Monthly Archives: July 2021

OttoPoint Introduces Coalition Loyalty Platform

Was founded in 2019, OttoPoint aims to help business owners increase customer loyalty while attracting new customers. The platform offers a variety of loyalty program services aimed at companies in improving marketing programs.

OttoPoint and OttoPay are part of the fintech division under OttoDigital Group.

OttoPoint CEO James Hamdani revealed to DailySocial, in Indonesia, loyalty programs is rapidly growing. In the past few years, many brands started to offer discounts to keep consumers using their products or services.

“However, companies have started to apply various forms of other loyalty programs, such as cashback, points, stamps, gamification, etc. This means that business competition is getting tougher to attract consumers in Indonesia,” James said.

To begin with, OttoPoint focused on coalition-based customer loyalty programs by cooperating with various brands and companies to be in a more efficient and profitable ecosystem.

This program is applied in the form of points and reward catalogs. It provides brands with advantage, as they don’t have to build a loyalty system from scratch. You don’t even need to acquire partners one by one to bring rewards to consumers.

“For approximately a year in Indonesia, on average, our issuer partners have succeeded in increasing transaction frequency by 25% and transaction volume by 35% within three months. In addition, more than 300 thousand users have experienced the benefits of OttoPoint until June 2021,” James added.

Leading features

One of the loyalty programs that is considered to be the right type for the brand is coalition. Several brands join the same loyalty ecosystem. Business players can make integration and no longer have to bother building a system from scratch.

“In general, all types of business definitely need consumers to support the continuity of its company. Of the various types of consumers, the most potential and profitable type for companies is loyal consumers. It is not only because they will regularly contribute to sales. However, as they also the ones who will potentially recommend the company’s brand to their closest circle,” James said.

As a one-stop solution for loyalty program service providers in Indonesia, OttoPoint claims to have a significant difference with other platforms. Other providers will usually focus on only one type of service, such as reward points or stamps only. OttoPoint provides a variety of service solutions, ranging from coalition loyalty programs, OttoStamp, to OttoGifts.

“In addition, OttoPoint also provides a choice of loyalty program services that can be customized (white label). For large corporate groups who want to implement a loyalty program and align it with the specific needs of the various brands in the group. This service can be the best answer to help companies to apply point rewards with a close-loop,” James explained.

Loyalty program

As a form of marketing strategy that is sustainable and long-term oriented, it is predicted that loyalty programs will grow even more in the future. One of the reasons is that, as long as there is a commercial business going on, they will need a loyalty program to build loyal customer base that are profitable for the company. On the other hand, through the loyalty program, the company can also find out more in-depth customer insights.

In a research released by Wirecard revealed, 75% of customers finally decide to make a repurchase, after getting a reward from a certain brand. For James, it indicates that the potential for rewards from the loyalty program is highly effective.

“Especially in the current pandemic situation and with regulations to reduce the number of consumers who can come to the store. In order for the business to continue, companies must maximize their loyal customer database to support the company’s income,” James said.

The research also revealed that the rewards will trigger them to make more purchases. Almost all respondents said that after having a good loyalty program experience, they are more willing to receive offers and notifications from the brand. They are also willing to follow the brand’s social media accounts, after receiving positive rewards from the brand.

An interesting note found in the research is that most customers use apps and web apps for incentives, and many say that apps can help simplify the way they manage rewards. It is crucial, indeed, for the platform to have tools that function well and work seamlessly, therefore, customers can manage and monitor reward points.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kena: Bridge of Spirits Ditunda Tanggal Rilisnya

Kena: Bridge of Spirits akan ditunda perilisannya. Hal ini disampaikan oleh Ember Lab selaku developer melalui cuitan di akun Twitter resmi mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka membutuhkan waktu tambahan untuk memoles game mereka.

s

Penundaan perilisan Kena: Bridge of Spirits sudah beberapa kali dilakukan. Awalnya game tersebut direncanakan akan rilis di akhir tahun 2020. Namun terpaksa ditunda akibat pandemi dan tanggal perilisan dirubah ke tanggal 28 Agustus 2021. Melalui berita terbaru kali ini, Kena: Bridge of Spirits ditunda kembali dan akan dirilis pada 21 September 2021 mendatang.

Berikut ini merupakan pernyataan lengkap mereka :

“Kami telah membuat keputusan yang sulit untuk menunda perilisan Kena: Bridge of Spirits sampai tanggal 21 September untuk memoles game ini di seluruh platform. Tim kami telah bekerja sangat keras dan kami rasa waktu tambahan penting untuk memastikan pengalaman bermain sebaik mungkin.

Kami sadar bahwa banyak dari Anda yang ingin sekali untuk bermain dan kami apresiasi kesabaran Anda sembari tim kami melanjutkan pengerjaan untuk memberikan versi terbaik dari Kena.

