Monthly Archives: August 2021

Hypefast Reportedly Secures Additional Funding, Entering the Centaur List

Hypefast online retail group startup reportedly secures an additional $5.5 million funding (over 78 billion Rupiah). According to DailySocial.id sources, this round was participated by Monk’s Hill Ventures, Jungle Ventures, Strive, Amand Ventures, and several others. Those investors previously participated in a $14 million series A round in July 2021.

Through this funding, Hypefast is going strong into the ranks of the next centaur (aspiring unicorn) startup in Indonesia. Centaur is a term for startups that have reached a valuation of over $100 million and under $1 billion. One of these valuations is measured based on the total funding obtained from investors.

Hypefast is yet to officially confirm the two rounds of fresh funding. Until this news was published, the company’s representatives have not responded.

As a retail company, Hypefast’s focus is slightly different. They invest and acquire startups that focus on “digital & e-commerce native brands” with potential to be developed into global brands.

Aside from capital support, Hypefast helps brand owners gain marketing, production and operational support, to use data to help business analysis. Thus, the brand can grow significantly in a short time.

The brand categories Hypefast have acquired come from fashion, beauty, health, and lifestyle – which are produced, marketed, and sold directly to consumers through various online channels, such as each brand’s website, social media, marketplace platform, and Buiboo offline store.

To date, Hypefast has managed more than 20 brands in its network with a total team of more than 150 people in Southeast Asia. Some of these brands are BohoPanna, Letter in Pine, Monomom, Soleram, Sabine and Heem, Nona, Wearstatuquo, Motiviga, Nyonya Nursing Wear, Sideline Label, Nona Rara Batik, and Bonnels.

Hypefast previously targeted to bring local brands to the global market in a more effective and scalable way by the end of 2022. “Currently our focus is on preparing infrastructure and access, therefore, it can be a long-term solution,” said Hypefast’ Founder and CEO, Achmad Alkatiri in an official statement.

New economy startup momentum

According to CBInsights, D2C startup funding performance has decreased globally in 2020. One of the reasons is the pandemic. However, in Indonesia, it is gaining momentum, due to the presence of a massive generation of young entrepreneurs.

Marketing creativity through digital channels, such as social media, allows brand developers to get attention and profit from the local market. The strategies vary, some collaborate to present limited products with well-known influencers, create viral marketing strategies, and others.

Another important factor is the high interest of consumers to shop on online platforms. According to e-Conomy 2020, Indonesia’s e-commerce GMV reached $32 billion, the largest in the region.

In addition, according to a survey conducted by Facebook, there is a tendency for consumers in Indonesia to buy new brand products, which is the highest percentage compared to neighboring countries in Southeast Asia. This makes market competition more dynamic, compared to a customer base that is loyal to only certain products.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bahas Antarmuka OPPO Reno6, Lebih Personal Bebas Dikustomisasi

OPPO Reno6 mengusung dazzling design, ia punya bodi yang ramping dengan ketebalan 7,8mm dan berat 173 gram yang mudah digenggam. Serta, dibalut dalam warna stylish berteknologi Reno Glow, Aurora yang tampil mencolok dan warna klasik Stellar Black.

Untuk interior, Reno6 dengan sistem operasi ColorOS 11.1 berbasis Android 11 juga menawarkan kebebasan kustomisasi. Di mana hampir semua dari bagian antarmuka Reno6 dapat dikustomisasi oleh pengguna.

Mulai dari launcher, secara default mode homescreen standar pada Reno6 terdiri dari satu lapisan, artinya semua aplikasi dan widget berkumpul di area homescreen. Bagi penggemar app drawer, pengguna bisa memilih mode homescreen drawer atau simple bila menginginkan tampilan sederhana dengan tata letak aplikasi dan font berukuran lebih besar.

Selain itu, tata letak aplikasinya bisa disesuaikan dari yang terbesar 2:4 hingga 5:6. Efek transisinya tersedia opsi default, roll, cube, flip, card, dan tilt. Sedangkan untuk ikon aplikasi tersedia opsi default, material style, pebble, dan custom yang memungkinkan memilih bentuk ikonnya.

