Monthly Archives: January 2021

Di Balik Pelepasan Roster CS:GO Brazil BOOM Esports

Tanggal 15 Januari 2020 lalu, BOOM Esports mengumumkan bahwa mereka telah melepas roster CS:GO. Roster yang dilepas bukanlah para pemain Indonesia yang berisikan Sixfingers dan kawan-kawan, melainkan roster CS:GO BOOM Esports berisikan Boltz, Chelo, Shz, Yel, dan coach Apoka yang berbasis di Brazil. Pengumuman tersebut sedikit banyak membuat fans kecewa, walaupun fans CS:GO Brazil sebenarnya masih tetap bisa melihat perjuangan pemain-pemain tersebut ketika membela bersama tim MiBR nantinya.

Lalu apakah usaha BOOM Esports untuk ekspansi ke barat lewat CS:GO akan kandas begitu saja? Lewat sebuah sesi podcast yang dipandu oleh Dimas Dejet, Gary Ongko selaku Founder dan CEO BOOM Esports pun menjawab beberapa informasi penting yang sebelumnya mungkin masih mengganjal. Berikut beberapa poin penting yang perlu diketahui.

 

Terpaksa Melewatkan Banyak Kesempatan Karena Pandemi 

Apabila Anda hanya melihat pengumuman saja, Anda mungkin akan kebingungan dengan nasib pemain-pemain tersebut. Apakah mereka dilepas begitu saja? dipecat? Atau malah mungkin di-poaching? Kabar baiknya adalah tidak ada konflik apapun antara pemain dengan manajemen BOOM Esports dalam proses pelepasan tersebut.

Dalam podcast, Gary Ongko menceritakan alasan dia mengambil roster tersebut dan kembali menegaskan bagaimana pandemi berdampak sangat besar terhadap rencana-rencana besar yang tadinya akan dicapai manajemen BOOM Esports dan roster tersebut.

“Kami mengambil tim adalah pada Februari 2020. Waktu itu rencananya adalah to play at the biggest stage in the world. Kebetulan juga, mereka (para pemain yang akhirnya direkrut BOOM Esports) sudah mendapat undangan di tiga turnamen, ESL Pro League, WESG Final Brazil, satu turnamen lagi gue lupa apa tapi turnamen tersebut adalah turnamen besar. Gue lalu berpikir dan juga sadar bahwa tim tersebut akan mahal biayanya apabila gue ambil. Tapi gue merasa akan worth it dengan exposure dan berbagai hal lain yang akan gue dapat. Namun setelah itu musibah pun datang dalam bentuk pandemi COVID-19.” Gary Ongko bercerita awal rencana perekrutan roster tersebut.

Sumber Gambar - MiBR Official
Sumber Gambar – MiBR Official

Apa yang terjadi setelahnya adalah apa yang ditulis oleh manajemen BOOM Esports di dalam rilis. Rencana para pemain Brazil tersebut untuk bertanding di Amerika Serikat pun gagal.

“Kebetulan pada tahun tersebut Valve pun mengubah sistem kompetisi CS:GO jadi semacam Dota 2 DPC, kami pun jadi enggak bisa ke mana-mana. Kami sudah dapat poin di Brazil. Apabila memaksakan pindah ke NA maka kami harus kembali ke Brazil untuk kembali mendapatkan poin tersebut. Lalu setelah menang Tribo to Major, mendadak semua qualifier di NA dan Eropa berjalan berbarengan. Dengan waktu yang sempit, kami jadi enggak bisa ke NA ataupun Eropa. Kenapa? Karena harus karantina 14 hari apabila ingin masuk Amerika Serikat. Padahal ketika itu kami mendapat undangan untuk bertanding di Dreamhack dan BLAST. Timing-nya sangat tidak pas, jadi kita pada akhirnya pun menggeser rencana ke 2021. Tadinya sudah mau perpanjang kontrak dan rencana kami adalah ke Eropa di Januari 2021 ini, tapi ternyata the call came dari MiBR.” Gary Ongko meneruskan ceritanya.

Ia lalu membeberkan bagaimana MiBR sangat menginginkan roster BOOM Esports tersebut. Pada awalnya Gary tidak terlalu ingin melepas roster-nya, tetapi ia juga memikirkan nasib sang pemain yang akan lebih baik apabila mereka bersama MiBR. “Kebetulan MiBR memang ada partnership juga dengan BLAST dan turnamen Flashpoint. Dari segi pemain, mereka sudah bisa dipastikan dapat 4 turnamen dan US$1 juta berkat partnership MiBR dengan turnamen Flashpoint. Selain itu dari sisi manajemen, gue juga merasa tawaran MiBR terhitung “balik modal” dari investasi gue terhadap tim tersebut sebelumnya. Karena tiga pihak yaitu si pemain, gue, dan MiBR sama-sama senang, maka keputusannya adalah seperti sekarang ini. Cuma yang disayangkan adalah BOOM Esports yang tadinya punya divisi di 2 game besar dunia, sekarang jadinya ya balik jadi cuma satu tim lagi yaitu Dota 2.” Tutur Gary.

