Monthly Archives: April 2022

cara jualan dan belanja di tiktok shop

Cara dan Tips Mudah Jualan & Belanja di TikTok Shop

TikTok menjadi media sosial paling berpengaruh saat ini. Sejak awal tahun 2022 saja, TikTok sudah diunduh lebih dari 176 juta kali dengan total 3,5 miliar unduhan, menurut sebuah firma analis Sensor Tower. Pencapaian ini menjadikan TikTok aplikasi paling banyak diunduh di dunia sejak 2018.

Pertumbuhan aplikasi yang masif tersebut membuat TikTok meluncurkan berbagai inovasi fitur, salah satunya TikTok Shop. Dengan TikTok Shop, kamu bisa mempromosikan atau membeli produk tertentu melalui satu aplikasi saja. TikTok Shop sendiri sudah hadir di Indonesia sejak September 2021 lalu.

Penasaran tentang fitur baru TikTok ini? Cek artikel lengkapnya yang akan membahas seputar TikTok Shop hingga cara jualan dan belanja di aplikasi tersebut.

Apa Itu TikTok Shop?

TikTok Shop adalah fitur bawaan TikTok yang mengadopsi konsep social commerce. Fitur ini memunginkan online shop untuk memanfaatkan fungsi promosi konten dari media sosial sekaligus menjadi tempat jual beli seperti marketplace.

Fitur “Shop” ini sebenarnya sudah ada terlebih dahulu di media sosial lain, seperti Instagram dan Facebook. Namun, TikTok Shop memiliki beberapa kelebihan dibanding pendahulunya. Di TikTok Shop, kamu bisa memanfaatkan fitur live chat dan promosi video konten yang berpotensi masuk dalam For Your Page (FYP).

Kamu tahu sendiri kan, masuk FYP adalah impian banyak creator di TikTok. Jika videomu masuk dalam algoritma tersebut, tentu saja brand-mu akan mendapat exposure yang besar. Selain promosi produk, pengguna juga bisa belanja langsung di TikTok Shop layaknya bertransaksi di marketplace.

Di mana letak TikTok Shop? Kamu tak perlu khawatir untuk menyediakan penyimpanan ruang lagi untuk mengunduh aplikasi. Fitur TikTok Shop akan muncul di akun bisnis yang memanfaatkan fiturnya. Icon TikTok Shop berada di tengah menjadi menu di antara unggahan dan likes.

Sebagai seller, kamu bisa mendaftar lewat laman resmi TikTok Shop Seller Center. Kemudian, kamu bisa mengunduh aplikasi TikTok Seller untuk memantau kinerja bisnismu, seperti keuangan untuk mengecek biaya admin, pesanan yang masuk, hingga analisis bisnis.

Cara Berjualan dan Menjadi Seller di TikTok Shop

Langkah pertama untuk berjualan, kamu harus memiliki akun bisnis terlebih dahulu. Caranya adalah dengan mengikuti langkah-langkah membuka akun seller di TikTok Shop.

Cara Daftar TikTok Shop Seller

  1. Buka laman resmi TikTok Shop Seller Center.
cara jualan dan belanja di tiktok shop
Halaman depan Tik Tok Shop Seller Center
  • Ketika pertama kali membuka laman atau aplikasi tersebut, akan muncul pilihan “Sign up with TikTok account” dan “Sign up with phone and email”. Pilih salah satu untuk mendaftar.
  • Masukkan beberapa data pribadi yang dibutuhkan seperti nomor telepon, email untuk verifikasi.
  • cara jualan dan belanja di tiktok shop
    Laman untuk data pribadi.
  • Akan muncul jendela pop-up seperti ini. Pilih “Start selling” untuk mulai menjual produk.
  • cara jualan dan belanja di tiktok shop
    Pop-up pertama kali saat masuk.
  • Halaman depan akan nampak seperti ini. Lakukan dua langkah seperti yang diperintahkan untuk mulai menjual produk.
  • cara jualan dan belanja di tiktok shop
    Dua langkah sebelum menjual produk.
  • Klik “verifikasi dokumen” dan muncul halaman seperti ini. Pilih tipe bisnis individu jika kamu menjalankan bisnis perseorangan, atau pilih korporat jika kamu mewakili badan korporasi. Untuk individu, siapkan KTP/paspor yang tampak depan belakang. Untuk korporat, siapkan Nomor Izin Berusaha (NIB) asli dan fotokopi. Isi dengan benar karena kamu hanya bisa memasukkan data sekali saja.
  • cara jualan dan belanja di tiktok shop
    Verifikasi dokumen.
  • Masukkan nomor rekening bank.
  • cara jualan dan belanja di tiktok shop
    Langkah terakhir memasukkan rekening bank.
  • TikTok akan mengonfirmasi data yang sudah dimasukkan terlebih dahulu. Jika sudah, kamu bisa menggunakan akun bisnis yang sudah terdaftar untuk berjualan.
  • Tips Berjualan di TikTok Shop

    Buat Katalog Produk yang Mengesankan

    Gunakan tab TikTok Shop secara optimal dengan membuat etalase produk yang bagus. Kamu bisa menggunakan gambar yang jelas kualitasnya, atau dengan ciri khas produkmu sendiri. Selain itu, jangan lupa juga untuk memasukkan informasi produk yang lengkap agar pembeli yakin terhadap produk yang dibeli.

    Buat Konten-Konten Menarik sebagai Promosi

    Cara selanjutnya adalah membuat konten-konten promosi yang berguna untuk memberikan brand awareness terhadap produkmu. Di TikTok, ada banyak sekali macam konten yang bisa kamu gunakan sebagai referensi konten promosi.

    Kamu bisa menggunakan formula konten FYP agar konten tersebut potensial mencapai pelanggan. Atau kamu bisa membuat konten yang berkaitan dengan produk yang kamu jual, bisa bersifat soft-selling atau hard-selling. Kamu juga bisa menonton konten promosi dari kompetitor bisnis sebagai referensi.

    Ini merupakan strategi paling utama untuk berjualan di TikTok Shop. Ini karena, TikTok memiliki fungsi utama sebagai media sosial. Semakin kontenmu dapat meraih popularitas di TikTok, otomatis bisnismu juga akan dilihat banyak orang.

    Kerja Sama dengan Influencer dan TikTok Shop Afiliate

    Selain promosi yang kamu lakukan sendiri, kamu juga bisa memanfaatkan exposure dari seleb TikTok. Konten-konten mereka yang dapat engagements banyak sangat menguntungkan bagi bisnismu. Kamu tak perlu khawatir promosi tak berjalan, karena mereka sudah memiliki “audiens” sendiri.

    Selain influencer, kamu juga bisa memanfaatkan jasa dari TikTok Shop Affiliate. Meski terkena biaya potongan untuk komisi, namun kamu akan mendapat kesempatan untuk dipromosikan akun lain. Semakin banyak pembeli semakin bagus bukan?

    Cara Daftar TikTok Shop Affiliate

    Selain menjadi seller, kamu juga bisa mendaftar sebagai TikTok Shop Affiliate. Berbasis affiliate marketing atau endorse produk, ini merupakan cara mudah bagimu untuk menghasilkan uang tanpa bersusah payah membangun bisnis dari nol.

    Kamu hanya perlu mengunggah beberapa video berdurasi 15 detik lalu akan mendapat komisi sesuai kesepakatan dengan seller. Syaratnya, kamu harus memiliki KTP/Paspor, rekening bank, alamat pengiriman, akun TikTok Shop aktif, dan tanpa minimum followers.

    Berikut caranya:

    1. Lakukan langkah-langkah membuat akun TikTok Shop di atas.
    2. Jika sudah, buka aplikasi TikTok dan klik profil.
    3. Klik Pusat Kreator e-commerce, pilih icon toko, kemudian klik Komisi.
    4. Klik tambahkan produk dan isi nama lengkap, kirim, konfirmasi nama lengkap, lalu kirim.
    5. Tunggu sampai muncul notifikasi berhasil.
    6. Jika sudah, klik “Add Affiliate Products” dan tambahkan produk yang akan kamu promosikan.
    7. Tunggu approval dari
    8. Kamu bisa melakukan promosi produk sampai ada pembelian, kemudian komisi affiliate akan masuk di rekening TikTok Shop Affiliate.

    Cara Belanja di TikTok Shop

    Terdapat dua cara membeli produk dari TikTok Shop yaitu melalui unggahan produk dan siaran langsung yang dijalankan seller. Di bawah ini adalah cara belanja dari keduanya.

