Monthly Archives: June 2021

Dell UltraSharp Adalah Webcam 4K HDR dengan Fitur AI Auto Framing

Kebutuhan akan webcam berkualitas meningkat pesat sejak diterapkannya kebijakan work from home (WFH) di masa pandemi Covid-19. Faktanya meski sebagian besar laptop saat ini telah dibekali webcam bawaan, namun rata-rata kualitasnya tidak cukup baik.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Dell telah meluncurkan webcam 4K High Dynamic Range (HDR) bernama Dell UltraSharp Webcam. Dell pun menjualnya dengan harga yang cukup tinggi yakni US$199,99 atau sekitar Rp2,9 jutaan.

Webcam pintar ini dirancang untuk monitor bezel-less, dengan desain silindris yang dapat menempel secara magnetis ke mount. Pemasangan mount di atas monitor pun sangat mudah dilakukan dan webcam tidak akan menghalangi layar.

Jantung dari Dell UltraSharp adalah sensor CMOS Sony STARVIS beresolusi 8,3MP yang mampu merekam video atau streaming hingga resolusi 4K pada 24fps atau 30fps. Sementara di resolusi 1080p dan 720p mendukung frame rate 24fps, 30fps, hingga 60fps.

Selain itu, pengguna juga dapat mengubah bidang pandang (FOV) antara 65 derajat, 78 derajat, atau 90 derajat. Lalu ada fitur auto-light correction guna memastikan pengguna tampil apik di depan webcam terlepas dari kondisi pencahayaan di sekitar Anda.

Dell UltraSharp juga mendukung hingga 5x digital zoom dan memiliki fitur autofocus. Webcam ini dapat bekerja tanpa driver di komputer Windows 10 atau macOS, tetapi banyak fitur yang hanya dapat diakses lewat software Dell Peripheral Manager.

Salah satu fitur yang menjadi sorotan dan sekaligus membedakan webcam Dell dari yang lain ialah advanced AI auto framing. Di mana memungkinkan webcam mengikuti gerakan Anda dan memastikan Anda tetap berada di tengah bingkai.

Fitur penting lainnya termasuk sensor inframerah yang dapat dimanfaatkan untuk masuk ke PC menggunakan facial recognition Windows Hello. Webcam ini juga memiliki sensor proximity untuk fitur Express Sign-In yang memungkinkan masuk ke PC saat Anda duduk dan keluar secara otomatis saat meninggalkan tempat duduk.

Satu catatan penting yang mungkin menjadi kekurangan Dell UltraSharp ialah tidak memiliki mikrofon internal. Dell mengatakan bahwa model ini memang berfokus pada kualitas optik, jadi untuk mendapakan kualitas audio yang bagus masih perlu menggunakan mikrofon USB, XLR, atau headset.

Sumber: TheVerge

Poco M3 Pro 5G Diluncurkan: Smartphone 5G Paling Murah

Dengan dikomersialkannya layanan 5G oleh beberapa penyedia layanan seluler, tentu saja perangkatnya harus tersedia. Akan tetapi untuk merasakan jaringan tersebut, konsumen harus merogoh kocek sekitar tiga juta rupiah untuk membeli smartphone yang sudah mendukung. Ternyata, hal tersebut yang ingin dipecahkan oleh Poco dengan meluncurkan sebuah smartphone baru pada tanggal 29 Juni 2021. Perangkat tersebut bernama Poco M3 Pro 5G.

“Indonesia telah memasuki era 5G, di mana akan semakin banyak inovasi digital bermunculan yang menandakan teknologi generasi kelima ini sudah menjadi kebutuhan wajib bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Poco menghadirkan The Real 5G Killer untuk menjangkau sebanyak mungkin masyarakat Indonesia serta memungkinkan mereka untuk merasakan teknologi 5G. Lebih dari itu, POCO M3 Pro 5G semakin menarik untuk dimiliki karena membawa fitur-fitur esensial yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini,” kata Head of Marketing POCO Indonesia, Andi Renreng.