 

Nasib Usaha Ekspansi Internasional BOOM Esports di Tahun 2021

Dalam beberapa interview, Gary Ongko kerap menekankan soal keinginannya untuk bisa membuat BOOM Esports menjadi tim internasional. Dalam pembahasan DPC 2021, Gary mengatakan bahwa keinginannya adalah untuk mengejar kesuksesan tim seperti Cloud9, Team Liquid, dan kawan-kawannya sampai akhir dunia sekalipun. Namun tanpa CS:GO, usaha tersebut tentunya jadi belum terasa lengkap.

Lalu bagaimana nasib usaha ekspansi internasional BOOM Esports pasca dari pelepasan roster tersebut ke tim MiBR? Apalagi Gary juga mengatakan bahwa nilai transfernya tergolong “balik modal” yang artinya memberi kesempatan BOOM Esports untuk memulai roster CS:GO kembali di barat sana. “Kebetulan kejadian tersebut baru banget terjadi seminggu yang lalu, jadi kami internal manajemen BOOM Esports juga masih terus diskusi mempertanyakan soal mau dibawa ke mana investasi dari CS:GO nantinya.” ucap Gary membuka jawaban.

“Jujur gue pribadi masih mau banget di CS:GO. Gue juga enggak mau investasi yang dilakukan manajemen BOOM Esports selama satu tahun terbuang sia-sia begitu saja. Tapi berhubung sekarang juga tahun yang baru, semua tim masih baru siap-siap, dan dari apa yang gue lihat belum ada tim atau roster yang membuat gue tertarik sampai sejauh ini. Jadi posisi gue sendiri saat ini masih wait and see terhadap tim-tim yang potensial.” Gary melanjutkan jawabannya.

Dalam skena yang terbilang sudah cukup matang seperti CS:GO, memang mencari pemain adalah perkara yang terbilang cukup sulit. Ditambah lagi, organisasi esports seperti BOOM Esports juga tidak punya waktu untuk mengambil pemain-pemain yang belum bisa berkompetisi di tingkat teratas dari suatu skena esports. “Manajemen BOOM Esports juga punya ketertarikan dengan Rainbow Six Siege, karena juga memang scene-nya besar di Brazil. Tapi balik lagi, belum ada tim papan atas yang available. Mungkin kelanjutan hal tersebut baru mulai terlihat di bulan depan.” Tutup Gary Ongko menjelaskan.

Sebagai pengamat dan penggemar esports, saya sendiri tentu sangat berharap BOOM Esports bisa meneruskan perjuangannya mencapai panggung dunia. Mungkin tidak selamanya menggunakan pemain lokal Indonesia, tapi melihat nama BOOM Esports bisa bertanding di liga-liga esports besar juga terbilang sudah menjadi suatu kebanggaan tersendiri.

Qualcomm Siapkan Penerus Snapdragon 8cx

Qualcomm saat ini tidak hanya membuat cip yang digunakan pada platform Android, seperti Snapdragon seri 800. Qualcomm juga membuat sebuah cip yang dibuat khusus untuk memberikan tenaga pada perangkat komputer dan laptop, yaitu Snapdragon 8cx. Tentunya, Snapdragon 8cx bisa menjalankan sistem operasi Windows 10 for ARM. Ternyata, Qualcomm saat ini masih mengembangkan cip yang khusus untuk perangkat PC tersebut.

Ternyata, saat ini Qualcomm sedang mempersiapkan sebuah cip yang diberi nama SC8280. Sang penerus dari Snapdragon 8cx dan 8cx Gen 2 ini nantinya bakal menjadi cip ARM paling kuat untuk perangkat Windows 10 for ARM. SC8280 nantinya akan memiliki batas penggunaan RAM hingga 32 GB. Untuk Snapdragon 8cx, hanya bisa menggunakan RAM hingga 16 GB saja.

Melansir dari WinFuture, Qualcomm Snapdragon SC8280 ternyata memiliki ukuran 20 x 17 mm yang 2 mm lebih besar dari 8cx. Hal ini membuatnya bisa memiliki prosesor dengan inti lebih dari 8 core. Kemungkinan juga, SC8280 ini akan mengadopsi arsitektur terbaru dari ARM, yaitu Cortex A78. Snapdragon 888 sendiri menggunakan Cortex X1 dan A78 sebagai basis prosesor Kryo.