    Lewat Unggahan Produk

    1. Buka aplikasi TikTok.
    2. Cari dan kunjungi akun merchant yang ingin kamu beli produknya. Misalnya, kita gunakan akun dari Avoskin. Pastikan kamu menuju ke akun resmi merek tersebut, biasanya dengan ditandai tanda verified.
      cara jualan dan belanja di tiktok shop
    3. Klik icon toko di tengah seperti di gambar ini. Akan muncul berbagai produk Avoskin yang bisa kamu beli.
      cara jualan dan belanja di tiktok shop
    4. Klik produk yang ingin kamu beli, lalu akan muncul display di bawah ini. Pilih “Add to cart” jika kamu ingin menyimpan produk tersebut dan membeli di waktu lain. “Add to cart” juga menjadi cara untuk belanja di TikTok Shop jika kamu ingin membeli lebih dari satu barang.
      cara jualan dan belanja di tiktok shop
    5. Atau pilih “Buy now” jika kamu ingin membelinya langsung. Jika kamu memilih “Buy now”, akan muncul display seperti ini. Silakan masukkan alamat pengiriman yang benar dan pilih metode pembayaran sesuai keinginan.
      cara jualan dan belanja di tiktok shop
      Kamu bisa menggunakan metode Cash on Delivery (COD) tetapi hanya untuk merchant tertentu saja. Untuk produk Avoskin sendiri, tidak ada pilihan COD.
      cara jualan dan belanja di tiktok shop
    6. Jika alamat dan metode pembayaran sudah diisi, selanjutnya klik “Place order”. Merchant akan mengonfirmasi pembayaran, kemudian mengirimkan barang sesuai alamat yang tertera.
      cara jualan dan belanja di tiktok shop
    7. Kamu ingin mengecek nomor pesanan? Tinggal buka aplikasi TikTok dan klik menu “Profile”. Lalu, klik garis tiga di pojok kanan atas, kemudian pilih “Akun”. Klik pesanan, lalu akan muncul riwayat pesanan.

    Lewat Live Streaming

    1. Buka akun merchant yang sedang melakukan siaran langsung.
    2. Cari icon keranjang bernama “Shop” di pojok kiri bawah. Tempat tersebut menjadi etalase produk yang sedang dijual.
    3. Tinggal klik icon keranjang jika kamu ingin menyimpan produk sementara. Atau “Buy” untuk membeli produk langsung.
    4. Pilih detail produk seperti ukuran, warna, dll. Kemudian ikuti langkah yang sama untuk check-out produk dengan memilih alamat pengiriman (jika sudah diisi) dan metode pembayaran.
    5. Merchant akan memproses pembayaran dan mengirimkan produk ke alamat yang sudah dimasukkan.

    Itu tadi kumpulan cara untuk melakukan penjualan dan belanja di TikTok Shop. Memanfaatkan TikTok Shop adalah cara ampuh mempromosikan sekaligus menjual produk karena TikTok adalah platform yang menjanjikan untuk mendapat exposure. Selamat berbisnis!

    Sumber gambar header: Freepik

    EBITDA: Pengertian, Manfaat dan Cara Menghitungnya

    Dalam bidang akuntansi atau keuangan ada yang dikenal dengan EBITDA. Apakah kamu sudah tahu apa itu EBITDA? Memang, penggunaan istilah ini jarang sekali terdengar, apalagi jika kamu  bukan bagian keuangan perusahaan.

    Agar lebih paham tentang EBITDA, simak informasi berikut!

    Apa itu EBITDA?

    Dikutip dari Investopedia, EBITDA adalah laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. 

    EBITDA artinya juga sebuah ukuran atau metrik kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan dan digunakan sebagai alternatif untuk laba bersih dalam beberapa situasi keuangan.

    Lalu, EBITDA termasuk rasio apa? EBITDA masuk ke dalam rasio valuasi, yaitu sebuah penilaian kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit dan juga kas operasional.

    Apa kepanjangan EBITDA?

    EBITDA merupakan singkatan dari Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization.

    Selain EBITDA, ada juga yang disebut dengan EBIT yaitu Earning Before and Taxes. Sehingga arti EBIT adalah penghasilan sebelum pajak dan bunga yang menjadi ukuran untuk profit atau kemampuan perusahaan dalam meraih laba.

    Lalu, apa perbedaan EBIT dan EBITDA? EBITDA adalah metrik kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan dan digunakan sebagai alternatif untuk laba bersih dalam beberapa situasi keuangan. Sementara EBIT biasanya dipakai untuk menghitung pendapatan yang sudah dikurangi oleh jumlah pengeluaran, tetapi belum dikurangi bunga dan pajak.

    Selain itu, arti after before dalam EBITDA adalah formula yang menjadi penghitungnya, EBITDA adalah laba yang dihitung sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Sedangkan, EBIT adalah penghasilan sebelum pajak dan bunga.

    Apakah EBITDA sama dengan laba kotor?

    Sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara EBITDA dan juga laba, hanya saja yang membedakan di antara keduanya adalah pada non-cash charge. Jadi, dalam laba bruto, depresiasi dan amortisasi dihitung. Sedangkan, dalam EBITDA bagian keuangan tersebut tidak dimasukkan.

    Apa saja yang masuk ke dalam laba kotor? Laba kotor dihitung setelah dikurangi dengan HPP (harga pokok penjualan) atau beban.

    4 Elemen EBITDA

    Dalam penghitungan EBITDA, ada 4 elemen yang wajib kamu ketahui, yaitu:

    1. Beban bunga atau interest

    Beban bunga adalah salah satu pengeluaran bisnis yang biasanya berasal dari pinjaman atau hutang yang belum terbayar lunas. Namun, terkadang beban bunga jarang dimasukkan dalam perhitungan EBITDA, karena setiap perusahaan memiliki struktur modal yang berbeda begitu juga dengan beban bunga yang didapatkan.

    2. Depreciation (depresiasi)

    Depresiasi adalah biaya penyusutan terhadap seluruh aset perusahaan selama aset tersebut masih bisa dimanfaatkan atau memiliki umur ekonomis.

    Biasanya biaya depresiasi juga berdasarkan aset yang memiliki wujud fisik, tetapi tidak memungkiri jika aset yang tidak berwujud seperti halnya hak paten.

    3. Pajak

    Elemen ketiga pada EBITDA adalah pajak yang merupakan biaya wajib yang dibayarkan oleh perorangan atau perusahaan kepada negara. Besaran pajak juga akan berbeda tergantung wilayah berdirinya perusahaan.

    4. Amortisasi (Amortisation)

    Amortisasi sebenarnya memiliki kemiripan dengan depresi yaitu penurunan nilai penyusutan dari aset yang dimiliki oleh perusahaan. Namun, amortisasi lebih menekankan pada aset tidak berwujud seperti hak paten. Amortisasi dan depresiasi dipengaruhi oleh manfaat atau nilai ekonomis suatu aset, nilai sisa, dan juga metode penyusutan apa yang dipakai.

    Bagaimana cara menghitung amortisasi?

    Sebelumnya kamu perlu menghitung jumlah angsuran dahulu, rumus jumlah angsuran adalah Pokok Pinjaman x (Suku bunga : 12 bulan) / 1 – (1 + (suku bunga /12 bulan) – jangka waktu peminjaman).

    Setelah itu kamu bisa membuat lembar kerja dalam spreadsheet, menghitung jumlah angsuran dan bunganya.

    Langkah selanjutnya adalah menghitung angsuran pokok, Angsuran Pokok = Total Angsuran – Angsuran Bunga.

    Hitungan terakhir adalah menghitung saldo pinjaman, Saldo Pinjaman= Saldo Pinjaman Bulan Sebelumya – Angsuran Pokok.

    Cara menghitung EBITDA

    Rumus EBITDA atau EBITDA formula dapat digunakan dalam dua cara, cara yang pertama adalah:

    EBITDA = Laba Operasional + Biaya Amortisasi + Biaya Depresiasi

    Contohnya adalah perusahaan ABC memiliki biaya amortisasi Rp30 juta, laba operasional Rp300jt, dan biaya depresiasinya adalah Rp20 juta. Maka berapa EBITDA perusahaan ABC?

    EBITDA = Rp300 juta + Rp30 juta + Rp20 juta = Rp350 juta.

    Selain rumus di atas, kamu juga bisa menghitung EBITDA menggunakan rumus di bawah ini:

    EBITDA = Laba bersih + bunga + pajak + amortisasi + depresiasi.

    Apa itu margin EBITDA?

    Setelah mengetahui elemen dan rumus EBITDA, kamu juga perlu tahu apa itu EBITDA margin.

    EBITDA margin adalah sebuah rasio yang mencerminkan profit perusahaan setelah mendapatkan penghasilan usaha yang sudah dikurangi dengan biaya produksi atau juga biaya operasional. Akan tetapi, biaya depresiasi dan amortisasi tidak dimasukkan ke dalam margin EBITDA.

    Rumus EBITDA margin adalah hasil perhitungan EBITDA dibagi dengan pendapatan usaha, dan nantinya ditulis dalam satuan persen (%).

    Manfaat EBITDA

    Nah, mungkin kamu masih bertanya-tanya sebenarnya apa sih fungsi dan manfaat dari EBITDA dalam keuangan ini? Berikut adalah manfaat yang bisa kamu temui dari perhitungan EBITDA.

    1. Sebagai pembanding nilai profit

    Dengan adanya perhitungan EBITDA, kamu bisa menganalisis dan membandingkan nilai profit dari perusahaan dan industri.

