Monthly Archives: January 2021

Opera Akuisisi Pengembang Engine GameMaker dan Dirikan Divisi Opera Gaming

Pada pertengahan tahun 2019 lalu, Opera meluncurkan sebuah browser unik bernama Opera GX yang didedikasikan untuk para gamer. Per bulan Desember 2020 kemarin, Opera GX tercatat memiliki sekitar 7 juta pengguna aktif bulanan, naik 350% dibanding setahun sebelumnya.

Namun siapa yang menyangka kalau eksperimen ini pada akhirnya memicu ketertarikan ekstra terhadap industri gaming bagi Opera. Di tahun 2021 ini, Opera rupanya sudah siap untuk menceburkan kakinya lebih dalam lagi ke sektor gaming, dan langkah tersebut mereka awali dengan mengakuisisi YoYo Games, perusahaan asal Skotlandia yang dikenal sebagai developer dari GameMaker Studio 2.

GameMaker merupakan game engine 2D yang cukup populer di kalangan developer indie. Software ini sudah eksis selama lebih dari dua dekade, dan telah membantu melahirkan sejumlah game indie legendaris macam Spelunky maupun Hotline Miami. GameMaker juga banyak dipakai oleh orang-orang yang tertarik menciptakan video game, tapi tidak punya waktu untuk mendalami dunia programming secara intensif.

Permainan yang digarap menggunakan GameMaker bisa dijalankan di banyak platform, termasuk halnya di browser. Kendati demikian, Opera tidak punya niatan untuk menciptakan game eksklusif buat Opera GX. Tujuan yang hendak dicapai adalah menciptakan komunitas di kalangan pengguna Opera GX, sekaligus menawarkan software GameMaker Pro 2 ke kalangan developer.

Spelunky, salah satu game indie populer yang dikerjakan menggunakan GameMaker / Steam
Spelunky, salah satu game indie populer yang dikerjakan menggunakan GameMaker / Steam

Pada kenyataannya, akuisisi senilai $10 juta atas YoYo Games ini menjadi basis atas dibentuknya divisi baru Opera Gaming, yang akan berfokus mengembangkan kapabilitas sekaligus peluang monetisasi Opera di ranah gaming. Singkat cerita, Opera melihat peluang yang menjanjikan di sektor gaming, dan mereka tidak segan menginvestasikan sumber daya yang lebih banyak lagi di sini.

Sejauh ini Opera memang belum menyingkap rencana konkretnya mengenai Opera Gaming. Menyinergikan Opera GX dan GameMaker semestinya menjadi salah satu agenda mereka, tapi spesifiknya seperti apa masih belum diketahui. Apakah nantinya Opera GX bakal dilengkapi akses cepat ke forum GameMaker, sehingga para developer bisa saling berbagi insight dengan mudah?

Semuanya memang masih sebatas spekulasi, tapi pastinya akan sangat menarik melihat upaya Opera mendiversifikasi bisnisnya ke ranah gaming.

Sumber: VentureBeat dan PR Newswire.

Koinworks sedang mempersiapkan super app khusus menaungi para pedagang online untuk perluas produk finansial yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing bisnis

Perkuat Ekosistem Produk Finansial, Koinworks Segera Rilis “Super App” Untuk Pedagang Online

Koinworks sedang mempersiapkan super app khusus menaungi para pedagang online untuk perluas produk finansial yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing bisnis. Rencananya aplikasi tersebut akan dirilis pada kuartal kedua tahun ini.

Sebelumnya, perusahaan merilis aplikasi super app untuk para pemberi pinjaman berisi beragam fitur untuk menunjang mereka dalam mengembangkan aset dengan berinvestasi, tak hanya p2p lending (KoinP2P), ada KoinGold, juga KoinGaji, dan KoinBisnis untuk mengajukan pinjaman.

“Tahun 2020 kemarin kita banyak fokus ke super financial app untuk cari user personal, tapi secara operation kita banyak bantu UKM supaya tetap dapat akses pendanaan. Tahun ini mau menambahkan fokus ke UKM supaya mereka enggak hanya dapat lending saja, bisa menikmati fitur lainnya lewat ekosistem yang mereka butuhkan,” ucap CMO KoinWorks Jonathan Bryan dalam acara diskusi online, Rabu (20/1).

Ia mengaku optimis dengan kehadiran super app khusus UKM dapat memperkuat posisi perusahaan sebagai fintech lending pionir yang menyasar sektor pedagang online. Berbekal kekayaan historis yang dikumpulkan perusahaan, menjadi bekal penting dalam pengembangan aplikasi tersebut.

Semenjak pandemi, pergeseran transaksi dari offline ke online, membuat sektor ini menjadi primadona yang akhirnya mengubah lanskap bisnis pemain startup lending. Sebagian dari mereka awalnya hanya bermain di sektor produktif saja, atau usaha offline, kini mulai melirik para pedagang online.

Digital SME itu menjadi market yang seksi tahun ini karena bisnis online ini mengubah semuanya. Kita menjadi fintech pionir yang khusus bermain di sektor ini, banyak data yang telah kita kumpulkan menjadi bekal bagus untuk memperkuat kehadiran.”

Sepanjang tahun lalu, KoinWorks mencatatkan peningkatan peminjam dan pemberi pinjaman hingga 61% secara tahunan atau sebesar 549 ribu. Sedangkan pinjaman yang disalurkan mencapai lebih dari Rp2,5 triliun. Rata-rata kredit yang diajukan peminjam berkisar Rp200 miliar sampai Rp300 miliar per bulannya.

