Monthly Archives: January 2022

Cashlez Aims for Business Growth Through Online Merchant and Company Acquisition

PT Cashlez Worldwide Tbk (IDX: CASH) plans to acquire a company to encourage inorganic business growth in 2022. To support this plan, Cashlez is to held a fundraising through the Pre-emptive Rights (HMETD) scheme or rights issue in the first quarter of 2022.

Cashlez brought up the news during a virtual media visit with DailySocial.id’s editorial team. The Chief Revenue Officer, Djayanto Suseno and Corporate Secretary Hendrik Adrianto also attended this session.

His team said that Cashlez is to hold the first phase of the rights issue with a value of $10 million or around Rp143.8 billion to be used as working capital and product development. Furthermore, Cashlez will conduct a second phase of rights issue for acquisition inquiry.

Djayanto mentioned, the company is currently preparing a five-year roadmap which includes an organic and inorganic business strategy. Regarding inorganic strategy, Cashlez to create option for company acquisition. However, Djayanto could not provide further details on the business categories and lists of companies.

“That is why we fundraise through a rights issue. We are currently looking for investors who are prepared to be standby buyers. There are foreign investors want to chip in, also the local investors. We have submitted everything to our financial advisor, Bahana [Sekuritas],” he said.

He said, the company will continue to empower existing resources to encourage organic business development. However, that is considered insufficient considering that Cashlez wants to develop a larger digital payment ecosystem.

“For us, what is more important now is not about what to acquire, but how much funds to be raised. That way, we’ll know what to buy,” he added.

Cashlez was founded by Teddy Setiawan Tee in 2015 which offers financial solutions, payment gateways, payment aggregators, and mPOS solutions. In 2017, Cashlez obtained investments from Mandiri Capital Indonesia (MCI), and Sumitomo Corporation in 2019.

Targeting online merchants

On the general note, Cashlez has proceed 18 billion total transactions from 436 merchants in 2016. By the end of 2021, the company had served 13,000 merchants in six cities connected to 7,000 EDC devices. In further details by merchant category, 30% of users come from the retail segment, 18% from restaurants, and 12% from fashion.

Cashlez recorded Rp5.9 trillion total Gross Transaction Value (GTV) in 2020. Djayanto said that there will be a decline in GTV in 2021 at Rp4.3 trillion to Rp4.4 trillion. It is occurred due to the mall shutdown in a number of areas. The situation makes it difficult for merchants to sell out.

In order to anticipate the decline, Djayanto added, Cashlez will continue to increase the number of merchants, but will focus on MSME merchants that serve online transactions. As a comparison, the composition of offline merchants at Cashlez is 90%, and the remaining 10% is online. This year, Cashlez will significantly increase the online [transactions from merchants].

“To date, there has been no fintech with the ability [to serve transactions] on an O2O basis. Usually, it is solely has strong online presence. Therefore, we are the only ones with the O2O capabilities todau,” he said.

Social commerce

The trend of buying and selling products through social media, aka social commerce, is growing significantly in Indonesia. Apart from the large population of social media users, the Covid-19 pandemic situation in Indonesia has actually triggered the emergence of small business players selling online.

A number of reports project that social commerce trends will continue to grow given the high potential in tier 2 and 3 cities that are starting to shift into online transactions. According to McKinsey research, social commerce transactions in Indonesia are estimated to account for $25 billion of the projected total GMV of e-commerce of $65 billion in 2022.

 

In reference to the Momentum Works report, social commerce is an attractive area for MSME players with cheaper cost for customer acquisition and more flexible users in exploring or finding the product they are looking for.

In the sampling, this trend is also predicted to provide a great opportunity for payment system considering that MSME players are yet to have access or the ability to provide it.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
DailySocial mewawancarai Kiren Tanna dari Una Brands / DailySocial

[Video] Strategi Una Brands Naikkan Potensi “Brand” Lokal Indonesia

Di video kali ini, DailySocial bersama Co-Founder dan CEO Una Brands Kiren Tanna membahas bagaimana peran Una Brands membantu menaikkan potensi merek lokal agar bisa menjangkau pasar global.

Bersama timnya, Kiren mengaku akan mengakuisisi merek lokal potensial yang memiliki proyeksi omzet bulanan minimal Rp400 juta untuk berjualan melalui jalur platform e-commerce populer, seperti Tokopedia, Lazada, Shopee, dan Shopify.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi sejumlah startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV dalam sesi DScussion.

Pendanaan seri B Ayoconnect

Ayoconnect Kantongi Pendanaan Seri B Senilai 215 Miliar Rupiah

Setelah mengantongi pendanaan pra-seri B senilai $10 juta pada akhir tahun 2021 lalu, ​​Ayoconnect kembali mengumumkan pendanaan untuk putaran seri B mereka. Kali ini nilai investasi yang didapat senilai $15 juta (setara dengan Rp215 miliar). Putaran teranyar ini dipimpin oleh Tiger Global, firma modal ventura yang juga berinvestasi di JD, Microsoft, dan Amazon.

Putaran pendanaan ini juga mendapatkan partisipasi dari perusahaan payment gateway global PayU dan firma manajemen investasi Alto Partners, serta investor individual Jerry Ng (Presiden Komisaris Bank Jago) dan William Hockey (salah satu pendiri perusahaan fintech Plaid).