Terima kasih atas dukungan Anda!”

Banyak fans yang jatuh hati setelah melihat trailer Kena: Bridge of Spirits. Game ini memadukan antara gameplay action adventure seperti Breath of the Wild dan animasi ala Pixar.

Pemain akan bermain sebagai Kena, seorang spirit guide muda yang memakai kekuatan sihirnya untuk menolong orang-orang yang telah meninggal pindah dari dunia fana ke alam baka. Diperlihatkan juga di trailer, makhluk-makhluk mungil yang disebut dengan Rot, yang akan membantu Kena, baik untuk menyelesaikan teka teki maupun untuk melawan musuh.

Salah satu fakta menarik dari game ini adalah pengisi suara dari Kena yang ternyata orang Indonesia. Ia adalah Dewa Ayu Dewi Larasati. Ayu merupakan penari sekaligus penyanyi untuk grup gamelan Cundamani yang diasuh oleh sang Ayah, Dewa Putu Berata. Grup gamelan Cundamani ini juga berkolaborasi dengan Jason Gallaty dalam proses pembuatan musik dalam game-nya.

Kena: Bridge of Spirits akan dirilis sebagai game eksklusif pada PlayStation 4 dan PlayStation 5, sedangkan nantinya versi PC-nya akan dirilis melalui Epic Game Store.

Fatal Frame: Maiden of Black Water Dapatkan Tanggal Rilis untuk PC

Koei Tecmo baru saja mengumumkan tanggal rilis untuk Fatal Frame: Maiden of Black Water. Berita ini menjadi menarik karena game tersebut merupakan game Fatal Frame pertama yang bisa dimainkan di PC. Berita ini pertama kali diungkapkan Koei Tecmo melalui E3 2021 lalu.

Fatal Frame: Maiden of Black Water akan dirilis tanggal 28 Oktober 2021. Tanggal perilisiannya dekat dengan suasana Haloween. Selain dirilis untuk PC, game ini juga dirilis untuk PlayStation 4, PlayStation 5, Xbox One, Xbox Series X/S dan Nintendo Switch.

Sebelumnya, Fatal Frame: Maiden of Black Water dirilis pertama kali eksklusif untuk Nintendo Wii U di tahun 2014 silam.

via: Rock Paper Shotgun

Bagi Anda yang tidak mengenal serial ini, Fatal Frame merupakan game survival horror. Namun tidak seperti Resident Evil, Silent Hill, atau gamegame survival horror pada umumnya, Fatal Frame memiliki gameplay yang unik dan berbeda. Pemain diharuskan untuk berkelana di sebuah area untuk mencari petunjuk. Namun pemain hanya dibekali dengan sebuah kamera dan harus memakainya untuk melanjutkan cerita. Dengan demikian, pemain akan dipaksa untuk mengamati lingkungan sekitar, yang sudah pasti menyeramkan.

Gameplay Fatal Frame: Maiden of Black Water yang terbaru mungkin akan berbeda dibandingkan dengan versi aslinya. Pasalnya game tersebut dulunya memanfaatkan layar kedua pada Nintendo Wii U untuk mengambil potret, sedangkan untuk konsol modern, konsep dua layar tersebut sudah lama ditinggalkan.

Ada beberapa fitur yang ditunjukkan di trailer Fatal Frame: Maiden of Black Water terbaru. Selain grafis yang lebih dipoles, pemain dapat memanfaatkan fitur Photo Mode untuk menampakkan hantu yang telah ditemui sebelumnya, dengan berbagai pose, latar belakang, dan bingkai sesuai keinginan. Selain itu, pemain bisa memakai berbagai kostum untuk berbagai karakter.

Fatal Frame merupakan game horror klasik yang masih populer sampai saat ini. Salah satu game buatan Indonesia yang mendunia, yakni DreadOut, juga terinspirasi dari Fatal Frame. Hal ini dapat dilihat dari salah satu gameplay DreadOut yang mengharuskan pemain untuk menggunakan kamera demi mencari petunjuk ataupun mengalahkan musuh.

Berbicara soal game horor, tahukah Anda kenapa kita suka ditakut-takuti? Kami pernah membahasnya beberapa waktu silam.

Garena Indonesia Umumkan ASL Winter 2021

Garena sebagai publisher Arena ov Valor baru saja mengumukan gelaran Arena of Valor Star League (ASL) Winter 2021. Turnamen ini nantinya akan menjadi turnamen lanjutan yang terakhir kali diselenggarakan pada awal tahun 2021 kemarin bertajuk ASL Spring 2021. ASL Winter 2021 nantinya akan mempertemukan 6 tim AOV terbaik di Indonesia dan akan digelar pada bulan November 2021 mendatang.