Pengguna juga bisa mengunduh dan menerapkan berbagai ikon pack dari Play Store atau mengganti tema Reno6 secara keseluruhan di Theme Store. OPPO juga menyediakan serangkaian static wallpaper dan live wallpaper, serta artist wallpaper yang tersedia gratis dan dapat diunduh pada Theme Store.

Untuk menyesuaikan antarmuka Reno6 lebih jauh lagi, buka settings dan pilih personalisations. Di sini kita bisa mendesain tampilan always on display, mengubah fingerprint animation, mengganti elemen warna utama, menyesuaikan font dan ukuran tampilan konten, hingga mengaktifkan edge lighting sebagai indikator notifikasi.

Berkat fitur lock screen magazine, wallpaper di lockscreen akan berganti secara otomatis dan menampilkan gambar inspirasi kreatif setiap kali pengguna membuka kunci layar. Layar Reno6 dapat secara otomatis bangun bila mengaktifkan fitur raise to wake atau kita bisa double-tap untuk membangunkan layar.

Untuk masuk ke sistem smartphone, kita bisa mengandalkan in-display fingerprint yang sensornya sangat responsif atau face unlock yang tak kalah cepat dalam mengenali penggunanya. Setelah kunci terbuka, dengan memanfatkan fitur icon pull-down gesture, kita dapat mengakses aplikasi di homescreen menggunakan satu tangan dengan cara mengusap sedikit ke atas dari pojok kanan atau kiri bagian bawah layar.

Fitur Dark Mode di Reno6 juga dapat dikustomisasi lebih lanjut. Total ada tiga opsi skema warna gelap yang ditawarkan, mulai dari gelap total, gelap agak kebiruan, dan gelap agak abu-abu. Semuanya dengan tingkat kontras yang berbeda yang dapat disesuaikan dengan preferensi pengguna dan dapat dijadwalkan untuk aktif secara otomatis.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Tahun Depan, Apple Bakal Luncurkan Aplikasi Apple Music Terpisah Khusus Genre Classical

Platform streaming macam Spotify dan Apple Music tidak kekurangan stok musik klasik (classical). Namun selama tiga tahun terakhir, para penggemar sejati genre tersebut punya opsi lain yang lebih menarik bernama Primephonic. Seperti Spotify dan Apple Music, Primephonic juga merupakan layanan berlangganan untuk streaming musik, hanya saja katalognya sepenuhnya berisi musik klasik.

Jumlah penikmat musik klasik di era streaming tidak banyak. Data yang dikumpulkan Statista menunjukkan bahwa tahun lalu, dari semua konten musik yang dikonsumsi via platform streaming di Amerika Serikat, cuma 0,8% yang genre-nya classical. Musik anak-anak bahkan lebih banyak didengar dengan 1,2%.

Namun ternyata hal itu tidak mencegah Apple menaruh perhatian ekstra pada genre classical. Mereka baru saja mengumumkan akuisisinya terhadap Primephonic. Agenda pertama yang bakal dilancarkan dalam waktu dekat adalah mengintegrasikan seluruh playlist Primephonic beserta konten audio eksklusifnya ke katalog Apple Music.

Tampilan antarmuka aplikasi Primephonic / Primephonic

Ke depannya, Apple juga berniat menghadirkan fitur-fitur terbaik yang Primephonic tawarkan selama ini, seperti misalnya fitur browse dan search berdasarkan komposer atau repertoar, serta informasi metadata yang merinci. Tahun depan, Apple bahkan sudah punya rencana untuk merilis aplikasi Apple Music terpisah khusus genre classical yang akan menghadirkan tampilan antarmuka khas Primephonic.

Berhubung sudah diakuisisi, Primephonic bakal menghentikan layanannya mulai 7 September 2021. Para pelanggannya bakal menerima refund, plus akses gratis ke Apple Music selama 6 bulan.