Rilis indeks keyakinan UKM digital

Pada saat yang bersamaan, perusahaan melakukan penelitian bertajuk “Digital SMEs Confidence Index Q4 2020” untuk memperoleh pandangan pemilik UKM tentang bagaimana mereka menghadapi lingkungan bisnis selama 2020, faktor-faktor yang memengaruhi tindakan mereka, dan pandangan terhadap bisnis setelah pandemi.

Penelitian ini dilakukan kepada 1.188 pelaku UKM digital sebagai responden dengan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, berlangsung selama Oktober-November 2020. Kebanyakan mereka bergerak di bisnis F&B (42,7%), fesyen dan aksesoris (28,9%), jasa profesional (11,5%), dan perlengkapan rumah tangga (5,6%).

Hasil yang ditemukan, pandemi mengubah perilaku dari pelanggan dan bisnis UKM ikut menerima pengaruhnya. Sebanyak 89,2% responden sepakat bahwa pandemi sangat memberikan dampak kepada bisnis mereka, baik secara positif maupun negatif. Selain itu, 33,2% responden sempat mengalami penurunan penjualan mulai dari 31%-75%.

Lebih lanjut, pandemi memaksa pelaku bisnis UKM digital untuk dapat bertahan, salah satunya melalui digitalisasi. Responden yang memanfaatkan channel penjualan di berbagai sales channel (lima channel penjualan) memilki indeks keyakinan bisnis yang jauh lebih tinggi, sekitar 2,7 dari skala 5 menerima penurunan penjualan yang lebih rendah 34,95%. Sementara, yang hanya memanfaatkan satu channel menerima penjualan yang lebih tinggi 38,96%.

“Indeks Keyakinan Bisnis sendiri mengukur ekspektasi pengusaha mengenai pendapatan bisnis saat ini, kapasitas produksi, jam kerja rata-rata, dll. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa digitalisasi dapat membuka banyak gerbang untuk pelaku UKM agar dapat mempertahankan bisnisnya. Selain itu, salah satu temuan menarik adalah terkait pembiayaan yang dinilai sebagai faktor yang paling dibutuhkan untuk mengembangkan usaha saat pandemi atau setelah pandemi berakhir.”

5-Fitur-Unggulan-OPPO-Reno5-yang-Berbeda-dari-Reno4

Penjualan Perdana OPPO Reno5 Resmi Dimulai

OPPO Reno5 resmi diperkenalkan di hadapan konsumen tanah air pada tanggal 12 Januari 2021 lalu. Melanjutkan tradisi seri Reno selama ini, Reno5 hadir mengusung desain premium dalam dua pilihan warna yang elegan sekaligus kamera yang sangat kapabel.

Di saat yang sama, ia juga membawa sejumlah upgrade yang signifikan jika dibandingkan dengan pendahulunya, misalnya saja refresh rate 90 Hz dan touch sampling rate 180 Hz pada layar AMOLED-nya. Dipadukan dengan bentang diagonal 6,4 inci dan resolusi FHD+, panel 90 Hz ini tentu dapat memanjakan penggunanya selagi menonton maupun bermain game.

OPPO Reno5

Faktor lain yang membuat Reno5 terdengar sangat menarik adalah terkait kemampuan merekam videonya. Di sini OPPO telah menambahkan tiga fitur inovatif, yakni AI Highlight Video untuk mengoptimalkan hasil perekaman di kondisi cahaya yang menyulitkan (gelap atau backlight) secara otomatis, AI Mixed Portrait untuk menghasilkan video dengan efek double exposure yang artistik, dan Dual-View Video untuk merekam video menggunakan kamera depan dan belakang secara bersamaan.

Selain pembaruan dari sisi software, OPPO juga tidak lupa menerapkan pembaruan dari segi hardware. Lihat saja kamera utamanya, yang kini menggunakan sensor 64 megapixel dengan ukuran fisik yang lebih besar (1/1,73 inci). Melengkapi spesifikasi kameranya adalah kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera monokrom 2 megapixel. Untuk keperluan selfie, Reno5 mengandalkan kamera depan beresolusi 44 megapixel.

Terakhir, Reno5 juga jauh lebih superior soal baterai ketimbang Reno4. Bukan hanya karena kapasitasnya naik dari 4.015 mAh menjadi 4.310 mAh, melainkan juga karena teknologi pengisian daya cepatnya, yang kini tercatat mampu menerima output sebesar 50 W. Menggunakan adaptor SuperVOOC yang tersedia dalam paket penjualannya, baterai Reno5 dapat terisi hingga 80% dalam waktu 31 menit, atau sampai benar-benar penuh dalam waktu 48 menit saja.

Fitur Foto yang Ditingkatkan
Foto OPPO

Singkat cerita, Reno5 sangat pantas mengusung banderol harga Rp4.999.000, dan kebetulan OPPO juga sudah menjualnya secara luas di Indonesia mulai hari ini (21/1). Sepekan sebelumnya, OPPO sudah lebih dulu melangsungkan program pre-order sekaligus mencatatkan pencapaian baru: pemesanan Reno5 naik 23% jika dibandingkan dengan Reno4, atau naik 209% kalau dibandingkan dengan OPPO F11 Pro dulu.