    2. Evaluasi Perusahaan

    Perhitungan EBITDA juga bisa digunakan untuk melihat dan mengevaluasi profit atau keuntungan dari perusahaan. Akan tetapi, EBITDA tidak masuk ke dalam perhitungan cash flow.

    Jadi, itu adalah ringkasan terkait definisi, elemen, rumus, dan juga manfaat dari EBITDA. Memang perhitungan ini tidak masuk ke dalam cash flow, tetapi tidak ada salahnya sebuah perusahaan memiliki perhitungan EBITDA.

    ***

    grosir adalah

    Grosir: Pengertian, Keuntungan, Jenis, dan Bedanya dengan Eceran

    Grosir adalah istilah yang sering digunakan dalam transaksi perdagangan. Misalnya, grosir ditemui ketika kamu sedang berbelanja di marketplace seperti Shopee atau Tokopedia. Hal yang paling mencolok dari grosir tentunya perbedaan harga grosir dengan harga eceran.

    Nah, untuk lebih memahaminya, kami akan membahas pengertian, jenis serta perbedaan antara grosir dan eceran. Simak terus artikel ini!

    Apa Itu Grosir?

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, grosir artinya pedagang yang menjual barang dalam jumlah besar. Sedangkan, menurut ahli bisnis, Irma Nilasari dan Sri Wilujeng, grosir adalah pihak perantara pedagang yang saling terikat perdagangan dalam kuantitas banyak dan tidak melayani konsumen tingkat akhir.

    Secara umum, arti wholesaler atau grosir adalah pembelian dalam skala besar. Grosir dilakukan oleh banyak pedagang besar yang ingin membeli barang dalam jumlah banyak namun dengan harga rendah. Sesuai anggapan ahli, pedagang grosir juga dianggap sebagai perantara produsen dan pedagang eceran dalam perdagangan.

    Nantinya, barang tersebut akan dijual kembali ke pedagang eceran dengan selisih harga tertentu. Dari selisih harga itulah, pedagang grosir mengambil keuntungan. Kemudian, barang yang sudah dibeli akan dijual dalam toko grosir dengan harga khusus.

    Harga itulah yang kemudian disebut sebagai harga grosir atau harga yang dikenakan kepada pedagang eceran untuk jumlah pembelian tertentu. Sedangkan, toko grosir adalah toko pedagang grosir yang menjual barang-barang dengan harga grosir.

    Keuntungan Penjualan Grosir

    Penjualan grosir akan lebih menguntungkan dari sisi komoditas, meskipun harganya lebih murah dari eceran. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pedagang grosir membeli barang dengan jumlah banyak namun dengan harga murah.

    Dari sinilah, pedagang grosir akan melakukan mark up atau memberikan selisih harga dari barang yang dibeli untuk dijual kembali ke pihak lainnya. Dengan mark up yang kecil saja, pedagang grosir sudah untung mengingat jumlah barang yang dibeli.

    Mari kita bahas dalam sebuah contoh kasus.

    Misalnya, ada seorang pedagang grosir yang bergerak di industri pakaian. Produsen memberlakukan harga grosir untuk produk kaos anak-anak seharga Rp 30.000 untuk pembelian minimal 500 pcs. Maka, pedagang grosir butuh setidaknya Rp 15 juta untuk membelinya.

    Yang dilakukan kemudian adalah melihat harga eceran pakaian anak-anak di pasar. Katakanlah, harga ecerannya adalah Rp 50.000. Maka, pedagang grosir bisa menjual di harga Rp 40.000 atau harga apapun yang di bawah Rp 50.000.

    Dalam kasus ini, coba gunakan Rp 40.000. Kemudian, pedagang grosir juga harus menentukan minimal pembelian, misalnya kita pakai pembelian minimum 1 lusin. Apabila satu lapak eceran membeli dengan minimum 1 lusin, maka ia harus membayar Rp 480.000.

    Dari sinilah keuntungan yang didapat pedagang grosir, yaitu sebesar Rp 120.000 yang berasal dari selisih harga produsen dengan harga grosir dikalikan dengan jumlah pembelian. Tak saklek dengan aturan tersebut, pedagang grosir bisa mengutak atik penjualan grosir untuk mendapat keuntungan maksimal.

    Misalnya dengan menurunkan harga menjadi Rp 35.000 per pcs, namun dengan jumlah minimum pembelian yang dinaikkan, yaitu 3 lusin. Meski lebih murah, keuntungan yang didapat akan lebih banyak yaitu Rp 180.000.

    Jenis-Jenis Grosir

    Mungkin kamu baru mengetahui jenis grosir yang ada di pasar atau di toko dekat rumahmu. Namun, terdapat banyak jenis grosir yang perlu kamu ketahui jika ingin berbisnis di bidang ini.

    Berdasarkan Barang yang Dijual

    1. The Specialist Wholesaler (pedagang grosir khusus). Sesuai namanya, pedagang grosir satu ini hanya membeli barang tertentu yang spesifik dalam jumlah banyak. Misalnya, seorang pedagang grosir hanya menyediakan stok pakaian anak. Maka, ia tidak membeli pakaian lainnya misalnya pakaian dewasa atau yang sejenisnya.
    2. The General Line Whosaler (pedagang grosir umum). Sebagai kebalikan dari jenis yang pertama, pedagang grosir tipe ini akan menjual berbagai merek dan variasi produk. Selain itu, jika pedagang grosir khusus memilih satu bidang tertentu, maka tipe ini akan menyetok berbagai barang meski di bidang yang berbeda.

    Berdasarkan Luas Daerah Usaha

    1. The Regional Wholesaler (pedagang grosir wilayah/provinsi). Adalah grosir yang cakupan pemasarannya berada di wilayah atau negara bagian tertentu. Tak menutup kemungkinan bahwa pedagang grosir jenis ini juga memperluas pasarnya ke wilayah yang berdekatan. Contoh grosir jenis ini adalah grosir di wilayah Surabaya yang juga mencakup Sidoarjo karena jaraknya yang relatif dekat.
    2. The Local Whosaler (pedagang grosir lokal). Merupakan grosir di tingkat kota/kabupaten yang cakupan pasarnya terbatas pada wilayah lokal terkait. Contohnya adalah pedagang grosir kota Jakarta yang menjual barang grosir terbatas di kota tersebut.
    3. The National Wholesaler (pedagang grosir nasional). Sesuai namanya, jenis pedagang grosir ini menjual barang grosir di level nasional, misalnya layanan grosir di negara Indonesia. Mereka mempunyai kantor pusat yang akan mengantarkan grosir ke semua wilayah Indonesia.
    4. The International Wholesaler (pedagang grosir internasional). Pedagang grosir jenis ini memiliki level tertinggi, yaitu internasional. Dengan level tersebut, mereka akan melakukan ekspor/impor, atau bahkan melakukan keduanya.

    Berdasarkan Lapangan Kegiatan

    1. The Service Wholesaler (grosir penuh). Jenis ini merupakan pihak yang kegiatannya murni melakukan apa yang umumnya dilakukan oleh seorang pedagang grosir secara penuh. Misalnya, dari kegiatan pembelian barang, mengurus gudang, hingga pengantaran pesanan ke pedagang eceran. Biasanya, jenis ini dilakukan oleh perusahaan penyedia barang tahan lama dalam jumlah yang sangat besar.
    2. The Whole Collector (grosir pengumpul). Sedangkan, pedagang grosir jenis ini mengumpulkan barang karena keinginan sendiri ataupun karena mendapat pesanan terlebih dahulu.
    3. The Limited Function Wholesaler (grosir terbatas). Jenis ini merupakan kebalikan dari grosir penuh di mana pedagang grosir hanya melakukan sebagian kegiatan atau terbatas pada kegiatan tertentu dalam grosir. Misalnya dengan hanya melakukan pembelian dan pengantaran barang, tanpa menyimpan barang di gudang.
    4. Truck Wholesaler (grosir truk). Sebagai turunan dari grosir terbatas, pedagang grosir jenis ini hanya melakukan kegiatan pengiriman barang menggunakan truk.
    5. Cash Carry Wholesaler (grosir tunai). Sesuai namanya, transaksi penjualan grosir jenis ini dilakukan dengan pembayaran secara tunai di tempat alias toko grosir terkait. Selain itu, tidak ada jasa pengiriman barang seperti pada grosir truk.
    6. Mail order wholesaler (grosir pesanan lewat pos). Adalah kegiatan grosir yang transaksinya melalui pos. Pedagang eceran memesan barang, lalu pedagang grosir akan mengirimkannya melalui layanan pos untuk mengurangi biaya operasional pengiriman.
    7. Manufacture wholesaler (grosir pabrik). Pedagang grosir jenis ini melakukan kegiatan grosir sebagai pemasok kebutuhan barang dari industri tertentu. Misalnya, grosir kain untuk pabrik pembuat pakaian.
    8. Dropshipper (grosir pengiriman). Istilah ini menjadi sangat umum belakangan ini, karena menjadi bisnis yang cukup menjanjikan di mana seorang dropshipper tidak perlu menyimpan barang untuk mendistribusikannya. Dropshipper hanya perlu mempromosikan barang, lalu barang tersebut akan dikirimkan langsung oleh produsen ke konsumen.