Sama seperti musim lalu, ASL Winter 2021 ini nantinya akan dimulai dari babak kualifikasi. Turnamen Clash of Valor hadir sebagai babak kualifikasi pendahuluan sebelum menuju turnamen ASL Winter 2021. Nantinya akan ada 2 wave dalam turnamen COV ini dan memperebutkan 4 slot menuju turnamen ASL B Series Winter 2021.

Turnamen ASL B Series nantinya akan mempertemukan 4 tim dari COV dengan 3 tim terbawah turnamen ASL Spring 2021 kemarin. Turnamen ini akan memperebutkan 3 slot tersisa ke dalam turnamen ASL Winter 2021.

3 tim teratas turnamen ASL Spring 2021 kemarin yakni ArcAngel, Dewa United, dan DG Esports akan mendapatkan slot menuju ASL Winter 2021 langsung. Sementara itu 3 tim terbawah ASL Spring 2021 yaitu Saudara Esports, HerzyONE, dan Hertz nantinya akan berjuang terlebih dahulu melalui babak ASL B Series Winter 2021.

Image Credit: ASL AOV Indonesia

Clash of Valor akan dimulai pada tanggal 12 Agustus 2021 mendatang. Semua tim AOV dari seluruh Indonesia bisa mengikuti turnamen ini dan menjajal kemampuan mereka. Kembali hadirnya turnamen COV ini tentu saja menjadi kabar gembira bagi para pemain AOV di Indonesia. Mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk bersaing satu sama lain dan memperebutkan siapa tim Arena of Valor terbaik di Indonesia.

Sedangkan ASL B Series Winter 2021 akan mulai digelar pada bulan September 2021. Sementara itu turnamen akbar ASL Winter 2021 baru akan digelar pada bulan Oktober 2021 mendatang. Karena pandemi COVID-19 yang belum reda, sepertinya turnamen ini nantinya akan diselenggarakan secara online.

Arena of Valor Star League (ASL) sendiri merupakan turnamen AOV tertinggi di Indonesia. Turnamen ini sudah rutin diselenggarakan oleh Garena Indonesia sejak beberapa tahun silam. Turnamen ASL Spring 2021 kemarin memperebutkan total hadiah sebesar Rp365 juta dan berhasil dimenangkan oleh tim ArchAngel. Pemenang ASL juga menjadi wakil Indonesia di turnamen AOV tingkat internasional.

Evil Geniuses Wolves

Evil Geniuses Jalin Kerja sama dengan Klub Sepakbola Wolverhampton Wanderers

Organisasi esports raksasa asal Amerika Serikat, Evil Geniuses baru saja mengumumkan kerja sama terbarunya dengan klub sepakbola Inggris Wolverhampton Wanderers, atau yang lebih sering dikenal dengan julukan Wolves.

Kerja sama ini bermula setelah perusahaan konglomerat asal Tiongkok Fosun Sports Group, yang juga adalah pemilik mayoritas dari Wolves, sepakat untuk investasi di Evil Geniuses dengan nilai sebesar US$255 juta, atau sekitar Rp3,6 triliun.

Kerja sama antara kedua belah pihak ini sudah mulai terlihat dari pembaharuan jersey milik Evil Geniuses yang sekarang memiliki branding Wolves. Untuk itu, Evil Geniuses juga akan mendapatkan akses dalam rencana ekspansinya ke ranah esports Asia dengan fasilitas-fasilitas yang dimiliki Wolves.

Kerja sama ini juga akan membuahkan konten-konten berbahasa Mandarin serta Inggris, serta penyediaan fasilitas latihan untuk Evil Geniuses di Tiongkok.

“Kemitraan ini sangat menarik bagi Wolves dan Wolves Esports. Kami memiliki ambisi yang sangat tinggi dalam esports dan kemitraan ini memungkinkan kami untuk belajar dari yang terbaik,” sebut Russell Jones, General Manager of Marketing and Commercial Growth dari Wolves.

“Kami akan mengumpulkan sumber daya di seluruh analisis dan kinerja serta pemasaran dan komersial untuk melayani dan menumbuhkan kedua belah pihak. Kami berharap dapat bekerja sama dalam inisiatif-inisiatif fan engagement selama beberapa bulan ke depan dan, ketika rute perjalanan internasional sudah memungkinkan, kami dengan senang hati akan memberikan kesempatan tim kami untuk mengunjungi dan belajar dari rekan mereka masing-masing.”

Nicole LaPointe Jameson, Chief Executive dari Evil Geniuses, menambahkan, “Kami sangat senang dapat bermitra dengan Wolves, klub sepak bola bersejarah dan merek olahraga dan hiburan yang sejalan dengan nilai-nilai kami.

“Kesepakatan ini akan membantu memperkuat ekspansi Evil Geniuses ke pasar Asia dan juga memberikan modal baru untuk merekrut lebih banyak pemain kelas dunia dan ekspansi ke titel esports lain.”