Dalam pesan perpisahan kepada para pelanggan yang dimuat di situsnya, tim Primephonic menjelaskan bahwa langkah ini mereka ambil demi menjangkau lebih banyak penikmat musik klasik, khususnya mereka yang juga banyak mendengarkan genregenre lain.

Kebetulan Apple Music juga punya satu kelebihan yang tak dimiliki Primephonic, yaitu teknologi spatial audio plus dukungan terhadap Dolby Atmos. Kalau mengacu pada cara kerja teknologi spatial audio, pengguna pada dasarnya bisa menikmati pengalaman mendengarkan musik klasik layaknya sedang menonton pertunjukan orkestra.

Sumber: Apple. Gambar header: Brett Jordan via Unsplash.

Pendanaan lanjutan Hypefast

Hypefast Dilaporkan Kantongi Pendanaan Tambahan, Masuk ke Jajaran Centaur

Startup grup ritel online Hypefast dilaporkan mengantongi tambahan dana segar sebesar $5,5 juta (lebih dari 78 miliar Rupiah). Menurut sumber DailySocial.id, putaran ini diikuti oleh Monk’s Hill Ventures, Jungle Ventures, Strive, Amand Ventures, dan beberapa lainnya. Jajaran investor tersebut sebelumnya berpartisipasi dalam putaran seri A sebesar $14 juta pada Juli 2021.

Dengan pendanaan ini, mengokohkan Hypefast ke dalam jajaran startup centaur (aspiring unicorn) berikutnya di Indonesia. Centaur adalah sebutan untuk startup yang telah mencapai valuasi lebih dari $100 juta dan di bawah $1 miliar. Valuasi ini salah satunya diukur berdasarkan total pendanaan yang didapat dari investor.

Hypefast belum memberikan konfirmasinya secara resmi terkait dua putaran dana segar ini. Hingga berita ini diturunkan, belum ada respons yang diberikan dari perwakilan perusahaan.

Sebagai perusahaan ritel, fokus Hypefast sedikit berbeda dengan kebanyakan. Mereka berinvestasi dan mengakuisisi startup yang memiliki fokus pada “digital & e-commerce native brands” yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi brand global.

Selain dukungan kapital, Hypefast membantu pemilik merek mendapat dukungan pemasaran, produksi dan operasi, hingga pemanfaatan data untuk membantu analisis bisnis. Dengan demikian, brand dapat tumbuh secara signifikan dalam waktu yang singkat.

Kategori brand yang diakuisisi Hypefast datang dari fesyen, kecantikan, kesehatan, dan gaya hidup -yang diproduksi, dipasarkan, dan dijual langsung ke konsumen melalui berbagai kanal online, seperti website masing-masing brand, media sosial, platform marketplace, dan toko offline Buiboo.

Sejauh ini Hypefast telah mengelola lebih dari 20 brand di dalam jaringannya dengan total tim lebih dari 150 orang di Asia Tenggara. Beberapa brand tersebut adalah BohoPanna, Letter in Pine, Monomom, Soleram, Sabine and Heem, Nona, Wearstatuquo, Motiviga, Nyonya Nursing Wear, Sideline Label, Nona Rara Batik, dan Bonnels

Hypefast sebelumnya menargetkan dapat membawa brand lokal ke pasar global dengan cara yang lebih efektif dan scalable pada akhir 2022 mendatang. “Saat ini fokus kami mempersiapkan infrastruktur dan akses sehingga bisa menjadi solusi jangka panjang,” kata Founder dan CEO Hypefast Achmad Alkatiri dalam keterangan resmi.

Momentum startup new economy di Indonesia

Menurut data CBInsights, secara global performa pendanaan startup D2C mengalami penurunan di tahun 2020. Salah satunya diakibatkan oleh pandemi. Namun di Indonesia tengah mendapatkan momentum, lantaran kehadiran generasi pengusaha muda yang cukup marak.

