Monthly Archives: January 2021

Kuartal Keempat 2020 Apple Memimpin, Tetapi Tahun 2020 Masih Milik Samsung

Tahun 2020 merupakan tahun yang berat, namun persaingan di industri smartphone tetap sangat sengit dan sekaligus menarik. Dilansir dari GSMArena, saya telah merangkum laporan dari beberapa lembaga riset termasuk IDC, Counterpoint, dan Canalys. Bagaimana kondisi industri smartphone saat ini dan kini siapa yang memegang gelar raja smartphone?

Laporan IDC
Laporan IDC

Mulai dari laporan IDC, pada kuartal keempat 2020 pasar smartphone bangkit kembali dengan total pengiriman 385,9 juta unit. Pasar smartphone mengalami pertumbuhan sebesar 4,3% dibanding kuartal keempat tahun 2019. Hampir semua vendor teratas kecuali Huawei mengakhiri tahun 2020 dengan baik.

Pada kuartal keempat 2020, Apple memimpin diikuti Samsung, Xiaomi, OPPO, dan Huawei di lima besar. Kenaikan penjualan Apple dipicu oleh iPhone 12 series dengan pengiriman 90,1 juta unit dan Samsung berada diurutan kedua dengan pengiriman 73,9 juta unit.

Laporan IDC
Laporan IDC

Meski begitu, pengiriman smartphone untuk sepanjang tahun 2020 – Samsung masih memimpin dengan pengiriman 266,7 juta unit. Posisi kedua Apple 206,1 juta unit, diikuti Huawei 189 juta unit, Xiaomi 147,8 juta unit, dan vivo 111,7 juta unit. Total pengiriman smartphone di tahun 2020 mencapai 1,29 miliar unit atau turun 5,9% dibanding tahun 2019 dengan total pengiriman 1,37 miliar unit.

Laporan Counterpoint
Laporan Counterpoint

Beralih ke laporan Counterpoint, menegaskan bahwa Apple berada di paling depan pada kuartal keempat 2020 dengan pengiriman tercatat 81,9 juta unit. Disusul Samsung di tempat kedua dengan 62,5 juta unit, Xiaomi 43 juta unit, OPPO 34 juta unit, dan Vivo 33 juta unit. Huawei terlempar dari lima besar dan berada di posisi keenam dengan pengiriman 33 juta unit.

Laporan Counterpoint
Laporan Counterpoint

Sementara, untuk total pengiriman di tahun 2020 – Samsung masih berada di peringkat pertama dengan pengiriman 255,7 juta uni. Lima besar lainnya ialah Apple dengan 201,1 juta unit, Huawei 187,7 juta unit, Xiaomi 145,8 juta unit, dan vivo 108,5 juta unit. Jumlah pengiriman semuanya di tahun 2020 1,33 miliar unit.

Catatan yang menarik ialah Realme, di mana pada kuartal keempat 2020 menempati urutan ketujuh dengan pengiriman 14 juta unit. Namun Realme berhasil mengalami pertumbuhan 65% di tahun 2020 dari 2019. Sementara, Huawei mengalami penurunan -21% dari tahun 2019 ke 2020. Salah satu penyebabnya karena Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pembatasan perdagangan terhadap Huawei.

Laporan Canalys
Laporan Canalys
Laporan Canalys
Laporan Canalys

Lanjut ke laporan Canalys, faktanya Apple memang memimpin pada kuartal keempat 2020 dengan pengiriman 81,8 juta unit. Diikuti oleh Samsung, Xiaomi, OPPO, dan Vivo, tercatat Huawei keluar dari limat besar.

Laporan Canalys
Laporan Canalys

Meski begitu, seluruh tahun 2020 masih milik Samsung dengan pengiriman 255,6 juta unit. Apple berada di posisi kedua dengan 207,1 juta unit, diikuti Huawei (Honor masih termasuk) 188,5 juta unit, Xiaomi 149,6 juta unit, dan OPPO 115,1 juta unit. Total semua pengiriman smartphone di tahun 2020 menurut Canalys 1,26 miliar unit atau turun -7% dibanding tahun lalu dengan 1,37 miliar unit.

Sumber: GSMArena 1, 2, 3

Konsep "Ride Sharing" sebagai alternatif transportasi on-demand di Indonesia / Depositphotos.com

Revolusi Konsep “Ride Sharing” sebagai Alternatif Jasa Transportasi

Konsep ride sharing sering kali disamakan dengan layanan ride hailing. Kendati memiliki tujuan yang sama, sejatinya dua konsep ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Ride hailing berorientasi pada permintaan penumpang yang membutuhkan kendaraan; sementara ride sharing lebih fokus kepada pemilik kendaraan yang memiliki slot kosong untuk berbagi perjalanan.

Salah satu startup yang fokus menggarap segmen ride sharing adalah Tebengan. Co-Founder & CEO Tebengan Will Widjaja pertama kali terpapar konsep ini ketika ia menghadiri sebuah konferensi di Aarhus, Denmark pada tahun 2014. Sempat berkenalan dengan beberapa orang lokal, ketika ia hendak kembali ke Copenhagen menggunakan kereta, mereka menawarkan untuk menggunakan sebuah aplikasi ride sharing yang ternyata sudah lumrah di sana.

“Saat itu saya berpikir, dengan harga lebih murah, tempat lebih nyaman, dan ada teman ngobrol, mengapa tidak coba dikembangkan saja. Inilah yang menjadi inspirasi saya untuk membuat Tebengan di Indonesia,” tambah Will.

Fokus bisnis

Dalam perjalanannya, startup ride sharing yang akan menginjak tahun ke-4 di bulan Maret 2021 ini juga sempat mengalami fase model bisnis yang berubah-ubah. Untuk mencapai product market-fit perusahaan memulai dari iterasi pengemudi untuk membuat trayek rutin, lalu menyediakan sistem offer agar mereka juga bisa menawarkan layanan ke penumpang.

Will juga turut mengungkapkan, “Tantangan terbesar kami adalah bagaimana mengkoordinasi 2 user yang punya alamat berbeda tujuan berbeda dan jam berbeda untuk bisa saling koordinasi, fitur seperti apa yang harus kita hadirkan untuk memfasilitasi hal itu.”

Selain itu, kesabaran pemilik kendaraan dan penumpang juga masih menjadi alasan rentan terjadinya keluhan di aplikasi yang sudah diunduh lebih dari 10 ribu pengguna ini. Kepercayaan juga menjadi salah satu faktor esensial untuk keberlangsungan bisnis. Beberapa fitur seperti verifikasi SIM, KTP, juga komunitas untuk wadah berdiskusi turut dikembangkan demi membangun kepercayaan antar pemilik kendaraan dan penumpang.