Evil Geniuses merupakan salah satu organisasi esports tertua di dunia. Diresmikan pada tahun 1999 silam, Evil Geniuses kini telah menjadi salah satu organisasi esports terbesar dan berkompetisi di berbagai macam titel, mulai dari LoL, Dota 2, CS:GO, dan VALORANT. Mereka memiliki personil di berbagai penjuru dunia, dari benua Amerika, Eropa, hingga Asia.

Kerja sama ini memungkinkan ekspansi EG ke Asia lebih mudah. Apakah Indonesia bisa menjadi salah satu opsi ekspansi Evil Geniuses?

Co-Founder & CEO TaniHub Pamitra Wineka dalam sesi DSLaunchpad ULTRA

Tips Membangun Model Bisnis Berkelanjutan dari Tanihub

Ketika seorang founder membangun startup, pastinya ia ingin membentuk bisnis yang bertahan lama. Untuk mencapai hal itu, diperlukan model bisnis yang berkelanjutan. Namun, pada prosesnya ada banyak sekali faktor, baik internal maupun eksternal, yang kemudian mempengaruhi. Khususnya dalam industri teknologi tanah air yang memiliki dinamika tinggi.

Dalam sesi DSLaunchpad ULTRA, Co-Founder dan CEO Tanihub Pamitra Wineka berbagi pengalamannya ketika proses awal mula pembentukan TaniHub hingga sampai pada model bisnis yang dijalankan saat ini.

Berawal dari sebuah misi sosial untuk membantu petani melariskan dagangan, TaniHub kini telah menjadi agregator untuk petani; dan kini telah terhubung dengan ribuan pengguna.

Berangkat dari pain points

Lima tahun yang lalu, sosok Pamitra yang lebih akrab dipanggil Eka ini memulai proyek sosial bersama para petani. Menurutnya, sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Ia mulai dengan membantu petani untuk bisa melariskan hasil panen. Dari situ ia menemukan beberapa pain points, yaitu kurangnya edukasi petani terkait produksi serta akses pada permodalan.

“Banyak petani Indonesia yang masih menanam tanpa memiliki perhitungan ke depan untuk hasil produksinya nanti akan di jual ke mana. Akibatnya, mereka kurang dipercaya untuk akses pinjaman modal. Saya lihat teknologi bisa membantu menyelesaikan masalah ini.” ujarnya.

Selain itu, Eka juga menyinggung soal industri agrikultur di Indonesia yang masih fragmented, ada banyak pemain kecil yang menjual hasil produksi yang serupa. Lalu muncul ide sebuah marketplace yang mempertemukan petani dengan pembeli. Dalam hal ini, tantangan datang dari beberapa sektor yang saat itu belum matang dan waktunya yang kurang tepat.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, perusahaan memutuskan untuk beralih konsep menjadi agregator, membuat pembagian, menyediakan gudang dan inventorinya. Model bisnis ini terbilang membutuhkan modal yang besar atau asset-heavy, namun Eka yakin selama bisa mencetak trafik dan revenue, maka bisnis akan terus berjalan. “Terkadang, beberapa model bisnis memang harus asset-heavy menjelang pasar semakin matang dan pengguna lebih teredukasi,” tambahnya.

Business model canvas

Dalam merencanakan model bisnis diperlukan strategi, manajemen, maupun sistem yang mempermudah orang-orang di dalamnya untuk bekerja secara efektif dan sesuai tujuan yang dimiliki perusahaan. Satu hal yang penting untuk diterapkan adalah business model canvas, sebuah konsep yang mengandalkan gambar-gambar ide sehingga setiap orang memiliki pemahaman yang sama dan riil terhadap tipe-tipe konsumen mereka, pengeluaran biaya, cara kerja perusahaan dan sebagainya.

Sumber: Global Leadership World

Seperti yang sebelumnya disebutkan, setiap solusi yang dibuat harus bisa menyelesaikan pain points yang ada di masyarakat. Sementara demand dari pasar semakin bertumbuh, dari situ akan lebih mudah untuk menentukan strategi untuk melancarkan revenue. Maka dari itu, penting sekali untuk mulai observasi kebutuhan pasar sebelum mulai memetakan model bisnis. “Kita harus bisa menjadi painkiller instead of vitamins,” sebut Eka.

Terkait sumber revenue, ia juga menyampaikan bahwa dalam menentukan strategi ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Salah satunya adalah penentuan harga, strategi mengambil komisi dari marked up harga sudah umum terjadi. Namun, jangan sampai strategi ini malah membuat produk tidak kompetitif lalu gagal. Perusahaan harus bisa membentuk satu kesatuan, sehingga disparitas harga pun bisa lebih pendek.