    Perbedaan Grosir dan Eceran

    Perbedaan paling kentara antara grosir dan eceran adalah harga dan jumlah barang. Grosir adalah pembelian barang dengan harga grosir tetapi dalam jumlah banyak. Harga grosir adalah harga untuk pembelian barang dalam jumlah tertentu.

    Sedangkan, eceran adalah pembelian tunggal atau dengan jumlah lebih sedikit dari grosir yang dikenai harga satuan. Meski begitu, terdapat beberapa perbedaan lainnya yang dapat diidentifikasi mengenai grosir dan eceran, yaitu sebagai berikut.

    1. Hubungan perdagangan. Pedagang grosir akan menjalin hubungan dengan produsen dan pedagang eceran. Sedangkan pedagang eceran akan menjalin hubungan dengan pedagang grosir dan konsumen tingkat akhir.
    2. Harga dan jumlah barang. Harga grosir akan selalu lebih murah daripada harga eceran. Selain itu, jumlah komoditas grosir juga lebih besar daripada eceran.
    3. Modal awal bisnis. Modal yang diperlukan untuk memulai bisnis grosir lebih besar daripada eceran karena harus membeli barang dengan jumlah banyak. Besaran modal awal akan bergantung dengan bidang bisnis yang digeluti. Misalnya untuk membuka toko grosir sembako, rata-rata membutuhkan modal Rp 500 juta di awal.
    4. Keuntungan dalam satu transaksi. Penjualan grosir tentunya lebih menguntungkan dalam satu transaksi karena komoditasnya, meski harganya lebih murah
    5. Rantai distribusi. Penjualan grosir bisa ke pihak manapun tergantung jenis bisnisnya, misalnya pengecer, pedagang besar lainnya, perusahaan industri, hingga lembaga pemerintah. Grosir tidak menjual langsung kepada konsumen tingkat akhir. Sedangkan, rantai distribusi pedagang eceran akan selalu bertemu dengan konsumen tingkat akhir secara langsung.
    6. Aspek marketing. Bisnis grosir tidak memiliki syarat yang dibutuhkan untuk menjual barang secara eceran, misalnya membuka toko yang strategis atau kebutuhan biaya promosi. Sebaliknya, toko eceran harus memilih lokasi strategis dan tak jarang butuh biaya untuk mempromosikan tokonya.

    Demikian pembahasan hari ini mengenai pengertian grosir hingga perbedaanya dengan eceran. Perlu diingat bahwa bisnis grosir memang menguntungkan, tetapi kamu juga harus menyiapkan modalnya yang relatif besar. Selamat berbisnis!

    Sumber gambar header: Pixabay

    10 Ide Peluang Usaha di Daerah Pedesaan

    Beberapa tahun terkahir, pemerintah konsisten menggulirkan program dana desa, guna memacu pertumbuhan ekonomi di daerah pedesaan, serta mengurangi kesenjangan dengan daerah perkotaan.

    Hal ini menjadi peluang baik bagi masyarakat desa untuk berkontribusi menggerakkan ekonomi di desa, salah satunya dengan mendirikan usaha di desa. Beberapa peluang usaha konvensional yang cocok diterapkan di daerah pedesaan akan dijelaskan sebagaimana berikut.

    Daftar Ide Usaha di Wilayah Pedesaan

    Peluang usaha di daerah pedesaan saat ini sangat luas, baik pada usaha dagang maupun jasa. Berikut ini beberapa ide peluang usaha yang dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat desa untuk berjelajah dan berinovasi.

    1. Ternak Ayam Kampung

    Ayam kampung merupakan salah satu komoditas peternakan yang memiliki prospek menjanjikan. Dengan menggeluti usaha ternak ayam ini, masyarakat desa bisa memperoleh dua hasil sekaligus, yakni daging dan telur. Selain itu, permintaannya pun selalu tinggi di pasaran.

    2. Pertanian Hidroponik

    Hidroponik adalah cara menanam dengan mengandalkan media tanam air dan ditambahkan dengan berbagai jenis nutrisi, yang mudah dipelajari bahkan lewat internet. Usaha pertanian hidroponik dapat dijalankan oleh masyarakat desa sebagai usaha yang menjanjikan.

    Masyarakat desa yang menekuni usaha pertanian satu ini dapat menjual hasil panennya ke masyarakat setempat bahkan ke luar wilayah desa. Tak hanya itu, rangkaian instalasinya juga dapat dijual ke orang-orang yang ingin memulai usaha hidroponik.

    3. Toko Sembako

    Sembako atau sembilan bahan pokok menjadi kebutuhan masyarakat yang tidak pernah habis permintaannya. Kehadiran toko sembako di daerah pedesaan dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat sekitar. Pemilik usaha juga akan meraup keuntungan yang besar.

    4. Warung Makan

    Di samping kebutuhan masyarakat akan pangan mentah seperti sembako dan sayur mayur, kebutuhan akan pangan matang seperti menu masakan jadi juga tinggi. Terlebih, bagi orang yang tak punya waktu memasak. Usaha warung makan menjadi peluang yang cocok dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

    5. Jasa Jahit

    Masyarakat baik desa maupun kota tentu membutuhkan pakaian. Maka dari itu, tenaga ahli jahit akan selalu dicari saat orang membutuhkan jasa jahit busana, baik untuk dipakai sehari-hari maupun pada acara khusus. Dengan memiliki keahlian jahit, usaha jasa satu ini akan sangat menguntungkan.

    6. Jasa Pangkas Rambut

    Pangkas rambut menjadi salah satu jasa yang paling banyak dicari dan dibutuhkan masyarakat. Apalagi di daerah pedesaan, barber shop mungkin akan jarang ditemukan. Keahlian memangkas rambut juga dapat dipelajari dengan cepat melalui pelatihan-pelatihan khusus, sehingga ke depannya dapat menjadi peluang untuk membuka usaha yang potensial di desa.

    7. Konter Pulsa

    Saat ini pulsa dan kuota internet menjadi kebutuhan sehar-hari masyarakat. Sehingga, permintaan akan pulsa dan kuota internet akan selalu tinggi. Hadirnya konter pulsa dapat memfasilitasi kebutuhan tersebut. Apalagi, usaha ini termasuk kategori usaha modal kecil.

    8. Penginapan

    Daerah pedesaan umumnya memiliki lingkungan yang asri dan cuaca yang sejuk, sehingga berpotensi menjadi destinasi wisata dengan daya tarik tersendiri bagi masyarakat kota. Guna mendukung industri pariwisata di pedesaan, masyarakat setempat dapat menyediakan penginapan seperti guest house bagi para wisatawan.

    9. Jasa Ojek

    Di wilayah pedesaan, tak sedikit daerah yang masih krisis transportasi umum, apalagi yang dapat menjangkau daerah-daerah tertentu yang sulit diakses. Maka dari itu, jasa ojek dapat ditawarkan di desa, untuk membantu wisatawan datang ke daerah tersebut atau bahkan membantu masyarakat setempat yang belum memiliki kendaraan sendiri.

    10. Aneka Tanaman Hias dan Bibitnya

    Di tengah lingkungan yang masih asri, jauh dari polusi, tanah yang masih subur dan dekat dengan sumber air menjadikan usaha menjual berbagai jenis tanaman hias beserta bibitnya menjadi peluang yang baik bagi masyarakat desa.

    Apalagi, saat ini tren bercocok tanam tengah meningkat di kalangan masyarakat kota. Sehingga, aneka tanaman hias beserta bibitnya dapat dijual kepada wisatawan dari kota yang berkunjung ke desa.

    Demikian beberapa peluang usaha konvensional yang dapat diterapkan di daerah pedesaan. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk berjelajah dan berinovasi, dalam rangka meningkatkan perekonomian desa.

    Semakin Lengkap, Bank Digital Jenius Mudahkan Pengguna Bayar Zakat dan Sedekah Online

    Laju ambisi salah satu pionir bank digital tanah air, Jenius, dalam memperkaya solusi finansial bagi masyarakat digital savvy di Indonesia kian pesat. Di momen Ramadan tahun 2022, platform bank digital yang terlahir dari Bank BTPN ini dapat pula dimanfaatkan untuk keperluan pembayaran zakat, sedekah, dan infak. Dengan adanya fitur ini, melengkapi ibadah Anda di bulan Ramadan semakin mudah. Seperti apa?

    Ramadan merupakan bulan yang identik dengan kegiatan sosial, seperti berbagi, dan juga sedekah kepada yang membutuhkan. Jenius menyediakan berbagai layanan yang memudahkan nasabahnya untuk bersedekah. Dalam laman keterangannya, fitur Send It sudah dilengkapi dengan layanan untuk pembayaran Zakat & Lainnya.