Selanjutnya Ayoconnect akan menggunakan dana segar dari putaran pendanaan ini untuk mengembangkan inovasi  serta meluncurkan produk-produk baru, di antaranya API Direct Debit. API Direct Debit besutan Ayoconnect memungkinkan perusahaan ritel menghadirkan fitur pembayaran melalui pendebitan otomatis dari rekening pembeli dari enam bank ternama di Indonesia.

Fitur ini diyakini akan semakin meningkatkan kenyamanan pembeli, karena pembeli tidak perlu lagi melakukan transfer manual atau pun memasukkan informasi kartu debit atau kredit saat bertransaksi. Saat ini, Ayoconnect sedang menjalani proses diskusi untuk merangkul lebih banyak institusi finansial ke dalam ekosistemnya.

Dalam rilis yang diterima oleh DailySocial.id, Co-Founder & CEO Ayoconnect Jakob Rost mengungkapkan, pengalaman perusahaannya dalam membangun infrastruktur finansial di Indonesia selama enam tahun telah menjadikannya sebagai platform open finance kokoh dan paling dibutuhkan di Indonesia.

“Ayoconnect ingin membangun ekosistem terlengkap yang dapat mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan berbagai skala, baik yang sudah berdiri sejak lama hingga calon tech unicorn di masa depan. Kami bangga atas kepercayaan yang telah diberikan oleh investor-investor terbesar di dunia untuk mewujudkan visi kami.”

Pertumbuhan bisnis

Sebagai platform open finance, saat ini Ayoconnect telah memiliki 500 juta API hit setiap tahunnya. Solusi API yang Ayoconnect bangun telah digunakan oleh lebih dari 200 perusahaan, termasuk di antaranya institusi finansial dan perusahaan teknologi terkemuka di Indonesia.

Kerja sama resmi dijalin dengan bank-bank besar di Indonesia juga memungkinkan Ayoconnect untuk menyediakan layanan data alternatif yang mencakup informasi keuangan pelanggan—baik yang sudah memiliki akses ke layanan perbankan (banked) maupun yang belum (unbanked)—untuk membantu perusahaan membuat keputusan yang lebih tepat serta menghadirkan layanan keuangan terpersonalisasi bagi pelanggannya.

Ayoconnect didirikan sejak tahun 2016 oleh Jacob bersama dua rekannya Chiragh Kirpalani (Co-Founder dan COO) dan Adi Vora (Co-Founder dan CTO) dengan fokus membangun solusi berbasis API untuk pembayaran tagihan dan produk digital lainnya. Kini perusahaan menyediakan layanan API untuk berbagai kebutuhan, yang mereka sebut sebagai API Full Stack (meliputi: Financial APIs, Bill APIs, Open Finance APIs, dan Insights APIs).

Platform open finance di Indonesia

Potensi yang dapat dihasilkan oleh platform open finance memang sangat besar di tengah pertumbuhan pesan bisnis fintech di Indonesia. Sederhananya, melalui platform open finance memungkinkan berbagai pengembang aplikasi digital untuk menyediakan kapabilitas fintech di dalam layanannya (embedded).

Selain Ayoconnect, saat ini terdapat beberapa pemain lain yang juga menghadirkan solusi open finance, yakni Brick, Brankas, Finantier, dan lain-lain. Brankas sendiri awal tahun ini juga mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai 287 miliar Rupiah yang dipimpin Insignia Ventures. Sementara Finantier telah mendapatkan dukungan dari Y Combinator, East Ventures, dan sejumlah investor lainnya.

Di sisi regulasi, ekosistem open finance juga turut didukung dengan adanya standardisasi Open API yang tahun lalu diresmikan oleh bank Indonesia. Ini menjadi tonggak penting, mengingat para pengembang platform menjajakan solusinya melalui sambungan API kepada para pelanggannya.

Pendanaan awal Pensieve

Pandu Sjahrir Pimpin Pendanaan Awal Startup AI Lokal “Pensieve”

Startup pengembang platform kecerdasan buatan “Pensieve” mengumumkan perolehan pendanaan angel round dari sekelompok investor individu dengan nominal dirahasiakan. Pandu Sjahrir memimpin putaran ini, diikuti sejumlah angel lain dari Indonesia, Singapura, dan Brunei Darussalam yang tidak disebutkan identitasnya.

Solusi Pensieve adalah perangkat lunak workflow engine berbasis AI untuk membantu institusi pemerintahan dan korporasi mengoptimalkan performa bisnis dengan pengambilan keputusan yang lebih baik. Proses kerjanya mulai dari integrasi/pengelolaan data, implementasi engine pengambilan keputusan, hingga menampilkan hasil rekomendasi ke dalam sebuah aplikasi yang mudah dibaca pengguna.

Pensieve berencana menggunakan pendanaan tersebut untuk mempercepat pengembangan produk dan memperluas pasarnya di Asia Tenggara. Dalam waktu kurang dari satu tahun, Pensieve telah berkembang dengan tim di Indonesia, Singapura, dan India.

Startup ini didirikan sejak 2021 oleh Farina Situmorang (CEO). Mereka memiliki misi untuk memberdayakan berbagai organisasi dan perusahaan berskala besar agar mampu bertransformasi melalui perangkat lunak yang didukung oleh AI. Farina percaya bahwa banyak organisasi yang masih belum dapat menggunakan data yang dimiliki secara optimal.