Selain dari sisi prosesornya, Qualcomm juga sedang menguji chipset ini dengan menggunakan layar 14 inci. SC8280 juga nantinya kemungkinan akan mendapatkan modem X55 yang sudah mendukung jaringan 5G. Jadi, laptop yang menggunakan cip Qualcomm terbaru ini nantinya bisa langsung menggunakan kartu SIM 5G, tergantung dari produsen yang memproduksinya.

WinFuture juga berspekulasi bahwa Qualcomm sedang mencoba melakukan perlawanan dengan hadirnya cip baru dari Apple, yaitu M1. Apple M1 sendiri tampil dengan sangat cemerlang dengan kinerjanya dibandingkan dengan prosesor Intel. Dengan mengeluarkan M1, Apple juga sudah membuat proyek Hackintosh terhenti.

Windows 10 for ARM sendiri juga sedang dikembangkan ke arah yang lebih baik. Microsoft sendiri sedang mengembangkan sebuah emulasi yang bisa membawa software Windows 10 x86 untuk bisa dijalankan pada Windows 10 for ARM. Selain itu, mereka juga sedang mengerjakan sebuah fitur di mana aplikasi Android bisa dijalankan pada platform Windows. Semua itu kemungkinan besar akan kita lihat pada tahun 2021 ini.

Sumber: WinFuture

Razer Perbarui Blade 15 dan Blade Pro 17 dengan GPU RTX 30 Series dan Opsi Layar 360 Hz

Seperti biasa ketika Nvidia atau AMD memperkenalkan seri GPU baru untuk laptop, produsen laptop gaming pun langsung tancap gas memperkenalkan penawaran-penawaran terbarunya. Peristiwa yang sama terjadi pekan lalu setelah Nvidia menyingkap RTX 30 Series untuk laptop. Dikatakan bahwa sejauh ini sudah ada lebih dari 70 model laptop yang hadir mengusung seri GPU berarsitektur Ampere tersebut.

Dari lusinan laptop itu, lebih dari separuhnya mengemas layar dengan refresh rate 240 Hz atau lebih. Dua di antaranya datang dari Razer, yakni Razer Blade 15 dan Razer Blade Pro 17. Keduanya sama-sama dapat dikonfigurasikan dengan layar 1080p dan refresh rate 360 Hz, lebih tinggi lagi daripada yang ditawarkan tahun lalu.

Razer Blade 15

Alternatifnya, konsumen Blade 15 juga bisa memilih dua kombinasi lain, yaitu 1440p 240 Hz atau 4K 60 Hz dengan panel OLED, sedangkan konsumen Blade Pro 17 memiliki dua opsi alternatif berupa 1440p 165 Hz atau 4K 120 Hz. Tentu saja semua itu tidak akan bisa diwujudkan tanpa melibatkan GPU RTX 30 Series, dan di sini konsumen bebas memilih antara RTX 3060, RTX 3070, atau RTX 3080.

Untuk prosesornya, Razer ternyata masih memercayakan prosesor yang sama, yakni Intel Core i7-10875H pada varian termahalnya. Seandainya saya sempat membeli Razer Blade 15 atau Blade Pro 17 edisi 2020, saya pasti bakal sangat menyesal. Pasalnya, yang berubah kali ini memang hanyalah spesifikasi layar dan GPU-nya, dan Razer pun tidak menaikkan harganya secara drastis.

Razer Blade Pro 17 / Razer
Razer Blade Pro 17 / Razer

Sebagai contoh, Blade 15 edisi 2020 dijual seharga $1.600 untuk varian termurahnya yang mengemas GPU GTX 1660 Ti. Untuk tahun ini, varian termurah Blade 15 yang mengusung GPU RTX 3060 dihargai $1.700. Razer Blade Pro 17 pun juga demikian; varian paling murahnya tahun lalu dibanderol $2.600, sedangkan tahun ini varian termurahnya yang ditenagai RTX 3060 dijual seharga $2.300.

Harga tersebut memang jauh dari patokan harga yang Nvidia tetapkan, akan tetapi Razer cukup bangga menyebut Blade 15 sebagai salah satu laptop gaming 15 inci paling ringkas yang ditenagai RTX 30 Series yang ada di pasaran saat ini, serta Blade Pro 17 sebagai salah satu yang paling tipis, dengan tebal bodi tidak lebih dari 2 cm. Di saat yang sama, Razer juga masih bisa menyematkan konektivitas yang lengkap, termasuk halnya SD card reader, dan ini tentu bisa menjadi daya tarik tersendiri di kalangan kreator konten.