Smartphone yang satu ini datang dengan menggunakan chipset dari Mediatek, yaitu Dimensity 700. Dengan menggunakan SoC ini, Poco pun bisa menghadirkan smartphone dengan harga yang tidak mencapai 3 juta rupiah. Spesifikasi lengkap dapat Anda lihat pada bagan berikut ini

Poco M3 Pro 5G
SoC Mediatek Dimensity 700
CPU 2× 2.2 GHz Cortex-A76+ 6× 2 GHz Cortex A-55
GPU Arm Mali-G57 MC2 950MHz
RAM 4 dan 6 GB LPDDR4x
Internal 64 dan 128 GB UFS 2.2
Layar 6,5 inci IPS 2400 x 1080 90 Hz
Dimensi 161.8 x 75.3 x 8.9 mm
Bobot 190 gram
Baterai 5000 mAh dengan pengisian 18 watt
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 2 MP Macro, 2 MP Depth, 8 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12 POCO

Pengguna bisa langsung memakai jaringan 5G pada smartphone ini tanpa harus melakukan unlocking atau pun upgrade firmware. Sayang memang, 5G masih hanya ada dibeberapa titik saja di Jakarta sehingga belum bisa dinikmati dengan nyaman. Selain itu pada sisi layarnya, Poco M3 Pro 5G juga sudah menggunakan Gorilla Glass 3 yang membuatnya lebih tahan terhadap benturan.

Poco M3 Pro 5G akan hadir dalam dua varian RAM dan penyimpanan data, 4GB/64GB dan 6GB/128GB. Kedua varian akan tersedia dalam tiga warna yang menakjubkan: POCO Yellow, Power Black, dan Cool Blue. 4/64 GB memiliki harga Rp. 2.699.000 dan 6/128 GB akan dijual pada harga Rp. 2.999.000. Seperti biasa, pada flash sale harganya akan dipotong Rp. 100.000.

Xiaomi dan Poco Menjadi Brand Sendiri. Akan Bersaing?

Semenjak peluncuran Poco M3, Poco menjadi sebuah merek tersendiri yang terlepas dari Xiaomi. Hal ini tentu membuat anggapan bahwa keduanya akan menjadi pesaing antara satu dengan lainnya. Hal ini pun juga saya tanyakan kepada Andi. Apakah Xiaomi dan Poco akan mulai bersaing?

Andi dengan tegas mengatakan bahwa kedua merek tidak akan bersaing. Hal tersebut dikarenakan target audience-nya yang sangat berbeda. Xiaomi dengan Mi dan Redmi untuk audience yang all rounded. Poco ditujukan kepada mereka yang haus pada performa atau mereka yang game changer. Andi percaya bahwa keduanya akan saling berkolaborasi karena memang tujuan konsumen mereka berbeda.

Hilangnya Speaker Stereo dan Kamera Ultrawide, Apakah Kompensasi untuk Hadirkan Perangkat 5G Murah?

Perangkat Poco M3 Pro 5G memang memiliki harga yang menarik. Namun hal tersebut harus didapat dengan tidak hadirnya speaker stereo yang kerap hadir di perangkat Poco. Selain itu sama seperti Poco M3, perangkat ini juga tidak memiliki kamera ultrawide. Apakah hal tersebut sebagai kompensasi untuk menurunkan harga?

Setiap produk banyak sekali karakteristiknya sesuai dengan tim yang mendesainnya. Poco M3 Pro 5G mungkin tidak memiliki speaker stereo, tetapi jika dilihat dari spesifikasi lainnya masih sangat baik. Hal ini bisa dilihat dari spesifikasi yang dibawa oleh Poco M3 Pro 5G dibandingkan dengan entry level lainnya yang ada dipasaran. Secara overall, menurut Andi, Poco selalu memberikan yang tertinggi.

Hal tersebut juga ditunjukkan pada seri F yang menghadirkan Snapdragon 800 di kelas midrange. Andi juga percaya bahwa pada seri M, mereka selalu memberikan performa ekstrim. Hal tersebut juga dibanderol dengan harga yang ekstrim pula. Jadi, Andi sangat percaya dengan produk yang dikeluarkan oleh Poco.

Logitech G335 Adalah Headset Gaming Ringkas dengan Harga Relatif Terjangkau

Logitech meluncurkan headset gaming baru, yaitu Logitech G335. Sepintas namanya memang terdengar mirip seperti earphone Logitech G333, akan tetapi ia sebenarnya mengusung desain yang nyaris identik dengan Logitech G733.