“Kami membangun platform operasional berbasis AI yang mampu menciptakan alur kerja dan pengambilan keputusan yang lebih baik dalam berbagai organisasi berskala besar,” jelas Farina.

Potensi besar yang ingin diraup

Menurut analisis Kearney, penerapan kecerdasan buatan dapat memiliki dampak keseluruhan yang signifikan dalam operasional suatu sistem bisnis. Secara umum diproyeksi dapat meningkatkan 10 hingga 18 persen dalam PDB di seluruh Asia Tenggara pada tahun 2030, setara dengan sekitar $1 triliun. Data tersebut mengindikasikan bahwa pengembangan serta penyebaran AI berada pada titik tertinggi sepanjang masa dan Pensieve siap menjadi ujung tombak transformasi digital di Asia Tenggara.

“Pensieve memiliki landasan yang sangat kuat dan saya merasa sangat beruntung bersama dengan rekan-rekan angel investor lainnya dapat berpartisipasi dalam angel round ini. Saya berharap Pensieve bisa menjadi perusahaan yang semakin banyak berkontribusi kepada negara dan mampu menjadi perusahaan besar yang bisa ekspansi di Asia Tenggara,” sambut Pandu Sjahrir.

Pensieve percaya bahwa ada peluang yang besar di Asia Tenggara. “Kami percaya bahwa dengan lebih banyak dukungan untuk pertumbuhan Pensieve, kami dapat membantu organisasi-organisasi di Asia Tenggara yang menghadapi masalah yang sama dan membutuhkan use cases yang serupa dengan yang telah kami lihat di Indonesia,” tambah Farina.

Startup AI dari Indonesia

Sejumlah startup dari founder lokal telah hadir dengan solusi berbasis AI untuk berbagai kebutuhan berbeda. Beberapa di antaranya juga sudah mendapatkan pendanaan dari investor. Misalnya Datasaur, startup yang fokus menyediakan layanan pelabelan data untuk membantu bisnis mengembangkan basis data yang lebih relevan dan intuitif. Startup ini telah didanai oleh Y Combinator, GDP Venture, dan sejumlah investor lainnya.

Ada juga Konvergen.ai, mengembangkan teknologi kecerdasan buatan untuk kebutuhan penangkapan data (data capture) – merujuk pada proses koleksi data dari dokumen kertas atau digital dengan menggunakan komponen optical character recognition (OCR). Untuk penerapan yang lebih spesifik, ada Qlue dan Nodeflux, solusinya membantu memperbaiki pelayanan di sektor publik dan menghadirkan solusi berbasis kota pintar.

Di tingkatan yang lebih mendasar, teknologi AI memang telah banyak diimplementasikan untuk mengefisiensikan proses bisnis suatu perusahaan – khususnya digital. Ambil contoh, para platform fintech yang memanfaatkan teknologi AI berupa machine learning untuk melakukan fraud detection. Dengan munculnya banyak startup di kategori ini, harapannya tentu terciptanya ekosistem teknologi cerdas yang dapat memberikan banyak manfaat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat luas melalui berbagai efisiensi yang dihadirkan.

Kalbu Mental Health

Mendorong Literasi Kesehatan Mental Melalui Platform Konseling Online

Tak dapat dimungkiri, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor yang memicu gangguan kesehatan mental (mental health) masyarakat Indonesia. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan di sepanjang 2020, sebanyak 18.373 orang mengalami gangguan kecemasan, lebih dari 23.000 mengalami depresi, dan 1.193 orang melakukan percobaan bunuh diri.

Meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya kesehatan mental sejak beberapa tahun terakhir mulai dimanfaatkan oleh sejumlah pelaku startup untuk membantu menghubungkan masyarakat dengan ahli psikolog melalui teknologi.

Di antaranya adalah platform Kalbu yang didirikan oleh Founder & Chief Visionary Officer Iman Hanggautomo karena tergerak untuk meningkatkan kesehatan mental di Indonesia, terutama bagi anak-anak.

Pada sesi #SelasaStartup, memaparkan berbagai insight menarik dari Iman terkait upayanya memperkenalkan literasi kesehatan mental dan menjangkau masyarakat yang membutuhkan pertolongan.

Kesehatan mental saat pandemi

Iman menilai, kesehatan mental dulu masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu di kalangan masyarakat Indonesia. Bisa jadi dikarenakan kesehatan mental tidak diajari dalam sistem pendidikan. Menurutnya, sektor sekolah menjadi jalan masuk yang tepat untuk memperkenalkannya

“Kami berkolaborasi dengan sekolah untuk meningkatkan literasi kesehatan mental sejak dini karena platform-platform semacam ini tidak dapat berjalan sendiri. Ini juga yang tengah diupayakan Kalbu untuk menjadikan kesehatan mental sebagai kurikulum sekolah,” tuturnya.

Berkaca dari situasi beberapa tahun terakhir ini, Iman menilai kesehatan mental mulai menjadi salah isu yang paling sering dibicarakan. Sejumlah kasus yang memicu gangguan mental terjadi selama pandemi Covid-19. Di antaranya, ungkap Iman, angka perceraian naik 15% sehingga banyak permintaan konseling untuk pasangan. Kemudian, kekerasan orang tua terhadap anak meningkat sebesar 42%.