Kreativitas pemasaran melalui kanal digital, seperti media sosial, membuat para pengembang brand mendapat perhatian dan meraup untung dari pasar lokal. Strateginya bermacam-macam, ada yang berkolaborasi untuk menghadirkan produk limited bersama influencer ternama, membuat strategi pemasaran viral, dan lain-lain.

Faktor penting lainnya adalah tingginya minat konsumen untuk berbelanja di platform online. Menurut e-Conomy 2020, GMV e-commerce Indonesia mencapai $32 miliar, terbesar di regional.

Di samping itu menurut survei yang dilakukan Facebook, ada kecenderungan konsumen di Indonesia untuk membeli produk keluaran brand baru adalah tertinggi secara persentase dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara. Ini menjadikan kompetisi pasar menjadi lebih dinamis, dibanding dengan basis konsumen yang loyal terhadap produk tertentu saja.

Pendanaan Seri B Zipmex

Zipmex Peroleh Pendanaan Seri B Lebih dari 585 Miliar Rupiah

Platform jual-beli aset kripto asal Thailand, Zipmex, mengumumkan perolehan pendanaan seri B sebesar $41 juta atau setara 585 miliar Rupiah dipimpin oleh Bank of Ayudhya, bank terbesar kelima dari sisi lender di negara tersebut. Investor lain yang turut berpartisipasi dalam putaran ini adalah perusahaan media setempat Plan B Media Pcl dan perusahaan modal ventura Master Ad Pcl.

Sebelumnya, perusahaan mengumumkan pendanaan Seri A senilai $6 juta yang dipimpin Jump Capital pada awal tahun ini.

Mengutip dari Reuters, investasi tersebut membuat valuasi perusahaan melambung ke angka $52 juta (dari total pendanaan yang diterima). Zipmex akan memanfaatkan dana segar ini untuk membangun tim teknologi, memperluas rangkaian produk baru seperti pinjaman, pembayaran dan sekuritas agar basis penggunanya semakin banyak.

Mitsubishi UFJ Financial Group adalah pemegang saham mayoritas sebesar 76,9% di Bank of Ayudhya (BAY). Perusahaan ventura BAY, Krungsri Finnovate, telah berinvestasi ke sejumlah startup, salah satunya adalah Grab.

“Kesepakatan ini akan memberi BAY eksposur yang lebih besar ke blockchain dan ekosistem aset digital,” kata Direktur Pelaksana Krungsri Finnovate Sam Tansakul. “Jika kita tidak tetap dekat, teknologi akan semakin menjauh dari bank,” sambung dia.

CEO Zipmex Marcus Lim mengatakan, dalam jangka pendek amunisi ini akan membantu perusahaan menggandakan pengguna menjadi satu juta dalam enam bulan ke depan. Saat ini Zipmex beroperasi di empat negara, yakni Indonesia, Singapura, Thailand, dan Australia. Lebih dari separuh bisnis terbesarnya datang dari negara asalnya, yakni Thailand dan sekitar seperlima dari Indonesia.

Bisnis Zipmex di Indonesia

Di Indonesia, Zipmex beroperasi di bawah badan hukum PT Zipmex Exchange Indonesia dan menjadi salah satu dari 13 perusahaan yang telah terdaftar di Bappebti.

Salah satu produk Zipmex adalah ZipLock, layanan staking untuk mengunci aset selama 45 hari berupa ZMT (Zipmex Token) yang dimiliki pengguna. Sebagai imbalannya pengguna mendapat bunga hingga 16% per tahun yang dibayarkan setiap harinya.

Layanan staking lainnya adalah ZipUp yang merupakan produk simpanan aset kripto berbunga yang dapat ditarik kapan saja. Bunga yang ditawarkan atas aset digital yang disimpan hingga 8% per tahun and bersifat compounding artinya bunga dibayarkan setiap hari langsung ke wallet pengguna.

