan uji kelayakan (due diligence) yang mendalam sebelum dana diberikan.

“Setiap investasi tidak ada jaminan pasti akan return, tetapi jika kita berjalan bersama para startup dengan visi dan values yang sejalan dan menghasilkan produk atau layanan yang bisa membuat orang senang dan terbantu, hal tersebut sudah menjadi kenikmatan yang hebat. Financial return itu bonus-nya,” kata Managing Partner UMG Idealab Kiwi Aliwarga.

Kiwi menambahkan, setiap venture capital memiliki visi dan cara unik dalam hal melakukan investasi. UMG Idealab mengklaim berinvestasi dengan melihat alignment visi dan values dari para founder juga co-founder.

Di sisi lain, Indogen Capital mencoba fokus di tiga pondasi utama, yaitu unit economics, trend, dan exit market. Untuk tren, penyesuaian harus dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan terkini di pasar. Sementara penilaian unit economics dan exit market selalu konsisten dilakukan sejak hari pertama.

Unit economics sangat penting untuk mengidentifikasi path to profitability dari sebuah startup. Dari sini juga kita bisa menilai apakah startup tersebut memiliki potensi untuk mencapai long-term competitive advantage atau tidak,” kata Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto.

Meninggalkan konsep growth at all cost

Apa yang terjadi dengan Softbank dan WeWork telah mengubah persepsi VC yang kebanyakan fokus ke growth. Meskipun cara ini berhasil untuk mengakuisisi lebih banyak pelanggan dengan cepat, proses yang panjang dan kebutuhan biaya yang besar menjadikan startup kesulitan untuk mendapatkan profit.

Relevansi growth at all cost juga dipertanyakan kebanyakan VC saat ini. Di zaman sekarang, capital sudah tidak lagi menjadi barang langka. Akibatnya growth story sudah tidak menjadi menarik, jika dibandingkan 10 tahun lalu ketika pendanaan VC masih terbilang jarang ditemukan.

“Untuk ke depannya, perusahaan yang bisa menunjukkan kemampuan menjadi perusahaan yang sustainable dalam jangka panjang adalah yang akan menarik bagi kebanyakan investor,” kata Chandra.

Hal senada diungkapkan Kiwi. Meskipun tidak mempercayai konsep growth at all cost, namun selalu ada batasan untuk pertumbuhan.

“Fokus pertama kami tidak tentang profit, tapi seberapa besar kita bisa membantu orang lain atau perusahaan lain dan memberikan kepuasan hati. I believe profit will follow if we deliver smile first to user and customers,” kata Kiwi.

Menurut Arya, meskipun konsep growth at all cost tidak memberikan efek positif untuk startup dan VC, namun konsep hyper-growth masih cukup relevan untuk diterapkan, selama pertumbuhan bisa menciptakan hambatan untuk masuk (barrier entry).

Contoh barrier entry adalah “biaya pengalihan” yang harus dikeluarkan pelanggan untuk beralih ke produk atau layanan kompetitor. Meskipun demikian, pertumbuhan berlebih ini harus masuk akal dalam hal biaya.

“Misalnya jika startup menghabiskan $1 untuk mendapatkan 1 pelanggan potensial, pelanggan itu lebih baik memiliki nilai jangka panjang lebih dari $1. Nilai tersebut belum tentu [tentang] berapa banyak pelanggan akan membayar kepada perusahaan, tetapi bisa jadi berapa banyak orang lain bersedia membayar untuk memiliki akses ke pelanggan, misalnya dengan memanfaatkan Google Ads,” kata Arya.

Dukung semua portofolio

Setelah mengakui kesalahan saat berinvestasi ke WeWork, satu pelajaran penting yang didapatkan Masayoshi Son adalah jangan fokus ke satu startup secara berlebihan.

Jika VC memiliki portofolio yang memiliki potensi dan peluang untuk tumbuh secara cepat dan positif, upayakan untuk menyeimbangkan fokus dan memperhatikan investasi ke portofolio lainnya. Jadikan kesuksesan yang dimiliki salah satu portofolio sebagai success story, namun jangan menjadikan startup tersebut startup utama untuk berinvestasi.