Menurut OPPO sendiri, yang menjadi alasan utama kenaikan jumlah pre-order ini adalah keberhasilan OPPO dalam menyajikan beberapa fitur pada sektor videografi yang jelas menarik minat konsumen di Indonesia, terutama dari kalangan anak muda. OPPO pun memprediksi bahwa tren video, terutama video pendek, akan meningkat pesat tahun ini, sehingga pada akhirnya banyak produsen smartphone yang akan memperkenalkan fitur-fitur videografi yang mudah diaplikasikan dan digunakan seperti yang terdapat pada Reno5.

Pada masa penjualan perdana ini, OPPO juga memberikan opsi tukar tambah dan tambahan cashback hingga 1 juta rupiah khusus untuk konsumen setianya. Untuk pengguna seri Reno misalnya, mereka berhak mendapatkan cashback hingga 1 juta rupiah, sementara pengguna seri F akan mendapatkan cashback sebesar 500 ribu rupiah. Untuk pengguna ponsel dari merek lain, OPPO akan memberikan cashback sebesar 200 ribu rupiah. Program tukar tambah ini sendiri akan berlangsung sampai tanggal 31 Januari 2021.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Shopee berancang-ancang memaksimalkan potensi layanan pesan-antar makanan ShopeeFood. Beberapa inisiatif telah dilakukan, termasuk merekrut mitra pengemudi.

ShopeeFood Beri Sinyal Masuk Persaingan Layanan “Food Delivery”

ShopeeFood mulai hadir meramaikan pasar food delivery di Indonesia. Layanan tersebut bisa diakses melalui platform Shopee, baik di situs web maupun di aplikasi mobile. Belum seperti layanan pesan-antar kilat layaknya GrabFood atau GoFood, sebagian besar produk makanan/minuman yang disajikan sifatnya lebih tahan lama, seperti makanan beku, aneka kue, atau minuman kemasan. Sementara cakupannya sudah cukup luas, di berbagai provinsi di seluruh Indonesia.

Laman ShopeeFood yang diakses melalui situs web
Laman ShopeeFood yang diakses melalui situs web

Diperkenalkannya layanan tersebut tentu memicu banyak spekulasi di pasar. Yang jelas, layanan pesan-antar makanan memang tengah naik daun di tengah pembatasan sosial akibat Covid-19. Di Indonesia sendiri, menurut penelitian McKinsey (2020), ada peningkatan 34% untuk penggunaan jasa pesan antar makanan selama masa pandemi. Survei yang dilakukan DailySocial dan Populix juga mengemukakan fakta, selama periode karantina mandiri, 53% responden mengatakan bahwa aplikasi pesan-antar makanan menjadi yang banyak digunakan.

Berkompetisi dengan pendahulu

Sebagai raksasa digital di Asia Tenggara, Sea Limited (Sea), induk Shopee, tentu memiliki ambisi untuk masuk pada berbagai model bisnis potensial. Sebagai informasi, per hari ini (21/1) kapitalisasi pasar perusahaan mencapai $118,72 juta – jadi perusahaan teknologi paling bernilai di regional. Dan jika diamati lebih dalam, pendekatan yang dilakukan oleh berbagai unit perusahaannya juga cukup unik, seperti ‘tidak ada kata terlambat.’

Ambil contoh layanan online marketplace Shopee, mereka baru mulai masuk ke pasar Indonesia pada bulan Mei 2015. Kala itu segmen bisnis ini sudah cukup ramai, dengan dominasi pendahulunya seperti Lazada, Tokopedia, Bukalapak, elevenia, Blibli, Alfacart, dll. Namun dua tahun terakhir, ditinjau dari volume penjualan dan transaksi, Shopee justru mampu memimpin pasar.

Ada banyak faktor, salah satu yang paling kentara karena berhasil ‘bakar duit’ di waktu yang tepat. Mereka melakukan akuisisi pelanggan dengan sangat maksimal saat pasar sudah berhasil teredukasi oleh pemain sebelumnya. Jargon ‘gratis ongkir’ pun kini sangat melekat di platform yang khas dengan warna oranye tersebut.

Strategi sama bisa saja dilakukan, dengan kondisi pasar food delivery yang sudah semakin matang dan masif di Indonesia. PR-nya bagi Shopee tentu melakukan penguatan infrastruktur yang diperlukan – yang sudah dimiliki saat ini adalah platform pemesanan dan pembayaran (ShopeePay), sementara yang belum adalah logistik first-mile.

Di last-mile, mereka sudah memiliki Shopee Xpress (SPX) yang kini sudah melayani sebagian pengguna di online marketplace. Beberapa waktu terakhir tersiar kabar bahwa Shopee tengah merekrut mitra pengemudi untuk melayani pesanan ShopeeFood. Ditambah, tim pemasaran mereka mulai mempromosikan layanan ShopeeFood yang nantinya dapat digunakan untuk memesan makanan favorit seperti bakso, soto, martabak, dll (makanan cepat saji).

Kami sudah mencoba meminta konfirmasi terkait beberapa informasi secara langsung ke tim Shopee di Indonesia, namun sampai tulisan ini diterbitkan belum ada respons.

Proposisi nilai

Mengutip temuan survei GlobalWebIndex, ada beberapa alasan yang mendorong orang untuk memesan makanan melalui aplikasi food delivery, lima teratas meliputi: gratis ongkos kirim (51%), pengiriman cepat (48%), penawaran diskon (43%), ketersediaan dan kelengkapan item (36%), kemudahan proses pemesanan (30%). Kendari survei tersebut tidak dilakukan spesifik kepada pengguna di Indonesia, namun cukup representatif menggambarkan kondisi pangsa pasar.