    Sejatinya Jenius berhasil menyediakan layanan pembayaran zakat yang lengkap. Di momen menjelang Idul Fitri, zakat fitrah merupakan jenis zakat yang wajib dibayarkan oleh setiap muslim, sebelum ibadah shalat Idul Fitri dilakukan. Buat Anda yang mungkin tak sempat untuk membayar zakat secara konvensional, Jenius menyediakan layanan zakat digital secara prima dan optimal yang dapat dilakukan dengan mudah langsung dari aplikasi Jenius.

    Selain mudah diakses, layanan pembayaran tersebut juga dapat memudahkan pelanggan untuk mengatur jumlah zakat dan nama-nama pemberi zakat, hingga dapat diatur untuk nama anggota satu keluarga, sehingga pengaturan nama pemberi zakat tak perlu dilakukan secara berulang. Oh ya, dan menariknya lagi, di dalam aplikasi Jenius juga terdapat panduan lafal niat untuk membayar zakat.

    Anda pun tak perlu khawatir akan kredibilitas lembaga penerima zakat dan sedekah yang tersedia di aplikasi Jenius. Kembali dari laman website resminya dijabarkan, lembaga ternama seperti BAZNAS, Dompet Dhuafa, hingga Rumah Zakat telah dinyatakan sebagai lembaga resmi yang akan menerima dan mengelola dana zakat dari pengguna Jenius, untuk diteruskan kepada penerima zakat.

    Seperti yang disampaikan di awal, Jenius juga menyediakan kebutuhan sedekah dan infak online yang juga sama mudahnya seperti Anda melakukan pembayaran zakat. Melalui menu dan fitur yang sama, pengguna cukup memilih lembaga amil yang ingin dituju dari berbagai opsi yang tersedia. Sangat cepat dan mudah.

    Nah, tertarik untuk menunaikan ibadah zakat, sedekah, dan infak online langsung dari Jenius? Ada program menarik di bulan Ramadan yang kian menambah berkah ibadah zakat Anda. Sepanjang bulan Ramadan, Jenius menawarkan program “Double Donation” yang berkolaborasi dengan 2 lembaga, yakni Dompet Dhuafa & Rumah Yatim. Sesuai namanya, program ini memungkinkan Anda untuk melipatgandakan nilai donasi dengan cara yang mudah. Sebagai contoh, semisal Anda berdonasi Rp 30 ribu, nantinya yang disalurkan ke lembaga pilihan Anda adalah kelipatannya, yaitu Rp 60 ribu.

    Menarik bukan? Tertarik untuk langsung bersedekah online? Silakan kunjungi halaman resmi Jenius dengan Dompet Dhuafa dan Rumah Yatim berikut ini untuk informasi selengkapnya.

    Advertorial ini didukung oleh Jenius.

    iPrice Bantu UMKM Asia Tenggara Go Online melalui Program iPrice Sellers Club

    Sejak pandemi Covid-19 melanda, jumlah masyarakat Asia Tenggara yang memulai usaha online ternilai cukup banyak, terutama di Indonesia. Terlebih lagi, banyak pula pelaku usaha yang mulai merambah pasar online dari yang sebelumnya hanya fokus pada penjualan offline agar usaha mereka tetap bertahan.

    Terkait fenomena tersebut, David Chmelar, Co-Founder & Executive Vice Chairman iPrice juga menyampaikan bahwa sejak saat itu, e-commerce di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup cepat.

    “Perkembangan platform e-commerce selama 7 sampai 10 tahun terakhir ini cukup cepat. Namun, saat pandemi Covid, perkembangannya menjadi sangat cepat. Satu hal yang selalu terlintas di pikiran saya adalah adanya jutaan seller di ekosistem e-commerce Indonesia yang merasa bersyukur dengan kehadiran platform digital,” ujar David.

    Pernyataan tersebut juga didukung sebuah studi yang diadakan oleh Google, Temasek, dan Bain and Company dimana pada studi tersebut menunjukkan 1 dari 3 merchant percaya bahwa tanpa adanya platform digital, usaha mereka tidak akan bertahan di tengah lockdown pandemi Covid-19. Kemudian, masih dari studi yang sama, 4 dari 5 merchant memperkirakan bahwa sebagian besar penjualan mereka di masa depan akan dihasilkan dari platform online.

    Sayangnya, meskipun digitalisasi sangat membantu para pengusaha, go digital adalah langkah yang cukup sulit dan mahal terutama bagi para pelaku usaha mikro dan menengah. Hal itu didasari karena mayoritas dari online seller tersebut umumnya bukan merupakan seorang digital expert dan masih perlu banyak belajar untuk bisa membawa usahanya sukses merambah pasar online.

    David menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat menjadi halangan dan ditakuti pelaku usaha yang ingin go digital. Pertama, kompetisi di platformplatform penjualan digital dan marketplaces kini semakin ketat. Kedua, biaya dan struktur komisi semakin meningkat. Ketiga, meskipun penjual tidak dikenakan biaya apapun saat masuk ke dalam marketplace, tapi setelahnya banyak biaya yang perlu dikeluarkan seperti biaya untuk beriklan.

    Selain hal-hal tersebut, banyak pula seller yang tidak tahu cara set up toko online mereka, bahkan tidak tahu harus mulai dari mana. Atas dasar kekhawatiran tersebut, iPrice kini menghadirkan program iPrice Sellers Club.

    iPrice Sellers Club

    iPrice Sellers Club merupakan sebuah program khusus untuk para pelaku usaha online dari iPrice yang dihadirkan dengan misi utama mengurangi biaya pemasaran digital mereka. 

    Program ini juga diluncurkan sebagai solusi untuk seller dengan tiga kondisi, antara lain seller yang telah tergabung di marketplaces, seller yang memiliki toko online mereka sendiri, dan seller yang belum tergabung di marketplaces dan tidak memiliki toko online tapi mereka ingin mulai untuk go online.

    Untuk seller yang telah masuk ke dalam marketplace, seringkali kendala yang terjadi adalah kesulitan untuk mendapatkan visibilitas, meningkatkan traffic, dan membangun reputasi, sehingga terkadang mereka membuat review palsu agar dapat dipercaya oleh pelanggan. Dalam mengatasi hal tersebut, iPrice dapat membantu menampilkan toko dan katalog mereka dari marketplace ke situs iPrice agar dapat dilihat oleh lebih banyak calon pelanggan. Kemudian, saat pelanggan tertarik untuk membeli suatu produk dari seller tersebut, pelanggan akan langsung dialihkan ke marketplace tempat seller memasang produk tersebut.

    Selanjutnya, bagi mereka yang memiliki toko online mereka sendiri, David melihat permasalahannya terdapat pada hal- hal teknis dimana seller harus bisa melakukan set up toko online mereka sendiri, seperti payment gateway dan ads. Namun, seringkali seller tidak memiliki waktu dan cukup pengetahuan untuk mengoptimasi hal-hal teknis tersebut, terutama ads. Iklan merupakan hal yang sangat penting karena sebagai sarana pemberitahuan kepada pelanggan akan keberadaan suatu toko online. Dibandingkan harus menggunakan Facebook atau Google Ads yang cenderung mahal, seller dapat bergabung ke iPrice Sellers Club. Dengan program tersebut, iPrice dapat membantu mengarahkan pelanggan dari situs iPrice ke online store para sellers secara gratis sehingga traffic meningkat dan toko online mereka dapat dikenal banyak pelanggan.

    Terakhir, iPrice Sellers Club juga hadir untuk para pelaku usaha yang belum aktif secara online dan bingung memulainya dari mana. Pelaku usaha yang belum tergabung di marketplace manapun dan belum memiliki online store mereka sendiri dapat memasang produk mereka di situs iPrice yang mana kemudian pelanggan juga bisa melakukan checkout di sana. iPrice akan membantu para pelaku usaha tersebut dalam berintegrasi, mulai dari persiapan detail produk sampai persyaratan dasar penjualan, hingga mereka siap berjualan di situs iPrice.

    “Jadi, bagaimanapun kondisi seller, kami memiliki solusi untuk bisa menjadi partner dalam membangun kehadiran mereka di platform digital melalui iPrice Sellers Club,” kata David.

    iPrice Sellers Club sebagai partner UMKM untuk go online memberikan banyak sekali keuntungan bagi para pelaku usaha yang bergabung. Selain gratis dan tidak memungut komisi, cara mendaftar untuk berpartisipasi dalam iPrice Sellers Club juga cukup mudah. Seller dapat langsung menghubungi iPrice melalui email ke sellers@ipricegroup.com.

    Kemudian, iPrice memiliki layanan perbandingan harga yang membantu pelanggan menemukan harga terbaik untuk produk yang mereka cari di internet. Layanan ini tentu sangat menguntungkan bagi seller yang menjual produk-produk dengan harga terjangkau.

    Lalu, iPrice juga memiliki pengguna tahunan sebanyak 130 juta pengguna. Sehingga, para pelaku usaha yang tergabung dalam iPrice Sellers Club memiliki kemungkinan lebih besar untuk bisa dijangkau oleh lebih banyak pelanggan.