Awalnya saya sempat mengira G335 sebagai versi wired dari G733 (yang memang cuma tersedia dalam varian wireless). Namun ternyata ada sejumlah perbedaan lain di samping tipe konektivitasnya itu. Dari segi ukuran misalnya, G335 sedikit lebih kecil daripada G733. Bobotnya juga lebih ringan di angka 240 gram, dan Logitech tidak segan menyebutnya sebagai salah satu headset gaming paling ringan yang tersedia di pasaran.

G335 hadir dalam tiga kombinasi warna yang tampak ekspresif: hitam, putih-biru, dan mint-ungu. Karet headband-nya yang elastis dapat disesuaikan tingkat kelonggarannya, sama seperti G733. Bantalan telinganya sedikit lebih tipis daripada milik G733, tapi sama-sama dilapisi bahan kain yang breathable.

Berbeda dari G733 yang mengemas detachable mic, mikrofon milik G335 tidak dapat dilepas-pasang, tapi bisa di-mute dengan mudah dengan cara dilipat ke atas. Secara teknis, G335 dibekali sepasang driver neodymium berdiameter 40 mm, dengan respon frekuensi 20-20.000 Hz. Pada earcup sebelah kiri, tepatnya di sisi belakang, pengguna bisa menemukan kenop kecil untuk mengatur volume.

Headset ini mengandalkan sambungan kabel 3,5 mm, jadi ia dipastikan kompatibel dengan perangkat apapun yang memiliki colokan audio standar tersebut. Untuk pengguna PC yang memiliki input audio dan mikrofon terpisah, Logitech turut menyertakan aksesori PC splitter pada paket penjualannya.

Di Amerika Serikat, Logitech berencana menjual G335 dengan harga $70. Mereka juga akan menjual strap headband-nya secara terpisah bagi yang ingin mengganti strap bawaannya. Ada delapan pilihan warna strap yang tersedia, masing-masing seharga $10. Kalau melihat selisih harganya yang cukup lumayan dibanding G733 ($130), sudah sewajarnya konsumen mengekspektasikan kinerja yang berbeda dari G335.

Sumber: Logitech.

Surge Accelerator

Tiga Startup Asal Indonesia Lolos ke Program Akselerator Surge Kohort Kelima

Program scale-up untuk startup dari Sequoia Capital India, Surge, hari ini (30/6) mengumumkan kohort kelima dan terbesar. Dana sebesar $55 juta berhasil dikumpulkan dan siap dikucurkan untuk 23 perusahaan rintisan tahap awal, tiga di antaranya berasal dari Indonesia.

Ketiga startup asal Indonesia yang terpilih mengikuti gelombang ini adalah Durianpay, penyedia pembayaran end-to-end; Rara Delivery, pengiriman instan revolusioner untuk brand e-commerce di Indonesia; dan Bukugaji/Vara, platform manajemen staf yang mudah digunakan dan ringan untuk UMKM di seluruh Asia Tenggara.

Dari 23 perusahaan rintisan tahap awal yang dipilih, mayoritas berada di sektor fintech, pembayaran, komunikasi, logistik, dan SaaS.

Sebelumnya, ada beberapa perusahaan Indonesia yang juga telah mendapat dukungan dari Surge. Di gelombang pertama, terdapat Bobobox dan Qoala, serta Chilibeli, Storie, dan Rukita yang terpilih pada gelombang kedua. BukuKas, Hangry dan CoLearn berhasil masuk di gelombang ketiga, dan Otoklix menjadi satu-satunya startup dari Indonesia yang terpilih di gelombang sebelum ini.

Rajan Anandan selaku Managing Director Surge & Sequoia Capital India mengatakan, “Sequoia Capital India adalah mitra awal untuk beberapa perusahaan paling berpengaruh di Indonesia sejak 2014. Dengan Surge, kami bersemangat untuk mendukung startup Indonesia di masa depan. Perusahaan-perusahaan ini membantu mendigitalkan dan modernisasi industri tradisional dan kami bangga mendukung mereka.”

Pertama kali dimulai pada Maret 2019, Surge telah berhasil menggandeng 72 startup dalam program akseleratornya. Hampir 50% perusahaan dari tiga kohort pertama telah mendapatkan pendanaan seri A.  Saat ini, komunitas Surge telah memiliki 203 founder, dari 91 perusahaan di 15 sektor. Salah satu fakta menarik di kohort kelima ini, terdapat 10 founder wanita, terbanyak di antara gelombang lainnya.