Di luar itu, Zipmex menyediakan platform jual-beli aset untuk lebih dari 100 aset kripto. Zipmex pun menjadi mitra teknologi untuk Pluang dalam menyediakan fitur jual beli aset Bitcoin dan Etherium di aplikasi. Perusahaan juga berinovasi dengan meluncurkan Z-Launch, Zips Marketplace, ZipNFT (Non-Fungible Tokens), ZipStocks, ZipSpend, dan Ziplend.

Di tengah meledaknya animo investor baru terhadap aset kripto di Indonesia, membuat jumlahnya kini melampaui investor pasar modal. Kemendag mencatat investor di instrumen ini tembus ke angka 6,5 juta orang dengan nilai transaksi Rp370 triliun hingga Mei 2021. Sementara jumlah SID mencapai 5,6 juta investor per Juni 2021, menurut data OJK.

Daftar platform kripto di Indonesia

Bulan Juni 2020 lalu, Bappebti mengedarkan surat pengumuman No.477.1/BAPPEBTI.4/PENG/06/2020 merilis daftar perusahaan sebagai calon pedagang fisik aset kripto. Berikut daftarnya:

Perusahaan Merek Asal Platform
PT Crypto Indonesia Berkat Tokocrypto Indonesia Web, Mobile
PT Upbit Exchange Indonesia Upbit Korea Selatan Web, Mobile
PT Tiga Inti Utama Triv Indonesia Web, Mobile
PT Indodax Nasional Indonesia Indodax Indonesia Web, Mobile
PT Pintu Kemana Saja Pintu Indonesia Web, Mobile
PT Zipmex Exchange Indonesia Zipmex Singapura Web, Mobile
PT Bursa Kripto Prima Bicipin
PT Luna Indonesia Ltd Luno Inggris Web, Mobile
PT Rekeningku Dotcom Indonesia Rekeningku Indonesia Web, Mobile
PT Indonesia Digital Exchange Digital Exchange ID Indonesia Web, Mobile
PT Cipta Koin Digital Koinku Indonesia
PT Triniti Investama Berkat Bitocto Indonesia Web, Mobile
PT Plutonext Digital Aset
Application Information Will Show Up Here
DailySocial mewawancarai Peter Tanugraha dari Kotakode / DailySocial

[Video] Meningkatkan Jumlah Talenta “Programmer” di Indonesia

Makin ramainya ekosistem startup teknologi Indonesia tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah tenaga pengembang (programmer) di Indonesia yang sebanding. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, berbagai platform menawarkan pelatihan teknis, baik secara online maupun offline.

DailySocial bersama Peter Tanugraha dari Kotakode membahas perkembangan digital talent Indonesia dan bagaimana tantangannya.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocial TV.

Aplikasi Bahasa Isyarat Hear Me

Catatkan Pertumbuhan Positif, Aplikasi Bahasa Isyarat “Hear Me” Mulai Rambah Segmen B2B

Hear Me meluncur awal tahun 2021 ini, sebagai platform social technology yang menyediakan layanan penerjemah Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Aplikasi ini juga jadi yang pertama yang menyuguhkan tampilan animasi 3D untuk menjembatani komunikasi antara teman tuli dan teman dengar. Disampaikan saat ini mereka telah memiliki sekitar 2 ribu pengguna aktif.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Hear Me Athalia Mutiara Laksmi mengungkapkan, untuk memberikan layanan lebih dalam waktu dekat mereka akan meluncurkan fitur baru yaitu pemesanan untuk Juru Bahasa Isyarat (JBI) dengan layanan video call.

“Tidak hanya itu, fitur tersebut rencananya juga akan dilengkapi dengan praktik bahasa isyarat kategori alfabet dan angka yang dapat mendeteksi gerakan tangan. Selain belajar melalui visual, diharapkan orang-orang dapat mempraktikkan gerakan isyarat mereka melalui fitur pendeteksi tersebut,” kata Athalia.

Hear Me juga ingin memberikan fleksibilitas kepada para juru bahasa isyarat untuk mendapatkan akses langsung ke pengguna dan penghasilan tambahan dengan bergabung menjadi mitra. Dalam hal ini Hear Me memberikan pembagian komisi dan bonus bagi mereka juru bahasa isyarat yang bergabung.

