Saat ini, brand sepatu lokal terus menunjukkan eksistensinya, seiring dengan tren streetwear yang marak digandrugi masyarakat muda Indonesia. Brand sepatu Blow atau dikenal di pasar online sebagai Shopatblow (Blow Official Shop) menjadi salah satunya.
Brand Blow atau Shopatblow merupakan produsen alas kaki lokal, yang mengusung tema produk fashionable, stylish dan up to date. Brand ini menyasar target pasar wanita sebagai konsumennya.
Blow sendiri memiliki banyak variasi model alas kaki untuk wanita. Mulai dari sneakers, wedges, sandal, flatshoes dan lainnya. Rata-rata harga jualnya berkisar kurang lebih 100 ribu rupiah.
Perjalanan dari Rugi Besar Hingga Jadi Bisnis Besar
Pemilik sekaligus Founder Blow Vincent Octavianus, berbagi cerita soal bisnis yang ia rintis sejak enam tahun lalu. Ia mengatakan, brand sepatunya dulu berawal dari bisnis yang sangat kecil, hingga akhirnya maju, berkat digitalisasi.
“Awal mulanya itu kami menjual barang cuci gudang. Itu kami start kecil banget di garasi rumah. Lalu, kami juga pernah buka toko di pasar, saat itu kami sewa ruko, tapi ternyata malah rugi besar,” tambahnya.
-
Sempat Rugi Sebelum Digitalisasi
Vincent bercerita, ia mulai merintis bisnis sepatu sejak 2016. Awalnya, sebelum berdiri brand Blow atau Shopatblow, bisnis sepatu yang ia pegang bernama Octav. Saat menjalani bisnis sepatu Octav, tempat berjualan baru berupa toko di pasar.
“Sebenarnya, awal mula bisnis sepatu itu dari toko offline. Selama jadi pemain offline, kami buka toko di pasar, ikut bazar, hingga pasar malam. Kita jualnya outlet, dari brand mana-mana kita jual,” ungkapnya.
Namun, bisnis secara offline yang dijalaninya itu, tidak begitu berjalan lancar. Vincent mengaku, omset berjualan di pasar itu kecil. Selama mengikuti bazar, ia lebih sering rugi ketimbang untung.
“Bagi saya, berjualan secara offline itu cukup sulit. Omset yang kami dapat kecil. Dari bazzar yang kami ikuti sebanyak tiga kali, dua kalinya kami rugi. Akhirnya, kami mencoba jualan secara online,” katanya.
-
Tingkat Penjualan Melesat Setelah Digitalisasi
Awal mula merambah pasar online pada 2017, brand ini masih memakai nama Octav. Octav memasarkan produk sepatunya lewat marketplace fashion Zalora dan Berrybenka. Selama kurang lebih dua tahun, tepatnya pada 2019, baru lah Octav mulai rebranding menjadi Blow.
“Kami rebranding karena pada saat itu, Octav termasuk brand dengan produk yang lumayan mahal, sehingga, lebih sulit menjangkau pembeli. Sementara, Blow sendiri harganya lebih affordable, banyak yang di bawah 100 ribu rupiah,” ujar Vincent.
Setahun usai rebranding dan mulai melebarkan pasarnya di online marketplace lain, seperti Shopee, tingkat penjualan Blow meningkat tajam. Peningkatan ini seiring dengan tren masyarakat berbelanja online saat pandemi Covid-19 sedang di puncaknya.
“Pada pandemi Covid-19 di 2020 itu, penjualan online kami langsung meningkat drastis. Sebelumnya kami memang punya growth yang bagus, kami sudah melihat potensi berjualan di marketplace. Tapi pertumbuhan kami ini sampai ratusan kali lebih besar,” kata Vincent.
Menurut Vincent, peningkatan penjualan Blow sejak awal pandemi benar-benar naik tajam secara signifikan. Hingga kini, ia mengaku Blow selalu tumbuh dengan baik dan terus mengikuti perkembangan yang ada.
Target Blow Kini Tetap Fokus ke Pasar Lokal
Brand ini sudah memiliki banyak cabang toko, yang tersebar di beberapa mall di kota-kota besar. Mulai dari AEON Mall, Living World, Summarecon Mall, Grand Indonesia, serta beberapa mall besar lainnya.