Mulai tanggal 30 Juni ini, para founder Surge akan menjalani program ketat selama 16 minggu secara virtual untuk meningkatkan bisnis dan memberi mereka akses ke Sequoia dengan pengetahuan global selama 49 tahun, serta alat dan pengalaman dari jaringan pendiri dan operator perusahaan yang sukses.

Program ini mencakup hal-hal fundamental dalam membangun perusahaan, dan diakhiri dengan minggu investor yang disebut sebagai UpSurge. Di sana para founder memiliki kesempatan untuk membangun koneksi dan hubungan, serta menemukan calon investor dan mitra yang akan menjadi bagian dari perusahaan mereka untuk jangka panjang.

Dalam gelombang ini, Surge memiliki satu benang merah yaitu mengubah potensi manusia dengan mendigitalisasi cara hidup, bekerja, dan belajar. Ide-ide yang dibawa oleh sekelompok pendiri yang beragam ini memiliki tujuan untuk menunjukkan bahwa mereka tertarik memainkan peran penting dalam membentuk potensi Asia Tenggara dan India pasca pandemi.

Selain melalui program akselerator Surge, Sequoia Capital juga telah menggelontorkan investasi ke beberapa perusahaan ternama di Indonesia seperti Tokopedia, Gojek, dan Traveloka.

blu bank digital BCA

BCA Digital Perkenalkan Aplikasi Mobile Banking “blu”, Perluas Pangsa Pasar Induk Usaha

PT Bank Digital BCA (BCA Digital) resmi memperkenalkan aplikasi mobile banking “blu” yang mengusung konsep branchless banking dan merangkul ekosistem digital. Di tahap awal, blu baru akan hadir pada 2 Juli 2021 untuk pengguna Android, dan menyusul dalam waktu dekat untuk perangkat iOS.

CEO BCA Digital Lanny Budiati mengatakan, BCA Digital memiliki tiga fokus utama, yakni menjadi customer base generator bagi BCA Group, nurturing nasabah baru dan memperluas ekosistem yang sudah dimiliki induk usaha, serta menjadi tech incubator dengan mencoba cara kerja baru yang dapat dimanfaatkan induk usaha dalam dalam skala besar.

“Segmen pengguna, strategi, dan model bisnis blu berbeda dengan BCA Group. blu diharapkan dapat menjaring nasabah baru yang belum terlayani sebelumnya sehingga dapat memperbesar pangsa pasar secara grup,” ungkapnya dalam Media Gathering BCA Digital yang digelar secara virtual (30/6).

BCA Digital melalui blu akan membidik kalangan anak muda serta kalangan berbagai usia yang tech savvy. Lanny mengungkap, blu diposisikan sebagai “the next generation bank” yang dapat memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mengatur dan mengelola keuangannya.

“Target utama kami adalah memberikan pengalaman bertransaksi yang nyaman dan aman kepada pengguna. Salah satu benchmark kami, sebagai contoh, adalah memberikan kenyamanan transaksi, seperti tanda hijau pada aplikasi mBCA. Kami harap tahun ini bisa mengantongi ratusan ribu pengguna blu,” tambahnya.

Fitur blu

Sesuai konsep branchless banking yang diusungnya, BCA Digital hanya memiliki satu kantor pusat tanpa kantor cabang. Pembukaan rekening blu juga sepenuhnya dilakukan secara online dengan dukungan call center “haloblu” yang beroperasi selama 24 jam setiap hari.

Ada beberapa fitur dan produk unggulan blu yang ditawarkan. Pertama, blu Account atau rekening untuk bertransaksi. Kedua, blu Saving atau rekening tabungan yang dapat dibuka hingga sepuluh tabungan dalam satu rekening tanpa nomor.

“Mengapa nasabah tidak cukup punya satu rekening saja? Dari hasil riset kami, ternyata mereka membagi rekening untuk tujuan masing-masing. Misal, rekening untuk pendidikan dan kebutuhan belanja sehari-hari,” tutur Lanny.

Selanjutnya, ada fitur blu-gether yang memungkinkan pengguna untuk membuka satu rekening bersama. Pemegang rekening dapat mengundang hingga sepuluh pengguna lain ke dalam rekening ini, di mana mereka dapat melihat mutasi dan saldo. Sebagai contoh, apabila ada penarikan uang, seluruh anggota yang tergabung di rekening tersebut akan mendapatkan notifikasi.