Sumber: Razer.

Jajaran tim pengembang Lababook / Lababook

Aplikasi Lababook Mudahkan UKM Miliki Laporan Terstandardisasi

Dua tahun terakhir, platform pencatatan keuangan untuk UKM terlihat mendapatkan antusias yang cukup baik dari pasar. Di antara banyaknya pemain yang telah merilis layanannya, salah satunya ada Lababook.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Lababook Sasha Arben mengungkapkan, startup tersebut didirikan sebagai bentuk respons terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pemilik UKM di Indonesia, yaitu pencatatan manual yang tidak terdata secara rutin dan terbatasnya akses kepada pinjaman produktif.

“Lababook adalah aplikasi pencatatan transaksi harian untuk UKM di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2020 oleh saya bersama dengan Ariel Christiansen (CFO). Misinya adalah mendampingi pemilik usaha di Indonesia, dengan menyediakan aplikasi pencatatan transaksi yang gratis dan simpel namun tetap mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK).”

Untuk mengakses layanan yang ditawarkan, pengguna bisa langsung mengunduh aplikasi Lababook di Google Play Store dan Apple Store. Selain fitur pencatatan, juga disediakan konten-konten edukasi yang berguna dalam mengembangkan usaha mereka. Saat ini merka telah bekerja sama dengan beberapa platform seperti layanan fintech, distributor, dan supplier untuk menciptakan ekosistem yang mendukung kebutuhan UKM.

“Untuk saat ini monetisasi Lababook dilakukan dengan menjalin kerja sama B2B; dengan suppliers dan distributor. Kami juga menyasar kerja sama dengan layanan fintech untuk penyaluran productive loan sebesar 20% sesuai yang ditentukan oleh OJK. Metode berlangganan sendiri saat ini masih dalam tahap researchtesting market, dan fitur,” kata Sasha.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa aplikasi serupa. Dari hasil riset kami, berikut ini statistik masing-masing aplikasi hingga akhir 2020 lalu:

Aplikasi Peringkat (kategori bisnis) Jumlah Unduhan
BukuKas 3 1 juta+
BukuWarung 6 1 juta+
Credibook 46 100 ribu+
Akuntansi UKM 84 100 ribu+
Moodah 121 10 ribu+
Lababook 184 10 ribu+
Teman bisnis 254 100 ribu+
Akuntansiku 309 1 ribu+

Standar Akuntansi Keuangan

Disinggung apa yang membedakan dengan platform serupa lainnya, disebutkan Lababook diklaim sebagai satu-satunya aplikasi pencatatan transaksi keuangan yang mengikuti Standar Akuntansi Keuangan Indonesia namun tetap memiliki interface yang mudah dan simpel.

Dengan fitur-fitur seperti Neraca, Laporan Keuangan, dan Invoice, aplikasi mengedepankan akurasi data yang dapat digunakan oleh pemilik usaha untuk mengakses produk-produk keuangan.

Pandemi yang telah mengganggu sebagian besar bisnis, secara langsung tentu saja ikut mempengaruhi bisnis dari pemilik usaha kecil yang menanggung kerugian paling parah. Pada masa awal pandemi, sempat terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam hal jumlah transaksi yang terdaftar, dikarenakan menurunnya proses jual beli pada beberapa sektor usaha.

“Namun Lababook mengedepankan efisiensi dan fleksibilitas dalam mengeksekusi visi dan misi yang sudah ditetapkan. Menghadapi permasalahan tersebut, Lababook secara internal merubah beberapa metode strategi, pemasaran, akuisisi, dan edukasi pelaku usaha untuk dapat bertahan di tengah pandemi,” kata Sasha.

Hanya dalam waktu 2 bulan setelah peluncuran aplikasi, Lababook mengklaim aplikasi mereka telah diunduh oleh sekitar 15 ribu lebih pemilik usaha di seluruh Indonesia. Dengan lebih dari 50 jenis usaha mulai dari pemilik warung kelontong, elektronik pulsa, distribusi barang, maupun pekerja sampingan. Secara khusus Lababook saat ini telah memiliki basis pengguna di seluruh Indonesia.

“Tahun ini Lababook akan fokus dalam berkolaborasi dengan berbagai platform keuangan lainnya, mengembangkan fitur yang lebih up-to-date, dan juga penggalangan dana,” kata Sasha.