Untuk memenangkan pasar, platform harus memiliki proposisi nilai yang kuat dalam mengakomodasi kebutuhan tersebut. Beberapa strategi mulai digulirkan beberapa pemain, misalnya melalui insiatif cloud kitchen. Konsep dapur bersama tersebut memungkinkan platform mengumpulkan beberapa merchant kuliner di satu tempat. Dari sisi konsumen, memudahkan mereka untuk mendapatkan opsi lebih banyak ketika ingin membeli makanan dengan 1x pemesanan dan pengantaran.

Dari sisi merchant, platform bisa menentukan (berdasarkan data) mengenai produk potensial di wilayah tertentu sehingga turut membantu mereka untuk memastikan bisnisnya mendapatkan pasar yang relevan. Selain itu tentu menghemat biaya modal dan ongkos operasional, karena hanya fokus melayani pesan-antar.

Detail seperti ini yang harus jeli dilihat oleh ShopeeFood sebagai penantang baru di lanskap bisnis ini. Tapi sebenarnya Shopee juga sudah melakukan beberapa aksi permulaan terkait pasar food delivery di Indonesia. Misalnya mereka mendukung Weyland Tech dalam peluncuran AtozGo di Jakarta — ShopeePay digunakan sebagai sistem pembayaran utama. Sehingga banyak kemungkinan sinergi yang dapat dilakukan ketika nantinya ShopeeFood benar-benar mulai dimaksimalkan.

Mendorong konsolidasi

Mitra GoFood saat membelikan pesanan / Gojek
Mitra GoFood saat membelikan pesanan / Gojek

Dengan kekuatan kapital dan jangkauan pasar yang dimiliki Sea, jelas ini bukan kabar menyenangkan untuk para kompetitornya. Di Indonesia, sejauh ini Gojek dan Grab jadi penyedia food delivery dengan jangkauan paling luas dan mitra terbanyak. Untuk menghadapi raksasa digital tersebut, bahkan sebelumnya dikabarkan keduanya hendak melakukan merger. Sayangnya kabar terakhir mengatakan, founder tidak mencapai titik sepakat soal pembagian saham.

Rumor yang tengah beredar justru rencana merger antara Gojek dan Tokopedia. Platform online marketplace besutan William Tanuwijaya tersebut kini juga bersaing ketat dengan Shopee – dari berbagai riset dikatakan Tokopedia ada di peringkat kedua persis di bawah Shopee. Konsolidasi jelas membuka peluang kolaborasi di banyak elemen, tak terkecuali perluasan layanan food delivery menggabungkan mitra UKM kuliner yang dimiliki Tokopedia, sampai perluasan layanan GoPay untuk pembayaran di Tokopedia.

Kue pasar untuk food delivery di Asia Tenggara juga menggiurkan. Laporan tahunan e-Conomy SEA 2020 mengatakan, GMV yang tercatat dari jasa antar makanan pada tahun lalu mencapai $6 miliar, bahkan lebih besar dari transportasi on-demand yang nilainya $5 miliar (turun akibat pandemi).

Sementara di Indonesia sendiri sebenarnya juga ada beberapa pemain lainnya yang mencoba mengakomodasi urusan pesan makanan, di antaranya:

Platform Keterangan
Yummy Corp Terafiliasi dengan perusahaan kuliner Ismaya Group. Memiliki beberapa lini bisnis, salah satunya YummyBox layanan pemesanan katering lewat aplikasi.
Kulina, Wakuliner, Homade Layanan pemesanan katering berbasis aplikasi untuk konsumer ataupun bisnis, bekerja sama dengan merchant F&B.
Gorry Holdings Startup pengembang aplikasi wellness, miliki unit bisnis Gorry Gourmet untuk menyediakan jasa pemesanan makanan sehat secara online.

 

Application Information Will Show Up Here

Samsung Galaxy S21 Ultra 5G: Makin Spesial Berkat Dukungan S Pen

Berbeda dari seri Samsung Galaxy Note yang selalu mengedepankan aspek produktivitas, seri Samsung Galaxy S lebih memprioritaskan inovasi di sektor kamera. Hal ini bisa kita lihat pada Galaxy S21 Ultra 5G, yang mengunggulkan kamera utama 108 megapixel dengan sensor generasi baru yang menjanjikan dynamic range tiga kali lebih luas dari sebelumnya, belum lagi kemampuan merekam video 4K 60 fps menggunakan semua kameranya, termasuk kamera depan.

Namun Samsung rupanya ingin melakukan sesuatu yang agak berbeda tahun ini. Galaxy S21 Ultra 5G tidak cuma mengusung layar yang paling superior – Dynamic AMOLED 2X 6,8 inci dengan resolusi 1440p, dynamic refresh rate 10 Hz – 120 Hz, dan tingkat kecerahan maksimum 1.500 nit – tetapi juga dukungan terhadap stylus S Pen, pertama kalinya dalam sejarah seri Samsung Galaxy S.

S Pen di Galaxy S21 Ultra 5G bersifat opsional, tidak seperti di seri Galaxy Note di mana S Pen selalu menjadi bagian yang integral. Berhubung opsional, konsumen berarti harus membelinya secara terpisah. Alternatifnya, Anda juga dapat menggunakan S Pen dari Galaxy Note lawas yang masih Anda simpan maupun sejumlah stylus lain yang juga memanfaatkan teknologi besutan Wacom.