Terakhir, blu Deposito yang diklaim perusahaan sebagai satu-satunya deposito yang dapat ditambahkan saldonya (top up). Dengan catatan, top ini hanya dapat dilakukan hingga H+6 pasca-pembukaan rekening. Lanny menambahkan, deposito ini dapat dicairkan sebelum jatuh tempo

Jaringan BCA Group dan ekosistem digital

Pengguna blu dapat melakukan tarik tunai tanpa kartu di seluruh jaringan ATM BCA di Indonesia. Maksimal penarikan sebesar Rp1.250.000 per transaksi dan Rp7.000.000 per harinya. Menurut Lanny, proses penarikan uang tunai dari aplikasi blu akan serupa dengan cara penarikan lewat aplikasi mBCA.

“Kami juga akan siapkan penarikan tunai di jaringan convenience store. Untuk saat ini, kami sedang eksplorasi apakah blu butuh kartu fisik atau virtual card saja. Kami mau lihat respons dari customer dulu, tapi semua kemungkinan bisa terjadi,” ujarnya.

Sementara itu, CTO & COO BCA Digital Iman Sentosa mengatakan bahwa pihaknya tengah menyiapkan pengembangan infrastruktur sekaligus ekosistem digital bagi BCA Digital. Salah satunya adalah ekosistem e-commerce. Dengan kolaborasi ini, BCA Digital diharapkan dapat berfungsi seperti Bank-as-a-Service (BaaS) di mana blu bisa terintegrasi di dalam platform digital ini.

HP Pavilion Aero 13 Dirilis, Bobot Kurang dari 1 Kg tapi Mengemas Sasis Full Logam

Meski bukan lini teratas, lini laptop HP Pavilion terus bertambah menarik dalam beberapa bulan terakhir. Usai meluncurkan versi anyar Pavilion x360 yang menyusut ukurannya pada bulan Februari lalu, HP kini meluncurkan Pavilion Aero 13. Keistimewaannya? Ia diklaim sebagai consumer laptop paling ringan yang pernah HP buat, dengan bobot kurang dari 1 kilogram.

Persisnya, laptop ini mempunyai berat cuma 0,987 kg, dan itu dicapai tanpa mengorbankan soliditas rangkanya. Pavilion Aero 13 sepenuhnya menggunakan sasis yang terbuat dari bahan magnesium dan aluminium, menyajikan kesan premium seperti yang biasa konsumen dapatkan dari lini laptop HP Envy maupun HP Spectre.

Juga ikut menyusut adalah bezel yang mengitari layarnya. Pavilion Aero 13 tercatat memiliki rasio layar ke bodi sebesar 90%. Layarnya sendiri merupakan panel 13,3 inci dengan resolusi 2560 x 1600 pixel. Ya, laptop ini menggunakan aspect ratio 16:10, mengikuti tren yang sedang naik daun belakangan ini. Tingkat kecerahan maksimumnya berada di angka 400 nit, dan layar ini telah mendukung 100% spektrum warna sRGB.

HP mendeskripsikan Pavilion Aero 13 sebagai perangkat eksklusif AMD. Artinya, semua varian yang tersedia menggunakan prosesor besutan AMD, dan tidak ada varian yang ditenagai prosesor Intel. Pada konfigurasi termahalnya, perangkat mengemas prosesor Ryzen 7 5800U. Kalau memang Anda mencari laptop berprosesor Intel dengan bobot di bawah 1 kg, otomatis Anda harus melirik penawaran dari brand lain, Lenovo misalnya.

HP tidak merincikan konfigurasi RAM dan storage yang tersedia, serta berapa kapasitas baterainya. Meski demikian, HP mengklaim Pavilion Aero 13 bisa beroperasi hingga 10,5 jam nonstop dalam sekali pengisian. Bagi yang tidak tahu, salah satu keunggulan laptop yang ditenagai prosesor Ryzen Mobile 5000 Series memang adalah daya tahan baterainya yang relatif awet.

Terkait konektivitasnya, laptop ini dilengkapi dua port USB-A, satu port USB-C, satu port HDMI, slot SD card, dan headphone jack. Di Amerika Serikat, HP Pavilion Aero 13 rencananya akan segera dijual dengan banderol mulai $749 (± 10,9 jutaan rupiah). Seperti yang bisa dilihat pada gambar, pilihan warna yang tersedia ada empat, yakni Pale Rose Gold, Warm Gold, Ceramic White, dan Natural Silver.