Mengenai potensi ride sharing di Indonesia, konsep ini sendiri sebenarnya sudah menjadi budaya di Indonesia. Dalam segmen ini, ada beberapa pemain yang juga menawarkan layanan serupa seperti Noompang dan Nebengers.

Ketika disinggung mengenai diferensiasi, Will mengungkapkan, “Value proposition yang ingin kami bawa di sini adalah pengalaman berkendara yang nyaman dan menyenangkan. Harapan kami adalah dengan kesederhanaan yang ditawarkan melalui aplikasi tebengan ini bisa memudahkan user untuk mencari teman nebeng atau relasi baru dengan objektif yang sesuai.”

Di tengah pandemi, layanan yang sempat juga menekankan bahwa ekosistem di Tebengan selalu dianjurkan untuk mematuhi protokol yang berlaku, baik pada jumlah penumpang di dalam kendaraan juga protokol kesehatan lainnya yang diatur pemerintah.

Dari sisi harga, platform ini tidak bertugas mematok angka, tetapi memberi rekomendasi yang sesuai. Namun, semua kembali lagi pada keputusan pemilik kendaraan. Saat ini tebengan masih fokus melayani pengguna di area Jabodetabek dan sudah mulai mengembangkan cakupan antar kota/provinsi.

“Fokus kita masih di Jabodetabek, sekarang lagi membangun sistem komunitas di mana bisa membuat grup diskusi antar penumpang dan pemilik kendaraan. Saat ini kami mau fokus di area yang minim angkutan umum dengan membuka trayek baru yang tidak ada di transportasi umum,” jelas Will.

Sebagai informasi, Tebengan adalah salah satu peserta di program akselerator DSLaunchpad yang diadakan oleh DailySocial bekerja sama dengan Amazon Web Services.

Gambar Header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Didominasi Grab dan Gojek, GMV Layanan Pesan-Antar Makanan di Indonesia Capai 52 Triliun Rupiah

Layanan pesan-antar makanan (food delivery) mengalami percepatan pertumbuhan selama masa pandemi. Menurut hasil riset yang dilakukan Momentum Works, GMV layanan ini di enam negara Asia Tenggara mencapai $11,9 miliar di tahun 2020. Di Indonesia sendiri, nilai total yang berhasil dibukukan mencapai $3,7 miliar atau setara 52 triliun Rupiah — didominasi dua pemain besar, yakni Grab dan Gojek, masing-masing memegang 53% dan 47% dari total pangsa pasar.

Turut disampaikan juga, capaian tersebut sebenarnya baru menyumbang 1% dari potensi food delivery di Indonesia yang nilainya diproyeksi bisa mencapai $61 miliar per 2019 lalu. Indikasi utamanya, sejauh ini penetrasi para pemain masih terfokus di kota-kota besar, sementara di wilayah tier-2 dan tier-3 belum banyak dioptimalkan bisnisnya.

CEO Momentum Works Jianggan Li menyampaikan, sebagian besar pertumbuhan layanan pesan-antar makanan yang terjadi di tahun 2020 bersifat permanen. Mengingat adanya tren digitalisasi dan perubahan perilaku konsumen ke arah digital.

“Kami optimis terhadap prospek layanan pesan-antar makanan di Indonesia, meskipun kemungkinan akan memakan waktu beberapa tahun sebelum sektor ini dapat diadopsi secara massal. Pemain layanan pesan-antar makanan harus memiliki strategi jangka panjang agar dapat memanfaatkan peluang di pasar yang sangat besar ini secara optimal,” ujarnya.

Gambar 1

Faktor pertumbuhan

Faktor utama yang menjadikan Indonesia sebagai pasar layanan pesan-antar makanan terbesar di regional tak lain karena besarnya populasi di negara ini. Data hasil sensus penduduk 2020 menyebutkan, penduduk Indonesia saat ini ada sekitar 270,20 juta jiwa. Dari total tersebut, 27,94% di antaranya adalah Gen Z dan 25,87%-nya milenial. Di samping itu, turut didukung beberapa faktor lain seperti pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan penetrasi ponsel pintar.

Hasil riset juga menyoroti, beberapa langkah yang dilakukan oleh para pemain untuk mencapai profitabilitas dan keberlanjutan jangka panjang. Platform perlu mengendalikan biaya akuisisi/retensi, mempertahankan unit economics, dan menghasilkan pendapatan tambahan yang dapat mencakup iklan, pembiayaan, dan layanan B2B lainnya. Opsi tersebut didasarkan pada studi kasus kesuksesan Meituan, salah satu layanan pesan-antar makanan besar di Tiongkok. Pada Q2 2020, perusahaan mencatatkan net profit hingga $420 juta.

Gambar 2

Sementara dari perspektif konsumen, beberapa hal yang dijadikan konsiderasi untuk memilih layanan pesan-antar makanan meliputi: banyaknya pilihan, kecepatan, kualitas/keandalan, dan biaya. Menurut Momentum Works, masing-masing pemain harus (setidaknya) unggul di dua faktor yang ada, karena memimpin di semua variabel tersebut dikatakan tidak mungkin.

Potensi yang bisa digali

Selain di Indonesia, beberapa pasar besar layanan food delivery di Asia Tenggara berada di Thailand ($2,8 miliar), Singapura ($2,4 miliar), Filipina ($1,2 miliar), Malaysia ($1,1 miliar), dan Vietnam ($0,7 miliar). Riset turut menganalisis beberapa strategi potensial yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai transaksi bisnis ini setiap tahunnya. Pertama, fokus meningkatkan volume transaksi segmen konsumen kelas menengah ke atas.

Kedua, menekan biaya untuk mengimbangi harga makanan dan nilai pesanan yang rendah. Kemudian penting juga untuk meningkatkan literasi digital supaya merchant (restoran, kedai makanan, UKM dll) dapat mengadopsi aplikasi pesan-antar. Dan terakhir, para pemain juga harus berani berinvestasi dalam infrastruktur yang diperlukan untuk mendorong adopsi layanan di kota tier-2 dan 3.

Grab dan Gojek di Indonesia juga sudah terlihat mengeksekusi strategi tersebut, salah satunya direalisasikan melalui inisiatif cloud kitchen. Dapur bersama tersebut memungkinkan mitra UKM mendapatkan kemudahan untuk menjajakan produknya, serta melakukan ekspansi pasar; karena pada dasarnya berbagai fasilitas produktifnya disediakan dan terintegrasi ke dalam ekosistem super app masing-masing layanan. Di sisi konsumen pun memungkinkan mereka untuk mendapatkan pilihan makanan lebih banyak dengan biaya antar yang lebih rendah.

