Monthly Archives: January 2021

Sepanjang 2020 tercatat 13 aksi korporasi dalam bentuk M&A. Sebagian besar akuisisi dilakukan untuk memperkuat model bisnis yang dimiliki startup terkait.

Tren Konsolidasi Ekosistem Startup Indonesia Sepanjang Tahun 2020

Berdasarkan kaleidoskop ekosistem startup Indonesia 2020, sepanjang tahun lalu tercatat 13 aksi korporasi dalam bentuk merger and acquisition (M&A). Sebagian besar akuisisi dilakukan untuk memperkuat atau menambah model bisnis yang dimiliki oleh startup terkait. Misalnya saat platform agregator logistik Shipper mengakuisisi Porter dan Pakde dibarengi dengan inisiatif perusahaan memperluas cakupan bisnis ke pergudangan dan fulfillment. Belum lagi soal rumor yang santer beredar, terkait rencana merger antara Gojek dan Tokopedia.

Di tahun 2021, banyak pihak mengatakan tren konsolidasi bakal makin diprioritaskan oleh para startup. Managing Partner East Ventures Willson Cuaca dalam kesempatan wawancara bersama DailySocial mengatakan, “Konsolidasi akan banyak lagi di tahun ini. Semakin segmented pasar, kita akan melihat banyak orang mengerjakan hal berbeda-beda. Konsepnya seperti ini, kalau ada satu startup ditambah satu hasilnya bisa lebih dari dua, dalam artian bisa lebih efisiensi dan memperbesar peluang, maka konsolidasi sangat memungkinkan untuk membuat lebih powerful.”

Bagi startup yang sudah besar, misalnya di level unicorn, konsolidasi juga bisa dipandang sebagai strategi untuk memperluas cakupan model bisnis – semua ingin menjadi super app. Pilihannya memang ada dua, mereka bisa saja mengembangkan layanan serupa di internal. Namun beberapa tahun belakang tampaknya pola pikirnya mulai bergeser ke arah konsolidasi. Seperti yang dilakukan oleh Gojek yang beberapa tahun terakhir sibuk melakukan akuisisi, totalnya sampai 13 startup termasuk yang paling baru pemimpin bisnis point-of-sales lokal, Moka.

Ada banyak variabel penentu, namun yang paling diperhitungkan terkait biaya. Membuat semuanya dari baru, selain harus menyiapkan semua dari nol (tim, infrastruktur, pengetahuan dll), perusahaan dihadapkan dengan tantangan untuk melakukan edukasi pasar, akuisisi pengguna, bahkan melawan pesaingnya. Akuisisi bisa saja bernilai sama dalam hitung-hitungan tersebut, namun dengan tempo yang jauh lebih singkat. Contohnya kolaborasi cepat yang dilakukan Gojek dan Moka melahirkan GoStore pasca proses akuisisi rampung.

draft_konsolasi_startup-01

Peluang kolaborasi juga makin luas cakupannya, tidak hanya antarpemain di segmen pasar yang sama. Hal ini diceritakan oleh Co-Founder & CEO Mekari Suwandi Soh, bisnisnya adalah layanan SaaS untuk UKM dan korporasi.  Ia mengatakan, sepanjang 2020 banyak sekali kesempatan kemitraan yang mendekat. Kolaborasinya juga tidak hanya sekadar membahas integrasi produk lewat API, tapi meliputi proses bisnis, sampai strategi go-to-market. Beberapa perusahaan yang menawarkan kerja sama pun beragam, termasuk perbankan dan asuransi. “Jadi 2021 ke depan itu harusnya makin banyak opportunity untuk kolaborasi,” ujar Suwandi.

Lebarkan bisnis

Di sisi startup, kebanyakan memang cukup terbuka untuk menjajaki kolaborasi mutual. Misalnya disampaikan oleh perwakilan OVO, “Kami selalu terbuka untuk melakukan win-win collaboration. Kesediaan kami untuk berkolaborasi telah menjadi ciri khas dari strategi dan pendorong pertumbuhan kami. Kemitraan dengan Grab dan Tokopedia, misalnya, membantu meningkatkan penerimaan OVO secara signifikan dalam perjalanannya menjadi platform [berskala] nasional.”

Baik Tokopedia dan Grab sama-sama memiliki persentase saham di OVO. Dan untuk memperkuat inti bisnisnya, OVO sendiri juga sempat melakukan akuisisi terhadap startup fintech lending Taralite dan fintech investment Brareksa. Narasumber kami tersebut juga mengatakan, dengan misi kolaborasi yang digenggam, secara sistem OVO juga didesain untuk mampu menciptakan interoperabilitas untuk membantu mitra strategis terhubung ke dalam ekosistem aplikasinya.

Hal serupa juga dikatakan oleh CMO Halodoc Dionisius Nathaniel, di perusahaannya peluang kolaborasi adalah sesuatu yang dijalakan terus menerus. Fokusnya bukan ke siapanya, tapi lebih ke sinergi apa yang dapat mendukung vii masing-masing. Halodoc sendiri saat ini juga telah terintegrasi ke super app Gojek, diawali dengan investasi yang diberikan decacorn tersebut dalam seri A pada tahun 2016.

Konsolidasi juga tidak hanya berbicara antara startup dengan startup. Lebih dari itu, saat ini tidak jarang korporasi tertarik untuk melakukan sinergi dengan startup demi mendapatkan percepatan inovasi bisnis. Di sisi korporasi, corporate venture capital (CVC) menjadi strategi yang sejauh ini paling ampuh digunakan untuk menjaring kandidat startup potensial. Salah satunya dilakukan oleh MDI Ventures, CVC di bawah naungan Telkom Group yang kini diberi mandat untuk memperlebar jangkau integrasi, tidak hanya ke perusahaan induknya tapi juga ke perusahaan lain di lingkungan BUMN.

Kepada DailySocial, CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengatakan, “Kami memiliki dua KPI utama yang terukur, yakni menciptakan valuation growth dari investasi yang diberikan dan men-deliver sinergi dengan Telkom dan perusahaan BUMN lainnya. Tugas kami memastikan startup terkait sudah terbukti, misalnya terkait market fit dan unit economic, sehingga ketika di-plug in ke korporasi dapat memberikan nilai lebih kepada masing-masing. Startup butuh kapital dan pasar, korporasi punya itu. Sementara korporasi membutuhkan inovasi digital, startup memiliki itu.”

MDI Ventures banyak memberikan pendanaan kepada startup later stage, seri B ke atas. Menurutnya ini juga menjadi proven layer untuk memastikan startup tersebut memang sudah benar-benar matang. Terkait konsolidasi startup dengan BUMN, ia juga bercerita tentang inisiatif “ecosystem building” yang digarap bersama CVC BUMN lainnya. Pada dasarnya ini adalah sebuah working group untuk mendorong digitalisasi di beberapa sektor strategis, mulai dari kesehatan, pertanian, dan logistik. Serta menjembatani inovasi potensial dengan perusahaan di lingkungan BUMN.