Sumber: HP dan New Atlas.

Nikon Z fc 1

Nikon Z fc Resmi, Mirrorless dengan Tampilan Jadul Ala SLR

Nikon merupakan pemain kawakan di industri pencitraan, gemilang sejak era kamera SLR maupun DSLR. Meski saat ini Nikon sedang berupaya keras menggaet kembali penggemar setianya dengan sistem kamera mirrorless modern mereka, Nikon Z.

Saya tidak meragukan kemampuan tiga kamera mirrorless Nikon yang diluncurkan pada tahun 2020 seperti Nikon Z6 II, Z7 II, dan Z5. Mereka sangat powerful untuk menangani kebutuhan fotografer/videografer profesional saat ini, teknologi penting tetapi menurut saya Nikon juga butuh yang namanya ‘diferensiasi’.

Mari tengok ke tahun 1959, Nikon memperkenalkan kamera dengan sistem SLR 35mm pertama mereka yang disebut Nikon F dan merupakan salah satu kamera paling canggih pada zamannya. Apa pendapat Anda bila Nikon membawa seri kamera legendaris tersebut ke masa sekarang? Perkenalkan Nikon Z fc, kamera mirroless dengan retro bergaya kamera analog tetapi menggunakan Z-mount.

Untuk body only, Nikon Z fc dibanderol dengan harga US$960 atau sekitar Rp13,9 jutaan. Sementara, Nikon Z fc dengan lensa kit DX 16-50mm F3.5-6.3 VR dijual US$1.100 atau Rp15,9 jutaan. Juga tersedia dengan lensa Nikkor Z 28mm F2.8 (SE) seharga US$1200 atau Rp17,4 jutaan.

Kenapa bisa murah karena Nikon Z fc berbagi spesifikasi yang mirip seperti Nikon Z50. Di mana ukuran sensor yang dipakai bukanlah full frame, melainkan APS-C beresolusi 21MP dan digerakkan oleh prosesor gambar Expeed 6.

Bisa dilihat di bagian atas, terdapat dial ikonik untuk mengatur ISO, shutter speed, dan exposure compensation. Desain punuk dan terutama yang warna silver sangat mengundang untuk bernostalgia, juga ada enam warna tambahan selain silver yang bisa dipilih sesuai style pengguna.

Meski mengusung desain klasik, Nikon tetap memadukan dengan elemen modern seperti layar dengan mekanisme vari-angle dan port USB-C yang memungkinkan pengisian daya langsung ke kamera. Layarnya touchscreen 3 inci dengan resolusi 1,04 juta dot dan di atasnya jendela bidik elektronik dengan panel OLED 2,36 juta dot.

Lebih lanjut, Nikon Z fc dapat memotret beruntun hingga 11 fps dengan full autofocus atau 9 fps untuk Raw 14-bit. Sementara untuk video, kamera ini dapat merekam video hingga resolusi 4K oversampled dari lebar penuh sensornya.

Bersama Nikon Z fc, Nikon juga memperkenalkan lensa Nikkor Z 28mm F2.8 (SE) dengan tampilan vintage. Namun ini adalah lensa full frame dan bila dipasang pada Nikon Z fc menawarkan focal length 42mm.

Secara optik, Nikkor Z 28mm F2.8 (SE) terdiri dari 8 elemen dalam 7 kelompok, dengan elemen depan yang kecil dan elemen belakang yang relatif besar. Fokus digerakkan oleh motor stepping kembar dan jarak fokus minimumnya 19cm dengan filter depan 52mm.

Lensa ini tersedia sebagai bagian dari kit dengan Nikon Z fc atau bisa dibeli secara terpisah seharga US$299 (Rp4,3 jutaan). Bila melihat harganya, Nikon Z fc akan bersaing langsung dengan Fujifilm X-E4 yang juga mengandalkan desain retro ala rangefinder. Semoga saja, Nikon Z fc bisa menyambangi pasar Indonesia secepatnya.

Sumber: DPreview

Typedream

Dikembangkan Founder Asal Indonesia di AS, Typedream Hadirkan Layanan Pembuat Situs Web Tanpa Coding

Typedream adalah sebuah layanan SaaS yang memudahkan siapa saja untuk membuat situs webnya sendiri. Berkonsep “tanpa kode”, penggunaan platform ini tidak mengharuskan penggunanya paham dengan pemrograman, karena cukup mengetikkan perintah sederhana [misalnya mengetik “/button” untuk membuat tombol atau “/image” untuk membubuhkan gambar]; dan melakukan drag-and-drop dalam mengatur ukuran aset desain.