Melihat besarnya peluang untuk menghadirkan juru bicara bahasa isyarat yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh rumah sakit, bank, hingga organisasi lainnya yang banyak bersinggungan dengan pemerintah, fitur terbaru tersebut diklaim oleh Hear Me bisa membantu mereka menyebarkan informasi kepada teman tuli.

“Saat ini meskipun masih tahap awal kita mulai menjangkau segmen B2B dan ke depannya B2G,” kata Athalia.

Hear Me juga memiliki rencana untuk menghadirkan fitur penerjemah bahasa isyarat secara freemium. Rencana lainnya yang akan dikembangkan oleh Hear Me di antaranya adalah membuka slot iklan di aplikasi dan menyediakan lisensi teknologi dengan menampilkan layar atau monitor di tempat umum seperti bandara hingga pusat perbelanjaan. Tujuannya membantu teman tuli memperoleh informasi dengan mudah dalam memanfaatkan monitor yang memberikan akses bahasa isyarat.

Manfaatkan dana hibah

Selain Athalia, layanan ini turut didirikan beberapa co-founder lain meliputi Nadya Sahara Putri, Octiafani Isna Ariani, Safirah Nur Shabrina, dan Ivan Octa Putra.

Saat pandemi, Hear Me mengklaim tidak mengalami kendala yang berarti. Namun demikian terkait dengan kegiatan pemasaran menjadi terhambat karena idealnya dilakukan secara offline. Misi perusahaan yang ingin mempertemukan teman tuli dengan teman dengar secara langsung juga menjadi terhambat akibat pembatasan fisik yang diberlakukan.

Tantangan lain yang juga masih dihadapi adalah masih rendahnya aweresness dan sedikitnya jumlah komunitas di beberapa daerah. Tercatat hanya Jakarta dan Bandung saja yang cukup aktif dengan kegiatan komunitas teman tuli dan teman dengar. Namun di kota lain seperti Surabaya dan Makassar, jumlah komunitas tersebut masih sedikit dan tidak terlalu aktif.

“Melalui Hear Me kami ingin mengaktifkan kembali komunitas dan awareness kepada masyarakat luas terhadap keberadaan teman tuli dan teman dengar saat ini,” kata Athalia.

Masih belum memiliki investor, selama ini Hear Me menjalankan bisnisnya memanfaatkan dana hibah yang telah diterima oleh perusahaan. Tercatat hingga kini Hear Me telah mendapatkan sekitar 7 hibah dari berbagai organisasi dan lembaga. Perusahaan juga terus menjalin kolaborasi dengan pihak terkait seperti Gerkatin Jawa Barat, Dinas Sosial dan Dinas Budaya & Pariwisata.

“Tahun ini kita masih ingin fokus ke product dan business validation hingga bulan Oktober mendatang. Sementara tahun depan kita juga memiliki rencana untuk penggalangan dana,” kata Athalia.

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Seri B Evermos

Evermos Dikabarkan Mendapat Pendanaan Seri B, Diikuti Unit Ventura Milik Telkom Group

Platform social commerce untuk produk halal Evermos dikabarkan membukukan putaran pendanaan seri B dengan total nilai $23,9 juta atau sebesar 343,2 miliar Rupiah. Berdasarkan data kami dapat, pendanaan baru ini dipimpin oleh UOB Venture melalui Asia Impact Investment Fund II.

Selain beberapa investor sebelumnya seperti Jungle Ventures, putaran ini turut diikuti venture arm milik Telkom Group, yaitu MDI Ventures melalui KB Centauri Master Fund dan Telkomsel Mitra Inovasi melalui TMI Master Fund I.

Sebelumnya, salah satu pendiri Evermos sudah mengonfirmasi perihal penggalangan dana ini beberapa waktu lalu. Evermos mendapatkan pendanaan seri A senilai $8,25 juta pada akhir 2019 yang diperoleh dari Jungle Ventures, Shunwei Capital, dan Alpha JWC Ventures.