Dorongan exit

Golden Gate Ventures dalam laporannya berjudul “Southeast Asia Exit Landscape: A New Frontier” mengatakan, bahwa kematangan ekosistem startup di Asia Tenggara juga akan berimplikasi pada meningkatnya jumlah exit. Dorongan pemain besar regional untuk melakukan akuisisi membuat M&A jadi opsi keberhasilan exit yang akan banyak dicapai. Laporan tersebut dibuat sebelum pandemi melanda, namun dari sinyal yang diberikan pasar, justru banyak terjadi percepatan.

draft_konsolasi_startup-02

Jika ditelisik lebih dalam, M&A menjadi jalur exit ideal untuk portofolio yang tengah dalam tahap pertumbuhan (maksimal dengan valuasi setara centaur), sementara untuk startup yang sudah mapan IPO tetap jadi jalur yang terus diupayakan. Beberapa unicorn lokal sudah menggaungkan rencana untuk melantai di bursa dalam waktu dekat. Menanggapi ini Willson juga mengatakan bahwa memang sudah saatnya para startup di Indonesia memperhitungkan IPO sebagai jalur exit mereka.

“Ada pandemi ataupun tidak, IPO memang sudah waktunya. Contohnya, Tokopedia sudah 11 tahun, Traveloka 8 tahun dan lain-lain. Selain itu monetisasi sudah  mulai clear, banyak yang sudah mulai profitable, banyak yang makin jelas roadmap-nya, jadi tinggal bagaimana cara IPO-nya. Tapi karena pandemi, pemerintah banyak mengeluarkan stimulus. Khususnya di US, mereka mulai cetak uang, maka nilai uang jadi turun. Dan membuat public market semakin liquid, makanya semua stock market lagi hijau semua, masih murah melebihi tahun 2008. Jadi membuat kesempatan untuk IPO lebih dipercepat,” jelas Willson.

Untuk persiapan IPO, konsolidasi juga dapat memiliki arti. Pertama adalah untuk meningkatkan nilai dari perusahaan itu sendiri. Kedua, untuk mempersempit peluang persaingan pasar – terlebih jika kedua perusahaan dapat saling memperkuat lini bisnisnya. Dan yang ketiga, untuk meningkatkan kepercayaan publik terkait kekuatan bisnisnya. Belum banyak contoh startup melantai di papan pengembangan, menjadi penting untuk debutnya nanti benar-benar memberikan pengalaman terbaik bagi ekosistem.


Gambar Header: Depositphotos.com

Tiket.com meresmikan fitur aktivitas liburan “TO DO” menaungi 10 kategori dengan lebih dari 10.200 pilihan kegiatan online dan offline, 386 event di 62 negara

Tiket.com Resmikan Fitur Aktivitas Liburan “TO DO”

Tiket.com meresmikan fitur aktivitas liburan “TO DO”, setelah pertama kali soft launch pada Maret 2020. Diklaim, fitur ini tumbuh paling signifikan hingga 515% untuk angka penjualan tiket pada kuartal III dan IV 2020, melampaui kinerja tiket pesawat dan akomodasi masing-masing sebesar 89% dan 118%.

Co-Founder & CMO Tiket.com Gaery Undarsa menerangkan, awalnya TO DO baru melayani kategori tiket atraksi dan wahana. Namun sekarang TO DO menaungi 10 kategori dengan lebih dari 10.200 pilihan kegiatan online dan offline, 386 event di 62 negara. Khusus di Indonesia, tersedia 2 ribu pilihan kegiatan dan 380 event yang dapat dipilih konsumen.

TO DO dibentuk untuk melengkapi produk yang sudah kita punya, sekaligus menanggapi kebutuhan konsumen saat ini,” ucap Gaery saat konferensi pers virtual, Kamis (28/1).

Ada 10 kategori di dalam TO DO, di antaranya TO DO Online yang berisi jajaran kegiatan online seperti kelas online, seminar, gala premier film, podcast, dan lain-lain; atraksi; event (konser musik dan seminar); pelengkap perjalanan (travel essentials seperti tes Covid-19, pembelian SIM card); transportasi; tur; tempat bermain; kecantikan dan kebugaran; wisata kuliner; permainan dan hobi.

Dari keseluruhan kategori di atas, travel esensial, atraksi, dan event menjadi kategori yang paling banyak dibeli konsumen. Hal ini selaras dengan kondisi di mana konsumen yang mulai bepergian harus melengkapi sejumlah persyaratan dokumen kesehatan, sementara agar tidak bosan di rumah membeli tiket aktivitas online.

Ke depannya, perusahaan akan terus menambah kemitraan dengan berbagai pemain industri pariwisata on board ke dalam TO DO. Gaery menuturkan, selain industri penerbangan dan perhotelan, ada jutaan orang di sekitarnya yang terdampak akibat pandemi.

“Ada tempat rekreasi, tour guide, tempat souvenir, di sekitar industri pariwisata yang bisa dikunjungi. Ini yang sedang kami coba support mereka dengan bergabung ke TO DO,” pungkasnya.

Konsep yang sama juga sudah diluncurkan kompetitor terdekatnya, Traveloka dengan fitur Xperience. Agar lebih kompetitif, perusahaan baru merilis kategori OnlineXperience yang menawarkan lebih dari 100 sesi unik yang dirancang untuk mendorong konsumen menikmati waktu luang di rumah bersama keluarga.

Traveloka Xperience sendiri dirilis pada 2019. Sejak pandemi, perusahaan merilis layanan travel esensial berupa uji tes Covid-19. diklaim, fitur ini dimanfaatkan oleh 200 ribu pengguna.

Application Information Will Show Up Here
Monk's Hill Ventures

Ekosistem Startup Indonesia dan Singapura Masih Jadi Perhatian Utama Monk’s Hill Ventures

Sebagai venture capital yang fokus di Asia Tenggara, Monk’s Hill Ventures hingga saat ini masih melihat Singapura, Indonesia, dan Vietnam sebagai negara yang memiliki potensi lebih terkait kinerja startup dan potensi berinvestasi. Namun melihat perkembangan yang saat ini terjadi di negara lain di Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia dan Filipina, menjadi tidak mungkin ke depannya tiga negara tersebut bakal dilirik oleh mereka.

Dalam sesi media briefing yang digelar oleh Monk’s Hill Ventures (MHV) terungkap, beberapa fokus yang kemudian menjadi highlights sepanjang tahun 2020. Diungkapkan juga rencana investasi, peluang dan sektor yang dilirik oleh MHV untuk tahun 2021.

Indonesia dan Singapura investasi terbesar

Dalam presentasi yang disampaikan oleh Managing Partner Monk’s Hill Ventures Kuo-Yi Lim, investasi terbesar yang telah digelontorkan oleh MHV selama ini adalah negara Singapura dan Indonesia.

Tercatat sejak tahun 2017, investasi yang dilakukan lumayan rutin oleh MHV, meskipun perusahaan mengklaim idealnya hanya sekitar 4-5 investasi saja yang diberikan per tahunnya. Namun memasuki tahun 2020 ketika pandemi mulai menyebar secara global, mereka memutuskan untuk melakukan penundaan investasi dan lebih melihat tren dan pergerakan sektor yang kemudian mengalami pertumbuhan saat pandemi.

“Sepanjang tahun 2020 angka menunjukkan dinamika naik-turun, terlihat lebih berat dari tahun sebelumnya,” kata Kuo-Yi Lim

Ditambahkan olehnya, sebelumnya kondisi tersebut telah diprediksi, karena kebanyakan venture capital, menunda investasi saat pandemi dengan kondisi pasar yang tidak menentu. Namun setelah melihat dinamika sektor yang ada, ternyata tahun 2020 menjadi waktu yang tepat untuk berinvestasi.