Gambar Header: Depositphotos.com

Mungil nan Stylish, Garmin Lily Adalah Smartwatch Dambaan Kaum Hawa

Garmin punya smartwatch baru. Namanya Lily, dan ia ditujukan untuk konsumen wanita yang mendambakan jam tangan pintar dengan desain yang minimalis sekaligus ringkas. Pada kenyataannya, Lily adalah smartwatch paling kecil yang Garmin tawarkan saat ini.

Kalau diukur, case membulatnya itu punya diameter hanya 34,5 milimeter. Sebagai konteks, smartwatch seperti Garmin Venu punya diameter sebesar 43 milimeter, sedangkan varian terkecil Apple Watch memiliki dimensi 40 x 34 milimeter. Singkat cerita, Lily sangatlah mungil jika disandingkan dengan smartwatchsmartwatch lain yang ada di pasaran.

Garmin Lily hadir dalam dua varian: Sport dan Classic. Varian Sport memiliki case yang terbuat dari bahan aluminium dan strap silikon, sehingga cocok buat konsumen yang sehari-harinya cukup aktif. Sebaliknya, varian Classic menggunakan bahan stainless steel untuk case-nya, dan kulit untuk strap-nya.

Strap-nya ini sangatlah ramping dengan lebar hanya 14 mm. Sayangnya ini juga berarti Lily tidak kompatibel dengan strap standar yang memiliki lebar 18 mm. Beruntung setidaknya Garmin masih menawarkan sejumlah kombinasi warna yang cukup menarik buat Lily.

Juga agak berbeda dari biasanya adalah layarnya. Lily mengemas panel LCD monokrom beresolusi 240 x 201 pixel. Layar ini juga bukan yang bersifat always-on, tapi paling tidak Lily masih punya motif yang cukup cantik yang akan selalu kelihatan walaupun layarnya mati.

Layar yang monokrom mungkin terdengar kurang menarik di saat smartwatch lain sudah banyak yang sudah menggunakan layar AMOLED yang kaya warna. Namun setidaknya layar monokrom ini bisa menghadirkan satu keuntungan: baterai Lily diklaim mampu bertahan sampai 5 hari pemakaian dalam sekali pengisian, cukup mengesankan mengingat ia tidak punya banyak ruang untuk menampung baterai yang besar.

Untuk urusan fitur, Lily terbilang cukup buat sebagian besar konsumen, tapi tidak untuk yang benar-benar melangsungkan kegiatan olahraga secara intensif setiap harinya. Ia dibekali heart-rate monitor yang akan selalu aktif, serta mampu mengukur parameter seperti kadar oksigen dalam darah (SpO2). Yang absen di sini adalah GPS, yang berarti Lily harus bergantung pada GPS milik smartphone ketika hendak digunakan untuk memonitor aktivitas seperti berlari atau bersepeda.

Sebagai perangkat yang ditargetkan untuk kaum hawa, Lily tentu juga menawarkan fitur-fitur spesifik seperti memantau siklus menstruasi maupun kehamilan. Meneruskan notifikasi dari smartphone sudah pasti menjadi penawaran standar, demikian pula fitur sleep tracking. Lalu berhubung Lily tahan air hingga kedalaman 50 meter, ia tidak akan keberatan seandainya diajak berenang.

Di Amerika Serikat, Garmin Lily saat ini telah dipasarkan seharga $200 untuk varian Sport, atau $250 untuk varian Classic. Strap tambahannya dihargai $30 untuk yang silikon, atau $60 untuk yang kulit.

Sumber: Wareable dan Business Wire.

Razer Viper 8KHz Diklaim Sebagai Mouse Gaming Tercepat Sejagat

Diperkenalkan di tahun 2019, Razer Viper dengan cepat menjadi salah satu mouse favorit para gamer kompetitif. Mulai dari bentuknya yang ambidextrous, bobotnya yang sangat ringan, sampai responsivitas switch beserta sensornya, ada banyak yang bisa disukai dari mouse ini.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, bagaimana cara meningkatkan performa mouse yang sudah sangat cekatan seperti Viper? Dengan mendongkrak polling rate-nya berkali-kali lipat kalau menurut Razer. Berangkat dari pemikiran tersebut, lahirlah Viper 8KHz, yang Razer sebut sebagai mouse gaming tercepat sejagat.

Embel-embel 8KHz pada namanya merujuk pada spesifikasi polling rate maksimumnya yang mencapai angka 8.000 Hz. Bagi yang tidak tahu, polling rate pada dasarnya adalah seberapa sering mouse mengirim data input ke komputer. Semakin tinggi angka polling rate, berarti semakin sering mouse-nya meneruskan data setiap detiknya.

Sebagai referensi, sebagian besar mouse gaming memiliki polling rate sebesar 1.000 Hz, yang artinya perangkat bisa mentransmisikan data sebanyak 1.000 kali per detik. Mengacu pada perhitungan yang sama, itu berarti Viper 8KHz mampu mengirimkan delapan kali lebih banyak data setiap detiknya, dan otomatis latency-nya dapat dipangkas lebih jauh lagi dari 1 milidetik menjadi 1/8 milidetik.

Ini bukan pertama kalinya kita menjumpai mouse gaming dengan polling rate di atas normal. Tahun lalu, Corsair merilis mouse bernama Dark Core RGB Pro yang memiliki polling rate 2.000 Hz, dan keyboard terbaru mereka pun turut dibekali polling rate sebesar 4.000 Hz. Kalau boleh menebak, kemungkinan kita bakal melihat produsen periferal berlomba-lomba menawarkan polling rate setinggi mungkin mulai sekarang.

Pertanyaannya, bisakah kita membedakan responsivitasnya? Bisakah kita membedakan antara jeda 1 milidetik dan 0,125 milidetik? Kalau Anda tanya saya, saya pasti menjawab tidak bisa, sebab saya memang tidak punya ketangkasan sekelas atlet esport. Lain halnya kalau yang Anda tanyai adalah Nikolay “Nikobaby” Nikolov, carry andalan tim Dota 2 Alliance. Menurutnya, ia bisa langsung membedakan antara polling rate 1.000 Hz dan 8.000 Hz.

Wujud Viper 8KHz sendiri sangat identik dengan Viper orisinal, akan tetapi bobotnya naik sedikit menjadi 71 gram. Jeroannya juga sudah banyak dirombak. Optical switch-nya sudah diganti dengan switch generasi kedua yang terasa sekaligus terdengar lebih memuaskan saat diklik, sedangkan sensornya ditukar dengan sensor Focus+ yang memiliki sensitivitas maksimum 20.000 DPI dan kecepatan tracking 650 IPS – sensor yang sama yang tertanam di mouse high-end Razer lainnya.