Dari wawancara sebelumnya, Co-founder Evermos Ghufron Mustaqim mengatakan bisnisnya telah meraup pertumbuhan bulanan sebesar 20% di 2020. Evermos saat ini telah digunakan 500 pemilik brand, di mana 90% di antaranya adalah UMKM, memiliki 50.000-75.000 reseller aktif yang menjangkau 504 kota/kabupaten di Indonesia, dan melayani 200-400 ribu konsumen.

Upaya menjangkau kota tier 2 dan 3

Berdasarkan laporan bertajuk “Unlocking The Next Wave of Digital Growth” yang dirilis Alpha JWC Ventures dan Kearney Research pada April lalu, saat ini Evermos dapat dikatakan sebagai platform social commerce terbesar di Indonesia. Upaya Evermos mendorong perekonomian secara inklusif terlihat dari strateginya mengadopsi model berjualan berbasis reseller. 

Potensi social commerce di luar kota tier 1 / Alpha JWC Ventures & Kearney Report 2020

Menurut laporan ini, Evermos mampu mendulang pertumbuhan bisnis berkat strateginya masuk ke pasar di kota tier 2 dan 3 di mana adopsi e-commerce belum tinggi dan masyarakat belum terbiasa berbelanja online. Kendati demikian, adopsi e-commerce juga mulai meningkat sehingga memicu permintaan terhadap specialized e-commerce.

Dari tren tersebut, beberapa sub-sektor e-commerce diestimasi ikut mengecap pertumbuhan besar, antara lain social commerce, B2B, dan specific commerce (marketplace mobil dll). Bahkan, laporan ini memprediksi dalam lima tahun ke depan Indonesia bakal memiliki unicorn lagi dari social commerce.

UMKM Indonesia dalam melakukan kegiatan bisnis / Alpha JWC Ventures & Kearney Study 2020

Di samping itu, laporan ini menyebutkan bahwa sebetulnya UMKM Indonesia belum menyadari potensi yang mereka miliki karena masih belum aktif menggunakan kemampuan mereka dalam berbisnis. Dari bagan di atas, terlihat bahwa keuangan, marketing, dan logistik menjadi beberapa kegiatan bisnis yang belum sepenuhnya dikerahkan.

Maka itu, social commerce dinilai menjadi salah satu pendekatan yang tepat untuk mendorong daya saing UMKM yang selama ini menjadi fondasi terbesar perekonomian Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Netflix Akhirnya Mulai Uji Coba Layanan Gaming

Keinginan Netflix untuk melebarkan sayapnya ke pasar video game kelihatannya terus menunjukkan perkembangan. Kabar terakhirnya, Netflix tengah menjalankan uji coba integrasi layanan game barunya tersebut ke dalam aplikasi mobile-nya.

Hal ini dikabarkan langsung melalui akun Twitter Netflix Geeked beberapa hari lalu. Dalam cuitannya tersebut dijelaskan bahwa uji coba ini dilakukan di Polandia. Sehingga para pengguna Netflix yang mengakses layanannya lewat perangkat Android sudah dapat mengunduh 2 game yang disediakan Netflix, yaitu Stranger Things: 1984 dan Stranger Things 3.

Secara teknis, para pengguna yang akan mengunduh game tersebut tetap diarahkan menuju lama game-nya di Google Play Store namun para pengguna Netflix tersebut tidak akan dikenakan biaya tambahan. Netflix juga menegaskan bahwa game mereka tersebut tidak akan memiliki iklan maupun micro-transaction karena sudah termasuk ke dalam biaya berlangganannya.

Pihak Netflix Geeked juga menjelaskan bahwa mereka masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk beberapa bulan ke depan, namun yang mereka tunjukkan sekarang ini adalah langkah pertama dari target mereka. Netflix memang menjanjikan bahwa layanan game mereka tersebut akan memiliki lebih banyak judul di masa depan.