Dalam pemaparan tersebut juga disampaikan 10 sektor yang kemudian dilirik oleh MHV. Di antaranya adalah Fintech (17%), IT (18%), Software (11%), layanan finansial (9%), marketplace (7%), logistik (5%), healthcare (5%), layanan e-commerce (9%), SaaS (9%) dan Internet (8%). Sektor tersebut yang kemudian merupakan deal yang banyak dilancarkan oleh MHV sepanjang tahun 2020.

“Dari catatan kami terlihat banyak sektor yang kami lirik adalah layanan fintech, IT terutama mereka yang menawarkan layanan infrastruktur seperti software untuk layanan e-commerce. Logistik juga menjadi pilihan investasi kami. Data ini mewakili sektor yang kami lirik sepanjang tahun 2020 dan tahun 2021.”

Tahun 2021 ini ternyata tidak mengalami perubahan yang berarti bagi MHV terkait dengan sektor mana yang akan menjadi fokus. Secara khusus menyesuaikan sektor yang telah dipilih sebelumnya, tidak melihat perubahan yang cukup besar pada tahun 2021.

“Hal tersebut dilihat dari jumlah pemain yang masuk dalam sektor ini cukup banyak jumlahnya. Bersamaan dengan besarnya permintaan dari industri. Misalnya healthcare dan financial services, semua tetap menjadi key player. kita akan melihat pengaruh dari sektor-sektor ini,” kata Kuo-Yi Lim.

Tips investasi saat ini

Pelajaran paling penting yang kemudian diambil oleh MHV ketika melakukan investasi saat pandemi dan memasuki realitas baru adalah, untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja secara remote. Namun di sisi lain perlu melakukan proses due diligence lebih kritis dan tentunya lebih ketat lagi. Venture capital juga harus bisa melakukan pengecekan yang relevan, dan selalu melakukan komunikasi dengan jaringan di industri terkait.

Hal penting lainnya yang kemudian menjadi perhatian oleh MHV adalah, fokus kepada kualitas pendiri, terutama bagi mereka yang memiliki kualitas paling tinggi dengan fundamental yang solid dan higher conviction dari sebelumnya. Dan yang terakhir kemudian menjadi perhatian dari MHV adalah, menjadi penting untuk bisa menciptakan relasi lokal yang baik. Dalam hal ini adalah 5 negara yang disasar di Asia Tenggara.

“Hal tersebut telah memungkin kami untuk membangun kepercayaan dan relasi jangka panjang, di saat yang sama juga menghilangkan keterbatasan yang terjadi karena aturan perjalanan (travel restriction),” kata Kuo-Yi Lim.

Gambar Header: Depositphotos.com

file manager android

12 Aplikasi File Manager Android yang Layak Dicoba

File manager menjadi sangat penting bagi banyak pengguna android untuk mengatur file dengan mudah, sehingga memori smartphone dapat digunakan dengan maksimal. File manager Android juga punya peran yang vital untuk mendukung berbagai kegiatan, mulai yang sifatnya produktif ataupun untuk aktivitas keseharian seperti memindahkan file, menyalin, menghapus file tak penting, dan lain-lain.

Continue reading 12 Aplikasi File Manager Android yang Layak Dicoba

Fijifilm X-E4 1

Fujifilm X-E4 Resmi Diumumkan, Kombinasi X-Pro3 & X100V dengan Harga Lebih Terjangkau

Pada tanggal 27 Januari kemarin, Fujifilm menggelar acara virtual bertajuk ‘X Summit Global 2021‘. Di ajang tersebut, mereka memperkenalkan beberapa produk meliputi kamera mirrorless medium format Fujifilm GFX 100S dan lensa GF 80mm F1.7 R WR. Serta, kamera mirrorless APS-C Fujifilm X-E4, lensa XF 27mm F2.8 R WR, dan XF 70-300 F4-5.6 R LM OIS WR.

Sesuai judul, di artikel ini saya akan membahas Fujifilm X-E4 dan dua lensa XF terbarunya. Untuk Fujifilm GFX 100S dan lensa GF 80mm F1.7 R WR akan saya bahas pada artikel terpisah.

Fujifilm X-E4

Saya termasuk penggemar Fujifilm, kamera Fuji pertama saya ialah X100F. Saya suka film simulation dan desain rangefinder dengan kontrol manual serta dimensi yang ringkas.

Saat mengulas Fujifilm X-Pro3, kamera tersebut bikin saya mabuk kepayang. Namun saya harus menahan diri karena faktanya LCD yang tersembunyi tersebut menjadi deal breaker buat saya dan faktor harga yang juga belum masuk.

Fujifilm X-T3 dan X-T30 lebih cocok untuk kebutuhan saya, namun desain dan belum adanya film simulation Classic Negative menjadi pertimbangan saya. Fujifilm X100V sangat mempesona, tetapi sempurna untuk kamera sekunder dan saya tidak bisa bekerja dengan satu focal length. Saya hampir memilih Fujifilm X-S10, sudah ada film simulation Classic Negative tetapi tidak sreg dengan desain ala DSLR-nya.

Saya ingin kombinasi Fujifilm X-Pro3 dengan lensa yang dapat ditukar dalam desain seringkas X100V, serta harga yang lebih terjangkau dan memiliki semua mode film simulation terbaru. Itu akhirnya terwujud pada Fujifilm X-E4.

Meski terdapat sejumlah perbedaan, tetapi kalau dipandang sekilas desain Fujifilm X-E4 sangat mirip dengan X100V dan tersedia dalam warna hitam serta silver. Penampilannya tidak lagi kaku seperti X-E3, terlihat lebih modern.

Untuk ukuran dimensi bodinya saja bahkan sedikit lebih ringkas, yakni 121x73x33 mm vs 128x75x53 mm. Fujifilm mengatakan bahwa X-E4 didesain serata mungkin agar lebih mudah masuk ke dalam saku.

Bila dipasang dengan lensa XF 27mm F2.8 R WR yang baru, ukuran X-E4 masih sangat ringkas dan menawarkan focal length ekuivalen 40,5mm yang tidak terlalu jauh dengan 35mm di X100V. Yang juga penting ialah layar sentuh 3 inci beresolusi 1,63 juta dot-nya kini bisa ditarik dan ditekuk hingga 180 derajat ke depan untuk kemudahaan pengambilan foto maupun video dari berbagai macam sudut.

Jendela bidik eletronik-nya punya cup bulat dengan panel OLED beresolusi 2,36 juta dot dengan magnification 0.62x. Di pelat atas, masih terdapat dial shutter speed, exposure compensation, tombol shutter beserta tuas on/off, dan ada tambahan tombol Q.

Bagian dalam, Fujifilm X-E4 mengemas sensor BSI-CMOS 4 26MP tanpa IBIS dan digerakkan prosesor gambar quad-core ‘X-Processor 4’ yang menyuguhkan performa autofocus yang sama dengan flagship X-T4. Kamera dapat memotret beruntung 20fps dengan electronic shutter dan 8fps dengan mechanical shutter. Dilengkapi 18 film simulation, termasuk yang terbaru ETERNA Bleach Bypass dan Classic Negative.

Untuk perekam videonya, X-E4 sanggup menangkap footage 4K DCI atau 4K UHD hingga 30fps 4: 2: 0 8-bit dan juga mendukung 4K 30P 4:2:2 10-bit melalui port HDMI-nya. Selain itu, pada resolusi 1080p kamera dapat merekam video frame rate tinggi hingga 240fps.