Bagi yang memutuskan untuk membeli S Pen baru, Anda akan melihat bahwa dimensinya sedikit lebih besar dibanding S Pen milik Galaxy Note20 Series. Tujuannya tentu supaya stylus jadi lebih nyaman digunakan, dan ini sama sekali bukan masalah karena stylus-nya tidak perlu diselipkan ke dalam kompartemen khusus di bodi ponsel.

Namun supaya tetap praktis, aksesori ini akan dibundel bersama casing khusus yang sisi kirinya memiliki tempat untuk menampung S Pen. Casing-nya sendiri ada dua macam, yakni yang berbentuk flip cover seharga Rp1.199.000, dan yang berwujud standar seharga Rp899.000 – semuanya sudah termasuk harga S Pen.

Pengalaman menggunakan S Pen di Galaxy S21 Ultra 5G hadir sangat baik berkat ujung yang tipis dan pressure sensitivity hingga 4.096 tingkatan, dan pengguna juga masih bisa menekan tombol di S Pen untuk mengaktifkan sejumlah fungsi. Yang membedakan dengan seri Note adalah, S Pen di sini bersifat pasif dan tidak dilengkapi Bluetooth.

Itu artinya pengguna tidak dapat memakainya sebagai remote control kamera maupun untuk mengontrol playback musik. Selebihnya, S Pen di Galaxy S21 Ultra 5G masih sangat nyaman dipakai untuk menulis, menggambar, maupun melangsungkan aktivitas yang membutuhkan tingkat presisi cukup tinggi, seperti misalnya untuk meng-edit foto atau video.

S Pen dan S Pen Pro

Untuk Anda yang merasa fungsi jarak jauh tadi esensial, Anda bisa menunggu sampai Samsung menjual stylus lain yang dinamai S Pen Pro. Dibandingkan S Pen standar, S Pen Pro punya ukuran yang lebih besar lagi, dan ia juga sudah dilengkapi Bluetooth serta dukungan penuh terhadap fitur Air Gesture. 

Kelengkapan tambahan untuk Galaxy S21 Ultra ini menegaskan segmentasi untuk pengguna perangkat ini yaitu sophisticated dan timeless. Kesan ikonik juga dibawa karena dari Galaxy S21 Series 5G, versi hanya versi ultra yang bisa kompatibel dengan stylus. Pilihan yang tepat bagi mereka yang suka dengan hiburan dan fotografi tetapi masih ingin mendapatkan fasilitas produktivitas dengan S Pen.

Sekali lagi, S Pen di Samsung Galaxy S21 Ultra 5G merupakan aksesori yang sifatnya opsional. Anda dapat menikmati fitur-fitur unggulan ponsel tersebut tanpa harus membeli S Pen, tapi di saat yang sama Anda juga bisa semakin memaksimalkan layar besarnya dengan bantuan S Pen. Bagi penggemar setia seri Samsung Galaxy S yang sering iri melihat pengguna seri Galaxy Note, Anda sekarang bisa membuang rasa iri tersebut jauh-jauh.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung.

Total Nilai Investasi di Industri Game Tembus US$33,6 Miliar di 2020

Melihat industri game yang justru tumbuh selama pandemi, tidak heran jika para investor tetap tertarik untuk menanamkan modal di perusahaan-perusahaan game. Menurut laporan InvestGame, sepanjang 2020, ada 665 investasi dan perjanjian Merger & Acquisition sepanjang 2020. Sementara total nilai investasi pada tahun lalu mencapai US$33,6 miliar.

 

Investasi untuk Perusahaan-Perusahaan Game

Sepanjang 2020, developer dan publisher game menerima 107 pendanaan tahap awal alias early-stage funding dari venture capital. Secara total, nilai dari semua pendanaan itu mencapai US$426 juta. Sekitar 70% dari total ronde pendanaan merupakan investasi ronde pre-seed dan seed. Sementara 42 dari total investasi ditujukan untuk perusahaan yang bergerak di segmen mobile game, dengan total nilai investasi mencapai US$123 juta.

Berdasarkan laporan InvestGame, kebanyakan startup game yang menerima pendanaan tahap awal pada tahun lalu berasal dari Amerika Serikat. Sebanyak 40 ronde investasi — dengan total nilai sebesar US$154 juta — ditujukan untuk perusahaan game yang bermarkas di AS. Sementara itu, di Jepang, hanya ada lima pendanaan yang diberikan pada startup lokal. Meskipun begitu, total nilai investasi di Negara Sakura itu mencapai US$110 juta atau sekitar 26% dari total investasi sepanjang 2020.

Investasi privat di dunia game selama 2020. | Sumber: InvestGame
Investasi privat di dunia game selama 2020. | Sumber: InvestGame

Selain investasi tahap awal, InvestGame juga melacak data tentang Investasi tahap akhir di industri game. Secara total, ada 48 pendanaan tahap akhir yang terjadi pada 2020, dengan total nilai investasi mencapai US$2,9 miliar. Hanya saja, investasi tahap akhir di industri game sempat mengalami penurunan pada Q2 2020. Namun, pada Q3 2020, ada beberapa pendanaan besar yang membuat total nilai investasi sepanjang 2020 meroket. Salah satunya adalah investasi sebesar US$1,78 miliar yang diterima oleh Epic Games, developer dan publisher dari Fortnite. Selain Epic Games, Roblox juga mendapatkan investasi dengan nilai yang cukup besar. Dalam ronde pendanaan Seri G, Roblox berhasil mengumpulkan US$150 juta.