    Melalui program tersebut, diharapkan iPrice dapat membantu banyak UMKM, terutama di Indonesia, dalam menurunkan biaya pemasaran dan mencapai profitabilitas.

    leverage ratio

    Leverage Ratio: Jenis, Rumus, Contoh, dan Risikonya

    Ternyata dalam dunia keuangan dan investasi ada banyak istilah yang wajib kamu ketahui, terutama bagi kamu yang sedang merintis usaha. Salah satu istilah yang mungkin masih asing di telinga adalah leverage ratio.

    Sebenarnya apa itu leverage ratio dan fungsinya dalam keuangan? Yuk, simak ringkasan dan penjelasannya sekarang juga!

    Apa itu leverage ratio?

    Leverage ratio adalah salah satu rasio dalam akuntansi atau keuangan, biasanya rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atau industri dalam hal kewajiban untuk melunaskan utangnya, baik utang jangka panjang atau jangka pendek.

    Sehingga, sering juga dikaitkan dengan utang atau juga pinjaman.

    Menurut Fabozzi & Drake (2009), leverage ratio adalah jenis rasio keuangan untuk menilai seberapa besar risiko keuangan yang telah diambil oleh perusahaan.

    Secara umum, leverage ratio adalah representasi atau nilai utang suatu perusahaan atau bisnis yang berjalan.

    Tidak hanya menampilkan tingkat utang, leverage ratio juga bisa memperlihatkan jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi biasanya memiliki jumlah aset kreditur lebih banyak dibandingkan jumlah asetnya. 

    Penempatan leverage ratio dalam sebuah bisnis adalah hal yang penting, karena dengan adanya leverage ratio, investor bisa melihat dan memahami struktur modal yang akan mereka investasikan.

    Fungsi leverage ratio

    Selain berguna untuk investor untuk memahami struktur modal perusahaan, leverage ratio juga memiliki fungsi lainnya, dikutip dari berbagai sumber berikut:

    1. Leverage ratio akan berfungsi untuk menilai kemampuan keuangan suatu perusahaan dalam jangka waktu panjang atau pendek. Leverage ratio bisa berguna untuk melihat elemen yang berasal dari utang atau pinjaman.
    2. Tidak hanya melihat utang dan pinjaman seperti yang disebutkan di atas, leverage ratio juga bisa digunakan untuk melihat pergerakan modal yang digunakan sebuah perusahaan.
    3. Dengan bisa melakukan tracking modal, utang, dna pinjaman, leverage ratio mampu memberikan analisis terkait keuangan perusahaan untuk melunasi utang.
    4. Dalam keuangan perusahaan, leverage ratio berguna sebagai bahan evaluasi performa keuangan yang nantinya bisa dijadikan patokan investor untuk melakukan pendanaan atau memutusnya.
    5. Selain investor, leverage ratio juga bisa dijadikan acuan oleh kreditur untuk mempertimbangkan dalam hal pemberian keputusan terkait pinjaman yang biasanya diajukan oleh perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya.
    6. Leverage ratio juga bisa menjadi alat ukur seberapa banyak modal yang bisa dijadikan jaminan dalam pelunasan utang.
    7. Yang terakhir dengan adanya leverage ratio juga perusahaan bisa mengetahui tangal jatuh tempo pekusana utang.

    Jenis-jenis leverage ratio

    Leverage ratio memiliki empat jenis yang berbeda, yaitu:

    1. Debt to EBITDA ratio

    Mungkin kamu sudah mengetahui apa itu EBITDA yaitu singkatan dari Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, dan Amortization yang merupakan sebuah ukuran atau metrik kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan dan digunakan sebagai alternatif untuk laba bersih dalam beberapa situasi keuangan.

    Rasio ini akan digunakan untuk mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam melunasi utangnya atau menentukan apakah perusahaan memiliki risiko gagal untuk membayar utang.

    Dalam jenis rasio ini apabila hasilnya lebih dari angka 3, maka bisa dipastikan risiko dalam membayar utang cukup tinggi. Sehingga, perusahaan pasti memiliki kewajiban membayar utang yang cukup besar.

    Rumus Debt to EBITDA ratio adalah sebagai berikut:

    Debt to EBITDA = Total utang : total EBITDA

    2. Debt to equity ratio

    Jenis yang kedua adalah debt to equity ratio atau biasa disingkat (DER) yang merupakan rasioo utang terhadap ekuitas. Apa maksudnya rasio utang terhadap ekuitas?

    Rasio keuangan yang proporsinya relatif antara utang dan ekuitas dalam perusahaan untuk membayar aset yang digunakan.

    Rumus debt to equity ratio:

    Debt to equity ratio = Total utang : total ekuitas

    3. Debt to assets ratio

    Seperti namanya, jenis ini adalah rasio yang sering digunakan untuk melihat performa perusahaan dalam mengelola utang agar bisa membayar aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

    Rumus debt to assets ratio adalah:

    Debt to assets ratio = Total utang : total aset.

    4. Debt to capital ratio

    Jenis yang terakhir adalah rasio utang terhadap modal atau debt to capital ratio yang berfokus pada utang sebagai komponen basis dari total perusahaan. Apabila sebuah perusahaan memiliki nilai debt to capital ratio yang tinggi maka risiko gagal membayar utang juga akan tinggi dan tentunya akan berdampak pada keuangan operasional perusahaan.

    Rumus debt to capital ratio:

    Debt to capital ratio = Total uang saat ini : (total utang + total ekuitas)

    Contoh menghitung leverage ratio

    Untuk memahami penghitungan leverage ratio sebuah perusahaan, kamu bisa melihat contohnya sebagai berikut:

    Perusahaan U memiliki total hutan Rp10 juta, total equity senilai Rp20 juta, total aset Rp15 juta, dan laba kotornya atau EBITDA perusahaan adalah Rp25 juta. Untuk menghitung Perusahaan U adalah:

    Debt to assets ratio = Rp10 juta : Rp15 juta = 0,66. Artinya 0,66 atau 66% aset menjadi jaminan utang.

    Debt to equity ratio = Rp10 juta : Rp20 juta = 0,5 atau 50%. 50% dari modal perusahaan menjadi jaminan utang.

    Debt to capital ratio = Rp10 juta : (Rp20 juta + Rp10 juta) = 0,333

    Debt to EBITDA = Rp10 juta : Rp25 juta = 0,4.

    Risiko leverage ratio

    Selain memiliki manfaat atau fungsi, leverage ratio juga memiliki risiko yang cukup riskan bagi perusahaan. Ada dua risiko yang perlu diperhatikan:

    1. Semakin tinggi utang, akan semakin sulit untuk mendapat keuntungan

    Dengan adanya leverage ratio, maka tingkat utang juga akan semakin tinggi. Sehingga bisa membuat perusahaan kesulitan untuk mendapat keuntungan. Langkah yang tepat untuk menghindari hal ini adalah dengan menghitung secara detail dan cermat, kemudian disesuaikan dengan keperluan perusahaan.

    2. Beban psikologis perusahaan semakin tinggi

    Memiliki utang membuat perusahaan wajib melunasinya dan ini bisa menjadi beban psikologis apalagi jika memiliki utang yang cukup tinggi. Maka dari itu dalam mengembangkan perusahaan sebisa mungkin untuk menekan biaya yang dikeluarkan dan menghindari pinjaman.

    Nah, itu tadi ringkasan dari leverage ratio yang dimulai dari definisi, fungsi, jenis, hingga risiko yang akan diterima oleh perusahaan. Jadi, pertimbangkan baik-baik apakah perusahaan kamu akan menggunakannya atau tidak.

    ***

    John Riady is CEO of PT Lippo Karawaci Tbk. He is also Director of the Lippo Group and holds a number positions within the Lippo Group of Companies.

    Lippo Group’s John Riady Takes on the Conglomerate Investment in the Technology Landscape

    This article is a part of DailySocial’s Mastermind Series, featuring innovators and leaders in Indonesia’s tech industry sharing their stories and point of view.

    Based on a journal entitled, “The Conglomerate Corporation” published on the digital library JSTOR, Conglomerate is defined as a business corporation producing products or services of several industries that are unrelated with respect to raw material sources, product development, production technology, or marketing channels.

    Lippo Group is one of Indonesia’s largest and most diversified conglomerates. Dr. Mochtar Riady, Founder of the Lippo Group, transformed a small family business as a proprietor of a bicycle shop into one of Asia’s leading conglomerates with an ever-expanding global footprint. It is now a strategic and active investment holding company with investments in property, malls, hospitals, school and university, supermarket and department stores, hotels, food retailing, banking, media, broadband internet, and digital technology.

    John Riady, the group’s successor, is currently leading the business as the Director of Lippo Group. He holds a number of positions within the group’s subsidiaries. Apart from being a licensed attorney in the State of New York, he also holds degrees from several top global universities in business and political majors.