Orang tua mengalami burn out karena aktivitas kerja dari rumah (WFH) yang membuat tidak ada batas antara jam kerja dan waktu di rumah. Belum lagi, mereka harus beres-beres rumah dan menemani anak sekolah (home learning). Mental anak pun ikut drop.

“Kita harus sukses dalam menjalankan aspek kerja, hubungan, hobi, dan self- reward sehingga hidup bisa berkualitas. Jadi jangan coba menolong diri sendiri, seek professional. Pentingnya platform ini agar masyarakat tidak self-diagnose. Kesehatan mental bukan untuk anak saja, tetapi orang tua,” tambahnya.

Lebih efektif dan optimal

Dalam mendorong penggunaan platform konseling online, Iman berupaya melakukan edukasi kepada pengguna dan psikolog bahwa konseling secara online sama optimalnya dengan konvensional. Salah satunya melalui sejumlah program edukasi, seperti workshop.

Dari sudut pandang psikolog, konseling online dapat membantu mereka yang selama ini memiliki keterbatasan akses. Bisa jadi karena lokasi jauh dan harganya lebih mahal apabila melakukan konseling tatap muka (offline).

Dengan dukungan teknologi, psikolog dapat mengadakan sesi konseling online dengan pengguna melalui video call. Menurut Iman, konseling bisa saja dilakukan melalui telepon, tetapi kurang efektif karena psikolog tidak dapat mengobservasi mimik muka dan ekspresi si pengguna.

“Pada konseling konvensional, biasanya psikolog akan menggali masalah. Namun, saya melihat konseling online punya efektivitas tersendiri. Pengguna mengisi consent form ketika mendaftar dan mereka bisa isi apa masalahnya. Dari situ, psikolog lebih mudah menyiapkan solusi pada pertemuan pertamanya karena mereka sudah punya semacam kisi-kisi dari consent form,” ujarnya.

Dari sudut pandang pengguna, konseling online lebih terjangkau dan efisien karena mereka tidak perlu menghabiskan waktu di jalan. Penyedia platform dapat mengurangi sejumlah biaya sehingga harga konseling bisa lebih murah. Dengan kata lain, platform ini memungkinkan siapa saja untuk memakai.

Hambatan konseling online

Terlepas dari efektivitasnya, Iman melihat tetap ada hambatan ketika konseling online. Beberapa di antaranya adalah potensi pengguna melakukan aktivitas lain ketika sesi (multitasking) sehingga menyulitkan mereka untuk fokus. Bisa saja sambil mengecek pekerjaan kantor. Faktor lain yang menghambat adalah kestabilan koneksi internet.

“Tapi kami sudah menyiapkan langkah mitigasi melalui code of conduct kepada pengguna. Misalnya mereka harus berada di ruangan private dan tidak memikirkan hal lain agar lebih fokus,” paparnya.

Di Kalbu sendiri, Iman mengungkap bahwa pihaknya tengah meningkatkan sejumlah aspek, seperti tampilan website, fitur baru, dan aplikasi mobile, untuk meningkatkan kualitas layanan konseling.

“Semenjak akhir 2021, kami lihat gangguan dan kesehatan mental semakin menjamur, khususnya di kalangan anak muda dan generasi Z. Banyak yang bahas anxiety, depresi, dan impostor syndrome di media sosial. Apabila sudah ada demand, supply saja semakin banyak, artinya ekosistemnya mulai matang.”

Rekomendasi Aplikasi yang Bisa Meningkatkan Produktivitas di Tahun 2022

Rekomendasi Aplikasi yang Bisa Meningkatkan Produktivitas Kerja di Tahun 2022

Dengan bergantinya tahun seharusnya ada resolusi baru juga yang berjalan, salah satunya semakin produktif. Jangan sampai sifat bermalas-malasan di tahun sebelumnya terbawa hingga tahun ini dan mengacaukan produktivitas kerja.

Namun dengan adanya kebijakan WFH juga tentunya membuat produktivitas harian bisa terganggu. Nah, apa yang dimaksud produktivitas? Produktivitas adalah sebuah rasio untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan dengan sebuah usaha dan manajemen waktu. Untuk mencapai produktivitas tentunya Anda harus pintar mengatur jadwal.

Akan tetapi, mengatur jadwal kerja saja tidak menjamin Anda bisa berproduktif dalam bekerja, karena kenyataannya selalu ada saja gangguan yang membuat produktivitas kerja Anda longgar, seperti media sosial atau games. Gangguan sekaligus godaan tersebut bisa membuat pekerjaan Anda tidak selesai tepat waktu dan juga membuat Anda bermalas-malasan, yang ujungnya produktivitas kerja Anda berantakan.

Rekomendasi aplikasi untuk meningkatkan produktivitas kerja

Sebenarnya produktivitas kerja bisa di-handle dengan sebuah teknologi, bahkan saat ini aplikasi yang mendorong produktivitas dapat mudah ditemukan. Sebelum bicara mengenai aplikasi yang dapat menunjang produktivitas kerja, ada baiknya Anda mengetahui apa itu produktivitas kerja. Produktivitas kerja adalah ukuran waktu seorang tenaga kerja untuk menyelesaikan pekerjaan secara efektif dan efisien.

Bagi Anda yang sulit menjaga produktivitas kerja, sudah saatnya Anda membutuhkan aplikasi produktivitas.Aplikasi-aplikasi berikut ini dapat membantu Anda untuk tetap fokus pada pekerjaan. Sehingga, waktu yang Anda gunakan bisa lebih prioritas untuk kegiatan yang produktif.