Fujifilm X-E4 rencananya akan tersedia mulai awal Maret. Dengan harga US$850 atau sekitar Rp12 jutaan untuk body only dan US$1050 atau Rp14,8 jutaan dengan kit lensa 27mm F2.8 R WR.

Fujifilm XF 27mm F2.8 R WR dan Fujifilm XF 70-300 F4-5.6 R LM OIS WR

Lensa pancake populer 27mm Fuji akhirnya mendapatkan pembaruan, XF 27mm F2.8 R WR yang baru ini sudah weather-sealing dan memiliki ring aperture yang dapat dikunci tanpa memperbesar ukuran lensa. Filter depannya berukuran 39mm dan beratnya hanya 84mm.

Sementara, XF 70-300 F4-5.6 R LM OIS WR merupakan lensa zoom telephoto berukuran ringkas yang menawarkan focal length setara 107mm-457mm pada kamera Fujifilm X-series. Lensa ini menawarkan stabilisasi hingga 5,5 stop, memiliki 17 elemen dalam 12 grup termasuk elemen aspherical dan ED glass.

Jarak fokus minimumnya 83cm dengan perbesaran maksimum 0,33x, ring aperture dan zoom-nya bisa dikunci untuk mencegahnya memanjang saat dibawa. Ukuran filternya 67mm dan mendukung telekonverter Fujifilm 1,4x maupun 2x.

Fujifilm XF 27mm F2.8 R WR akan dijual seharga US$399 (Rp5,6 jutaan) dan US$799 (Rp11,2 jutaan) untuk Fujifilm XF 70-300 F4-5.6 R LM OIS WR. Sama seperti Fujifilm X-E4, rencananya kedua lensa juga akan tersedia mulai awal Maret 2021 mendatang.

Sumber: DPReview

Rockstar Games dan GTA: Sejarah Singkat dan Keunikannya

Setiap developer game biasanya memiliki keahlian masing-masing. Misalnya, Riot Games sukses dengan League of Legends, sebuah MOBA. Karena itu, untuk membuat Ruined King, yang bergenre RPG, mereka menggandeng developer lain. Sebaliknya, Obsidian dikenal berkat game-game single-player mereka, seperti The Outer World dan Pillars of Eternity. Menariknya, Rockstar Games berhasil membuat game single-player dan multiplayer yang populer dengan Grand Theft Auto V .

 

Sejarah Rockstar Games

Rockstar Games didirikan pada Desember 1998 sebagai bagian dari Take-Two Interactive. Untuk mendirikan Rockstar, Take-Two menggunakan aset dari BMG Interactive, yang mereka akuisisi pada Maret 1998. Melalui akuisisi ini, Take-two mendapatkan dua intellectual property dari BMG, yaitu Grand Theft Auto dan Space Station Silicon Valley.

Setelah akuisisi BMG oleh Take-Two, tiga eksekutif BMG pindah ke New York untuk bekerja di bawah Take-Two. Ketiga orang itu adalah Jamie King dan bersaudara Houser: Sam dan Dan. Terry Donnovan, yang sempat bekerja di bawah perusahaan label rekaman BMG Entertainment, juga mengikuti jejak ketiganya. Keempat pria ini dianggap sebagai co-founders dari Rockstar.

DMA Design merupakan developer dari GTA pertama.
DMA Design merupakan developer dari GTA pertama.| Sumber: YouTube

Selain BMG Interactive, Take-Two juga membeli DMA Design, developer dari Grand Theft Auto, pada September 1999. DMA Design didirikan pada 1987 oleh David Jones. Pada awal berdirinya, DMA mendapatkan dukungan dari publisher Psygnosis. Ketika itu, fokus DMA adalah membuat game untuk tiga PC, yaitu Amiga, Commodore 64, dan Atari ST.

DMA Design berhasil membuat sejumlah game populer, seperti Menace dan Blood Money. Pada 1991, mereka meluncurkan Lemmings, game puzzle-platformer yang menjadi hit di pasar internasional. Menurut laporan Opium Pulses, Lemmings terjual sebanyak 15 juta unit. Tak hanya itu, dalam periode 1991-2000, Lemmings mendapatkan 5 sekuel dan 2 expansion. Kesuksesan DMA dengan Lemmings memungkinkan mereka untuk membuat game yang lebih ambisius. Salah satunya adalah Grand Theft Auto.

Grand Theft Auto pertama diluncurkan pada Oktober 1997. Tak lama setelah itu, DMA Design dibeli oleh Gremlin Interactive seharga GBP4,2 juta. Di bawah Gremlin, DMA merilis beberapa game baru, seperti Body Harvest, Space Station Silicon Valley, Tanktics, dan Wild Metal Country. Namun, Gremlin kemudian diakuisisi oleh Infogrames seharga GBP24 juta dan aset dari DMA Design dijual ke Take-Two Interactive.

Pada 1999, Take-Two mengakuisisi DMA Design. Ketika itu, mereka tengah mengembangkan GTA3D dan Grand Theft Auto: Crime World. Meski pengembangan Crime World akhirnya tidak dilanjutkan, DMA tetap membuat GTA3D, yang namanya kemudian diubah menjadi Grand Theft Auto III. Pada Oktober 2001, GTA III diluncurkan untuk PlayStation 2. Beberapa bulan setelah itu, pada Maret 2002, DMA Design diintegrasi dengan Rockstar Games. Nama studio itu pun diubah menjadi Rockstar North per Mei 2002.

 

Sekilas tentang GTA

Setelah beroperasi selama lebih dari dua dekade, Rockstar Games memiliki beberapa franchise populer, seperti Red Dead, Max Payne, dan Manhunt. Namun, tak bisa dipungkiri, Grand Theft Auto adalah franchise mereka yang paling populer.

Grand Theft Auto pertama mulai dikembangkan pada April 1995. Ketika itu, game tersebut memiliki judul Race’n’Chase. Memang, pada awalnya, GTA dibuat dengan konsep game racing multiplayer yang memungkinkan pemainnya untuk saling menabrakkan mobil mereka dengan satu sama lain. Namun, konsep dari game itu lalu berubah menjadi action adventure.

Konsep awal GTA adalah multiplayer racing. | Sumber: GameSpot
Konsep awal GTA adalah multiplayer racing. | Sumber: GameSpot

David Jones, pendiri DMA Design yang juga merupakan Producer dari GTA, mengungkap, Pac-Man merupakan salah satu game yang menginspirasi GTA. Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana Pac-Man bisa menjadi inspirasi untuk GTA? Dalam Pac-Man, Anda harus memakan semua titik yang ada dan menghindari para Ghosts. Sementara di GTA, Anda bisa menabrak pejalan kaki dengan mobil, walau hal itu berarti Anda harus siap dikejar polisi.

Selain Pac-Man, game lain yang menginspirasi GTA adalah Elite, ungkap Gary Penn, yang ketika itu menjabat sebagai Creative Director dari DMA. Elite, yang diluncurkan pada 1984, merupakan game tentang space trading dan combat simulation. Pada masanya, game ini dianggap sebagai game revolusioner karena menggunakan grafik 3D dan sistem open-world.

Pengembangan Grand Theft Auto sendiri tidak berjalan mulus. Berulang kali, game tersebut hendak dibatalkan. Namun, para developer di DMA bersikukuh untuk menyelesaikan game itu.