Tinjauan yang berkelanjutan

Belajar dari perjalanan bisnis TaniHub, model bisnis bisa berubah sewaktu-waktu atau sering disebut pivot. Selalu ada faktor eksternal bahkan internal yang mempengaruhi operasional bisnis secara keseluruhan. Eka sendiri mengakui bahwa perusahaannya punya tim khusus untuk testing model bisnis yang sudah ada secara regular.

Ada beberapa cara untuk mengetahui bahwa sebuah bisnis model masih efektif atau tidak di dalam pasar. Ketika produk diluncurkan namun tidak ada antusiasme dari pasar menjadi salah satu yang paling sering terjadi pada startup tahap awal. Maka dari itu, harus dilakukan penyesuaian. Dengan dinamika yang tinggi di dunia startup, hal ini harus bisa dilakukan dengan cepat untuk menghindari konsumsi waktu dan biaya yang tidak efisien.

Sebuah perusahaan seharusnya bukan hanya mengenai produk, melainkan bagaimana cara mengeksekusi dan melakukan kegiatan pemasaran yang berarti. Seorang founder juga harus bisa berpikir secara realistis mengenai distribusi, promosi produk, dan komunikasi.

AMD Introduces RX 6600 XT for Your 1080p Gaming Needs

AMD just launched a new GPU: RX 6600 XT. Based on RDNA 2 architecture, it has 32 Compute Units (CUs). For comparison, RX 6700 XT, sold at US$479, has 40 CUs and PlayStation 5 has 36CUs. With 8GB of GDDR6, RX 6600 XT will need 160W of power. Just like other graphic cards with RDNA 2 architecture, RX 6600 XT also has Infinity Cache. But the newest GPU from AMD only has 32MB Infinity Cache while other RX-6000 series can have 96MB or 128MB Infinity Cache.

Inside the RX 6600 XT, AMD puts 32 Ray Accelerators. These dedicated ray-tracing cores are meant to handle the ray tracing workload. That way, the cores of RX 6600 XT can handle other workloads. These ray-tracing cores are powerful enough that you can use ray tracing with compatible games in low or medium settings. With 1080p settings, AMD says that RX 6600 XT can run AAA games at high frame rates. As you can see on the graphic below, with 1080p settings, you can play the likes of Assassin’s Creed Valhalla and Battlefield 5 at 90 fps.

Performance comparison between AMD RX 6600 XT and NVIDIA RTX 3060.

When it comes to building a gaming PC, gamers usually want to have the best specs. Alas, not everyone can afford to get a 4K gaming rig. Some gamers have no choice but to settle with 1080p gaming rigs. And those gamers are AMD’s target market for RX 6600 XT, as pointed out by The Verge. Citing research from IDC, AMD says that around two-thirds of gaming displays that were sold had 1080p resolution last year. It shows that there is a market for graphic cards meant for 1080p settings.

Unfortunately, AMD is aware that RX 6600 XT might also face a scarcity problem. In July 2021, AMD said that the GPUs scarcity problem might persist throughout this year. There are two possible reasons behind the GPUs scarcity: the unnaturally high demand for GPUs and the supply constraints due to the pandemic. Even so, AMD also says that it will do its best to make sure its GPUs can go to the hands of the consumers. That said, RX 6600 XT will be available on August 11 2021 from AMD board partners, such as ASRock, ASUS, Biostar, Gigabyte, MSI, Powercolor, XFX, and Yeston.

Bisnis Sampingan 2021

Upaya Sampingan Agar Tetap Relevan untuk Pekerja Kerah Biru

Pekerja kerah biru menjadi lapis pertama yang paling terkena imbas semenjak pandemi. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, ada 29,4 juta orang yang terdampak langsung dari pandemi. Jumlah tersebut termasuk mereka yang terkena PHK dan dirumahkan tanpa upah.

Alhasil platform manajemen tenaga kerja seperti Sampingan banyak dibutuhkan oleh para pekerja. Dalam wawancara bersama DailySocial, Co-Founder dan CEO Sampingan Wisnu Nugrahadi mengatakan jumlah pekerja yang mendaftar di Sampingan naik hingga tiga kali lipat sejak pandemi tahun lalu. Kenaikan ini terjadi secara alami tanpa upaya pemasaran yang maksimal dari perusahaan.

Disebutkan saat ini Sampingan memiliki lebih dari 1 juta mitra pekerja (disebut Kawan Sampingan) yang tersebar di 80 kota dan 150 perusahaan yang memanfaatkan solusi dari Sampingan.

“Selama pandemi menyebabkan pertumbuhan bisnis melambat di berbagai sektor. Banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan, nah para pekerja ini salah satunya adalah kerah biru yang kita serve. Kita lihat tren kenaikan job seeker yang mendaftar naik tiga kali lipat,” tutur dia.