Kabar baiknya, semua pembaruan itu bisa konsumen nikmati tanpa perlu menebus tarif ekstra. Razer Viper 8KHz saat ini sudah dijual seharga $80, banderol yang sama persis seperti Viper orisinal ketika diluncurkan dua tahun silam.

Sumber: Razer.

Review ROG Zephyrus G14: Si Laptop Ringkas nan Bertenaga

ROG Zephyrus G14 merupakan salah satu laptop yang sempat menarik cukup banyak perhatian gamers ataupun pecinta teknologi ketika diungkap dalam gelaran Consumer Electronic Show (CES) Januari 2020 lalu. Salah satu daya tarik terbesarnya adalah teknologi “Anime Matrix” yang memungkinkan pengguna mengkustomisasi penampilan back cover laptop sesuka hati. Kebetulan beberapa waktu lalu saya dipinjamkan unit ROG Zephyrus G14 untuk direview lebih lanjut. Selain teknologi Anime Matrix, apa lagi keistimewaan laptop ini? Simak ulasan dari Hybrid.co.id berikut.

 

Melihat ROG Zephyrus G14 Dari Kulit Luar: Build Quality, Anime Matrix, dan Lain Sebagainya

ROG Zephyrus G14 yang datang adalah yang berwarna putih. Dari segi build quality secara keseluruhan, ROG Zephyrus G14 terasa solid dan cukup premium. Sayangnya dengan banderol harga Rp23.999.000, ada satu sisi kekurangan build quality-nya.

Mari bicarakan soal kelebihannya dahulu. Sisi back cover laptop terlihat sangat minimalis, bersih, dan elegan bisa saya bilang sebagai salah satu kelebihan build quality laptop ini. Walau tentu saja back cover warna putih akan mudah kotor, terutama apabila Anda adalah tipe pengguna yang cenderung slebor. Seluruh bagian laptop juga terasa solid ketika digunakan. Tidak ada hinge laptop yang bergoyang saat terkena guncangan. Bagian body laptop juga menggunakan plastik berkualitas yang membuatnya terasa padat ketika dipegang, ditekan, atau diketuk-ketuk.

Review ROG Zephyrus G1400012
Hinge laptop yang menggunakan teknologi ErgoLift.
Review ROG Zephyrus G1400004
I/O Ports di sisi kiri.
Review ROG Zephyrus G1400003
I/O Ports di sisi kanan.

Selain itu kelebihan lain laptop ini menurut saya adalah ukurannya yang cukup ringkas. Zephyrus G14 merupakan laptop dengan layar 14 inci yang ukurannya lebih kecil dibanding kebanyakan laptop gaming yang biasanya berukuran bongsor. Selain ringkas, laptop ini juga cukup ringan. Bobotnya adalah 1.70 kg, lebih ringan dibanding kebanyakan laptop gaming yang biasanya memiliki bobot 2kg lebih dan cenderung lebih berat dibanding dengan laptop tipe ultrabook. Jadi bisa dikatakan bahwa ukuran ROG Zephyrus G14 punya ukuran dan bobot di tengah-tengah antara laptop gaming dengan laptop tipe ultrabook.

Lalu di mana letak kekurangan yang saya sebut di awal tadi? Kekurangannya ada di sisi keyboard. Keyboard laptop ini, menurut saya, kurang sesuai dengan banderol harga laptopnya. Secara keseluruhan, keyboard chiclet yang ada di ROG Zephyrus G14 tidak terasa premium dan tergolong biasa saja.

Memang keyboard sudah tergolong NKRO (N-Key Rollover), yang artinya Anda bisa menekan tombol sebanyak apapun dan tetap masuk sebagai input. Tapi sayangnya feel yang diberikan ketika menekan tuts keyboard terbilang kurang enak, keras, dengan tingkat kedalaman penekanan yang terlalu dalam untuk sebuah keyboard chiclet. Backlit keyboard yang tersedia juga hanya ada warna putih. Tidak ada warna backlit RGB yang biasanya jadi salah satu nilai jual laptop gaming.

Review ROG Zephyrus G1400005
Penampakan keyboard laptop secara keseluruhan.
Review ROG Zephyrus G1400007
Tomboh tambahan untuk volume, mute mic, dan membuka aplikasi ROG.
Review ROG Zephyrus G1400018
Backlit laptop yang hanya memiliki warna putih saja.

Review ROG Zephyrus G1400019

Keyboard laptop tergolong cukup nyaman jika digunakan untuk mengetik. Tetapi pada saat saya menggunakannya untuk bermain game, saya merasa feel keyboard jadi tidak menyenangkan terutama saat memainkan game yang melibatkan input menahan satu tombol.

Contohnya ketika bermain VALORANT. Pergerakan saya kadang tersendat ketika sedang menahan tombol W untuk berjalan maju. Setelah saya tilik, penyebab gerakan saya tersendat adalah karena saya kurang dalam menekan tombol W. Selain itu saya juga merasa aneh dengan bentuk rancangan tombol spasi. Menurut selera saya, bentuk tombol spasi di keyboard tidak menambah estetika, juga tidak praktis karena area yang bisa ditekan sebenarnya tetap berbentuk persegi panjang.

Teknologi Anime Matrix tentu saja merupakan gimmick kosmetik yang berfungsi sebagai fitur tambahan untuk memperindah laptop. Fitur tersebut mungkin bisa dianggap norak bagi beberapa orang. Namun saya rasa Asus menyajikan fitur tersebut secara adil untuk semua orang. Kenapa? Karena fitur tersebut memungkinkan penggunanya memilih penampilan back cover menjadi apapun yang diinginkan sang pengguna.

Review ROG Zephyrus G1400001
Lampu Anime Matrix dalam kondisi lampu ruangan.
Review ROG Zephyrus G1400015
Lampu Anime Matrix pada kondisi cahaya luar ruangan. Karena laptop berwarna putih, lampu Anime Matrix jadi tidak mencolok saat digunakan di luar ruangan.

Apabila Anda penyuka gaya minimalis nan elegan, Anime Matrix bisa dimatikan untuk menunjukkan back cover dari ROG Zephyrus G14 yang pada dasarnya sudah tampan luar biasa. Apabila Anda ingin tampil beda, Anda bisa menampilkan animasi bergerak pada bagian LED Anime Matrix. Kalau Anda ingin tampil beda tapi masih sedikit malu-malu, Anda juga bisa menyertakan gambar statis di sana. Semua kustomisasi tersebut bisa Anda akses melalui aplikasi Armoury Crate.