 

Kontroversi Terkait GTA

Grand Theft Auto memang merupakan franchise terpopuler milik Rockstar Games. Sejauh ini, terdapat tujuh game GTA, empat game spin-off, dan empat expansion. Grand Theft Auto V, yang diluncurkan pada 2013, telah terjual sebanyak 135 juta unit. Dengan begitu, GTA V menjadi game dengan angka penjualan terbesar kedua di dunia. Dengan penghasilan total mencapai US$60 miliar, GTA V juga menjadi salah satu game paling menguntungkan.

Meskipun begitu, tak bisa dipungkiri bahwa game-game GTA juga menuai kritik dan kontroversi. Kekerasan eksplisit merupakan salah satu alasan mengapa Grand Theft Auto mendapatkan kritik. Misalnya, pada GTA III, para pemain bisa menyewa Pekerja Seks Komersil (PSK) dan membunuhnya sehingga dia tidak perlu membayar. Alasan lain mengapa GTA sering mendapatkan protes adalah keberadaan konten seksual. Minigame Hot Coffee dalam GTA: San Andreas menjadi salah satu kontroversi terbesar yang melibatkan GTA. Pasalnya, minigame itu menampilkan adegan seks antara sang tokoh utama dengan kekasihnya.

GTA: San Andreas
GTA: San Andreas

Rockstar sebenarnya telah menonaktifkan minigame itu sebelum mereka merilis San Andreas. Namun, seperti yang disebutkan oleh Screen Rant, hal ini tidak menghentikan para modders untuk mengaktifkan kode dari Hot Coffee agar mereka bisa mengakses konten minigame tersebut. Pada akhirnya, Rockstar memutuskan untuk menghapus kode dari Hot Coffee dari San Andreas sehingga konten itu tak lagi bisa diakses.

Selain kekerasan dan konten seksual, Rockstar juga mendapatkan protes karena tak segan memasukkan konten sensitif terkait politik, khususnya bagi warga Amerika Serikat. Contohnya, dalam GTA: Vice City, terdapat dialog yang menyerukan dukungan untuk membunuh imigran asal Haiti. Hal ini mendapatkan protes dari komunitas Haiti-Amerika.

 

Single-Player vs Multiplayer

Pada 2013, salah satu topik hangat yang dibicarakan di industri game adalah apakah game single-player masih diminati di tengah maraknya game-game online. Menariknya, ketika itu, Rockstar meluncurkan Grand Theft Auto V, yang fokus pada elemen single-player, dan juga GTA Online, yang masih menjadi bagian dari GTA V dan merupakan game multiplayer. Ketika itu, pada Polygon, Dan Houser, salah satu pendiri Rockstar, mengaku bahwa dia percaya, game single-player masih diminati banyak orang.

“Saya rasa, game multiplayer yang dieksekusi dengan baik memang menarik minat banyak orang, tapi audiens dari game multiplayer tidak akan sebanyak game single-player,” kata Houser, seperti dikutip dari Polygon. “Game multiplayer belum dapat melakukan hal itu sekarang.” Houser mengungkap, kebanyakan game online, seperti Call of Duty, tetap punya elemen single-player, walau tentu saja, tetap ada beberapa game online yang menjadi pengecualian, seperti World of Warcraft.

“Bahkan pemain Call of Duty sekalipun tidak selalu bermain mode multiplayer,” ujar Houser. “Masih ada banyak gamer yang suka memainkan game adventure single-player. Dan saya rasa, game-game seperti itulah yang kami buat. Game-game action adventure kami punya mekanisme dan komponen petualangan yang kuat. Memang, game kami bukan RPG. Namun, perbedaan antara game action adventure buatan kami dengan RPG semakin tipis.”

Lebih lanjut, dia berkata, “Saya rasa, game single-player tetap punya masalah sendiri. Namun, game adventure single-player tetap bisa menjual jika ia memang berkualitas. Sama seperti game multiplayer yang bisa menjadi populer jika ia memang menarik.”

Tesla Ungkap Versi Baru Model S dan Model X dengan Interior yang Dirombak Total

Tesla Model S memang bukan mobil listrik pertama bikinan Tesla, akan tetapi sedan premium itulah yang berhasil melambungkan nama Tesla sampai ke titik ini. Meski sudah dipasarkan sejak tahun 2012, wujud luar dan dalamnya tidak begitu banyak berubah. Namun Tesla rupanya sudah menyiapkan kejutan secara diam-diam.

Mereka baru saja menyingkap versi anyar Model S yang siap mengaspal mulai bulan Maret, dengan sejumlah perombakan di eksterior, dapur pacu, sekaligus interiornya. Perubahan di tampilan luarnya memang tidak terlalu kentara jika tidak benar-benar diamati dan dibandingkan langsung dengan versi sebelumnya. Yang mungkin agak mencuri perhatian adalah klaim bahwa Model S merupakan mobil produksi yang paling aerodinamis yang ada sekarang.

Untuk dapur pacunya, Model S kini hadir dalam varian “Plaid” yang dibekali tiga buah motor elektrik dengan sistem penggerak empat roda. Total output daya yang dihasilkan bisa mencapai angka 1.020 tenaga kuda, dan akselerasi 0 – 100 km/jam mampu dicatatkan dalam waktu 1,99 detik saja. Kalau Anda menilai Model S sudah sangat kencang, maka varian barunya ini bakal lebih ngebut lagi.

Cepat sekaligus efisien sudah menjadi pegangan Tesla selama ini, dan varian anyar Model S ini pun tidak luput dari arahan tersebut. Varian termahalnya, “Plaid+” yang dihargai mulai $139.000, bisa menempuh jarak sejauh 836 km sebelum baterainya perlu diisi ulang. Bahkan varian termurahnya yang dibanderol mulai $79.990 pun sudah bisa menempuh jarak 663 km dalam sekali charge.

Interior baru dan kapabilitas gaming yang lebih mumpuni

Namun semua itu kalah menarik jika dibandingkan dengan perubahan yang Tesla terapkan pada interiornya. Nuansa kabin Model S versi anyar ini jauh lebih minimalis ketimbang sebelumnya. Memang tidak sampai sesimpel interior milik Model 3, tapi kita bisa melihat filosofi desain yang sama di sini.

Perubahan yang paling mencolok bisa dilihat pada layar dashboard-nya, yang kini diposisikan dalam orientasi landscape ketimbang portrait. Layar ini jauh lebih besar daripada iPad Pro sekalipun, dengan bentang diagonal 17 inci dan resolusi 2200 x 1330 pixel. Tidak seperti Model 3, Model S masih mempunyai satu layar ekstra di depan lingkar kemudinya.

Seperti yang bisa kita lihat, setirnya pun juga sudah diperbarui dengan bentuk yang menyerupai setir milik KITT, mobil canggih dari serial TV lawas Knight Rider. Tidak ada lagi tuas di sebelah kiri maupun kanannya, dan semua kontrolnya kini mengandalkan tombol-tombol pada setir.

Juga sangat menarik adalah penambahan layar 8 inci di kabin belakangnya. Mengingat Tesla memang menyediakan sejumlah video game pada sistem infotainment-nya, keputusan ini jelas tidak terdengar mengejutkan. Lalu, supaya penumpang di belakang bisa bermain dengan nyaman, Tesla pun memastikan bahwa sistemnya kompatibel dengan controller nirkabel.

Tesla Model S

Bicara soal game, ada satu pemandangan yang sangat menarik menurut saya. Coba Anda lihat baik-baik layar dashboard-nya, di situ terpampang jelas ada The Witcher 3 yang ditawarkan sebagai salah satu game-nya. Kedengarannya mungkin konyol, tapi apakah ini berarti penumpang Model S nantinya bisa memainkan salah satu RPG terbaik karya CD Projekt Red tersebut?