“Yang perlu diperhatikan VC agar terhindar dari masalah ini adalah stay true to your belief , sacrifice for your caused and go the extra mile. Jika para founder startup tidak bersedia mengorbankan kepercayaan dan visi mereka, there is no reason for VC to invest,” kata Kiwi.

Saat kondisi seperti ini, portofolio VC membutuhkan tidak hanya strategic support tapi juga moral support. VC sebaiknya membantu mereka fokus untuk bertahan dan relevan, serta untuk long term goal.

“Secara strategis, kita memberikan masukan kepada portofolio untuk course correct direction daripada perusahaan [gagal] terlebih dahulu. Setelah itu, kita juga fokus membantu dari segi operasional. Dari segi bantuan moral, kita mencoba semaksimal mungkin untuk selalu accessible terhadap semua founder dengan melakukan komunikasi [secara] konstan,” kata Chandra.

Tim EHOME Kembali Memenangkan DPL-CDA Pro League untuk Kedua Kalinya

Tim EHOME kembali menunjukkan kemampuannya untuk mendomisnasi liga profesional Dota 2 di di Tiongkok. Dengan kemenangan EHOME sebanyak 2 season DPL-CDA Professional League, mereka pantas menyandang gelar sebagai tim terkuat di Tiongkok sejauh ini. Babak utama DPL-CDA Professional League Season 2 berlangsung selama sebulan lebih dengan mempertemukan tim penghuni liga utama Dota 2 Tiongkok dan tim Dota 2 dari tahapan promosi. Skena gaming dan esports Tiongkok tampaknya tetap menggeliat di tengah pandemi.

Di babak final secara mengejutkan tim EHOME dihadang oleh Invicitus Gaming yang melaju dari lower bracket. Tim EHOME tampil disiplin di bawah pimpinan Zhang “y `” Yiping yang sudah pernah mengantongi pengalaman bermain di gelaran turnamen The International 2016 dan keluar sebagai juara bersama tim Wings Gaming.

EHOME Dota 2 | via: EHOME
EHOME Dota 2 | via: EHOME

Adapun tim Invictus Gaming dengan formasi terakhir tentu saja terbilang sebagai tim yang bersaing. Di fase grup, tim Invictus Gaming finis di tempat yang sama dengan tim EHOME dan nyaris tidak bisa melaju ke babak playoff. Hanya saja di babak playoff, tim ViCi Gaming langsung bisa mengiriman tim Invictus Gaming ke lower bracket. Berada di lower bracket ternyata tidak menyurutkan semangat tim Invictus Gaming untuk mencapai babak final.

Sebenarnya tim CDEC Gaming dan tim PSG.LGD sebenarnya masih menjadi tim yang diunggulkan jika dinilai berdasarkan performa di fase grup. Di lower bracket Invictus Gaming menaklukan mereka satu demi satu setelah tersisih dari upper bracket.

Sejak fase awal berjalannya liga, tim EHOME mengalami kendala yang cukup serius. Dari total 9 pertandingan, tim EHOME hanya bisa meraih 4 kemenangan dan mengalami 5 kekalahan. Kemungkinan besar morale dari tim EHOME sangat tertekan karena sempat menderita kekalahan dari Team Sirius yang adalah tim promosi.

Dengan menduduki posisi ketujuh, tim EHOME melaju ke babak playoff. Di babak playoff justru performa tim EHOME menunjukkan peningkatan signifikan dibarengi degnan konsistensi yang lebih baik. Laju tim EHOME menjadi tidak terbendung kala melibas tim yang lebih diunggulkan seperti tim CDEC Gaming dan tim PSG.LGD.

Di babak final tim EHOME tampil sangat mendominasi dengan berkali-kali sukses menekan core hero dari tim Invictus Gaming. Permainan support dari y ` memberikan gank setup yang seringkali menyulitkan Kaka dan kawan-kawan.

Di match ketiga hero Mars berhasil dimaksimalkan oleh tim Invictus Gaming. Dengan strategi melakukan skirmish terpisah, tim Invictus Gaming memecah konsentrasai tim EHOME dan bisa terus mengumpulkan kill yang membawa kemenangan bagi tim Invictus Gaming.

Match keempat kedua tim memberikan performa yang solid dan bisa saling mengejar. Sayangnya tim EHOME berhasil mengikis pertahanan tim Invictus gaming dengan menghancurkan tower demi tower. Di menit ke-36 tim Invictus Gaming mengakui kekalahannya dan tim EHOME menutup gelaran turnamen DPL-CDA Professional League Season 2 sebagai juara.