1. Forest

Forest adalah aplikasi pengatur waktu untuk menjauhkan Anda dari handphone. Visual aplikasi ini adalah penanaman pohon. Forest sangat cocok bagi Anda yang kecanduan smartphone dan ingin menjauhkan diri sejenak dari handphone untuk mengerjakan hal yang penting.

Cara menggunakannya, Anda cukup mengatur waktu berapa lama Anda ingin menjauhi handphone. Setelah itu, Anda dapat memilih pohon virtual yang akan ditanam dan pilih ‘plant’ untuk memulai. Pohon akan terus tumbuh sesuai waktu yang Anda pilih. Jika, Anda ingin menggunakan handphone dan keluar dari aplikasi Forest, maka Anda bisa menekan ‘Give Up’ dan pohon virtual yang Anda tanam akan mati.

Melalui aplikasi Forest versi pro juga Anda bisa berkontribusi untuk menanam pohon secara nyata di dunia. Menariknya dari aplikasi ini, semakin sering Anda menggunakan Forest, maka jenis pohon virtual akan semakin beragam dan akan membentuk seperti hutan.

Play Store: https://play.google.com/store/apps/details?id=cc.forestapp&referrer=utm_source%3Dofficalwebsite%26utm_medium%3Dbutton

App store: https://apps.apple.com/app/apple-store/id866450515

2. Brain.fm

Apakah Anda orang yang suka memutar lagu saat bekerja agar bisa lebih fokus? Jika iya, lebih baik Anda beralih ke tools Brain.Fm, karena aplikasi ini akan menyuguhkan musik yang cocok untuk stimulasi otak untuk fokus. Musik yang ada di Brain.fm didukung oleh AI dan merupakan temuan ahli saraf pendengaran.

Brain.fm juga bisa dibilang sebagai bentuk terapi digital yang menggunakan musik untuk meningkatkan kinerja otak. Dalam aplikasi ini juga ada empat kategori yang bisa Anda pilih yaitu focus, sleep, relax, dan meditate. Anda bisa memilih kategori sesuai kebutuhan dan musik yang diputar akan disesuaikan. Aplikasi ini juga dirancang untuk bekerja dalam waktu 10-15 menit. 

Play Store: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.brainfm.app&hl=en_US 

App Store: https://apps.apple.com/us/app/brain-fm-music-for-the-brain/id1110684238 

3. Self-control

Bagi Anda pengguna MacOs, Anda bisa menggunakan tools Self-control. Tools ini akan meningkatkan fokus kerja Anda dengan cara memblokir akses ke website, server email, atau apapun yang ada di internet. Anda bisa mengatur waktu dan membuat daftar website apa saja yang akan diblokir selama waktu berjalan. Maksimal waktu yang dapat diatur adalah 24 jam.

Ketika Anda menjalankan aplikasi ini, Anda tidak bisa membatalkannya bahkan membuka website yang sudah ada di daftar blokir secara paksa. Sehingga, aplikasi ini akan membantu Anda untuk fokus mengerjakan task yang ada, Anda juga tidak akan terganggu dengan notif situs lainnya. Aplikasi ini dapat digunakan secara gratis.

Appstore: https://downloads.selfcontrolapp.com/SelfControl-3.0.3.zip 

4. Stay Focused

Jika, Self-control hanya bisa digunakan di Mac, pengguna Android juga bisa menggunakan aplikasi Stay Focused untuk memblokir aplikasi dan situs website yang dapat mengganggu fokus produktivitas kerja Anda. 

Yang membedakan aplikasi Stay Focused adalah aplikasi ini bisa membatasi waktu untuk aplikasi dan situs website yang Anda daftarkan. Sehingga, Anda tetap bisa menggunakan website atau aplikasi tersebut sampai waktu yang ditentukan, setelah itu Stay Focused akan otomatis memblokir ke akses tersebut.

Tidak hanya memblokir website dan media sosial, Stay Focused juga bisa memblokir akses ke e-commerce, notifikasi pesan bahkan telepon. Sehingga, Anda produktivitas Anda tetap terjaga.

Play Store: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.stayfocused&hl=en&gl=US 

Appstore: https://apps.apple.com/us/app/stay-focused-self-control/id1367887988 

5. Freedom

Freedom juga salah satu tools untuk memblokir situs atau aplikasi yang dapat mengganggu Anda. Freedom memiliki tampilan UI yang sederhana, sehingga terlihat lebih simple. Freedom bisa digunakan di Mac, IOS, Android, Chromebook, atau Windows. Dengan Freedom Anda juga bisa membuat jadwal secara otomatis dalam penggunaan pemblokiran.

Play Store: https://play.google.com/store/apps/details?id=to.freedom.android2 

Appstore: https://apps.apple.com/app/freedom-block-distractions/id1269788228?ls=1 

 

Lima aplikasi di atas bisa digunakan di berbagai perangkat, Anda hanya perlu menyesuaikan sesuai perangkat yang Anda gunakan. Aplikasi-aplikasi tersebut juga bisa menjadi solusi bagi Anda yang sering terditraksi oleh notif media sosial yang dapat mengganggu produktivitas kerja.

***

Disclosure: Artikel ini bekerja sama dengan MTarget dan ditulis oleh Tasya Kania A. C.