Application Information Will Show Up Here

EU Social DigiThon, Ajang untuk Wujudkan Solusi Digital bagi Kelompok Rentan

Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar bagi kehidupan kita saat ini, terutama berbagai aspek sosial, ekonomi, dan mobilitas. Mulai dari sekolah, pekerjaan, hingga kegiatan jual-beli, semuanya terpengaruh oleh pandemi. Bahkan, pandemi juga mengakibatkan resesi ekonomi dan krisis sosial di beberapa negara.

Kondisi yang berkepanjangan dan serba membatasi ini membuat beban hidup semakin besar bagi mereka yang termasuk dalam kelompok rentan, yaitu: anak-anak, perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas. Fakta-faktanya sangat memprihatinkan. Salah satunya adalah meningkatnya angka perkawinan anak, sejalan dengan terhentinya banyak kegiatan ekonomi yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran di Indonesia, akibat Covid-19. Perkawinan anak dijadikan solusi cepat untuk meringankan beban ekonomi yang memburuk selama pandemi (Sumber: KataData.co.id, Januari 2021).

Selain itu, sekolah dari rumah menuntut anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan gaya belajar baru. Dalam hal ini, platform dan implementasi pembelajaran online tidak selalu mampu mengakomodasi keragaman kebutuhan serta kemampuan anak-anak Indonesia untuk belajar, dan justru seringkali mempersulit mereka untuk mengikuti pelajaran dari rumah. Meningkatnya kemiskinan yang dipicu oleh pandemi juga melebarkan kesenjangan kemiskinan berbasis gender. Perempuan lebih berpotensi terjerumus ke dalam jurang kemiskinan ekstrem dibandingkan laki-laki.

Fakta lain mengungkapkan bahwa ada peningkatan kekerasan berbasis gender (khususnya kekerasan seksual dan psikis) terhadap perempuan dewasa dan anak-anak perempuan di Indonesia. Di tengah upaya anak-anak untuk lepas dari kecemasan, terdapat kerentanan atas kekerasan yang juga meningkat.

Sementara bagi para penyandang disabilitas, survei yang baru-baru ini diselenggarakan oleh Jaringan Disabilitas Indonesia (JDI) menunjukkan bahwa hanya sekitar 60% penyandang disabilitas yang punya cukup akses terhadap informasi tentang Covid-19 dan cara untuk mencegah infeksi dari virus ini.

Sebenarnya, masih banyak masalah lain yang dihadapi oleh kelompok rentan terkait dampak Covid-19 ini. Kita dapat berkontribusi untuk mencari solusi yang dapat memudahkan hidup mereka, untuk melindungi mereka, atau membuka jalan keluar. Kontribusi ini dapat diwujudkan melalui ide-ide inovatif, kreativitas, teknologi digital berbasis internet, dan keberanian untuk menghasilkan terobosan baru.

Untuk mewadahi berbagai ide dan kreativitas tersebut, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia menyelenggarakan kompetisi bertajuk EU Social DigiThon “Aksi Muda Untuk Perubahan” sebagai ajang untuk melahirkan berbagai solusi berbasis teknologi atau digital yang bisa membantu kelompok rentan tersebut. EU Social DigiThon tidak hanya membuka kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dan mewujudkan gagasan, tetapi juga dapat menjadi ajang untuk memperluas jejaring dan akses internasional. Terlebih jika produk yang dikembangkan benar-benar dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah di sekitar.

Tiga pemenang nantinya berhak atas penghargaan dukungan dana untuk membantu mewujudkan solusi yang ditawarkan dengan bimbingan dari pakar perwakilan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia. Pendaftaran dibuka sampai 21 Februari 2021, jadi jangan sampai ketinggalan, ya. Segera lakukan registrasi lewat link berikut: digithon.app

Bank Mandiri dan Grab Teken Kerja Sama Strategis, Perluas Layanan Keuangan Digital

Bank Mandiri mengumumkan kerja sama strategis dengan Grab untuk perluasan layanan keuangan secara digital. Nantinya, Bank Mandiri akan mengembangkan sejumlah produk dan layanan keuangan, terkait layanan pembayaran digital dan pembiayaan produktif, di dalam platform Grab.

Baik Grab dan Bank Mandiri sama-sama menjadi pemegang saham di platform e-money LinkAja.

Nota Kesepahaman (MoU) ditandatangani secara virtual oleh Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi dan Direktur Jaringan & Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto, disaksikan oleh jajaran direksi Grab Indonesia dan Bank Mandiri lainnya di Jakarta pada hari ini (19/1).