Menurut para pemimpin startup, komitmen besar sangat diperlukan untuk menerapkan Full Remote Working (FRW) sepenuhnya

Pandangan Bukalapak, Warung Pintar, dan Ralali tentang Konsep “Full Remote Working” Permanen

Sejak Juni lalu, perusahaan di Indonesia memulai adaptasi terhadap situasi new normal. Sejumlah perusahaan sudah mulai membuka kembali kantornya dengan mematuhi protokol kesehatan, namun masih banyak perusahaan yang tetap menerapkan kebijakan Work From Home (WFH).

Bagi sejumlah perusahaan, penerapan WFH menjadi tantangan besar untuk mengelola sumber daya dan produktivitas yang sama seperti bekerja di kantor. Padahal situasi ini kemungkinan bakal terus berlanjut, bahkan menjadi permanen.

Muncul konsep baru, yang sedikit berbeda dengan WFH, yang disebut Full Remote Working (FRW). Laporan Gartner per Maret 2020 yang menyurvei 317 senior finance leader menyebutkan sebanyak 74 persen responden berencana shifting untuk menerapkan FRW secara permanen selama dan pasca pandemi Covid-19.

Apakah FRW menjadi jawaban bagi tren bekerja ke depan?

FRW vs WFH

Secara umum, baik FRW maupun WFH memampukan para pekerja profesional untuk bekerja di luar lingkungan perkantoran. Kedua term ini seringkali dianggap sebagai konsep kerja yang sama. Sesungguhnya keduanya memiliki perbedaan mendasar, yakni lokasi dan jam kerja.

WFH secara harafiah dapat berarti bekerja dari tempat tinggal mereka, baik itu rumah, apartemen, atau residensi lain. Model kerja ini kian familiar pasca-pemerintah menetapkan kebijakan kerja dari rumah dan pembatasan sosial empat bulan lalu.

Sebaliknya, FRW banyak diadopsi full time freelancer yang jam kerjanya tidak terikat waktu dan dapat dilakukan di mana saja. FRW juga populer di kalangan industri startup sebagai salah satu cara mereka untuk mendorong agility pada pengembangan produk/inovasi.

Seiring berkembangnya teknologi digital, pandangan terhadap konsep FRW dan WFH semakin kabur. Hal ini karena semakin banyak kehadiran platform digital yang mendukung produktivitas bekerja WFH dan FRW, misalnya Google Meet, Zoom, Slack, dan Asana.

Di sesi “Life After COVID-19: Indonesian Startup Adapts to Full Remote Work Permanently”, CEO Campaign.com William Gondokusumo menilai perbedaan kedua model kerja ini tidak sebatas pada lokasi dan jam kerja. Misalnya jam kerja WFH terikat jam kantor, kegiatan meeting WFH umumnya dilakukan secara lisan melalui video call, dan pengenalan tim/proyek juga memakan waktu lalu karena perlu ada briefing.

Sementara FRW fokus pada kualitas kerja dengan jam kerja yang disesuaikan dengan waktu masing-masing sesuai kebijakan kantor (termasuk apabila jika ada perbedaan zona waktu). Proses rekrutmen pun dilakukan sepenuhnya secara remote.

Perbedaan mencolok lainnya adalah kegiatan meeting dapat dilakukan secara tertulis menggunakan Slack atau Google Docs. Bahkan meeting dapat diikuti semua orang secara online meskipun berada di tempat yang sama.

Kendati FRW menawarkan banyak nilai tambah, William menilai bahwa penerapan FRW membutuhkan komitmen kuat dan kesiapan infrastruktur yang matang. FRW juga dinilai tidak bisa diaplikasikan begitu saja bagi sejumlah sektor bisnis.

We should not bring office to home. Ketika bekerja, kita sudah mengganti pola pikir. FRW itu orientasinya sudah sepenuhnya kerja berbasis online. Makanya, FRW menjadi sebuah komitmen besar,” ungkapnya.

Pada kesempatan sama, HR Podcaster askHRlah Monica Anggar menilai WFH menawarkan nilai tambah karena karyawan karena mengurangi biaya transportasi dan menekan stres akibat macet di perjalanan.