Terakhir, bagian laptop yang saya rasa juga perlu mendapat sorotan adalah sisi audio. ROG Zephyrus G14 menyematkan dua buah speaker di sisi kiri dan kanan yang menghadap ke atas. Speaker juga sudah ditenagai oleh teknologi Dolby Atmos. Karena hal tersebut, suara yang dihasilkan oleh speaker ROG Zephyrus G14 tergolong di atas rata-rata. Suara yang dihasilkan cenderung memiliki karakteristik warm, dengan suara menggelegar layaknya menggunakan sebuah speaker khusus.

 

Jeroan ROG Zephyrus G14 – Performa, Suhu, dan Kemampuan Baterai

Berikutnya adalah soal performa. ROG Zephyrus G14 yang saya review dibekali jeroan berupa CPU AMD Ryzen 4800HS dan GPU Nvidia Geforce 1650Ti. Performanya menurut saya cukup unik. Walau beberapa percobaan mencatatkan min FPS yang cukup rendah, namun game masih tetap terasa mulus secara visual. Hal unik lainnya ada dari segi suhu. Berdasarkan dari aplikasi monitoring, suhu Zephyrus G14 cukup stabil dan cepat untuk adem kembali. Tapi saya merasa suhu panas yang dikeluarkan cukup terasa di tangan saat sedang menggunakan laptop. Sebelum membahas lebih lanjut, mari lihat dulu spesifikasi teknis ROG Zephyrus G14 GA401.

OS

  • Windows 10 Home – ASUS recommends Windows 10 Pro for business

CPU/GPU

  • AMD Ryzen™ 7 4800HS Processor 2.9 GHz (8M Cache, up to 4.2 GHz)
  • NVIDIA® GeForce® GTX 1650 Ti 4GB GDDR6

Display

  • 14-inch
  • FHD (1920 x 1080) 16:9
  • anti-glare display
  • sRGB: 100%
  • Adobe: 75.35%
  • Pantone Validated
  • Refresh Rate: 120Hz
  • IPS-level

Memori

  • 8GB DDR4 on board
  • Max Capacity: 24GB

Penyimpanan

  • 512GB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD

Port I/O

  • 1x 3.5mm Combo Audio Jack
  • 1x HDMI 2.0b
  • 1x USB 3.2 Gen 2 Type-C support display / power delivery
  • 1x USB 3.2 Gen 2 Type-C
  • 2x USB 3.2 Gen 1 Type-A

Audio

  • Built-in array microphone
  • 2x 0.7W tweeter
  • 2x 2.5W speaker with Smart Amp Technology

Jaringan dan Komunikasi

  • Wi-Fi 6(802.11ax)+Bluetooth 5.0 (Dual band) 2*2;(*BT version may change with OS upgrades.)

Baterai

  • 76WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion
  • Suplai Daya: ø6.0, 180W AC Adapter, Output: 20V DC, 9A, 180W, Input: 100~240V AC, 50/60Hz universal TYPE-C, 65W AC Adapter, Output: 20V DC, 3.25A, 65W, Input: 100~240V AC 50/60Hz universal

Berat

  • 1.70 Kg (3.75 lbs)

Dimensi (L x D x T)

  • 32.4 x 22.0 x 1.99 ~ 1.99 cm (12.76″ x 8.66″ x 0.78″ ~ 0.78″)

Untuk gaming, saya menguji performa ROG Zephyrus G14 dengan dua jenis game seperti biasa. Ada game free to play dan game AAA. Untuk game free to play ada Dota 2 dan VALORANT. Sementara untuk game AAA ada Mafia: Definitve Edition dan World of Warcraft: Shadowlands.

Berhubung Dota 2 dan VALORANT tidak butuh spesifikasi hardware yang terlalu tinggi, maka saya mengharapkan laptop bisa menjalankan kedua game tersebut dengan lancar. Karena hal tersebut, saya juga mematok standar fps yang lebih tinggi. Untuk review ini, saya mematok 120 fps sebagai target mengingat display laptop yang memiliki refresh rate 120Hz.

Sayangnya Zephyrus G14 tidak berhasil mencapai target tersebut, walau catatan fps yang didapatkan terbilang tidak terlalu jauh dari target. Dengan menggunakan pengaturan rata kanan, Dota 2 mencapai rata-rata sebesar 92 fps. Memang tidak mencapai target, tapi saya masih merasa pergerakannya mulus di mata.

VALORANT berhasil mencapai target tersebut. Dengan preset grafis rata kanan, VALORANT mencatatkan rata-rata sebesar 125 fps. Saya cukup puas dengan performa laptop ini saat memainkan game free to play. Game tetap responsif serta punya aspek visual yang baik karena memberi catatan fps yang tinggi di pengaturan rata kanan. Catatan fps lebih lengkap bisa Anda lihat pada grafik di bawah ini.

Review ROG Zephyrus G14 Dota 2 Review ROG Zephyrus G14 VALORANT

Sayangnya ROG Zephyrus G14 mungkin masih belum bisa memuaskan kaum PC Master Race yang hobi bermain game AAA. Saya juga kurang puas dengan performanya saat menjalankan game AAA mengingat harga yang dipatok oleh laptop ini.

ROG Zephyrus G14 hanya bisa mencapai kisaran 40+ fps saja untuk titel AAA yang saya uji. World of Warcraft: Shadowlands mencatatkan fps rata-rata yang lumayan, yaitu 58 fps pada preset pengaturan grafis rata kanan. Namun ROG Zephyrus G14 sempat mencatatkan minimum framerate sebesar 21 fps dalam skenario open world, terutama di area Bastion yang memang cenderung intensif secara grafis.

ROG Zephyrus G14 juga cukup ngos-ngosan saat menjalankan Mafia: Definitive Edition. Pengujian saya lakukan pada adegan awal game yang berupa kejar-kejaran menggunakan mobil taksi. Dari pengujian tersebut, ROG Zephyrus mencatatkan rata-rata 40 fps pada preset pengaturan grafis High (rata kanan). Fps berangsur meningkat menjadi rata-rata 43 fps pada pengaturan Medium, sampai akhirnya menjadi rata-rata 60 fps pas pada pengaturan Mow.

Review ROG Zephyrus G14 Mafia Review ROG Zephyrus G14 Warcraft

Tetapi angka hanyalah angka. Sepanjang saya menguji kemampuan laptop dengan game-game tersebut, saya merasakan pengalaman bermain yang flawless. Walaupun ada catatan penurunan fps yang cukup jauh, game masih berjalan dengan stabil tanpa ada stutter yang benar-benar terasa. Pokoknya animasi game terasa mulus di mata sepanjang saya melakukan pengujian.