(ki-ka) Para Co-Founder Sampingan: Wisnu Nugrahadi, Margana Mohamad, dan Dimas Pramudya Putra / Sampingan

Memformalkan manajemen yang administratif

Sejak Sampingan dirintis pada 2018, Sampingan didesain untuk merevolusi manajemen kerah biru yang serba manual jadi lebih formal dengan memanfaatkan teknologi. Wisnu menjelaskan, dari sisi pencari kerja, yang dibutuhkan saat ini lebih dari sekadar sistem pencocokan kerja (job match maker).

Sampingan berupaya untuk memformalkan para pekerja biru dengan proses pekerjaan yang lebih mudah, seperti rekrutmen, pelatihan di tempat kerja, proses penggajian, hingga asuransi kesehatan.

Pun dari sisi perusahaan juga turut menghadapi tantangan, di antaranya efisiensi waktu untuk menentukan kandidat yang cocok, kurangnya tenaga dan waktu untuk mengawasi kinerja pekerja, dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk proses staffing terutama dalam jumlah besar.

Solusi yang disediakan Sampingan saat ini ada tiga jenis; Sampingan Systems berupa SaaS yang memudahkan rekan bisnis dalam mencari/mengelola tenaga kerja mereka; Sampingan Manpower ialah layanan perekrutan dan staffing pekerja untuk memudahkan rekan bisnis untuk memenuhi kebutuhan SDM.

Terakhir, Sampingan Solutions ialah solusi menyeluruh yang dapat dimanfaatkan rekan bisnis, Sampingan akan mengatur seluruh proses dari staffing pekerja, mengatur laju performa pekerja hingga memberikan pelaporan kinerja secara agregat.

“Dari day one, kami fokus menciptakan unit economy di industri yang bisa kita improve dan otomatiskan prosesnya di masing-masing part dengan bantuan teknologi. Jadi kita changing the game of most of these process jadi lebih efisien.”

Pada akhirnya, bagi perusahaan yang ingin mengeskalasi bisnisnya dalam waktu cepat dan butuh pekerja kerah biru dapat memanfaatkan solusi Sampingan.

Dengan seluruh struktur bisnis B2B ini, Wisnu ingin menjadikan Sampingan sebagai perusahaan yang sustainable agar dapat menciptakan lebih banyak dampak untuk pekerja kerah biru.

“Kita selalu melihat objektif bagaimana caranya Sampingan bisa automate proses yang administratif ini, sehingga perusahaan itu tetap fokus pada human approach karena unsur tersebut juga dibutuhkan.”

Beberapa layanan startup Indonesia untuk pekerja kerah biru / DailySocial

Perkembangan bisnis

Dari 150 perusahaan yang menggunakan solusi Sampingan, mayoritas bergerak di logistik dan pergudangan yang mencari pekerjaan untuk kurir, forklift, dan sebagainya; pemasaran lapangan untuk pekerjaan canvasser; riset untuk pekerjaan surveyor dan data collection; layanan pelanggan (customer service); pemasaran berbasis komunitas (crowdsourcing marketing); dan administrasi (back office).

“Semua kandidat ini kita test berdasarkan kebutuhan si perusahaan, ada pertanyaan-pertanyaan yang bisa match dengan kandidat yang tepat. Untuk pekerjaan yang butuh di-interview semua aktivitas bisa dilakukan secara remote di 80 kota. Kami pun enggak ada kantor cabang di sana.”

Wisnu ingin terus menambah jumlah mitra perusahaan yang dapat memanfaatkan solusi Sampingan. Pasalnya, bicara potensi pasar di industri logistik dan pergudangan saja kebutuhan untuk mencari kurir dan tenaga kerja pendukungnya begitu besar, di tengah pesatnya perkembangan e-commerce.

“Banyak dari mitra perusahaan ini mencari minimal dua sampai empat lapangan pekerjaan untuk kerah biru. Misalnya, last mile logistik pasti butuh warehousing dan kurir, juga butuh layanan pelanggan dan administrasi. Kami berdiri sebagai one stop platform karena kita bisa menyediakan full visibility dan transparansi untuk payroll dan sebagainya.”

Demi meningkatkan stickiness, kini Sampingan turut melengkapi fitur untuk pekerja berupa early wage access (EWA) dan asuransi kesehatan (bersama Gigacover). Dengan fitur EWA ini, pekerja dapat mengakses gajinya lebih awal untuk membayar kebutuhan mendadak. Terkait mitra untuk penyediaan EWA ini, Wisnu belum bersedia mengungkapkan identitasnya.

“Karena kami pegang data day to day performance-nya juga, kami bisa meyakinkan perusahaan bahwa kandidat tersebut layak mendapatkan fitur EWA ini. Kami akan terus menambah program tambahan agar tidak hanya perusahaan, tapi juga pekerja yang mendapat benefit yang maksimal.”