    Under John’s leadership, the Lippo Group is passionate about developing the digital economy, including transforming the group as a whole. In that case, Lippo Group made PT Multipolar Tbk. (MLPT) as the investment arm in the digital sector, considering that at least 40 technology companies have been backed by this fund.

    However, John Riady does not necessarily let go of the conventional business tentacles that are the foundation of the Lippo Group. One of the four digital business strategies that John pioneered is to marry digital business entities with the Lippo Group ecosystem to strengthen the business in a sustainable manner.
    DailySocial had an amazing opportunity to be able to virtually discuss the phenomenon of Indonesian conglomerate’s investment in the tech scene and translated it into below paragraphs.

    Lippo Group is considered as one of Asia’s largest and most diversified conglomerates. With various business sectors under its auspices, why deciding to focus on the technology landscape?

    Let’s begin with some background story. Lippo Group has started to invest in the technology sector since 2013. Eight years ago, our ex-Google friend introduced us to several unfamiliar names of early-stage companies, which today have become the leader in its respective industries. Back then, these companies have made an effective use of Google Ads, have good traction, and are rapidly growing.

    Since then, we’ve started to invest in this type of business, including OVO, RuangGuru, Fave, Carro, TADA and others. We called them the first generation startups, including Grab, we were already part of them long before the company finally went public on NYSE.

    Fast forward seven years later, all of these early-stage companies have become giant techs. In our early investment, the total valuation of all the startups in Indonesia should add up to 1 trillion Rupiah. To date, with all the funding and growth, Indonesia’s tech scene has multiply a dozen times at around $60 billion or almost a thousand trillion Rupiah. It is all happen within less than 10 years.

    We believe this is just the beginning of this sector. The number can still multiply. As we see from China’s exchange, there are around 25% tech companies already listed. Indonesia, on the other side, is only at 1% or 2%. There is still room to grow.

    In terms of Lippo, this is an industry where we should penetrate and explore further. Therefore, we came up with four strategies to keep up with the emerging market, which are early-stage investment, late stage, partnership, and collaborations.

    First, we invest in early-stage companies. We focused on investing in digital companies from the start. That way, we can learn together with the founders.
    Second, late-stage strategy, we invest in digital companies with pre-IPO (Intial Public Offering) status. Because after all, digital companies that have reached this phase have managed to survive, and subdue the dominance of hundreds of similar companies.

    Third, we also partner with investors and global tech players. Especially the companies that have plans to expand to Indonesia. China’s biggest insurance company, Ping An, for example. We became local partners and created joint ventures. It is a similar case with Luno, US-based crypto exchange, we support their expansion to the country.

    Finally, collaboration with other great tech companies to open new opportunities and value creation for our business. In addition, we’re undergoing digital transformation within our organisation, all three pillars would have positive impact on our development.

    With various business sectors under Lippo Group’s auspices, and you holds a number positions within the group’s subsidiaries. How can you manage?

    This is more likely about organization. Here’s an outline, we divided Lippo Group’s business into two. First, is Core Operations, where we have become the market leader. We have extensive knowledge and keep tabs on the operational excellence. Especially around medical and property business like malls, hotels, and hospital.

    The other tribe is more like a strategic investment. The mindset that goes operational is important, but we need to get strategic. This space is for investment and partnership with founders, creating joint venture with overseas partners. Therefore, at the right time we are also ready to make asset divestment. We need to keep the cycle going in order to make our portfolio optimal and futuristic.

    I, personally, am doing day-to-day work as the CEO of the first tribe, also being the Commissioner for several companies under its auspices. Unlike the operational-base job, the second tribe is more strategic.

    But at the end of the day, it is people that determine our success.  We aspire to be a talent-driven organization, and I am grateful for my colleagues and all the people who dedicate their lives each day to ensuring that we achieve our objectives and serve our customers well.

    Have you ever encountered any challenges along the journey?

    Our businesses are human-centered. We managed lots of companies in various sectors and different maturity stages. It takes a big effort to make this work. The only way to make sure this run well is investing bigger in the human capital management. This is frankly become the key of success for any organization. We often called as a talent-first organisation since we’re getting deep-serious about talent issues.

    Take a hospital for example, with all the doctors and nurses. The same goes to property and hospitality business. Without people to design a well-being community and marketing, it is just an empty lot. These talents are building a better infrastructure. That is the key to a great organization.

    Previously you’ve mentioned about Lippo Group’s first and second tribes? How can you explain the linkages between the two tribes?

    There are some differences but there is also a connecting line. It is tricky, with companies in different maturity stages. There are opportunities and risks. The management would be different. At the early stage, the company’s growth might be hindered with too many regulations. However, as it started to grow, it requires good governance to maintain the company’s growth.

    The thing is, all these companies are all providing solution to certain problems. Ultimately, these organizations are also generating profit by answering the challenges or issues of its consumers. The key is to stay true to the purpose. What will become the function and benefit for the environment and community around.

    In terms of investment, Lippo Group has Multipolar and Venturra, can you elaborate on the positioning of each entity? How far the Lippo Group’s involvement to the portfolio companies?

    Venturra is a part of Multipolar that focus on investment to the early stage business. Multipolar is more likely the holdings of all the Lippo Group’s investment.

    In terms of involvement, it’s different for each portfolio. There are companies where we are deeply involved due to ownership portion or the company’s preferences. We may be act as Venture Builder with portfolios, such as OVO. However, there are companies where we only need to maintain and observe since they already an independent entity.

    In a way, we believe in the open ecosystem principal. In order for a tech company to outgrow itself, it has to be open for collaboration. What Lippo Group does to its portfolio is all the way supporting, we’ll help with networking and positioning in the market.

    What is your perspective about impact investment?

    We did not distinguish impact with non-impact. I believe that every investment have to be impact investment. The key is to merge the purpose of our core organization and the profit. There used to be a dichotomy, an organization can make money in any way possible, and part of the profit will be shared for CSR, it could be related to business or not at all. Today, we are challenged to connect the two dots, purpose and profit. I think that is the tea, what is important is to stay committed to the core purpose.

    I believe a successful company is a company that can make an impact in the life of community and environment. There is no such business without an impact. All investments should be impact investment.

    As we already discovered that Lippo Group has been involved in various sectors in the digital landscape. What is your projection on the continuity of this industry for the next 5 years? What could possibly be the next rising sector? And how would you position the company in this scene?

    There is still a huge opportunity lies ahead. Lippo as a Group will always look for the good founder with the full grasp of the industry, a good investment deal, and potential exit. For the next rising industry, from the early disruption is media company, then it goes to online shopping (e-commerce). Previously, we had ride-hailing in transportation, also in the health sector. I believe all of these sectors will reach the transformation and it is a positive thing. We need to support and optimize the potential.

    Have you ever long for any other interest beyond the family business?

    In business, I think people would be more likely to focus. We are still growing in the health business or property business, however, we need to maintain not only the growth but also the operational excellence. Growth can be many things. We expect to optimize growth in each of our companies and portfolios. The way to make it happen is to invest and collaborate with all the great men. According to our business concept, stewardship, we aspire to be a good stewards of what has been entrusted to us.

    Pendanaan Seri A Saturdays D2C

    Saturdays Umumkan Pendanaan Seri A, Dipimpin oleh Altara Ventures

    Startup direct-to-consumer (DTC) Saturdays mengumumkan pendanaan seri A dengan nilai investasi yang dirahasiakan. Pendanaan ini dipimpin oleh Altara Ventures dengan sejumlah partisipasi dari DSG Consumer Partners dan afiliasi lainnya.

    Terakhir kali Saturdays menutup pendanaan tahap awal (seed) dari Alpha JWC Ventures, Kinesys Group, dan Alto Partners pada 2020, tetapi baru diumumkan pada Februari 2021.

    Co-Founder Saturdays Andrew Kandolha mengatakan, pendanaan tersebut akan mempercepat ekspansinya ke seluruh Indonesia dan memperkuat pengalaman omnichannel berbasis teknologi.

    “Dengan posisinya sebagai merek DTC, penting untuk memberikan kepuasan pelanggan pada pertemuan pertama. Maka itu, pendekatan omnichannel berbasis teknologi yang kami miliki punya peran penting untuk memudahkan pelanggan berbelanja dengan pengalaman lebih menyenangkan, baik lewat website, aplikasi, SMS, layanan uji coba di rumah, hingga di toko fisik,” ujar Andrew.

    Partner dan CMO Altara Ventures Huiting Koh menambahkan, solusi hibrida dengan menggabungkan jaringan toko fisik dan layanan uji coba di rumah menjadi daya tarik Saturdays dalam memperluas jangkauan dengan konsep lifestyle.

    Sebagai informasi, Saturdays didirikan oleh Rama Suparta dan Andrew Kandolha di 2016. Saturdays menawarkan produk lifestyle dengan eyewear sebagai bisnis utamanya. Saturdays memproduksi sendiri material lensa dan frame, mulai dari desain, manufaktur, hingga pengiriman langsung ke konsumen.