Beralih ke performa suhu, ROG Zephyrus punya kemampuan thermal yang cukup unik seperti apa yang saya tulis di awal sub-bagian ini. Catatan angka suhu CPU dan GPU masing-masing stabil di kisaran 90+ dan 70+ derajat celsius. Untuk catatan suhu secara lebih lengkap, Anda bisa melihat grafis di bawah ini yang menunjukkan suhu pada saat menjalankan pengujian pada  game yang saya sebut di atas.

Catatan suhu yang dibukukan memang bukan yang terbaik, tapi setidaknya suhu tidak menyentuh angka 100 derajat celsius. Ditambah lagi panas laptop juga bisa reda dengan cepat seperti yang Anda lihat pada histogram di atas. Dengan suhu seperti demikan, kekurangan dari laptop ini adalah rasa panas yang ternyata terasa sampai ke tangan ketika sedang mengoperasikan laptop. Karena itu bermain game berlama-lama di ROG Zephyrus G14 kadang menimbulkan rasa tidak nyaman.

Rancangan arah pembuangan udara panas laptop yang mungkin jadi biang kerok masalah tersebut. Pembuangan udara panas di belakang laptop terbagi jadi dua bagian, satu bagian mengarah ke atas, satu bagian mengarah ke bawah. Bagian yang mengarah ke atas bisa dikatakan sebagai sumber suhu panas yang membuat area keyboard jadi agak tidak nyaman saat digunakan dalam durasi lama. Selain itu Anda juga harus hati-hati, jangan sampai menyentuh bagian tersebut karena suhunya yang sangat panas.

Arah pembuangan udara panas yang mengarah ke atas. Dekat dengan monitor dan keyboard.
Arah pembuangan udara panas yang mengarah ke atas. Dekat dengan monitor dan keyboard.

Dari segi benchmarking, hasil skor 3DMark terpaut 2 ribu lebih jika dibandingkan dengan MSI Bravo 15 yang memiliki CPU sama, namun menggunakan GPU RX5500M. Apabila Anda penasaran, Anda mungkin bisa lihat sendiri pada tabel urutan kemampuan GPU dalam menjalankan 3DMark. Untuk hasil benchmark lebih lengkap, Anda bisa lihat rangkaian tangkapan gambar di bawah ini.

Terakhir adalah soal performa baterai. Untuk pengujiannya saya memutar video HD 1080p secara looping mulai dari baterai penuh hingga mati. Berdasarkan dari perkiraan sistem Windows 10, baterai laptop akan habis setelah 5 jam 15 menit. Ternyata perkiraan dari sistem Windows tidak jauh beda dengan kondisi sesungguhnya.

Catatan ketahanan baterai laptop ROG Zephyrus G14.
Catatan ketahanan baterai laptop ROG Zephyrus G14.

Pengujian dilakukan mulai pukul 17:35 dan laptop akhirnya mati pada pukul 22:44 (sekitar 5 jam 9 menit). Setelahnya saya memulai menguji kecepatan charging dari laptop. Sistem Windows 10 memperkirakan laptop akan terisi penuh dalam durasi 1 jam 26 menit. Pada kondisi sesungguhnya, saya memulai charging pada pukul 22:55 dan laptop ternyata selesai melakukan charging dari 0-80% (angka charging baterai optimal) pada pukul 00:00 (sekitar 1 jam 5 menit).

 

Kesimpulan

Dengan harga Rp23.999.000, ROG Zephyrus G14 GA401 bisa dibilang kurang worth it kalau kita hanya bicara performa saja. Lihat saja hasil pengujiannya. Performa ROG Zephyrus G14 GA401 sebenarnya juga bisa kita dapatkan pada laptop lainnya yang punya harga lebih murah.

Meski begitu ROG Zephyrus G14 GA401 punya nilai tambah yang cukup solid apabila kita ingin membicarakan laptop tersebut sebagai sebuah produk secara keseluruhan.

Build quality mantap, ukuran ringkas dengan performa bertenaga, performa thermal yang mampu mendinginkan laptop dengan cukup cepat, kualitas speaker yang luar biasa, dan tentunya teknologi Anime Matrix sebagai gimmick gemas menyenangkan menjadi poin-poin tambahan yang bisa Anda dapatkan dari laptop ini.

Jadi saya rasa apabila Anda sedang mencari laptop gaming yang berukuran ringkas dan punya penampilan ciamik, Zephyrus G14 bisa menjadi salah satu pilihannya.

Ula Kembali Umumkan Pendanaan Seri A 282 Miliar Rupiah

Ula Kembali Umumkan Pendanaan Seri A 282 Miliar Rupiah

Ula, startup teknologi untuk modernisasi ritel tradisional, kembali mengumumkan pendanaan Seri A senilai $20 juta (lebih dari 282 miliar Rupiah) yang dipimpin Quona Capital dan B Capital Group. Sequoia Capital India dan Lightspeed India, yang merupakan investor sebelumnya turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Lewat pendanaan ini, perusahaan berambisi untuk perluas tim dan ekspansi lokasi agar semakin banyak pengecer kecil yang dapat terbantu lewat teknologi Ula. Di samping itu, Ula akan perluas kategori produk ke fesyen dan elektronik, dari saat ini menjangkau pengecer yang menjual produk FMCG dan sayur mayur.

Ula merampungkan pendanaan tahap awal sebesar $10 juta tepat pada Juni tahun lalu. Jajaran investor yang terlibat dalam putaran ini ada SMDV, Quona Capital, Saison Capital, dan Alter Global. Beberapa angel investor juga turut berpartisipasi, meliputi Patrick Walujo, Willy Arifin, Sujeet Kumar, Vaibhav Gupta, Amod Malviya, Rohan Monga, dan Rahul Mehta.

Mengutip dari TechCrunch, Managing Partner Quona Capital Ganesh Rengaswamy mengatakan, “Jika Anda melihat keseluruhan retail value chain, terutama produk-produk esensial, seperti FMCG, bahan pokok, dan produk segar, sangat terfragmentasi. Padahal pasar telah bergerak dalam hal konsolidasi, permintaan, dan penawaran yang lebih efisien.”

Dia melanjutkan, “Ula mencoba untuk mengulang ekosistem distribusi ritel dengan overlay teknologi yang signifikan. Ula menghubungkan beberapa pemain terbesar di sisi supply ke pengecer dan konsumen terkecil.”