Namun, WFH memiliki kekurangan karena perusahaan belum siap mengeluarkan aset (komputer, kamera, dan lain0lain) ke luar kantor dalam jangka waktu lama, adanya pengeluaran biaya lebih (pulsa telepon dan paket data), dan kesulitan menghasilkan output kerja yang sama dengan bekerja di kantor.

Komunikasi paling utama

Sejumlah perusahaan, baik korporasi maupun startup, sama-sama menerapkan WFH atau FRW sebagai bentuk penyesuaian terhadap situasi pembatasan sosial. Bagaimana startup Indonesia merefleksi penerapan WFH?

CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan, saat ini pihaknya masih menerapkan kebijakan WFH/FRW dan bekerja dari kantor dengan ketentuan protokol new-normal. Sebelum pandemi, operasional Bukalapak dijalankan melalui kantor. Kebijakan bekerja dari kantor saat itu dinilai  dapat menambah efektivitas kinerja dan efisiensi komunikasi, mengingat kantor Bukalapak sempat berada di 28 titik berbeda.

Selama WFH/FRW, pihaknya fokus membantu lebih banyak lagi UMKM untuk onboard, dan melengkapi SKU–baik itu barang maupun jasa. Kehadiran platform/aplikasi digital sangat bermanfaat untuk berkomunikasi saat WFH/FRW maupun membuat perencanaan dan evaluasi rutin meski tidak bertemu tatap muka dalam bekerja.

“Kami menyadari bahwa melakukan komunikasi secara intensif dan optimistis baik kepada para pelapak, mitra maupun karyawan Bukalapak merupakan salah satu upaya kami dalam menjaga performa bisnis,” ujarnya kepada DailySocial.

Pada pengalaman Warung Pintar, perusahaan telah menerapkan kebijakan remote working pada level senior di divisi Engineering dan Product sejak lama. Dengan catatan, karyawan harus tetap berkoordinasi selama Work From Anywhere (WFA) dan remote working. Sekitar 10 persen dari total 109 karyawan di Engineering dan Product telah menjalankan remote working sebelum pandemi karena infrastruktur pendukung sudah siap.

Selama periode tersebut, CEO & Co-Founder Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro juga menyoroti pentingnya komunikasi terhadap keberlangsungan WFH/FRW. Ia menilai terlalu banyak komunikasi lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

Pada awal penerapan WFH/FRW di divisi non-operasional, tantangannya lebih banyak terasa karena ada penyesuaian terhadap pola kerja karyawan. Contoh paling banyak ditemui adalah ruang kerja dan koneksi yang kurang mumpuni, menghambat komunikasi. Ada juga masalah pendekatan ke user bagi tim yang tidak biasa turun ke lapangan.

Sementara CEO Ralali Josep Aditya juga menyoroti bagaimana mengatur ekspektasi bersama selama masa pandemi. Ekspektasi ini untuk memaksimalkan KPI dengan tolok ukur yang lebih result-driven. Artinya, perusahaan tidak lagi berkutat pada aspek kehadiran sehingga kegiatan meeting menjadi lebih efisien.

Selain itu, Joseph juga melihat bagaimana kegiatan bisnis belum terbiasa dengan distance culture. Pada aktivitas yang berkaitan dengan legal, seperti tanda tangan nota kesepakatan, interaksi tatap muka sangat diutamakan.

“Demikian halnya dengan investor. Untuk mencapai decision making, biasanya beberapa investor dari negara Asia masih mengutamakan tatap muka. Dengan kondisi pandemi, kami harus lakukan penyesuaian,” ungkap Joseph.

Ralali telah menerapkan remote working untuk divisi Tech. Namun, kebijakan ini baru diberlakukan untuk divisi lain selama periode Maret-Mei. Sekarang, semua karyawan bekerja di kantor dengan protokol kesehatan.

Tren FRW bagi pelaku startup

Menurut Bukalapak, tren FRW bisa saja diterapkan asalkan menggunakan metode parsial. Artinya, perusahaan memberikan opsi untuk bekerja di rumah atau kantor apabila dibutuhkan. Rachmat mengungkap, metode ini dapat menjadi satu solusi untuk mengombinasikan model kerja terbaik, terutama di situasi semacam ini.