Inovasi teranyar lainnya yang sedang dikembangkan perusahaan adalah fitur e-learning untuk membantu pekerja meningkatkan soft skill. Menariknya, Sampingan menghadirkan fitur ini berupa audio. Dalam suatu survei yang diselenggarakan perusahaan, mayoritas pekerja kerah biru ini ada di lapangan dan berpindah-pindah tempat sehingga sulit untuk menyiapkan waktu kosong untuk belajar bila dengan audio visual.

Tema-tema yang disampaikan dalam e-learning, sejauh ini masih bersifat dasar namun penting untuk diketahui. Seperti, syarat-syarat yang dibutuhkan bila ingin menjadi kurir, atau cara menyampaikan informasi yang lebih baik jika ingin menjadi orang pemasar.

“Kami bekerja sama dengan salah satu audio company untuk menyediakan e-learning via audio. Selain karena mereka selalu commuting, platform audio ini jauh lebih ramah kuota,” pungkasnya.

Problematika industri

Menurut sebuah riset, turnover pekerja kerah biru cukup tinggi. Rata-rata di perusahaan mencapai 20%. Turnover mengacu pada keluar masuknya pegawai yang mengisi posisi tertentu. Kondisi ini sebenarnya memberatkan perusahaan, karena dari survei yang sama dikemukakan bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi turnover ini tidak murah, bisa mencapai $4,569.

Pekerja kerah biru identik dengan “pekerjaan kasar”. Jenis pekerjaan ini nyaris ada dan dibutuhkan di setiap lingkungan bisnis – ada yang sifatnya temporer, outsource, hingga pekerja tetap. Kecenderungan segmen ini dipenuhi kalangan low skill worker, orang-orang yang memiliki kompetensi minim – umumnya disebabkan karena akses ke pendidikan yang kurang baik. Menurut data BPS, per tahun 2019 kalangan low skill worker mendominasi sektor informal dengan angka 57,27%.

Rata-rata persentase turn-over pekerja kerah biru / EmployBridge
Application Information Will Show Up Here

TI10 Participants 23savage and Jabz to Participate in a VALORANT Tournament

The young Thai Dota 2 superstar, 23savage, is known mainly for his astonishing ability to reach the most insane matchmaking rating (MMR) of all time. This time around, the 19-year-old prodigy is bringing about a surprise in an entirely different realm: VALORANT.

On July 28, 23savage announced that he and several other Thai Dota 2 professionals are going to participate in the upcoming Qualifiers of VALORANT Champions Tour 2021: Thailand Stage 3 Challengers 3. If 23savage playing VALORANT wasn’t odd enough, he brought together the likes of Fnatic’s Jabz, MG.Trust’s Masaros, MG.Viper’s boombell, as well as the Thai streamer Toyzakung.

The five-player roster, dubbed M-Y Gang, is aiming to disrupt the competitive Thai VALORANT scene, especially taking down the giants of the full-fletched champions, X10 Esports. As for the lineup’s distribution of roles, 23savage and Jabz will be taking on the role of Duelist, while the Motivate Gaming duo will serve as Supports, leaving Toyzakung as the in-game leader.

The team name “M-Y Gang” is probably a reference to a Thai Dota 2 team that has successfully advanced to the ongoing BTS Pro Series Season 7: Southeast Asia Closed Qualifier — the latter playing under the name “M Y”.

Of course, 23savage and co. are just participating in the event for the memes, as most of them are full-time, professional Dota 2 players at the end of the day. 23savage himself sarcastically wrote that the team is not open for sponsorships, since the roster can always be broken at any given time. Yet, it shall remain interesting to see how far Dota 2 pros can take this challenge at an entirely different game.

On a more serious note, VCT 2021: Thailand Stage 3 Challengers 3 will commence on August 5-8. Champions of the national tournament will then attain a fighting chance in the SEA Challenger Playoffs.

Aside from 23savage, a handful number of Dota 2 pros have had a taste of Riot’s newest esports title. For instance, the retired two-time TI winner, JerAx, displayed a rather peculiar way of playing VALORANT: playing with a drawing pad/pen. Likewise, his fellow OG team member, ana, tweeted his achievement of getting the highest rank possible in VALORANT, Radiant.

Perhaps only 23savage and his M-Y Gang are taking this meme-team to the next level by actually participating in an official qualifier. Keep in mind that Masaros, 23savage, and Jabz also have BTS Pro Series Season 7: Southeast Asia to participate thereafter. The latter two are also participants of the upcoming TI10, playing under T1 and Fnatic respectively.

Needless to say, playing VALORANT seems like a good way to spend their “Dota vacation”, as they await Dota 2’s annual grand tournament.

Featured Image by Facebook @23savageDotA.

Akulaku Jadi Pemegang Saham Pengendali Bank Neo Commerce

Akulaku (PT Akulaku Silvrr Indonesia) resmi melakukan pengambilalihan Bank Neo Commerce (PT Bank Neo Commerce Tbk – BBYB). Aksi strategis ini memungkinkan BBYB memanfaatkan teknologi yang dimiliki Akulaku dalam melakukan transformasi digital.