Ula menyediakan modal kerja untuk para pengecer mikro, yang biasanya beroperasi di toko-toko kecil di halaman rumah mereka. Dengan demikian, mereka tidak perlu menunggu dibayar oleh pelanggan untuk membeli stok baru. Perusahaan menyadari bahwa ini adalah tantangan serius yang dihadapi pengecer mikro di Asia.

Pemilik usaha mikro ini umumnya memiliki ikatan yang kuat dengan pelanggan, sering kali menjual barang tanpa di bayar di muka. Sementara, mengumpulkan pembayaran ini sering membutuhkan waktu yang lebih lama dari perkiraan.

Frictionless payment dan menawarkan kredit kepada pengecer sehingga mereka dapat mengelola arus kas dengan lebih efisien adalah komponen penting dari perdagangan digital modern,” tandas Rengaswamy.

Ula didirikan oleh eks petinggi Flipkart India Nipun Mehra, dan Derry Sakti, yang mengali kariernya di P&G di Indonesia, pada Januari 2020. Mehra menyebut, sebagian besar pasar ritel Indonesia tidak terorganisir, sama halnya dengan India.

Di kategori sayur mayur misalnya, banyak petani yang menjual ke tengkulak, lalu baru masuk ke pasar. “Dari pasar, persediaan masuk ke pedagang grosir kecil dan seterusnya. Ada banyak pemain di dalam rantai ini,” ucapnya.

Sepanjang tahun lalu, diklaim perusahaan telah melayani lebih dari 20 ribu toko. Ula pertama kali beroperasi di Surabaya, dengan cepat perluas kehadiran di seluruh Jawa Timur dan masuk ke Semarang.

Application Information Will Show Up Here

Mantan Bos OnePlus Dirikan Perusahaan Teknologi Baru Bernama Nothing

Setelah hampir 7 tahun memimpin OnePlus, Carl Pei memutuskan untuk meninggalkan perusahaan yang didirikannya itu pada bulan Oktober 2020 lalu. Belum lama berselang, pria berdarah Tionghoa tapi berkebangsaan Swedia tersebut rupanya sudah punya proyek baru yang tak kalah ambisius.

Carl menamai perusahaan barunya ini Nothing, dan itu didasari oleh keyakinannya bahwa teknologi yang terbaik adalah yang bisa membaur dengan sekitar sehingga kita sebagai penggunanya tidak merasakan apa-apa. Produk apa yang akan dibuat masih tanda tanya besar, akan tetapi yang pasti Nothing bakal merilis produk di lebih dari satu kategori, dengan tujuan jangka panjang membangun ekosistem perangkat pintar.

Kalau berdasarkan wawancara Wired dengan Carl Pei pada bulan Desember lalu, kemungkinan salah satu bidang yang akan diseriusi oleh Nothing adalah musik, dan tidak menutup kemungkinan seandainya salah satu produk pertama mereka adalah headphone. Di saat yang sama, Carl juga menegaskan bahwa perusahaan barunya punya rencana yang lebih luas daripada sebatas menjadi pemain baru di industri musik atau headphone.

Carl Pei, pendiri sekaligus CEO Nothing / Nothing
Carl Pei, pendiri sekaligus CEO Nothing / Nothing

Di titik ini, Nothing memang masih terkesan misterius, akan tetapi hal itu tidak mencegah sosok-sosok ternama di industri teknologi untuk menjadi investornya. Sosok seperti Tony Fadell (pencipta iPod sekaligus pendiri Nest), Kevin Lin (co-founder Twitch), Steve Huffman (CEO Reddit), Casey Neistat (YouTuber kondang), semuanya tercatat sebagai investor Nothing.

Carl juga memastikan bahwa Nothing yang bermarkas di kota London ini merupakan perusahaan independen yang memiliki divisi riset dan pengembangannya sendiri. Pernyataan ini jelas ditujukan untuk menepis anggapan bahwa Nothing masih punya keterikatan dengan OnePlus maupun OPPO, yang semuanya berada di bawah naungan BBK Electronics.

Dari pandangan saya pribadi, Nothing sedikit banyak mengingatkan saya pada Essential, perusahaan milik Andy Rubin yang resmi ditutup tahun lalu. Pendirinya sama-sama merupakan mantan petinggi perusahaan teknologi kenamaan, dan kedua perusahaan sama-sama punya visi menciptakan suatu ekosistem perangkat ketimbang hanya berfokus di satu kategori saja.

Namun satu hal yang mungkin bisa membedakan Nothing adalah komitmen mereka untuk memulai semuanya dari awal. Jadi ketimbang memanfaatkan komponen dari suppliersupplier yang sudah ada dan dipercaya oleh banyak brand, Nothing sebisa mungkin bakal merancang sendiri komponennya, dengan harapan supaya hasil akhir produknya bisa cukup berbeda dari produk besutan kompetitor.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, kita bakal melihat produk pertama Nothing di babak pertama tahun ini juga.

Sumber: The Verge.

Fujifilm GFX 100S Ialah Kamera Large Format, Lebih Ringkas dengan Film Simulation Baru Nostalgic Neg

Selain merilis Fujifilm X-E4, Fuji juga memperkenalkan kamera mirrorless dengan sensor medium format Fujifilm GFX 100S dan lensa GF 80mm F1.7 R WR. Dibanding pendahulunya (GFX 100), kamera large format sistem GFX keempat Fujifilm ini dikemas dalam bodi lebih ringkas.

Sebagai perbandingan, Fujifilm GFX 100 memiliki dimensi 156x144x75 mm dan bobot 1.320 gram. Sementara, bodi Fujifilm GFX 100S berukuran lebih ringkas dan ringan, berdimensi 150x104x87 mm dengan bobot 900 gram. Fujifilm GFX 100S pun mewarisi sensor BSI CMOS berukuran medium format 44×33 mm dengan resolusi 102MP yang sama.

Hadir dengan bodi lebih ringkas, Fujifilm juga menggunakan sistem 5-axis in-body image stabilization (IBIS) rancangan baru yang ukurannya 20% lebih kecil dan 10% lebih ringan dibanding GFX 100. Meski lebih kecil, performanya justru meningkat 0,5 stop dari GFX 100 dan menawarkan stabilisasi hingga 6 stop.

Lebih lanjut, GFX 100S menggunakan prosesor gambar X-Processor 4 dan memiliki sistem AF phase detection pixel yang mencakup hampir 100% area. Fuji mengklaim GFX 100S dapat menangkap fokus hanya dalam 0,16 detik dan AF dapat bekerja meski di kondisi cahaya rendah -5,5 EV.