Direktur TI Bank Mandiri Rico Usthavia Frans menuturkan, kerja sama ini sangat strategis karena melibatkan dua pihak dengan pemahaman bisnis dan keunggulan yang nyata di bidangnya masing-masing. “Sinergi layanan ini akan melahirkan banyak peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan, terutama oleh pelaku UMKM, dalam situasi penuh keterbatasan di masa pandemi ini,” kata Rico.

Dalam kerja sama ini, Bank Mandiri akan mengembangkan sejumlah produk dan layanan keuangan, terkait layanan pembayaran digital dan pembiayaan produktif, di dalam platform Grab untuk memberikan nilai tambah kepada mitra dan para pelanggan Grab yang datang dari sektor UMKM.

Rencananya, berbagai solusi pembayaran Bank Mandiri akan dapat diakses oleh mitra bisnis Grab, seperti pembayaran melalui scan QR dan Mandiri Direct Debit, melengkapi akseptasi kartu debit dan kartu kredit Bank Mandiri yang telah hadir lebih dulu di Grab. Hal lainnya, kerja sama ini juga memungkinkan pelanggan Grab membuka rekening Bank Mandiri secara online dan melakukan top up e-money.

Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menambahkan, pihaknya ingin mengembangkan Grab menjadi salah satu platform dengan akses keuangan terlengkap bagi para mitra dan pengguna, termasuk akses pembiayaan digital. Grab memiliki layanan yang sangat berkaitan erat dengan sektor UMKM, mulai dari GrabMart, GrabKios, GrabFood, dan GrabExpress.

“Grab berkomitmen membantu perkembangan dan pertumbuhan sektor riil ekonomi nasional, terutama pelaku UMKM yang belum terjangkau oleh akses perbankan dan layanan keuangan. Melalui sinergi dengan Bank Mandiri, Grab berupaya untuk terus menggerakkan ekonomi digital UMKM dengan menyediakan beragam layanan perbankan yang aman, nyaman, dan mudah diakses,” ujar Neneng.

Bersama Bank Mandiri, Grab berinisiatif melakukan sinergi penyaluran pinjaman mikro kepada jaringan mitra merchant GrabFood dan agen GrabKios. Pengusaha ini akan memiliki kemudahan dalam mengakses pembiayaan produktif secara digital dari Bank Mandiri melalui platform Grab. Plafon kredit yang dapat diajukan maksimal Rp100 juta dengan suku bunga bersaing.

Aquarius menuturkan, pembiayaan produktif mikro ini sangat potensial untuk dikembangkan mengingat Grab juga akan berperan sebagai pemberi referral. Kemudian pelaksanaannya pun akan tetap memenuhi prinsip kehati-hatian dan tata kelola perusahaan yang baik untuk memitigasi risiko pembiayaan.

Tak berhenti di situ, inisiatif lainnya yang akan dilakukan bersama kedua perusahaan adalah kerja sama keagenan branchless banking bagi mitra Grab, sehingga mereka bisa mendapat penghasilan tambahan.

“MoU ini adalah langkah awal kerja sama Bank Mandiri dan Grab. Kami sudah membentuk forum koordinasi yang akan membahas lebih detail potensi kerja sama lain yang akan menguntungkan baik bagi pengguna Grab maupun nasabah Bank Mandiri. Kami juga berharap, hadirnya Bank Mandiri dalam ekosistem digital Grab akan menjadi daya tarik tersendiri bagi calon mitra, sehingga akan semakin banyak mitra bisnis yang bergabung dengan Grab,” tutup Aquarius.

Application Information Will Show Up Here
Laporan Unicorn Tiongkok

Laporan KrASIA: Mendalami Peran Startup Unicorn di Pasar Tiongkok

Tidak dimungkiri, unicorn menjadi salah satu pendorong utama bisnis digital di banyak negara. Dampaknya mampu menggerakkan banyak sektor riil, melibatkan pengguna atau mitra dari berbagai kalangan.

Berbicara tentang bisnis digital global, perkembangan di Tiongkok sering dijadikan salah satu kiblat oleh pelaku industri. Pendekatan bisnis dan inovasi yang digulirkan banyak dijadikan percontohan oleh berbagai startup di negara lain.

Guna melihat sejauh mana perkembangan ekosistem digital yang terbentuk, KrASIA merilis sebuah laporan bertajuk “China Market Intel: A deep dive into China’s Top 100 Unicorns”. Menurut data yang dirangkum, saat ini sekurangnya ada 586 unicorn yang tersebar di 29 negara, kemudian 34,8% di antaranya dari Tiongkok.