Baik Tesla maupun CD Projekt Red belum mau berkomentar soal ini, tapi saya yakin Tesla tidak sembarangan mencantumkan detail seperti ini kalau memang maksudnya hanya bercanda. Satu informasi penting yang Tesla beberkan adalah, sistem infotainment yang terintegrasi di kabin Model S ini punya daya komputasi sebesar 10 teraflop, setara dengan yang ditawarkan oleh console next-gen.

Sebagai referensi, PlayStation 5 tercatat mempunyai daya sebesar 10,28 teraflop, sedangkan Xbox Series sebesar 12 teraflop. Meski memang ini tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan, setidaknya ini bisa memberikan sedikit gambaran bahwa sistem bawaannya memang cukup kuat untuk menjalankan game sekelas The Witcher 3, yang bisa dibilang tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan game AAA yang dirilis dalam satu atau dua tahun terakhir.

Apakah gaming di dalam mobil merupakan masa depan industri otomotif, terutama jika melihat visi akan mobil yang bisa menyetir sendiri sepenuhnya (sehingga kita sebagai penumpang bisa memanfaatkan waktu selama perjalanan untuk bermain game)? Bisa jadi begitu. Kalau perlu bukti lain, coba lihat Sony: salah satu tujuan mereka menciptakan prototipe mobil elektrik adalah untuk bereksperimen dengan konsep “PlayStation untuk mobil”.

Demi menyuguhkan pengalaman hiburan yang terbaik, Tesla pun tidak lupa soal audio. Total ada 22 speaker yang tertanam di kabin Model S yang membentuk sebuah sistem audio berdaya 960 watt, dan Tesla juga melengkapi semuanya dengan teknologi active noise cancellation.

Buat yang lebih suka dengan model SUV ketimbang sedan, tentu mereka bisa memilih Model X yang dibangun di atas platform yang identik, dan yang kebetulan juga sudah diperbarui interiornya dengan arahan yang sama.

Mungkin bakal lucu kedengarannya jika ada yang mengulas kedua mobil ini, lalu menyebutnya sebagai mobil terbaik buat para gamer. Lucu untuk sekarang, tapi bisa saja bakal terdengar biasa di masa yang akan datang.

Sumber: Electrek.

Inovasi Kamera Samsung Galaxy S Series dari Masa ke Masa

Berbeda dari seri Galaxy Note yang dirancang untuk memaksimalkan produktivitas, seri Galaxy S selalu dipakai oleh Samsung untuk mendemonstrasikan inovasi teknologi kamera terbarunya. Sebagian besar dari kita mungkin tidak menyadarinya, akan tetapi arahan seperti ini sudah Samsung terapkan sejak Galaxy S generasi yang pertama.

Supaya lebih jelas, mari kita meninjau kembali perjalanan inovasi kamera yang dihadirkan oleh Samsung Galaxy S Series dari masa ke masa.

Samsung Galaxy S (2010)

Samsung Galaxy S

Nenek moyang smartphone flagship Samsung ini hadir membawa kamera belakang 5 megapixel yang mampu merekam video beresolusi HD, serta dibekali fitur-fitur seperti built-in autofocus, facial recognition, maupun mode panorama yang memungkinkan pengguna untuk mengabadikan pemandangan dalam tampilan yang lebih luas daripada yang tampak di layar. Supaya lengkap, Samsung turut menyematkan kamera depan VGA yang dapat dipakai untuk video call.

Samsung Galaxy S2 (2011)

Samsung Galaxy S2

Setahun setelahnya, Galaxy S2 datang membawa peningkatan yang signifikan di sektor kamera. Pertama, resolusi kamera belakangnya ditingkatkan menjadi 8 megapixel, sedangkan kamera depannya menjadi 2 megapixel. Kedua, Samsung tidak lupa menyematkan LED flash demi membantu pengguna mengabadikan momen di kondisi minim cahaya – krusial mengingat kala itu belum ada yang namanya fitur Night Mode.

Samsung Galaxy S3 (2012)

Samsung Galaxy S3

Sekarang sudah menjadi fitur standar di hampir semua smartphone, Burst Shot merupakan salah satu fitur unggulan yang diperkenalkan Galaxy S3. Bukan cuma kamera belakangnya saja, kamera depannya pun juga bisa menangkap sebanyak 20 gambar dalam waktu 3,3 detik. Pengalaman yang didapat pengguna juga kian sempurna berkat adanya fitur Zero Shutter Lag, yang memastikan bahwa gambar akan benar-benar langsung ditangkap begitu pengguna menyentuh tombol shutter.

Samsung Galaxy S4 (2013)

Samsung Galaxy S4

Galaxy S4 memulai era baru dengan kamera belakang 13 megapixel dan kamera depan 2 megapixel. Namun yang unik dari Galaxy S4 adalah fitur Dual Shot, yang berhasil mengubah cara konsumen mengabadikan momen spesialnya dengan memotret menggunakan kamera belakang dan depan sekaligus. Foto-fotonya ini bahkan juga bisa dilengkapi dengan audio berkat fitur Sound & Shot.

Samsung Galaxy S5 (2014)

Samsung Galaxy S5

Galaxy S5 tercatat di buku sejarah sebagai ponsel pertama yang dibekali kamera 16 megapixel berteknologi ISOCELL, yang meningkatkan kualitas foto di malam hari secara cukup signifikan. Bukan cuma itu, kameranya turut dibekali fitur HDR yang dapat diaktifkan untuk pengambilan foto maupun video.

Samsung Galaxy S6 (2015)

Samsung Galaxy S6

Fitur yang sangat berkesan dari Galaxy S6 adalah Quick Launch, yang memungkinkan pengguna untuk membuka aplikasi kamera secara cepat (secepat 0,7 detik) hanya dengan menyentuh tombol home-nya dua kali. Ketajaman gambar juga ditingkatkan berkat penerapan algoritma tracking subjek, dan hasil selfie pun kian disempurnakan berkat kamera 5 megapixel f/1.9 miliknya.

Samsung Galaxy S7 (2016)

Samsung Galaxy S7

Galaxy S7 adalah yang pertama mengusung teknologi Dual Pixel AF, teknologi yang sebelumnya hanya bisa dijumpai di deretan kamera DSLR kelas atas, yang meningkatkan kinerja autofocus secara drastis, bahkan di kondisi minim cahaya sekalipun. Tidak tanggung-tanggung, Galaxy S7 berhasil memecahkan rekor benchmark DxOMark Mobile kala itu dengan skor total 88 poin.

Samsung Galaxy S8 (2017)

Samsung Galaxy S8

Peningkatan algoritma ISP (image signal processing) yang cukup advanced menjadi andalan Galaxy S8 dalam menghasilkan foto yang tajam di mana pun dan kapan pun pengguna berada. Di samping itu, navigasi kamera berbasis gesture juga dihadirkan sebagai alternatif bagi pengguna yang kesulitan mengoperasikan layar Galaxy S8+ yang besar (6,2 inci).

Samsung Galaxy S9 (2018)

Samsung Galaxy S9

Guna menghasilkan foto yang optimal di berbagai kondisi cahaya, Galaxy S9 mengandalkan teknologi Dual Aperture, dengan bukaan lensa yang paling lebar di antara semua smartphone kala itu – f/1.5 – sehingga mampu menyerap 28 persen lebih banyak cahaya daripada generasi sebelumnya. Bukan hanya itu, Galaxy S9 juga mengemas fitur Super Slow-mo yang mampu merekam video di kecepatan 960 fps.