Saat ini, Blow telah memperkerjakan lebih dari 150 orang sebagai karyawan produksi, serta 40 orang sebagai tim marketing, creative, warehouse, supir dan pegawai lainnya yang bekerja di kantor.
Target Blow dalam dua tahun ke depan, ingin terus melebarkan pasarnya ke banyak daerah di Indonesia. Vincent merasa, peluang Blow di pasar online lokal sangat bagus, sehingga harus dimanfaatkan dengan maksimal, agar dapat meraup omset lebih banyak lagi.
“Pasar lokal juga masih luas banget, dan kami belum merasa maksimal. Masih banyak yang lebih baik dari kami, sehingga kami ingin fokus ke sana. Saat ini, belum ada pikiran buka toko (offline) di luar negeri,” tambahnya.
Cara Blow Tingkatkan Omset Lewat Platform Digital
Setelah jatuh bangun mendirikan Blow menjadi brand yang dikenal dan digemari masyarakat, Vincent membagikan caranya dalam mempertahankan eksistensi dan meningkatkan omset dari penjualan di platform digital, sebagai berikut:
-
Terus Berinovasi Ikuti Tren
Vincent mengaku, salah satu faktor Blow dapat bertahan hingga kini adalah karena relevan dan selalu mengikuti tren. Mulai dari tren produk, platform penjualan, hingga cara promosi yang sedang digandrugi, semuanya Blow ikuti.
“Kami selalu ikutin apa yang customer mau, trennya seperti apa. Jadi, bukan bertahan untuk keinginan sendiri. Kami selalu belajar, lihat orang lain bisa, kami harus bisa. Misalnya, saat ini sedang tren orang membeli produk lewat Live Tiktok Shop, maka kami harus ikut,” katanya.
Bagi Vincent, tidak ada alasan untuk tidak ikut tren. Termasuk alasan-alasan seperti: tidak ada sumber daya yang paham, tidak ada yang bisa membuatnya, dan lainnya, itu bukan menjadi alasan. Menurutnya, semua dapat dilakukan asal niat belajar dan berusaha.
-
Manfaatkan Keuntungan Program Marketplace
Sejak bergabung di beberapa marketplace populer di Indonesia, seperti Shopee, Tokopedia dan Lazada, penjualannya meningkat tajam. Marketplace menjadi tempat dengan penjualan terbanyak produk brand Blow.
Blow bahkan dapat melebarkan pasarnya hingga ke mancanegara, mulai dari Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan dan beberapa negara lainnya. Hal ini dapat dicapai berkat dukungan dari program ekspor marketplace.
-
Maksimal Promosi Lewat Media Sosial
Menurut Vincent, persaingan antar brand fashion online kini semakin ketat. Sebab, ten yang ada di masyarakat terus berubah dengan cepat. Sehingga, Blow perlu pandai-pandai melihat peluang.
“Secara marketing, semua jenis media sosial kami gunakan secara bersamaan. Tidak hanya di Instagram, kami juga aktif di Facebook, Twitter, Tiktok dan lainnya. Semua jenis iklan juga kami ikuti, salah satunya collaborative advertising,” ungkapnya.
Pentingnya Digitalisasi bagi Pelaku Bisnis
Bagi Vincent, berbisnis secara online banyak mendatangkan keuntungan baginya dan bisnis yang ia bangun. Ia menilai, kini, mau tidak mau bisnis online harus coba dilakukan. Sebab, itulah yang diinginkan masyarakat saat ini.
“Banyak orang yang sudah berumur, mungkin berpikir bisnis online itu lebih sulit dan berat. Tapi, menurut saya harus dicoba. Ini bukan berarti bisnis offline itu merugikan, paling tidak keduanya bisa berjalan beriringan,” ujarnya.
Ia pun memberi saran bagi orang yang belum yakin terjun ke bisnis online karena kendala kemampuan operasional. Saat ini, sudah banyak agensi marketing yang dapat membantu proses berbisnis online, misalnya agensi yang membantu pembuatan iklan atau promosi produk.
Blow sendiri banyak memanfaatkan platform digital dalam kegiatan operasionalnya sehari-hari. Mulai dari proses produksi, promosi hingga diskusi internal dengan para pegawai. Vincent berkata, semuanya dijalani by learning, seiring berkembangnya teknologi digital.