Uniknya, layanan game mobile ini tidak dapat dicoba oleh para pengguna yang menggunakan platform iOS milik Apple. Netflix memang tidak menjelaskan apa alasan menguji layanan tersebut di satu platform saja, namun tentunya banyak pengguna produk Apple di Polandia yang kecewa karena tidak dapat mencoba langsung layanan ini.

Selain kecewa karena tidak tersedia untuk versi iOS, banyak fans yang jadi mempertanyakan tujuan utama dari layanan game ini karena merasa layanan tersebut hanya berupa link untuk menuju laman game-nya di Google Play Store. Tidak sedikit juga yang khawatir bahwa fitur ini akan menjadi alasan bagi Netflix untuk menaikkan harga berlangganannya di masa depan.

Netflix sebelumnya memang telah menegaskan bahwa biaya berlangganan mereka tidak akan bertambah dengan adanya fitur game ini. Namun para pengamat teknologi memang sedikit skeptis dengan hal tersebut karena Netflix memang harus menginvestasikan banyak sumber daya untuk mengembangkan layanan game ini.

Norman Reedus Sebut Sedang Negosiasi Sekuel Death Stranding

Setelah dirilis pada tahun 2019 lalu, Death Stranding menuai respon yang bervariasi. Karena gameplay yang unik, banyak yang mencintainya, namun tak sedikit pula yang berpendapat bahwa game ini repetitif dan membosankan.

Banyak spekulasi dan rumor mengenai apakah Death Stranding akan mendapatkan sequel atau tidak. Semua game hasil karya Hideo Kojima selalu berhasil mencuri perhatian para gamers.

sumber: Kojima Production

Baru saja ada update terbaru mengenai Death Stranding. Informasi tentang sequel game ini sedikit mendapatkan kejelasan. Kabar tersebut dibocorkan langsung oleh salah satu aktor utamanya, Norman Reedus.

Dikutip dari IGN Brazil, Norman menyatakan hal tersebut melalui sebuah wawancara. “Game (Death Stranding) sedang dalam proses negosiasi saat ini, jadi… Yay!” Ucap Norman Reedus pada jurnalis AdoroCinema, Vitoria Pratini.

Aktor yang dikenal dari serial The Walking Dead ini kerap kali memberikan spoiler mengenai pengumuman dari sebuah proyek yang tengah dikerjakannya. Hal serupa dilakukannya pula saat berbicara mengenai The Walking Dead Season 10 yang rilis pada tahun 2019 silam.

https://www.youtube.com/watch?v=-usmP3hjK8k

Bagi para penggemar Death Stranding, akan ada versi Director’s Cut yang akan dirilis pada 24 September tahun ini. Versi ini akan mendapatkan remaster untuk PlayStation 5. Selain itu, banyak fitur baru yang akan ditambahkan, seperti mekanis pertarungan, lapangan tembak, jenis robot baru, dan masih banyak lagi. Pre-order-nya sudah bisa diakses melalui PlayStation Store.

Andil Hideo Kojima dalam pembuatan sebuah video game selalu menuai banyak perhatian. Sebagai sosok yang idealis, ia mampu menghasilkan game yang berkualitas dan memiliki ciri khas. Namanya dikenal melalui franchise Metal Gear Solid.

Walaupun menuai beragam ulasan, Death Stranding mampu meraih beberapa penghargaan, Pada The Game Awards 2019, Death Stranding berhasil menyabet beberapa penghargaan untuk kategori Best Game Direction, Best Score/Music, Best Performance dan juga menjadi salah satu nominasi Game of the Year di tahun yang sama. Hal ini merupakan prestasi yang cukup hebat, mengingat tidak banyak game dengan gameplay serupa.

Saat pertama kali dirilis, Death Stranding mampu mencetak rekor dengan menjadi game dengan penjualan copy fisik terlaris di Jepang. Per Juli 2021, Death Stranding telah berhasil terjual sebanyak lima juta copy.