Samsung Galaxy S10 (2019)

Samsung Galaxy S10

Melihat naiknya tren konten video, Samsung pun memperkenalkan fitur Super Steady pada Galaxy S10. Berkat stabilisasi yang efektif yang dihadirkan oleh fitur ini, pengguna jadi bisa merekam video yang mulus selagi bersepeda atau berlari. Juga disesuaikan dengan tren kala itu adalah adanya kamera ultra-wide 16 megapixel yang mampu menangkap gambar dari sudut pandang yang sangat luas.

Samsung Galaxy S20 (2020)

Samsung Galaxy S20

Galaxy S20 bisa dibilang membawa lompatan yang terbesar berkat fitur-fitur seperti perekaman video 8K maupun Space Zoom hingga sejauh 100x. Ini juga pertama kalinya Samsung menyematkan sensor beresolusi 108 megapixel pada smartphone, dengan tujuan untuk meningkatkan kapabilitas fotonya di malam hari.

Samsung Galaxy S21 Series 5G (2021)

Samsung Galaxy S21

Formula yang sama itu tetap Samsung pertahankan sampai hari ini, dan Galaxy S21 Series 5G terbukti menawarkan sistem kamera yang paling advanced dari semua penawaran Samsung sejauh ini. Apa yang ditawarkan di seri sebelumnya semakin dimatangkan hingga ke titik pro-grade di sini, seperti misalnya kamera 108 megapixel dengan teknologi nona-binning pada S21 Ultra 5G yang telah diperbarui sehingga dapat menyajikan foto HDR 12-bit dengan warna yang 64 kali lebih kaya serta dynamic range yang lebih luas.

S21 Ultra 5G juga menjadi yang pertama mengusung dua kamera telephoto sekaligus; satu dengan 3x optical zoom, satu lagi dengan 10x optical zoom, semuanya lengkap dengan teknologi Dual Pixel AF. Fitur Space Zoom 100x milik pendahulunya juga sudah dibenahi sehingga hasil jepretannya bisa lebih jelas lagi, serta lebih mudah dioperasikan berkat fitur Zoom Lock yang memanfaatkan AI untuk menjaga agar titik fokus pengguna tetap berada di tengah frame, mengurangi risiko guncangan yang terjadi saat mengambil foto dari kejauhan.

Namun bukan seri Galaxy S namanya kalau tidak memperkenalkan fitur baru. Di S21 Series 5G, ada fitur anyar bernama Director’s View yang berfungsi untuk menghadirkan kontrol layaknya seorang sutradara selagi mengambil video. Berkat fitur ini, pengguna bisa memilih lensa yang hendak digunakan dengan mudah karena preview masing-masing tangkapannya bisa dilihat langsung pada layar.

Buat para kreator yang mendambakan fleksibilitas ekstra selama merekam video, S21 Ultra 5G tak hanya menawarkan opsi perekaman 8K saja, tapi juga 4K 60 fps melalui semua kameranya, termasuk halnya kamera depan. 11 tahun berlalu semenjak Galaxy S orisinal diperkenalkan, Samsung rupanya belum bosan menjejalkan teknologi-teknologi kamera terkini ke seri smartphone andalannya ini.

Kunjungi www.samsung.com/id untuk mempelajari lebih lanjut tentang Galaxy S21 Series 5G.

Harga untuk Galaxy S21+ 5G mulai dari Rp15.999.000 sedangkan Galaxy S21 Ultra 5G mulai dari Rp18.999.000. 

Untuk melihat hal epik lain tentang Galaxy S21 5G Series, silakan kunjungi https://www.samsung.com/id.smartphones/galaxy-s/ dan http://www.samsungmobilepress.com.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung.

Realme Watch S Pro Diluncurkan: Lebih Elegan dari Versi Sebelumnya

Realme membuka tahun 2021 ini dengan meluncurkan sebuah produk AIoT. Pada tahun 2020 yang lalu, realme sudah meluncurkan smartwatch mereka yang diberi nama realme Watch S. Pada tanggal 26 Januari 2021 yang lalu, realme meluncurkan sebuah smartwatch lagi yang dinamakan realme Watch S Pro. Acara peluncurannya sendiri diadakan secara live streaming pada situs Youtube.

Palson with realme Watch S Pro 1

“Peluncuran realme Watch S Pro hari ini untuk mendukung strategi realme AIoT, Leap to 2021, yang akan menghadirkan lebih banyak produk tech trendsetting lifestyle yang mencakup tiga kategori, yaitu personal, family, dan travel serta menghadirkan solusi multi skenario ke dalam satu ekosistem AIoT. Dengan “Pro Style, Pro Sport“, realme Watch S Pro akan meneruskan kesuksesan realme Watch S Series dan kami akan memberikan Pro tech dan Pro design kepada Anda, sehingga smartwatch ini akan jadi The Most Stylish Pro Style, Pro Sport dengan harga 1,6 juta-an” ujar Palson Yi – Marketing Director realme Indonesia.

Realme Watch S Pro sendiri menggunakan prosesor ARM Cortex M4. Layar yang terpasang sudah menggunakan AMOLED dan terlindungi dengan Gorilla Glass dan memiliki resolusi 454×454.  Baterai yang terpasang memiliki kapasitas 420 mAh dan mampu bertahan hingga 14 hari.

realme Watch S Pro_01

Smartwatch ini juga sudah dibenamkan GPS sehingga dapat mendeteksi lokasi di luar ruangan. Pengguna dapat memilih salah satu dari 15 mode olahraga di realme Watch S Pro, yang kini dilengkapi dengan Swimming Mode terbaru dengan kemampuan 5 ATM. Realme juga sudah melengkapi jam tangan pintar ini dengan sensor detak jantung serta SpO2 atau kadar oksigen dalam darah.

Jam tangan pintar ini dijual dengan harga Rp. 1.899.000 dengan diskon Rp. 200.000 pada saat flash sale. Realme Watch S Pro juga bakal tersedia di seluruh toko realme pada tanggal 30 Januari 2021. Realme juga menjual strap silikonnya dengan harga 149.000 dan strap kulit vegan dengan harga Rp. 249.000.

Bedanya dengan versi non Pro

Mungkin akan ada beberapa konsumen yang cukup menyesal telah membeli versi non Pro-nya. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa orang yang menginginkan sebuah perangkat yang memiliki fungsi paling lengkap dari sebuah seri. Realme Watch S memang memiliki fungsi yang cukup lengkap untuk sebuah jam tangan pintar, namun sepertinya realme Watch S Pro lebih menarik. Apa bedanya?

Saat saya tanyakan hal ini pada sesi QnA, Krisva Angnieszca selaku Public Relation Manager realme Indonesia pun menjawab. Krisva mengatakan bahwa realme Watch S Pro adalah bagian dari realme Watch S Series, di mana perbedaannya terletak pada budget dan termasuk fitur. Perubahan paling dasar terlihat dari layar yang kini telah menggunakan Layar AMOLED, bahannya pun sudah stainless steel dengan dukungan fitur lainnya, yakni 5ATM yang mampu dibawa berenang hingga kedalam 50 meter, dan Dual-Satellite GPS.

realme Watch S Pro_07

Dengan 5 ATM yang bisa sampai 50 meter, tentu saja hanya bisa diaplikasikan pada kedalaman laut. Namun, sementara ini realme hanya merekomendasikan untuk penggunaan di kolam renang. Untuk penggunaan di laut, selama pengguna melakukan diving tidak lebih dari 50 meter, seharusnya aman selama tidak dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Namun Kembali lagi, realme tidak merekomendasikan untuk penggunaan di laut.