ROI Ala Strategi Email Marketing yang Lebih Menguntungkan

ROI Ala Strategi Email Marketing yang Lebih Menguntungkan

Menjalankan sebuah bisnis tentunya tidaklah mudah, apalagi bila menjalankannya saat pandemi. Selain, karena adanya batasan dalam melakukan pemasaran, banyak ide bisnis yang bermunculan yang akhirnya menambah persaingan. Maka dari itu, bagi Anda yang sedang membuka peluang bisnis saat pandemi harus memilih strategi marketing yang tepat.

Salah satu bentuk strategi marketing yang efisien dan juga memiliki anggaran yang murah adalah email marketing. Strategi email marketing adalah bentuk strategi pemasaran produk atau jasa yang mengandalkan pesan email sebagai pemasaran digital. Sebagai bentuk pemasaran digital, email marketing bisa menjadi salah satu strategi marketing di masa pandemi, selain anggarannya yang murah juga menurut artikel MTARGET, generasi milenial lebih suka mendapatkan promosi brand melalui email karena lebih bersifat profesional.

Bahkan, 90% bisnis yang mengadopsi strategi marketing ini berguna untuk meningkatkan penjualan, karena dengan menggunakan email marketing marketer bisa menjangkau konsumen lebih jauh dengan mengandalkan pendekatan personal. 

Tidak hanya meningkatkan penjualan, email marketing memiliki ROI yang tinggi

Selain biayanya yang murah, pemilihan email marketing sebagai channel pemasaran adalah karena bisa meningkatkan ROIApa itu ROI?

Return of investment atau biasa yang disingkat ROI adalah sebuah rasio untung dan rugi investasi yang dihasilkan oleh pemasaran digital. Berbeda dengan channel marketing lainnya, Direct Marketing Association (DMA) menyebutkan bila ROI email marketing menghasilkan return $40 untuk setiap $1 yang dibelanjakan. Bahkan, channel marketing lainnya tidak bisa menyentuh angka return ini.

B2B marketing juga mengatakan bahwa channel pemasaran yang berhasil meningkatkan revenue adalah email marketing dan faktanya juga 87% menggunakan channel ini untuk untuk meng-generate leads baru. Selain itu, MTARGET melalui artikel business report “The ROI of Personalized Marketingjuga menyebutkan bahwa email marketing bisa meningkatkan ROI hingga 3800% jika segmentasi dan personalisasi dilakukan secara tepat dan maksimal.

Namun untuk meningkatkan ROI pada email marketing perlu memaksimalkan beberapa variabel, yang pertama adalah persentase deliverability, di mana keberhasilan email yang diterima oleh audiens memiliki peran penting dalam menentukan apakah kampanye melalui email bisa terus dilakukan. Sebab, bila persentase deliverability-nya rendah, reputasi dari domain Anda akan mengalami penurunan dan berujung semua email promosi masuk ke dalam folder spam audiens. Selain deliverability, perusahaan juga perlu memperhatikan Click Through Rate (CTR), Open Rate, dan Interaction Rate.

***

Disclosure: Artikel ini ditulis oleh Tasya Kania A. C.

Cashlez Right Issue 2022

Cashlez Bidik Pertumbuhan Bisnis Lewat Akuisisi Perusahaan dan Tambah Merchant Online

PT Cashlez Worldwide Tbk (IDX: CASH) berencana melakukan akuisisi perusahaan untuk mendorong pertumbuhan bisnis secara anorganik di 2022. Demi mendukung rencana ini, Cashlez akan menggalang dana lewat skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue di kuartal I 2022.

Hal ini disampaikan Cashlez saat sesi media visit ke tim editorial DailySocial.id secara virtual. Dalam sesi ini turut hadir Chief Revenue Officer Djayanto Suseno dan Corporate Secretary Hendrik Adrianto.

Pihaknya mengungkap bahwa Cashlez akan menggelar right issue tahap pertama dengan nilai $10 juta atau sekitar Rp143,8 miliar yang akan digunakan sebagai modal kerja dan pengembangan produk. Kemudian, Cashlez akan melakukan right issue tahap kedua untuk kebutuhan akuisisi.

Menurut Djayanto, saat ini perusahaan tengah menyusun roadmap selama lima tahun ke depan yang mencakup strategi bisnis secara organik dan anorganik. Mengenai strategi anorganik, Cashlez membuka opsi untuk mengakuisisi perusahaan. Namun, Djayanto belum dapat merincikan lebih lanjut tentang kategori bisnis dan perusahaan yang akan diakuisisi.

“Itulah mengapa kami mau fundraise lewat right issue. Kami sedang sedang mencari investor yang siap menjadi standby buyer. Ada investor luar tertarik, ada juga investor internal. Semua sudah kami serahkan ke financial advisor kami, yaitu Bahana [Sekuritas],” ungkapnya.

Menurutnya, perusahaan akan tetap memberdayakan sumber daya yang ada untuk mendorong pengembangan bisnis secara organik. Akan tetapi, itu saja dinilai tidak cukup mengingat Cashlez ingin mengembangkan ekosistem pembayaran digital yang lebih besar.

“Bagi kami saat ini yang lebih tepat bukanlah apa yang akan kami akuisisi, melainkan berapa jumlah dana yang terkumpul. Dengan begitu, kami bisa tahu apa yang dapat kami beli,” tambahnya.