Sepanjang enam bulan pertama dari 2020, terdapat 59 transaksi Merger & Acquisitions (M&A) dengan total nilai sebesar US$3,5 miliar. Sementara pada semester kedua tahun 2020, terdapat dua transaksi M&A besar yang terjadi. Pertama, Zynga Inc. menghabiskan US$2 miliar untuk mengakuisisi developer mobile game kasual asal Istanbul. Kedua, akuisisi Leyou Technologies oleh Tencent. Untuk mengakuisisi developer game PC dan konsol asal Hong Kong itu, Tencent rela mengeluarkan dana sebesar US$1,4 miliar. Berkat akuisisi Tencent dan Zynga, total valuasi transaksi M&A sepanjang semester kedua 2020 naik hingga 100% jika dibandingkan dengan semester pertama.

Grafik transaksi M&A di dunia game selama 2020. | Sumber: InvestGame
Grafik transaksi M&A di dunia game selama 2020. | Sumber: InvestGame

Fakta bahwa industri game tetap tumbuh di tengah pandemi membuat para investor tak keberatan untuk menanamkan modal di perusahaan-perusahaan game pada 2020. Faktanya, pada tahun lalu, terdapat 11 perusahaan game yang berhasil melakukan penawaran saham perdana (IPO), dengan total nilai investasi mencapai US$900 juta.

Selain itu, pada tahun lalu, NetEase juga berhasil mendapatkan US$2,7 miliar dengan melakukan Secondary Public Offering (SPO). Menurut Investopedia, SPO adalah penjualan saham yang dilakukan oleh perusahaan yang telah melakukan IPO. Sementara Activsion Blizzard dapat mengumpulkan US$2 miliar dengan melakukan Senior Notes Offering.

Beberapa tahun belakangan, memang semakin banyak venture capital yang tertarik untuk menanamkan modal di perusahaan-perusahaan game. Pada 2020, terdapat beberapa venture capital yang tampil menonjol. Salah satunya adalah BITKRAFT. Perusahaan venture capital ini ikut dalam setidaknya 50% ronde pendanaan di dunia gaming, menjadikan mereka sebagai venture capital paling aktif pada 2020. Soal menanamkan investasi di perusahaan game, Galaxy Interactive menjadi venture capital paling aktif nomor dua setelah BITKRAFT. Posisi ketiga diisi oleh Andreessen Horowitz, yang meimpin pendanaan Seri G untuk Roblox.

 

Investasi di Dunia Esports

Pandemi menjadi berkah di balik musibah untuk para pelaku industri game. Namun, bagi pelaku industri esports, pandemi merupakan pedang bermata dua. Memang, viewership turnamen esports pada 2020 naik, tapi sejumlah kompetisi esports harus ditunda atau dibatalkan. Meskipun begitu, para venture capital tetap tertarik untuk ikut dalam pendanaan tahap awal untuk pelaku industri esports.

Secara total, ada 59 investasi tahap awal pada 2020, dengan jumlah dana investasi mencapai US$152 juta. Tahun lalu, salah satu investasi di dunia esports yang menarik perhatian banyak orang adalah ronde pendanaan Seri A untuk Guild Esports. Ketika itu, organisasi esports yang dimiliki oleh David Beckham tersebut mendapatkan investasi sebesar US$25,7 juta.

Alasan investor menanamkan modal di perusahaan esports. | Sumber: InvestGame
Alasan investor menanamkan modal di perusahaan esports. | Sumber: InvestGame

Sementara itu, terdapat 24 ronde pendanaan tahap akhir di industri esports sepanjang 2020. Jika dibandingkan dengan jumlah ronde pendanaan tahap awal, jumlah investasi tahap akhir memang lebih sedikit. Namun, dari segi valuasi, total nilai investasi tahap akhir jauh lebih besar, mencapai US$669 juta. Salah satu investasi yang ramai diberitakan pada tahun lalu adalah pendanaan Seri B yang didapatkan oleh VSPN. Perusahaan esports asal Tiongkok itu mendapatkan US$100 juta dalam ronde investasi yang dipimpin oleh Tencent.

Sepanjang 2020, para pelaku esports juga masih cukup aktif dalam melakukan Merger & Acquisition (M&A). Buktinya, ada sekitar 37 transaksi M&A pada tahun lalu. Total nilai transaksi merger dan akuisisi selama satu tahun terakhir mencapai US$500 juta. Menurut analisa InvestGame, salah satu alasan utama perusahaan yang bergerak di bidang esports melakukan M&A adalah untuk menjadi pemegang saham mayoritas dan menguasai perusahaan yang mereka akuisisi. Buktinya, dalam 35 transaksi M&A, perusahaan yang mengakuisisi berakhir menjadi pemegang saham mayoritas.

Sumber: InvestGame, VentureBeat

Qualcomm Perkenalkan Snapdragon 870, SD 865+ yang Lebih Kencang

Qualcomm kembali meluncurkan sebuah chipset yang siap dibenamkan pada perangkat smartphone maupun tablet. Cip baru yang diperkenalkan secara tiba-tiba tersebut adalah Snapdragon 870. Snapdragon 870 dibuat dengan dasar yang sama dengan Snapdragon 865 dan 865+ yang masih menggunakan CPU Kryo 585 pada SoC-nya. Kryo 585 sendiri dibangun dengan basis Cortex A-77.