Sesuai ketentuan POJK 41/2019, pengambilalihan saham bank dianggap mengakibatkan beralihnya pengendalian bank apabila kepemilikan menjadi yang terbesar. Saat ini porsi kepemilikan Akulaku terhadap BBYB adalah 24,98% dan menjadi pemegang saham terbesar.

Porsi kepemilikan saham di Bank Neo Commerce

Sebelumnya dalam kesempatan wawancara dengan Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan, sejak akhir 2020 perusahaan mulai menggenjot pengembangan produk dan fitur baru serta kemitraan strategis dengan ekosistem digital. Tujuannya tak lain untuk memberikan pengalaman bank digital baru kepada nasabahnya.

Secara khusus juga disampaikan, dengan aplikasi neo+ pihaknya secara spesifik membidik segmen mass market, terutama anak muda yang mendominasi jumlah populasi Indonesia.

Peran Akulaku dalam transformasi

Seperti diketahui, Akulaku saat ini menyajikan layanan fintech berbasis pinjaman, baik dalam bentuk tunai maupun cicilan pembelian barang. Menurut statistik yang disampaikan, saat ini aplikasinya aktif digunakan oleh lebih dari 5 juta pengguna dengan lebih dari 150 juta transaksi yang berhasil difasilitasi.

Di sisi lain, Akulaku juga sajikan layanan B2B, salah satunya terkait solusi perbankan digital. Platformnya mampu melakukan serangkaian kapabilitas, termasuk e-KYC, skoring kredit, pengelolaan akun, hingga manajemen transaksi.

Ekosistem digital yang luas ini menurut Tjandra dapat secara signifikan memberikan sumbangsih untuk Bank Neo Commerce. Sejumlah integrasi juga mulai dilakukan, seperti pembukaan rekening lewat aplikasi Akulaku. Kemudian, perusahaan juga akan memanfaatkan ekosistem Akulaku untuk menyalurkan pinjaman ke pengguna.

Keduanya juga tengah mengembangkan loan origination system dan online financing yang ditargetkan komersial pada semester II 2021. Loan origination system merupakan sistem untuk memproses persetujuan kredit, khususnya untuk direct loan/online financing.

Dengan mengadopsi model sinergi dengan ekosistem terbuka, pihaknya tak menutup kemungkinan untuk menambah kemitraan strategis di luar ekosistem Akulaku, baik itu fintech, e-commerce, dan lini bisnis digital lainnya.

Bank dan platform digital

Gojek melalui GoPay (PT Dompet Karya Anak Bangsa) pada Maret 2021 ini juga menambah kepemilikannya di PT Bank Jago Tbk (ARTO) menjadikan total persentase saham yang dimiliki menjadi 21,40%. Sinergi kedua perusahaan pun sudah mulai terealisasi, salah satunya terkait integrasi Bank Jago di aplikasi Gojek sebagai salah satu opsi pembayaran.

Tak berhenti di sana, Bank Jago juga mulai mengeksplorasi sinergi dengan layanan digital lain, salah satunya Bibit untuk memboyong fitur investasi reksa dana ke dalam aplikasi.

Bank Digital lain juga lakukan konsolidasi serupa, misalnya blu dengan ekosistem yang dimiliki oleh Blibli. Diketahui keduanya terhubung sebagai satu keluarga di grup Djarum. Di dalamnya juga ada Cermati Fintech Group yang mungkin berkonsolidasi karena juga tengah fokus mengembangkan platform berbasis BaaS — peran mitra perbankan sangat dibutuhkan untuk perluasan kapabilitas platform.

Sejauh ini sudah ada beberapa perbankan yang cukup erat dengan platform digital populer, di antaranya:

Bank Platform Digital
Neo Commerce Akulaku
Jago Gojek
BCA Digital Blibli
Bank BKE (Sea Bank) Shopee
KEB Hana (Line Bank) LINE
Motion Vision+ dan ekosistem digital MNC

Perbankan lain seperti AGRO (calon bank digital milik BRI) juga tengah bersiap. Konsolidasi yang mungkin dilakukan ialah melalui portofolio unit CVC yang dimiliki. Beberapa kerja sama juga mulai diinisiasi, misalnya dengan Modal Rakyat, Investree, Payfazz, Modalku, dan Tanihub.

Selain fitur, layanan digital yang disebutkan di atas juga memiliki basis pengguna yang besar untuk memungkinkan dikonversi menjadi nasabah baru di masing-masing bank. Sebagai layanan perbankan juga akan lebih leluasa dalam pengelolaan finansial; misalnya untuk menangani keterbatasan floating money yang dimiliki e-money.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here