Menurutnya, model ini sangat memungkinkan bagi perusahaan mengingat Bukalapak kini telah memiliki kurang lebih 2.000 karyawan. Dengan kata lain, karyawan memiliki kesempatan bekerja remote secara terbatas.

“Selama empat bulan terakhir ini kami telah beradaptasi dan melakukan pembelajaran dalam melakukan remote working. Ada dampak positif terhadap  karyawan. Tapi kami sadar mereka juga butuh interaksi sosial. Jadi kami memberikan kesempatan face to face meeting, dengan memperhatikan protokol kesehatan dan kebersihan di kantor,” jelas Rachmat.

Bagi Warung Pintar, Agung mengaku tak menutup kemungkinan tren bekerja bakal bergeser ke depannya. Menurutnya, tren ini dapat dirangkul selama perubahan tersebut bisa  berdampak positif bagi perusahaan, kesejahteraan Juragan, dan produktivitas karyawan. Itupun dengan catatan adaptasinya tidak berdasar pada satu skenario saja, tetapi juga beragam skenario yang tidak dapat dikontrol.

Menurutnya, perusahaan perlu adaptif, relevan, dan efisien demi menunjang produktivitas dan pertumbuhan bisnis. “Bagi kami, komunikasi lisan maupun tertulis, masih menjadi kunci utama terciptanya kondisi kerja yang ideal, terlepas WFH/FRW atau tidak. Dengan sistem squad dan tribe yang telah kami miliki, koordinasi proyek menjadi lebih cepat tanpa perlu ada centralized order,” pungkasnya.

Joseph menilai bahwa penerapan FRW membutuhkan komitmen besar dari setiap divisi/departemen untuk mempersiapkan infrastruktur dan proses bisnis. Meskipun demikian, konsep FRW berpotensi untuk dijalankan mengingat penyesuaian sangat diperlukan sesuai kondisi pekerjaan dan tuntutan zaman.

“Dalam satu hingga dua tahun ke depan, kami masih menggali dan belajar apakah sistem [remote working] ini relevan dengan berbagai role dan fungsi pekerjaan terkait,” papar Joseph.

Shoe-Mount-Flash-EF-60-1

Fujifilm Umumkan Speedlight EF-60 dan Wireless Commander EF-W1 untuk Sistem X Series dan GFX

Fujifilm telah mengumumkan Shoe Mount Flash EF-60 dan Wireless Commander EF-W1 untuk sistem kamera mirrorless APS-C Fujifilm X series dan GFX. Speedlight EF-60 merupakan flash wireless clip-on pertama Fujifilm yang dapat dikendalikan dengan radio.

Flash eksternal EF-60 ini dapat dipasang di bodi kamera lewat hot shoe. Kita juga bisa bereksperimen dengan teknik strobist (flash tidak menempel pada kamera) yang memberi fleksibilitas penempatan cahaya untuk mendapatkan foto yang lebih berdimensi.

Shoe-Mount-Flash-EF-60-3

Meski hadir dengan dimensi compact dan portabel, EF-60 menawarkan output yang kuat dengan sederet fitur kelas profesional. Jangkauan flash ini mencakup rentang zoom dari 24mm hingga 200mm dengan Guide Number (GN) maksimum 60 pada 200mm.

Shoe-Mount-Flash-EF-60-2

Sebagai informasi, GN akan berpengaruh pada tingkat cahaya yang dikeluarkan oleh flash. Di mana, semakin tinggi angka GN maka semakin kuat output cahayanya. Saat digunakan bersama Wireless Commander EF-W1, kita dapat mengontrol output daya EF-60 dengan penambahan 1/3 stop dan semua pengaturan bisa langsung disesuaikan dari EF-W1.

Fujifilm Wireless Commander EF-W1 sendiri pada dasarnya ialah Nissin Air10s Remote dengan branding Fujifilm. Flash trigger 2,4GHz ini mendukung mode TTL, Manual, dan FP High-Speed Sync. EF-W1 memungkinkan kita mengambil kendali penuh atas EF-60 saat tidak terpasang di bodi kamera dan kompatibel dengan flash NAS (Nissin Air System) lainnya. Serta, mendukung hingga tiga grup dan 8 saluran.