Cashlez didirikan oleh Teddy Setiawan Tee pada 2015 yang menawarkan solusi keuangan, yakni payment gateway, payment aggregator, dan solusi mPOS. Di 2017, Cashlez memperoleh investasi dari Mandiri Capital Indonesia (MCI), dan Sumitomo Corporation di 2019.

Bidik merchant online

Sebagai informasi, Cashlez mengantongi 18 miliar transaksi total dari 436 merchant di 2016. Per akhir 2021, perusahaan telah melayani 13.000 merchant di enam kota yang terhubung ke 7.000 perangkat EDC. Dirinci berdasarkan kategori merchant, sebanyak 30% pengguna berasal dari segmen ritel, 18% restoran, dan fesyen 12%.

Cashlez mencatat total Gross Transaction Value (GTV) di 2020 sebesar Rp5,9 triliun. Djayanto menyebut ada penurunan GTV di 2021, yakni berkisar Rp4,3 triliun-Rp4,4 triliun. Penurunan ini terjadi karena penutupan mal di sejumlah area. Situasi ini membuat para merchant sulit untuk berjualan.

Untuk mengantisipasi penurunan, ucap Djayanto, Cashlez akan terus menambah jumlah merchant, tapi difokuskan pada merchant UMKM yang melayani transaksi online. Sebagai pembanding, komposisi merchant offline di Cashlez sebesar 90%, dan sisanya 10% online. Tahun ini, Cashlez akan meningkatkan porsi [transaksi dari merchant] online secara signifikan.

“Sampai saat ini belum ada fintech yang memiliki kemampuan untuk [melayani transaksi] secara O2O. Biasanya hanya kuat di online saja. Jadi kami satu-satunya yang memiliki kemampuan O2O saat ini,” tuturnya.

Social commerce

Tren jual-beli produk melalui media sosial alias social commerce berkembang signifikan di Indonesia. Selain karena populasi pengguna media sosial yang besar, situasi pandemi Covid-19 di Indonesia justru memicu kemunculan pelaku usaha kecil yang berjualan secara online.

Sejumlah laporan memproyeksi tren social commerce akan terus berlanjut mengingat ada potensi di kota tier 2 dan 3 yang mulai mencicipi transaksi online.  Menurut riset McKinsey, transaksi social commerce di Indonesia diestimasi menyumbang $25 miliar dari total proyeksi GMV e-commerce sebesar $65 miliar di 2022.

Sementara mengacu laporan Momentum Workssocial commerce menjadi salah satu opsi menarik bagi pelaku UMKM karena biaya akuisisi pelanggan lebih murah, dan pengguna lebih leluasa dalam mengeksplorasi atau menemukan produk yang dicari.

Di sampling itu, tren ini juga diprediksi memberikan peluang besar terhadap kebutuhan sistem pembayaran mengingat pelaku UMKM tidak punya akses maupun kemampuan untuk menyediakan hal tersebut.

Application Information Will Show Up Here

BCA to Allocates Rp400 Million in a New Managed Fund Central Capital Ventura

PT Bank Central Asia Tbk (IDX: BBCA) is to allocate IDR 400 billion to Central Capital Venture (CCV) to support investment into the startup ecosystem. BCA’s President Director Jahja Setiaatmadja said that CCV has invested in 26 startups.

In a press conference on BCA’s 2021 performance, Jahja said that the funds will be used to add more good quality startup portfolios, purposely to generate more profits later.

“We provide CCV the authority to determine which fields for its focus,” Jahja said as quoted from Katadata.

On the general note, CCV was formed as BCA’s investment arm to support the development of digital innovation within the company. CCV has a mission to create collaboration between BCA and portfolio, especially in terms of embedded finance.

Since the establishment of CCV in 2017, BCA has invested around IDR 200 billion focusing on the fintech vertical. Some of CCV’s portfolios include Akseleran, Qoala, and Oy!.

Based on the performance report in 2020, CCV has disbursed around Rp157 billion for investment, an increase of 20% from Rp119.3 billion in the previous year. CCV also secured an operational profit of IDR 1.71 billion from a loss of IDR 1.7 billion in 2019.

In addition to CCV, BCA established a new digital bank, BCA Digital, which focuses on being a tech incubator and expanding the ecosystem under the parent company. BCA Digital was officially established in mid-2021 by launching the “blu” mobile banking application.

CVC in 2021

Based on our records, several corporate venture capital (CVC) in Indonesia are still actively investing in startups throughout 2021. Last year, PT Bank BTPN Tbk (IDX: BTPN) and PT Bank BTPN Syariah Tbk (IDX: BTPS) formed a new CVC named BTPNS Ventura.

The thing is, we oobserve that several CVCs started to offer different initiatives apart from new managed funds. For example, MDI Ventures introduced the eMerge platform to connect a network of angel investors and startups in Indonesia.

There is also a collaboration between MDI Ventures and cryptocurrency exchange platform Binance to form a consortium through a joint venture. This collaboration is carried out to develop a digital asset exchange platform in Indonesia.

Corporate Venture Capital (CVC) in Indonesia / Source: DS Research

Furthermore, we have BRI Ventures that started to expand its investment vertical by introducing the Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA) with Tokocrypto. The goal is to empower startup projects with blockchain technology and tokenization in Indonesia.