“Typedream adalah sebuah no-code website builder yang mudah digunakan seperti Squarespace atau Wix, tapi menghasilkan keluaran yang terlihat seindah Webflow […] mengembangkan sebuah situs web serasa sedang menyunting dokumen di Google Docs atau Notion” ujar Co-Founder & CEO Typedream Kevin Nicholas Chandra.

Tampilan layanan pengembangan web tanpa kode Typedream

Saat ini layanan tersebut tengah dalam persiapan untuk peluncurannya ke publik. Kendati demikian, pengguna bisa mendaftarkan diri mendapatkan tiket early access untuk mencoba berbagai fitur yang ditawarkan. Nantinya pengguna layanan premium akan dikenakan biaya $15 per bulan atau $144 per tahun.

Guna mendukung perkembangan bisnisnya, baru-baru ini Typedream membukukan pendanaan awal dengan nilai yang tidak disebutkan. Beberapa investor yang terlibat termasuk Y Combinator dan sejumlah angel investor meliputi Timothy Lee, Ben Tossell, Aadil Mamujee, serta Blaine Cook.

Investasi yang didapat akan digunakan untuk meningkatkan kapabilitas produk. Diketahui saat ini Typedream baru bisa digunakan untuk mengembangkan situs web statis seperti landing page atau laman personal, pengembangan berikutnya akan memungkinkan pengguna membuat situs yang lebih kompleks seperti e-commerce atau layanan bisnis online lainnya.

Pendiri asal Indonesia di Amerika Serikat

Selain Kevin, Typedream turut didirikan oleh empat founder lainnya, yakni Michelle Marcelline, Albert Putra Purnama, Anthony Harris Christian, dan Putri Karunia. Kelimanya berasal dari Indonesia dan dipertemukan di Amerika Serikat saat melaksanakan studinya. Mereka sudah memulai proyek bersama-sama sejak tahun 2015 dan masuk ke program akselerator Y Combinator pada tahun 2020.

Saat ini basis mereka di San Francisco, namun dengan layanan yang dikembangkan mereka berharap bisa melayani pasar global — termasuk pengguna di Indonesia.

“WordPress, Squarespace, dan Wix mengatakan bahwa mereka membantu UKM, pembuat konten, dan orang-orang membangun bisnis online, tetapi orang-orang tetap harus mempekerjakan freelance untuk membangun situs web mereka. Pada akhirnya, sebuah situs web sederhana akan menghabiskan biaya ratusan dolar,” lanjut Kevin menjelaskan isu yang ingin dipecahkan.

Turut disampaikan, nilai pasar layanan pembuat situs web ditaksirkan mencapai $12 miliar. Saat ini sekurangnya ada 64 juta situs web yang dibuat lewat layanan serupa, dan 64,1% di antaranya menggunakan WordPress.

“Dengan Typedream, kami belajar bahwa orang bersedia membayar untuk produk yang memecahkan masalah mereka dengan teknologi seminimal mungkin. Kami memulai MVP hanya dengan tiga fitur dan orang-orang sudah bersedia membayar untuk layanan berlangganan kami,” kata Kevin.

Turut kembangkan Cotter

Layanaan paswordless login yang dikembangkan Cotter

Dalam entitas bisnis yang sama, Kevin dan kawan-kawan sebelumnya juga mengembangkan Cotter. Ini adalah sebuah PaaS yang memungkinkan pengembang web menyajikan layanan login tanpa password di situs atau aplikasinya. Berbasis API, platform tersebut dapat diintegrasikan ke sejumlah layanan termasuk Typedream, Webflow, Notion, Bubble, atau situs/aplikasi yang dikembangkan sendiri, termasuk di platform Android dan iOS.

Pengalaman pengguna yang disajikan Cotter seperti ini. Di sebuah situs, mereka cukup memasukkan alamat email. Kemudian sistem akan mengirimkan sebuah tautan unik untuk membawa pengguna ke dalam aplikasi. Cara ini dinilai lebih efektif untuk meningkatkan konversi dan retensi pengguna. Selain itu, layanan siap pakai yang dihadirkan juga dinilai menghemat waktu kerja tim teknis perusahaan.