Laporan tersebut secara spesifik mengulas tentang beberapa studi kasus unicorn yang paling signifikan, masuk ke dalam top 100 unicorn global, meliputi:

  1. ByteDance
  2. DiDi Chuxing
  3. Yuanfudao
  4. SenseTime
  5. Perfect Diary

Di dalamnya turut dibahas tentang aspek-aspek kekuatan bisnis, perjalanan bisnis, model bisnis, investor, hingga pemimpin bisnis yang terlibat mendukung. Selengkapnya, unduh laporan tersebut melalui tautan berikut ini: China Market Intel.

Disclosure: KrASIA bekerja sama dengan DS/innovate untuk mendistribusikan laporan ini.

MateBook-X-Pro-2021-7

Huawei Membarui MateBook X Pro, MateBook 13 dan 14 2021 dengan Prosesor Intel Tiger Lake

Huawei telah memperbarui tiga model laptop baru ke versi 2021 dengan prosesor Intel Core generasi ke-11 Tiger Lake dan sejumlah peningkatan di aspek lainnya. Adalah MateBook X Pro 2021, MateBook 13 2021, dan MateBook 14 2021.

Mari mulai dengan produk flagship-nya, MateBook X Pro versi tahun 2021 kini ditenagai prosesor hingga Intel Core i7-1165G7 generasi ke-11 dengan clock speed hingga 4,7 GHz. Meningkat sebesar 22% dibanding pendahulunya dengan prosesor Intel Core i7-10510U generasi ke-10.

Di samping prosesor terbaru, GPU Intel Xe Graphics G7 juga menawarkan peningkatan performa olah grafisnya. Selain itu, Huawei juga meningkatkan dukungan RAM yang lebih cepat. Sebelumnya menggunakan jenis LPDDR3 dengan kecepatan 2133MHz dan berkapasitas 8GB atau 16GB.

Kini MateBook X Pro 2021 disokong RAM LPDDR4x 4266MHz dengan kapasitas lebih besar yakni 16GB dan 32GB. Sementara penyimpanannya masih sama yaitu tersedia versi 512GB dan 1TB NVMe PCIe SSD.

Soal desain dan layar, MateBook X Pro 2021 masih identik dengan model 2020. Tetap tampil premium dengan 3K FullView Display 13,9 inci dalam rasio aspek 3:2 dengan screen-to-body ratio mencapai 91%. Mendukung wide color gamut 100% sRGB dan tingkat kecerahan layar 450 nit.

Juga mewarisi sensor sidik jari yang terintegrasi dengan tombol power dan webcam yang tersembunyi di antara keyboard. Semua itu dikemas dalam bodi aluminium dengan ketebalan hanya 14,6mm dan bobot sekitar 1,33kg. Saat ini, MateBook X Pro 2021 tersedia di Tiongkok dengan harga CNY 8.999 atau sekitar Rp19,4 jutaan.

MateBook-14-2021-1
Huawei MateBook 14 2021

Beralih ke MateBook 13 2021 dan MateBook 14 2021, masing-masing mengemas layar sentuh 13 inci dan 14 inci dengan resolusi 2160×1440 piksel dalam rasio 3:2, mendukung wide color gamut 100% sRGB dan tingkat kecerahan layar 300 nit. Bedanya layar MateBook 13 2021 memiliki screen-to-body ratio 88% dan rasio kontras 1000:1, sementara MateBook 14 2021 memiliki screen-to-body ratio 90% dan rasio kontras 1500:1.

MateBook-13-2021-1
Huawei MateBook 13 2021

Untuk dapur pacunya, keduanya tersedia dalam opsi prosesor Intel Core i5-1135G7 dan i7-1165G7 generasi ke-11. Dengan integrated graphics Intel Xe Graphics dan discrete graphics NVIDIA GeForce MX450. Ditopang RAM DDR4 16GB dual-channel dan penyimpanan SSD 512GB.

Harga MateBook 14 2021 dibanderol mulai dari CNY 5.899 (Rp12,8 jutaa) untuk model dengan Intel Core i5-1135G7 dengan integrated graphic, CNY 6.399 (Rp13,8 jutaan) dengan discrete graphics, dan CNY 7.399 (Rp16 jutaan) untuk model i7-1165G7. Sementara, MateBook 13 2021 dibanderol mulai dari CNY 5.449 atau sekitar Rp11,8 jutaan.

Sumber: Notebookcheck.net 1, Notebookcheck.net 2, dan Notebookcheck.net 3

 

MacBook Air dan MacBook Pro 13 Inci dengan Chip Apple M1 Tersedia di Indonesia, Harganya?

Pada tanggal 10 November 2020, Apple memperkenalkan chip baru M1 dan tiga model Mac generasi terbaru yang ditenagai oleh chip tersebut. Adalah MacBook Air, MacBook Pro 13 inci, dan Mac Mini.