Moreover, the Government launched the Merah Putih Fund (MPF) last year as an effort to encourage the acceleration of innovation, digital potential, and startups in Indonesia. The government involved the five SOEs including Telkom, Telkomsel, Mandiri, BRI, and BNI to manage the MPF with a Rp4.3 trillion funding.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Filmore

Mengedepankan Konsep D2C, Filmore Tawarkan Produk Femcare Menstrual Cup

Menurut riset, rata-rata perempuan akan menghabiskan sekitar hampir Rp80 juta sepanjang hidupnya untuk membeli produk kewanitaan saat menstruasi. Selain mahal, limbah yang dihasilkan dari penggunaan pembalut pun cukup tinggi dan merusak lingkungan. Filmore yang merupakan brand Feminine Care lokal, mencoba menawarkan produk femcare berupa menstrual cup yang relevan dan ideal untuk perempuan Indonesia.

Resmi meluncur akhir bulan Januari 2022, Filmore didirikan oleh Andrea Gunawan, aktivis kesehatan seksual; Grace Tahir, Direktur RS Mayapada dan juga yang dikenal sebagai angel investor; bersama dengan Atola Group, perusahaan yang didirikan oleh Gitta Amelia, pengusaha dan juga investor. Filmore sekaligus ingin menjadi gerakan sosial dengan misi edukasi tentang pemberdayaan perempuan serta penerapan gerakan ramah lingkungan.

“Filmore adalah sebuah social movement dengan misi memberdayakan perempuan melalui healthcare product yang bersih, sehat, nyaman dan juga eco-friendly dan sustanianble. Yang dilakukan oleh Filmore adalah untuk dan oleh komunitas yang juga dikenal dengan sebutan Filmore rebels,” kata Co-founder Filmore Gitta Amelia.

Filmore mencatat kebanyakan produk menstrual cup yang ditawarkan di Indonesia saat ini berasal dari negara seperti Amerika Serikat dan Eropa. Hanya sedikit dari brand tersebut yang bisa memberikan produk yang ideal untuk perempuan Indonesia dengan harga terjangkau. Menjadikan penggunaan menstrual cup tidak terlalu populer di kalangan perempuan Indonesia. Selain itu di Indonesia saat ini masih ada stigma atau mitos tentang bahaya penggunaan menstrual cup untuk perempuan.

“Saya berharap Filmore akan menjadi market leader dalam produk kebersihan dan kesehatan perempuan di Asia Tenggara dan mengubah kebiasaan masyarakat untuk menjadi lebih ramah lingkungan, sehat, serta hemat,” kata Gitta.

Produk unggulan Filmore

Filmore menghadirkan dua opsi produk kebutuhan menstruasi yang lebih ramah lingkungan yaitu Girlfriend Menstrual Cup dan Boyfriend Wet Wipes. Mengedepankan konsep Direct to Consumer (D2C), selain memanfaatkan website sendiri untuk channel penjualan, Filmore juga memanfaatkan platform e-commerce Shopee untuk kanal penjualan online. Ke depannya Filmore juga memiliki rencana untuk memasarkan produk mereka secara offline untuk melayani konsumen lebih luas lagi.

“Kami bekerja sama dengan berbagai mitra untuk memproduksi barang-barang kami, dengan hati-hati memilihnya untuk kualitas dan konsistensi dengan nilai brand. Kami tersedia secara online dan memiliki pengiriman ke seluruh dunia melalui situs web kami. Kami tersedia secara nasional melalui Shopee. Segera kami akan berada di toko kesehatan dan kecantikan offline terpilih,” kata Grace.

Ditambahkan olehnya, melawan produk mainstream yang saat ini sangat popular di kalangan perempuan muda Indonesia, Filmore hadir menawarkan solusi baru yang lebih higienis namun juga aman. Di harapkan bisa menjadi pilihan baru untuk perempuan muda saat ini, yang mencari pilihan yang lebih bersih, lebih berkelanjutan, dan lebih nyaman.

“Kami akan terus mendobrak tabu dan stigma, dan mendidik dengan integritas untuk mendapatkan kepercayaan perempuan di Indonesia,” kata Grace.

Memanfaatkan media sosial, saat ini Filmore telah mendapatkan dukungan dari banyak perempuan Indonesia melalui wadah Instagram dan Discord. Mengubah persepsi mengenai bagaimana perempuan memandang tubuhnya melalui sesi diskusi, kini Filmore memiliki lebih dari 1000 member di Discord. Proses yang telah dilakukan empat bulan sebelum Filmore diluncurkan, mendapat respon yang cukup positif dari target pengguna mereka yaitu perempuan muda Indonesia.

“Dengan adanya produk menstrual cup ini, para perempuan tidak perlu lagi membeli pembalut atau tampon lagi setiap bulannya. Menstrual cup dari Filmore yang dibuat khusus untuk perempuan Asia, tahan hingga 10 tahun dengan 8 jam waktu pemakaian,” ucap Andrea Gunawan, salah satu pendiri Filmore.

Konsep D2C saat ini memang banyak menawarkan produk beauty hingga femcare dan menyasar kebanyakan perempuan. Memanfaatkan channel seperti layanan e-commerce dan website sendiri, konsep ini dinilai cukup efektif untuk mendapatkan revenue secara langsung. Platform beauty dan health care product yang menawarkan konsep D2C di Indonesia saat ini di antaranya adalah Dr Soap dan SYCA Official.