Lalu bagaimana dengan notifikasi panggilan suara dan video dari aplikasi pihak ketiga seperti Whatsapp dan Telegram? Saya pun sering mencoba beberapa jam tangan pintar dan kerap gagal menampilkan tampilan notifikasi panggilan video dan suara dari Whatsapp. Krisva pun menjawab kalau jam tangan pintar dari realme ini sudah dipastikan bisa menampilkannya. Hal ini juga berlaku untuk versi non Pro-nya.

Saya juga menanyakan apakah realme memiliki rencana untuk menghadirkan fitur instalasi aplikasi pihak ketiga pada Watch S Pro. Namun untuk saat ini, Krisva mengatakan bahwa jam tangan pintar terbaru dari realme belum bisa ditambahkan aplikasi. Di masa mendatang, tidak menutup kemungkinan akan hadir fitur lainnya termasuk penambahan aplikasi pihak ketiga.

LOKET jual 1,7 Juta tiket yang datang dari 10 ribu event online diselenggarakan oleh 8 ribu event creator, penjualan terbanyak berasal dari event MICE

LOKET Jual 1,7 Juta Tiket Sepanjang 2020, Terbanyak dari Kelas Online

Berpindahnya aktivitas dari offline ke online sepanjang pandemi, turut mendongkrak kinerja LOKET tahun lalu. Perusahaan mencatat ada lebih dari 1,7 juta tiket terjual yang datang dari 10 ribu event online. Dari 8 ribu event creator yang bergabung ke LOKET, setengah di antaranya adalah event creator yang baru bergabung.

Melihat pertumbuhannya secara yoy, LOKET mencatat kenaikan untuk jumlah event yang dibuat sebesar 50%, sementara event creator yang bergabung sebesar 60%. Patut untuk disimak adalah event kategori MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) menjadi kontributor terbesar dengan penjualan lebih dari 600 ribu tiket online atau naik 200%, yang melingkupi kelas keuangan, memasak, bisnis, dan marketing.

“MICE ini kontribusi terbesar di LOKET karena paling gampang dilakukan.
Angka ini [MICE] enggak akan bisa kita capai kalau [diadakan] offline. Ini semua dimulai dari Maret dan gelombang ini akan kita teruskan [pada tahun ini],” kata Vice President LOKET Ario Adimas dalam wawancara terbatas bersama sejumlah media yang digelar hari ini, Rabu (21/1).

[Ki-Ka] VP LOKET Ario Adimas, Head of LOKET Tubagus Utama, VP Enterprise Business Platform Anvid Erdian / LOKET
[Ki-Ka] VP LOKET Ario Adimas, Head of LOKET Tubagus Utama, VP Enterprise Business Platform Anvid Erdian / LOKET
Beberapa event creator yang paling banyak dibeli tiketnya adalah Sahamology yang berkaitan dengan saham, Rozma Suhardi terkait kuliner, MDRT Day Indonesia 2020 terkait bisnis agen asuransi, dan IdeaFest 2020 terkait event kreatif tahunan. Dua event pertama yang disebutkan ini berhasil menarik antusiasme pengguna dengan mencatatkan penjualan lebih dari 8 ribu tiket.

Kategori berikutnya adalah festival konser dengan penjualan lebih dari 500 ribu tiket berkolaborasi dengan 200 musisi, acara olahraga virtual dengan penjualan lebih dari 10 ribu tiket, dan bioskop drive in dengan penjualan 8 ribu tiket yang memutar 155 judul film.

GoTix, platform penjualan tiket yang dimiliki Gojek, tercatat berkontribusi terhadap lebih dari 350 ribu tiket. Diklaim juga, ada 1 juta pengguna baru LOKET yang membeli tiket melalui platform LOKET.

Inovasi perusahaan dan prediksi tahun ini

Head of LOKET Tubagus Utama melanjutkan, pencapaian perusahaan ini terbilang fantastis karena untuk mengadakan seluruh event tersebut secara offline sangat menguras tenaga dan sulit terjadi. Pada awal pandemi yang berlangsung di Maret 2020, industri event ini sempat terpukul mengingat seluruh aktivitas berhenti tiba-tiba.

Makanya, inisiatif awal yang dilakukan LOKET adalah membuka penggalangan dana untuk para pekerja kreatif yang terdampak. Lalu, pada April mulai mencoba model bisnis baru dengan terjun ke online. “Kita belum mengerti teknologinya, bagaimana optimalisasi dan monetisasinya. Namun tanggapannya cukup bagus. Kami pun menganalisis bagaimana bisa dukung industri dan kami prediksi ini [pandemi] akan berlangsung lama sehingga harus terjun ke event online.”

“Impian kami industri ini tidak boleh kolaps, maka caranya pemain harus kolaborasi dan berinovasi agar tetap produktif,” tambah Adimas.

Dampak lanjutan dari inisiatif awal perusahaan adalah merilis fitur Online Event pada April, untuk permudah event creator mempromosikan acaranya dari link streaming video mana pun. Selang sebulan kemudian, merilis LOKET Live yang mengintegrasikan streaming video dalam satu platform LOKET.com.

Hingga pada September kemarin merilis LOKET Live Studio yang memudahkan siapa pun untuk berkarya melalui penyelenggaraan event secara online. “LOKET Live ini untuk menghimpun individu yang menjadi event creator karena jumlahnya merangkak sangat tinggi di LOKET,” ucap Adimas.

Perusahaan akan terus berinovasi untuk memberikan pengalaman terbaik untuk para event creator dalam menjalankan event. Belajar dari pengalaman sebelumnya, perusahaan memprediksi tahun ini akan tetap didominasi oleh event online dengan pertimbangan belum mereda dari jumlah kasus positif harian Covid-19 dan masih dalam fase awal vaksin.

Dari segi event creator pun diprediksi banyak datang dari individu karena prosesnya yang lebih mudah dan tidak butuh banyak kapital. Terlebih itu, akan semakin banyak event online skala besar yang akan menghadirkan banyak konsep menarik dan baru di luar aturan standar di tahun 2020. LOKET juga prediksi tahun ini dimulainya era hybrid event, yang menggabungkan acara online dan offline dalam satu waktu.

Hybrid event ini menarik dengan melihat pembatasan kapasitas di lokasi offline. Kami melihat ini ada pro dan cons karena yang datang [offline] sedikit, jadi kita akan berinovasi berikan terobosan bagaimana bisa proteksi keamanan dengan ketat agar balance dari sisi demand offline dan online. Tidak bisa dimungkiri, offline ini bisa berikan energi khusus, terutama bagi musisi,” kata Tubagus.

Terlebih itu, perusahaan sudah membuat sejumlah roadmap jikalau acara offline pada waktu mendatang mendapat lampu hijau dari pemerintah. Misalnya dengan protokol kesehatan yang lebih ketat dengan menyertakan surat tanda sehat, cek kondisi dalam dua minggu terakhir, dan pengaturan pengunjung dalam batch yang diatur sedemikian rupa. “Kita sudah mulai pikirkan bagaimana bisa beradaptasi jika acara event offline sudah dapat lampu hijau,” tutupnya.