Bulan-bulan berikutnya ulasan MacBook Air dan MacBook Pro 13 inci baru mendapati banyak pujian dari berbagai media teknologi global, sebab chip Apple M1 berbasis ARM alias atau Apple Silicon ini menawarkan upgrade performa yang sangat signifikan tapi irit daya. Para perusahaan pembuat software juga merilis pembaruan agar aplikasinya dapat berjalan secara native.

Bagi yang sangat penasaran dan menantikannya, kabar bagusnya MacBook Air dan MacBook Pro 13 inci dengan chip Apple M1 kini telah tersedia di Indonesia. Keduanya dapat ditemukan di iBox, iBox.co.id, dan iBox Official Shop di Shopee, berapa harganya?

Harga MacBook Air M1

Apple_new-macbookair-wallpaper-screen_11102020_big1

Dari pantuan saya di iBox Official Shop di Shopee, MacBook Air M1 dengan storage 256GB SSD dan GPU 7-core dibanderol mulai dengan harga Rp16.999.000 dalam warna Space Grey dan Silver. Sementara, model dengan storage 512GB SSD dan GPU 8-core dijual Rp21.799.000 dalam warna Space Grey dan Gold.

Kedua model datang dengan besaran RAM 8GB yang dapat dikonfigurasi menjadi 16GB. Berkat penggunaan chip Apple M1, performa CPU MacBook Air diklaim 3,5x lebih cepat, GPU-nya hingga 5x, dan Neural Engine 16-core untuk pembelajaran mesin hingga 9x lebih cepat.

Pada praktiknya, MacBook Air M1 ini sanggup mengedit dan memutar video 4K dalam format ProRes di aplikasi Final Cut Pro tanpa kesulitan. Semua itu tanpa mengorbankan efisiensi energinya, yang mana menurut Apple, baterai MacBook Air M1 sanggup dipakai menonton video selama 18 jam atau 6 jam lebih lama dari generasi sebelumnya.

Harga MacBook Pro 13 inci M1

Apple_new-macbookpro-wallpaper-screen_11102020_big1

Untuk MacBook Pro 13 inci dengan chip Apple M1, di iBox Official Shop di Shopee baru tersedia satu model saja. Dengan konfigurasi 8GB, storage SSD 512GB, CPU 8-core, GPU 8-core, dan Neural Engine 16-core, MacBook Pro 13 inci M1 dibanderol Rp25.099.000 dalam warna Space Gray.

Lalu, apa yang membedakan antara MacBook Air M1 dan MacBook Pro 13 inci M1? Selama ini lini MacBook Pro selalu menawarkan performa yang lebih tinggi daripada MacBook Air, sebab MacBook Pro 13 inci memiliki kipas pendingin, sedangkan MacBook Air sama sekali tidak dilengkapi kipas. Dengan begitu, performa MacBook Pro 13 inci semestinya bisa lebih konsisten ketimbang MacBook Air meski mengemas chip yang sama.

Dibanding generasi sebelumnya, MacBook Pro 13 inci M1 membawa peningkatan performa CPU hingga 2,8x, GPU sampai 5x, dan Neural Engine untuk pembelajaran mesin hingga 11x lebih cepat. Pada praktiknya, MacBook Pro 13 inci M1 mampu memutar video 8K dalam format ProRes di aplikasi DaVinci Resolve secara lancar. Daya tahan baterainya juga lebih lama yakni sampai 20 jam pemutaran video nonstop atau dua kali lebih awet daripada generasi sebelumnya.

Spesifikasi Chip Apple M1

Apple_m1-chip-8-core-cpu-chart_11102020_big1

Chip Apple M1 menggunakan arsitektur ARM atau Apple Silicon, yang tertanam di dalam Apple M1 bukan hanya prosesor, melainkan termasuk GPU dan RAM sekaligus. Chip ini sudah dibuat menggunakan proses pabrikasi 5nm, dengan total jumlah transistor yang mencapai 16 miliar.

Apple M1 sendiri terdiri dari prosesor 8-core dengan 4 core performa dan 4 core efisiensi, GPU 8-core, dan Neural Engine 16-core. Lewat kombinasi tersebut, chip ini menawarkan pemrosesan video hingga 3,9x dan pemrosesan gambar hingga 7,1x lebih cepat.

Tak hanya memiliki performa lebih kencang dan efisiensi daya yang tinggi. Fakta yang juga sangat menarik ialah semua aplikasi iPhone dan iPad kini kompatibel dengan MacBook Air M1 dan MacBook Pro 13 inci M1.