Shoe-Mount-Flash-EF-60-4

Shoe Mount Flash EF-60 dibanderol US$400 atau sekitar Rp5,8 jutaan dan Wireless Commander EF-W1 US$200 atau Rp2,9 jutaan. Keduanya kompatibel dengan kamera large format seperti GFX100, GFX 50S, dan GFX 50R. Juga kamera APS-C Fujifilm X-series seperti X-H1, X-Pro2, X-Pro3, X-T1, X-T2, X-T3, X-T4, X -T20, X-T30, X- E3, X100F, dan X100V.

Sumber: DPreview

Laga Pemuncak Star Battle Nimo TV Mobile Legends Arena 2020 Segera Dimulai

Event Star Battle dari gelaran turnamen Nimo TV Mobile Legends Arena sudah semakin mendekati puncaknya. Sejauh ini, selama 3 minggu tim-tim yang berisikan pemain dari tim-tim finalis NMA, pro player dan influencer Mobile Legends sudah saling bertanding untuk mengumpulkan raihan poin. Jumlah poin tidak hanya ditentukan dari performa tim, tetapi juga dari vote yang diberikan viewers.

Berikut adalah sedikit penjelasan mengenai Star Battle Nimo TV Mobile Legends Arena. Setelah usainya babak playoff, masing-masing pemain dari 4 tim dari babak playoff akan dipilih secara acak untuk bersaing dalam babak Star Battle. Total 40 pemain akan membentuk 8 tim, yang semuanya adalah kombinasi yang terdiri dari finalis NMA, pro player, dan influencer Mobile Legends.

Sejauh ini terpantau di urutan teratas tercatat nama Ravicy dari tim XCN, Devkoch dari tim Alter Ego Esports, dan Luminaire yang sampai saat ini masih bernaung di bawah organisasi EVOS Esports. Dengan posisi klasemen saat ini, urutan pemuncak klasemen masih sangat mungkin berubah karena saling terpaut poin yang tidak jauh. Di tempat berikutnya masih ada Angsa dan Branz yang berpeluang menyalip perolehan poin player lain di urutan teratas.

Selama 3 minggu berlangsung, terjadi aksi saling mengejar poin di antara tim-tim yang bermain. Di minggu pertama nama Marsha menduduki puncak klasemen diikuti oleh Luminaire di tempat kedua dan Devkoch di tempat ketiga. Di minggu berikutnya Ravicy berhasil mencapai puncak klasemen dan bisa bertahan sampai minggu ketiga.

Posisi klasemen sementara Week 3 | via: Instagram nimotv_id
Posisi klasemen sementara Week 3 | via: Instagram nimotv_id

Tanggal 1-3 Agustus 2020 akan menjadi match day terakhir dan penentuan siapakah yang pantas disebut sebagai star player di antara sederet pro player dan influencer Mobile Legends yang berlaga di event Star Battle NMA . Pertandingan babak final akan dilangsungkan jam 13.00 WIB dan pastikan kamu menyasksikannya di kanal Nimo TV.

Laga pemuncak tentu saja akan tetap dimeriahkan oleh shoutcaster ternama seperti Ranger Emas, Pulung, Abed ansel, KB, Mongstar, Volva, dan Kornet. Seluruh keseruan gelaran turnamen NMA bisa kamu saksisan secara langsung di web Nimo TV maupun aplikasinya.

Disclosure: Hybrid adalah media partner acara Nimo TV Mobile Legends Arena (NMA).

qualcomm sponsori PMWL

Qualcomm Jadi Sponsor dari PUBG Mobile World League

Qualcomm Technologies menjadi sponsor dari PUBG Mobile World League. Turnamen pertama yang Qualcomm sponsori adalah PMWL Season Zero, turnamen PUBG Mobile dalam skala global yang diadakan secara online.

PMWL telah dimulai sejak 11 Juli 2020 lalu dan akan berakhir pada 9 Agustus 2020. Pada minggu pertama dari PMWL Season Zero untuk region Timur, tim Indonesia duduk di peringkat pertama dari klasemen sementara. PMWL Season Zero menawarkan total hadiah sebesar US$850 ribu atau sekitar Rp12,5 miliar. Dalam Season Zero, akan ada 40 tim PUBG Mobile yang berlaga. Semuanya akan menggunakan perangkat yang dilengkapi dengan Qualcomm Snapdragon Mobile Platform.