Perbedaan antara Snapdragon 865+ dan 870 ada pada Kryo 585 Gold. Pada Snapdragon 865+, Kryo 585 memiliki clock 3,09 GHz. Sedangkan pada Snapdragon 870, Kryo 585 ditingkatkan lagi kecepatannya menjadi 3,2 GHz. Bahkan, Adreno 650 yang digunakan juga ada pada clock 670 MHz.

Badge_Snapdragon 870 5G Mobile Platform

“Dibangun di atas kesuksesan Snapdragon 865 dan 865 Plus, Snapdragon 870 terbaru dirancang untuk menjawab kebutuhan industri selular dan OEM, “ sebut Kedar Kondap, Vice President, Product Management, Qualcomm Technologies, Inc. “Snapdragon 870 akan menenagai perangkat andalan dari beberapa rekan kunci seperti Motorola, iQOO, OnePlus, OPPO, dan Xiaomi.”

Jika melihat dari spesifikasi yang sama, hal ini menandakan bahwa Snapdragon 870 juga diproduksi pada pabrik TSMC. Seperti yang kita ketahui, Qualcomm bekerja sama dengan pabrik Samsung dalam memproduksi chipset terkencang mereka, yaitu Snapdragon 888. Snapdragon 870 juga masih menggunakan proses pabrikasi 7 nm.

Sama dengan Snapdragon 865+, Snapdragon 870 juga dibekali dengan modem X55. Modem 5G ini sendiri merupakan sebuah modul tersendiri yang ditanamkan pada SoC tersebut. Jadi, konsumsi daya untuk berselancar pada jaringan 5G juga akan sama antara keduanya.

Logo_Snapdragon 870 5G Mobile Platform

Snapdragon 870 juga mendukung RAM LPDDR4x dan LPDDR5. Lalu pada sisi kamera, Snapdragon 870 juga masih menggunakan Spectra 480 ISP. Untuk memproses AI, prosesor Hexagon 698 juga digunakan pada SoC yang satu ini. Snapdragon 870 juga mendukung perekaman video dengan resolusi 8K di 30 fps atau 4K pada 120 fps.

Qualcomm meluncurkan Snapdragon 870 ini memang tidak seperti biasanya. Biasanya, Qualcomm akan meluncurkan cip terbaru pada seri 800, seperti pada Snapdragon 888. Namun kali ini, yang mereka luncurkan adalah sebuah penyegaran dari chipset yang sudah ada.

Untuk ketersediaannya sendiri, Qualcomm mengatakan bahwa perangkat yang akan menggunakan Snapdragon 870 nantinya bakal tersedia pada kuartal pertama tahun 2021. Oleh karena itu, mari kita tunggu kehadirannya melalui lima merek yang sudah disebutkan oleh Kedar Kondap di atas.

Netflix-Tembus-200-Juta-Pelanggan

Netflix Tembus 200 Juta Pelanggan, Makin Banyak Saingan di Tahun 2021

Menonton menjadi salah satu hiburan favorit kala jenuh disaat work from home. Saya sendiri biasanya menonton film atau serial di aplikasi Netlix menjelang akhir pekan, karena begitu memulai judul baru maka harus menghabiskannya.

Bicara Netflix, platfrom video on demand tersebut memang salah satu yang justru diuntungkan oleh pandemi covid-19. Jumlah pelanggan Netflix naik drastis dan kini tembus di angka 203,6 juta pelanggan di seluruh dunia.

Sebanyak 8,5 juta pelanggan berbayar baru terdaftar pada kuartal keempat tahun 2020. Pencapaian ini juga berkat konten baru seperti The Queen’s Gambit, Emily in Paris, The Crown, dan lainnya. Secara kolektif, pada tahun 2020 Netflix berhasil mencapai rekor baru dengan menggaet 37 juta pelanggan.

Menurut laporan perusahaan, pendapatan Netflix di 2020 menyentuh angka US$25 miliar atau sekitar Rp351 triliun. Sehingga Netflix tidak lagi perlu mengumpulkan pembiayaan eksternal untuk operasi sehari-hari dan tidak perlu lagi meminjam uang tunai dalam jumlah besar.

Sementara, untuk kuartal pertama di tahun 2021 ini Netflix memproyeksikan akan memiliki 6 juta pelanggan baru. Pada kuartal pertama tahun 2020, tercatat Netflix meraih 15,77 juta pelanggan baru karena dimulainya kebijakan lockdown dan pembatasan sosial berskala besar.

Meski begitu, tahun ini Netflix akan mendapatkan persaingan yang cukup sengit dari layanan streaming baru termasuk Disney+ dengan sejumlah film yang layak ditunggu-tunggu seperti Winter Soldier, Loki, Ms. Marvel, dan Hawkeye. HBO Max dari Warner Bros juga akan merilis semua film bioskop terbarunya.

Salah satu kelebihan Netflix ialah mereka memiliki banyak konten original dan dikatakan masih banyak lagi yang akan datang. Termasuk season baru The Witcher, Umbrella Academy, Money Heist, serial baru Shadow and Bone, dan sebagainya. Meski konsumsi konten meningkat, proses pembuatan film baru di kondisi pandemi juga punya banyak tantangan.