Fujifilm merancang GFX 100S agar tetap dapat beroperasi pada suhu serendah 14°F (-10°C), bodinya juga sudah tahan debu dan kelembaban. Casing yang digunakan terbuat dari magnesium alloy yang sengaja didesain 1mm lebih padat di sekitar dudukan lensa dibanding GFX 100.

Kemudian pada bagian belakang terdapat LCD monitor 3,2 inci beresolusi 2,36 juta dot dengan mekanisme tilting yang dapat dimiringkan ke tiga arah, 90° ke atas, 45° ke bawah, dan 60° ke kanan. Juga ada LCD monitor 1,8 inci di pelat atas yang dapat menampilkan sejumlah parameter seperti shutter speed, aperture, ISO, dan exposure compensation. Lalu, ada jendela bidik elekronik dengan panel OLED 3,68 juta dot, tetapi posisinya tetap.

Keistimewaan lainnya ialah kamera ini memiliki mode film simulation baru yang saat ini tersedia secara eksklusif untuk GFX 100S dan totalnya menjadi 19 film simulation. Bernama Nostalgic Neg dengan warna dan nada yang mengingatkan pada “American New Color” yang muncul di tahun 1970-an.

Terkait videografi, GFX 100S dapat merekam video 4K pada 30fps dengan bit rate hingga 400Mbps dalam 10-bit 4:2:0 F-log secara internal. Juga mendukung 10-bit 4:2:2 F-Log atau 12-bit RAW lewat port HDMI.

Soal harga juga sangat menarik, pasalnya Fujifilm GFX 100S dibanderol lebih murah dibanding GFX 100 yakni US$5.999 atau sekitar Rp84,6 jutaan dan akan dipasarkan mulai bulan Maret. Bersama GFX 100S, Fuji juga meluncurkan lensa baru GF 80mm F1.7 R WR seharga US$2.299 atau Rp32,4 jutaan.

Lensa Fujifilm GF 80mm F1.7 R WR ini menawarkan focal lenght setara dengan 63mm di full frame. Lensa GFX ini memiliki 12 elemen yang mencakup satu elemen aspherical dan dua Super ED. Jarak fokus minimumnya 70cm dengan perbesaran maksimum 0,15x, beratnya 795 gram dan filternya berdiameter 77mm.

Sumber: DPreview

Kelebihan OPPO Reno5 5G Dibanding Versi Standarnya

Berbeda dari generasi sebelumnya, seri Reno5 hadir bersama satu varian khusus yang mengusung embel-embel 5G pada namanya. Sebelum ini, seri Reno4 memang juga ada varian yang 5G, akan tetapi varian tersebut sengaja tidak dimasukkan ke pasar tanah air.

Tahun 2021 ini rupanya berbeda. Hanya selang dua minggu setelah OPPO memperkenalkan Reno5 secara resmi, sekarang Reno5 5G sudah langsung menyusul. Dibanderol seharga Rp6.999.000, Reno5 5G tentu punya sejumlah kelebihan yang absen pada versi 4G-nya.

Yang paling utama sudah pasti adalah kompatibilitas dengan jaringan 5G itu sendiri. Namun berhubung jaringan 5G masih belum beroperasi di Indonesia, OPPO pun dengan terpaksa harus mengunci fitur 5G pada Reno5 5G. Nanti di saat jaringan 5G sudah siap dikomersialkan di tanah air, barulah OPPO akan membuka fitur 5G-nya melalui firmware update.

Praktiknya tidak akan semudah itu seandainya hardware Reno5 5G tidak siap. Untungnya OPPO telah merancang Reno5 5G agar mendukung arsitektur 5G standalone (SA) maupun non-standalone (NSA) di level hardware, sehingga mereka hanya perlu mengaktifkan salah satu opsi tergantung yang nantinya digunakan di negara kita.

Dari kacamata sederhana, selisih 2 juta rupiah antara Reno5 5G dan Reno5 standar pada dasarnya merupakan ongkos future-proofing. Sejauh ini memang belum ada yang berani memastikan kapan jaringan 5G akan tersedia di Indonesia, tapi yang pasti jika Anda membeli Reno5 5G, Anda bakal bisa menikmatinya begitu jaringannya tersedia.

Namun perbedaannya tidak berhenti sampai di situ saja. Reno5 5G juga datang membawa spesifikasi yang lebih unggul, dengan chipset Snapdragon 765G yang memiliki kinerja lebih gegas ketimbang Snapdragon 720G milik Reno5 standar. Melengkapi spesifikasinya adalah chip NFC terintegrasi, RAM 8 GB, penyimpanan internal sebesar 128 GB, dan baterai berkapasitas 4.300 mAh.

Yang istimewa, baterainya ini mendukung teknologi pengisian daya cepat yang lebih kencang lagi daripada milik Reno5 (yang sendirinya sudah termasuk sangat cepat dengan dukungan output maksimum sebesar 50 W). Persisnya, Reno5 5G mendukung teknologi 65W SuperVOOC 2.0, dan ini memungkinkan baterainya untuk terisi penuh dalam waktu 35 menit saja. Namun seandainya memang sedang buru-buru, charging selama 15 menit pun sudah bisa mengisi sekitar 60% dari total kapasitasnya.

Selebihnya, Reno5 5G menawarkan pengalaman yang hampir identik dengan Reno5. Desainnya sama-sama ramping dengan ketebalan hanya 7,9 mm (terpaut 0,1 mm dari Reno5 standar), dan layarnya sama-sama menggunakan panel AMOLED 6,4 inci beresolusi FHD+, dengan refresh rate 90 Hz dan touch sampling rate 180 Hz. Di ujung kiri atasnya, ada lubang kecil yang menjadi rumah kamera selfie 32 megapixel.

Beralih ke belakang, pengguna akan disambut oleh kamera utama 64 megapixel f/1.7, kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.2, kamera macro megapixel dan kamera monokrom 2 megapixel. Seperti halnya Reno5 standar, Reno5 5G turut dilengkapi fitur-fitur berbasis AI yang siap mengoptimalkan hasil foto sekaligus video.

Bagi yang tertarik dengan seri Reno5 tapi peduli dengan aspek future-proofing tadi, Anda sudah bisa memesan Reno5 5G secara online di Shopee, atau secara offline di jaringan toko OPPO Store maupun toko-toko lainnya mulai 25 Januari hingga 4 Februari. Penjualan perdananya baru akan berlangsung pada tanggal 5 Februari 2021.

Untuk warnanya, konsumen bisa memilih antara warna Starry Black atau Galactic Silver. Keduanya sama-sama dijual dengan harga resmi Rp6.999.000.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.