“Kami senang bisa menjadi sponsor dari PUBG Mobile World League. Dengan tim yang beragam, turnamen tersebut dapat menunjukkan potensi dari mobile esports pada tingkat global,” kata Dave Durnil, Senior Director, Engineering, dan Head of Gaming Software & of Elite Gaming, Qualcomm Technologies, menurut laporan Esports Insider.

Lebih lanjut, Durnil berkata, “PUBG Mobile World League menarik audiens mobile gamer hardcore yang ingin memainkan mobile game dengan kualitas konsol. Dengan Snapdragon Elite Gaming, mereka akan bisa memainkan mobile game dengan respons yang super cepat, grafik yang sangat realistis, dan juga performa yang baik. Kami tidak sabar untuk melihat tim-tim di Season Zero saling bertanding dengan satu sama lain.”

PMWL Season Zero kini sudah memasuki minggu ke-2. Pada minggu ke-2, tim Bigetron Red Aliens berhasil menggeser RRQ Athena dan menduduki peringkat pertama dengan total poin sebesar 367 poin. Dengan poin 329, RRQ Athena harus puas dengan posisi runner-up.

James Yang, Director of PUBG Mobile Global Esports memuji Qualcomm Technologies sebagai perusahaan “inovatif”, khususnya terkait fitur-fitur yang tersedia melalui Snapdragon Elite Gaming. “Kami bangga karena Qualcomm memutuskan untuk menjadi title sponsor dari PUBG Mobile World League,” ujar Yang.

“Season Zero adalah turnamen yang sangat ambisius. Jaringan internet memiliki peran penting untuk dapat memainkan mobile game dengan nyaman. dan Qualcomm, yang fokus untuk mendorong peluncuran 5G, akan sangat membantu kami, khususnya dalam penyelenggaraan Season Zero, yang diadakan dalam skala global.”

founder Female Daily

Beautytech dan Perannya Membentuk Industri Kecantikan

Industri kecantikan tak dimungkiri menjadi salah satu yang paling naik daun dalam setengah dekade terakhir. Female Daily adalah bagian dari saksi melambungnya industri ini. Sebagai platform komunitas online di bidang kecantikan.

Co-Founder & CEO Female Daily Hanifa Ambadar mengatakan, ada sejumlah faktor pasar kecantikan kian membesar. Tren global, kemunculan merek-merek lokal, hingga serbuan kultur K-Drama dan K-Pop yang berakibat banyaknya produk kosmetik asal Korea yang mencoba peruntungan di sini. Platform review seperti Female Daily mengamplifikasi semua hal tersebut sehingga menghasilkan ekosistem yang lengkap.

“Sampai sekarang apa yang kita bangun di Female Daily itu berdasarkan feedback user,” ujar Hanifa.

Dalam #SelasaStartup minggu keempat bulan Juli, Hanifa menjelaskan bagaimana beautytech seperti Female Daily membentuk industri kecantikan, mulai dari aspek kemunculan pelaku industri, makin beragamnya produk yang ditawarkan, hingga perubahan perilaku konsumen produk kecantikan.

Komunitas sebagai kunci

Kiprah Female Daily sebagai beautytech sejak 2005 tak bisa lepas dari peran basis komunitas mereka yang kuat. Hanifa menilai, kuatnya komunitas tak lepas dari kualitas anggotanya di masa awal mereka berdiri. Model bisnis di masa lampau membuat mereka tumbuh secara organik meski di satu sisi butuh waktu yang lebih lama untuk bisnisnya tumbuh.

Berawal dari blog, kini Female Daily adalah platform yang memiliki 50 juta anggota dengan 4 juta unique users per bulan. Besarnya komunitas berbanding lurus dengan pengaruh mereka ke industri. Hanifa memberi contoh ketika ada rencana peluncuran produk dari suatu merek, maka si pemilik produk akan menggandeng Female Daily untuk mendengar masukan dari anggota komunitas.

Tidak perlu heran jika platform review seperti Female Daily bisa punya pengaruh sekuat itu. Pasalnya pengetahuan para anggotanya tentang kosmetik dan kecantikan tak bisa diremehkan. Ada yang bekas majalah fesyen, ada yang pernah bekerja di industri fesyen. Menjadi yang paling cepat mewadahi pengetahuan orang-orang itu adalah sebuah keuntungan.