Sumber: TheVerge

 

Acer Meluncurkan Tiga Perangkat True Wireless Stereo Terjangkau

Saat tren smartphone tanpa konektor jack audio 3.5mm dimulai, awalnya banyak para penikmat musik maupun audiophile menyesalkan keputusan tersebut. Namun siapa sangka, inovasi dari perangkat audio dengan teknologi True Wireless Stereo (TWS) sangat digemari banyak orang.

Tingginya minat konsumen terhadap perangkat TWS membuat banyak produsen elektronik ikut merilis aksesori audio tanpa kabel tersebut dan yang terbaru ialah Acer. Salah satu vendor PC terbesar di dunia asal Taiwan itu telah meluncurkan tiga perangkat True Wireless Stereo.

Dua TWS di bawah merek Acer langsung dengan tampilan dan fitur yang identik dan satu versi yang paling premium menggunakan merek Gateway (GAHR012). Sebagai informasi, Gateway merupakan perusahaan elekronik asal Amerika Serikat yang telah diakuisisi oleh Acer.

Kesamaan yang dimiliki oleh ketiga TWS Acer terbaru ini adalah memiliki charging case yang menyuguhkan total waktu dengar hingga 28 jam. Di luar case, tiap earbud dapat bertahan hingga 4 jam dan isi ulang case-nya membutuhkan waktu satu setengah jam.

TWS Gateway (GAHR012) ini dijual dengan harga INR 3.500 di India atau sekitar Rp674 ribuan. Tampilannya mirip Apple AirPods Pro, earbud dan charging case-nya berwarna dengan warna putih dengan desain in-ear monitoring.

Earbud-nya memiliki driver berukuran 9mm, dibekali konektivitas Bluetooth 5.0, memiliki sertifikasi IPX4, dan charging case-nya dilengkapi port USB Type-C untuk pengisian daya. Bagian luar earbud memiliki sensor untuk pintasan kontrol musik, juga berfungsi untuk memanggil asisten suara dari smartphone.

Beralih ke TWS Acer GAHR10 dan GAHR11, keduanya mengusung desain yang identik dan dibanderol dengan harga terjangkau yakni INR 2.500 atau Rp480 ribuan. Menariknya, TWS Acer GAHR011 hadir dengan dock untuk charging case-nya yang dilengkapi kabel USB-C dan USB-A.

Artinya, dock tersebut bisa dihubungkan ke laptop atau power bank untuk mengisi charging case TWS Acer GAHR011 secara nirkabel. Keduanya TWS Acer menggunakan driver audio 8mm dan memiliki konektivitas Bluetooth 5.1.

Sumber: GSMArena

Seri SSD SATA Baru Samsung 870 EVO Diluncurkan, Lebih Kencang Sekaligus Lebih Terjangkau

Bagi para pemilik PC yang masih menggunakan hard disk piringan di tahun 2021 ini, mungkin upgrade ke SSD bisa menjadi resolusi tahun baru yang relevan. Kebetulan Samsung juga baru meluncurkan seri SSD SATA terbaru mereka, 870 EVO.

Seri baru ini datang sekitar tiga tahun semenjak seri sebelumnya, 860 EVO, diluncurkan ke pasaran. Jarak umur yang lumayan itu berujung pada selisih performa yang juga cukup signifikan; Samsung mengklaim 870 EVO mencatatkan peningkatan sebesar 38% dalam hal kecepatan membaca secara acak jika dibandingkan dengan seri 860 EVO.

Lebih lanjut, Samsung juga mengklaim peningkatan kinerja yang berkelanjutan sebesar 30% pada 870 EVO. Secara keseluruhan, 870 EVO pada dasarnya menawarkan reliabilitas yang lebih baik, dan itu bisa kita nilai dari panjangnya masa garansi yang ditawarkan; sampai lima tahun, dengan rating TBW (terabytes written) hingga 2.400 TB pada varian yang berkapasitas 4 TB.

Secara teknis, 870 EVO menggunakan teknologi V-NAND generasi keenam yang sama seperti milik SSD NVMe high-end Samsung 980 PRO. Bedanya tentu saja adalah interface yang digunakan; 980 PRO menggunakan interface PCIe 4.0 terbaru, sedangkan 870 EVO masih menggunakan interface SATA 6 Gbps. Otomatis kecepatan transfer datanya pun tidak bisa melebihi apa yang ditawarkan interface SATA, maksimum hingga 560 MB/s (read) dan 530 MB/s (write).

Berhubung menggunakan interface SATA, 870 EVO juga kompatibel dengan semua perangkat yang punya konektor SATA. Ini berarti ia tak hanya bisa menjadi pilihan untuk para pengguna PC, tapi juga pengguna laptop yang perlu meng-upgrade SSD bawaan perangkatnya. Untuk model-model yang lebih baru, 870 EVO juga dipastikan sudah mendukung fitur Modern Standby bawaan Windows.

Namun bagian terbaik dari Samsung 870 EVO adalah harganya. Varian 250 GB dihargai $50, 500 GB dihargai $80, 1 TB dihargai $140, 2 TB dihargai $270, dan 4 TB dihargai $530. Harganya memang masih jauh di atas HDD tradisional, tapi gap-nya sudah semakin mendekati. Bandingkan saja dengan di tahun 2018, tepatnya ketika seri 860 EVO pertama diluncurkan dengan harga $95 untuk varian 250 GB dan $1.400 untuk varian 4 TB.

Sumber: The Verge dan Samsung.