    Layanan omnichannel Saturdays

    Saturdays berupaya menjawab salah satu isu penting terkait penanganan gangguan penglihatan di Indonesia. Perusahaan mencatat, hanya sepertiga dari penduduk di Indonesia yang mampu mengakses atau membeli kacamata dengan resep maupun layanan perawatan penglihatan.

    Di samping itu, masih banyak masyarakat yang memilih membeli produk kacamata bermerek yang dirancang untuk western face, atau sekadar membeli kacamata tiruan dengan kualitas kurang baik.

    World Health Organization (WHO) mengungkap bahwa kacamata dapat meningkatkan produktivitas sebesar 30% dan pendapatan keseluruhan sebesar 20% di berbagai negara berkembang.

    Untuk menghadirkan pengalaman omnichannel, Saturdays mengadopsi model online-to-offline (O2O) melalui website dan toko retail. Toko flagship pertamanya berada di Lotte Shopping Avenue, Jakarta, yang terintegrasi dengan gerai kopi untuk memberi sentuhan lifestyle. Total toko Saturdays saat ini telah mencapai 15 gerai.

    Saturdays juga merilis aplikasi “Saturdays Lifestyle” pada awal 2021 sebagai strategi untuk membentuk perilaku baru dalam berbelanja kacamata melalui platform digital. Aplikasi ini memungkinkan konsumen untuk melakukan uji coba produk langsung dari rumah (Home Try-On).

    Saturdays mengklaim sebagai pelopor layanan ini karena ditangani oleh ahli optik berlisensi dengan menghadirkan lebih dari 100 frame bersama dengan peralatan pengujian mata yang nyaman untuk dilakukan di rumah.

    “Kami ingin menghadirkan visi baru lewat pendekatan omnichannel sehingga dapat memberikan solusi bagi siapa pun dengan menyediakan kacamata bagi jutaan masyarakat,” tambah Co-founder Saturdays Rama Suparta.

    D2C di Asia Tenggara

    Dalam tulisannya, eks Venture Analyst Intern di Plug and Play APAC Kartik Jain mengungkap sejumlah faktor penting untuk melihat kesiapan pasar Asia Tenggara menyambut D2C. Memang pasar D2C berkembang signifikan, utamanya dipicu oleh pandemi Covid-19.

    Pada dasarnya, pelaku D2C  harus dapat mengendalikan rantai pasokan secara penuh baik dari aspek desain, manufaktur, pemasaran hingga distribusi.

    Namun, sebelum itu, pelaku D2C juga perlu memerhatikan faktor-faktor makro lain yang dapat memberikan peran signifikan terhadap kesuksesan D2C, seperti penetrasi internet dan pembayaran berbasis elektronik dan digital.

    Jain juga menyoroti tentang metrik Customer Lifetime Value (CLV) dan Customer Acquisition Cost (CAC) yang sama-sama punya posisi penting pada model D2C. Menurutnya, model D2C harus memiliki retensi yang tinggi untuk membuat nilai ekonomi lebih layak. Hanya saja, untuk mencapainya, pelaku D2C perlu mengeluarkan biaya lebih banyak pada pemasaran yang pada akhirnya harus menaikkan CAC.

    Dalam konteks pasar Indonesia, e-Conomy SEA Report mencatat ada sebanyak 21 juta pengguna digital baru sejak awal pandemi hingga pertengahan 2021, di mana 72% di antaranya berasal dari kota non-metropolitan. Adapun, GMV e-commerce Indonesia diperkirakan tumbuh 52% mencapai $53 miliar di 2021 dan diproyeksi sebesar $104 miliar di 2025.

    Application Information Will Show Up Here
    E-commerce Indonesia 2022

    Potensi Layanan E-commerce Dukung Pemulihan Ekonomi di Indonesia

    Di Indonesia tercatat internet ekonomi tumbuh dari $40 miliar di 2019 menjadi $44 miliar di tahun 2020. Dari nilai tersebut sekitar 73% atau $32 miliar berasal dari sektor e-commerce. Pandemi telah mengubah kebiasaan dan gaya hidup sebagian besar masyarakat dalam hal opsi pembelian kebutuhan sehari-hari hingga pembayaran digital.

    Seperti apa potensi dan lanskap sektor e-commerce di Indonesia ke depannya? Co-Founder & CEO Intrepid Indonesia Sean Lawlor membagikan beberapa informasi menarik yang bisa dicermati.

    Pertumbuhan layanan e-commerce saat pandemi

    Sebagai platform yang mendukung keberhasilan brand melancarkan kegiatan pemasaran media sosial dan marketplace, Intrepid mencatat selama pandemi jumlah masyarakat Indonesia yang memanfaatkan layanan e-commerce untuk melakukan pembelian semakin meningkat hingga 110%. Konsumen juga lebih banyak menghabiskan waktu mereka melakukan eksplorasi di berbagai layanan e-commerce, terutama pada awal pandemi tahun 2020 lalu.

    Jika sebelum pandemi mereka hanya menghabiskan waktu sekitar 3 jam saja, saat pandemi bisa 4 jam lebih menghabiskan waktu secara online. Dan tercatat saat ini ketika aturan sudah mulai longgar dan rutinitas offline kembali berjalan, waktu mereka untuk menjelajahi internet tidak menurun jumlahnya.

    “Meningkatnya penggunaan online di kalangan masyarakat Indonesia saat pandemi memungkinkan ekonomi kemudian tumbuh, meskipun sektor travel mengalami penurunan yang sangat masif,” kata Sean.

    Produk seperti kebutuhan harian, produk kesehatan, produk rumah dan lifestyle, hingga hobi, menjadi pilihan sebagian besar masyarakat Indonesia saat pandemi. Saat pandemi kebanyakan dari mereka menghabiskan waktu di rumah dan memilih untuk belanja secara online.

    Untuk pembayaran pilihan seperti mobile banking juga makin banyak penggunaannya. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi perbankan untuk meluncurkan layanan digital yang memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi dan kebutuhan lainnya secara online.

    Layanan yang diluncurkan oleh BCA Digital Blu hingga bank BRI melalui BRImo, menjadi solusi terbaik dan tepat untuk saat ini. Di sisi lain SMS banking juga mendapatkan momentum saat pandemi yang terus mengalami peningkatan.

    Potensi quick commerce dan social commerce

    Hal menarik yang juga dicermati oleh Intrepid selama dua tahun terakhir adalah makin banyaknya pertumbuhan quick commerce, social commerce, dan kegiatan belanja memanfaatkan live streaming. Salah satu alasan mengapa tiga kategori tersebut makin banyak dilirik, karena konsumen ingin mencari lebih banyak pengalaman yang menarik saat berbelanja, dan juga kecepatan serta efisiensi saat pengiriman barang.

    “Saat ini kita juga melihat makin banyak ketergantungan konsumen untuk pembelian melalui layanan e-commerce, terutama untuk pengiriman makanan dan groceries, yang membuat pertumbuhan kompetisi online groceries. Layanan yang ditawarkan oleh Astro dan Segari serta layanan e-commerce besar yang fokus kepada groceries seperti TokopediaNow dan Shopee Segar, saat ini makin banyak dipilih oleh konsumen,” kata Sean.

    Selain kebutuhan harian, kebiasaan belanja konsumen di Indonesia juga mulai bergeser kepada produk tertentu. Mulai dari produk kesehatan dan produk anti-covid seperti vitamin, masker, dan sanitiser. Kategori lainnya yang juga dicermati oleh Intrepid adalah, bahan makanan, mainan anak, produk untuk hobi seperti sepeda, perlengkapan rumah dan produk pendukung bekerja, air purfier, televisi dan speaker juga masuk dalam kategori yang banyak dipilih saat ini.

    Khusus untuk social commerce meskipun saat ini masih diminati untuk beberapa produk saja, namun jika dilihat dari jumlah pengguna media sosial pada tahun 2021 di indonesia sudah mencapai sekitar 62%. Jumlah tersebut meningkat sekitar 23% dibandingkan sebelum pandemi. Membuktikan bahwa semakin banyak dari mereka yang memanfaatkan media sosial bukan sekedar untuk sosialisasi saja, namun juga potensi untuk melakukan pembelian. Platform yang banyak dipilih saat ini adalah TikTok Shop dan Instagram Shop.

    “Saat ini ketika generasi muda seperti Gen Z sudah mulai memasuki dunia kerja dan mendapatkan penghasilan, pastinya opsi untuk berbelanja memanfaatkan media sosial menjadi pilihan utama mereka,” kata Sean.

    Ditambahkan olehnya, social commerce tentunya akan terus mengalami pertumbuhan pasar namun masih butuh banyak waktu untuk bisa terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Salah satu alasannya adalah saat ini masih dalam fase pertama penetrasi yang lebih kepada pasar C2C (consumer to consumer). Akibatnya lebih sedikit brand yang terlibat. Pola ini diprediksi serupa dengan live streaming shopping di layanan e-commerce, ketika penjualan lebih banyak didapatkan dari C2C.