Namun besarnya komunitas Female Daily tak tercapai dalam semalam. Sebagai salah satu platform pertama yang membahas serba-serbi kecantikan, Female Daily membuka diri dan merawat anggotanya agar tempatnya jadi pilihan utama para beauty enthusiast. Salah satu bentuknya adalah mempererat hubungan antara anggota dengan perusahaan.

“Kita juga di awal nutruring lewat offline events. Walaupun kita online community tapi kedekatan itu juga lebih erat karena adanya offline event,” imbuh Hanifa.

Pengaruh ke pelaku industri 

Berkembangnya beautytech seperti Female Daily mempercepat penyebaran informasi produk kecantikan. Menurut Hanifa perusahaan kosmetik terbantu kehadiran beautytech karena produk mereka punya kesempatan disorot ke audiens yang lebih luas serta mendapat masukan yang lebih dalam tentang produknya.

“Sekarang hampir semua perusahaan kecantikan punya satu orang khusus untuk mempelajari semua percakapan yang ada di Female Daily.”

Suara-suara konsumen itu tak hanya dijadikan bekal membuat produk berikutnya, tapi juga membaca selera dan manuver kompetitor, serta merancang kampanye pemasaran. Menurut Hanifa hal itu terutama dilakukan oleh merek lokal. Ia juga menambahkan saat ini tren yang berkembang di industri kecantikan memang melibatkan konsumen dalam menentukan produk berikutnya.

Mengubah perilaku konsumen

Selain ke produsen kecantikan, kehadiran beautytech tentu turut mengubah perilaku konsumen produk kecantikan. Satu hal yang paling disadari oleh Hanifa adalah review sudah jadi kebiasaan tak terpisahkan dari konsumen saat ini. Konsumen juga jauh lebih lapar akan informasi produk kecantikan yang hendak dibeli.

Makin mudanya penikmat produk kecantikan juga ditengarai berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Contohnya adalah selektifnya mereka karena menyesuaikan bujet yang terbatas. Maka rekomendasi dan hasil review menjadi pegangan utama mereka.

“Yang kedua menurutku adalah kecintaan terhadap merek lokal. Jadi sekarang banyak orang yang dukung merek lokal bukan karena lokalnya saja, tapi juga karena produknya yang keren-keren,” ucap Hanifa.

Tantangan yang masih dihadapi

Hanifa menekankan tantangan mereka sebagai platform online adalah sebaran informasi tentang kecantikan yang lebih luas. Jika dahulu sumber distraksi masih cukup terbatas, kini jauh berbeda. Tanpa faktor pembeda, orang tidak bisa lagi berlama-lama di dalam satu situs saja karena sumber distraksi makin banyak. Female Daily berkeinginan menjadi satu ekosistem terpadu tentang produk kecantikan.

Salah satu masalah itu terjadi ketika seseorang hendak mencari informasi tentang suatu produk yang ingin ia beli, namun ia harus mengunjungi situs/aplikasi/tempat lain untuk membeli barang yang dicari. Maka dari itu Female Daily mendirikan Beauty Studio, e-commerce produk kecantikan yang melengkapi ekosistem mereka.

“Jadi kita mikir bagaimana caranya agar user kita enggak ke mana-mana lagi. Terekspos, diskusi, beli di situ, memberi review, jadi satu ekosistem untuk memfasilitasi journey customer di Female Daily,” lengkap Hanifa.

Menurut Hanifa sebenarnya masih ada satu hal yang ingin mereka lengkapi dalam ekosistem Female Daily yakni toko ritel fisik. Produk kecantikan memang bergantung penginderaan manusia. Namun pandemi memundurkan rencana tersebut yang tadinya ingin dieksekusi akhir tahun ini.

Di samping itu, Hanifa juga berharap mereka dapat menggunakan kecerdasan buatan (AI) yang lebih jauh di platform mereka. Ia menyebut teknologi itu dapat memudahkan pengguna memperoleh rekomendasi produk kecantikan yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhannya.

“Yang menarik beauty itu banyak banget datanya. Jadi kalau misal aku review product, ketahuan aku sukanya produk apa saja, komposisi apa saja, dan formulasi apa saja. itu bisa ditebak dan dipelajari,”