3 Sikap Founder Startup Penyebab Pekerja Mengundurkan Diri

Seiring berjalannya waktu, Anda selaku founder seringkali melupakan definisi sesungguhnya dari kepemimpianan dan hal konkret apa yang seharusnya dilakukan seorang founder untuk membantu pekerja Anda tumbuh menjadi pribadi dengan versi terbaik dari yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Banyak definisi mengenai kepemimpinan yang diucapkan oleh beberapa pelaku usaha startup. Namun, yang paling ‘mengena’ adalah definisi dari pakar komunikasi Matthew Adams. Dia bilang, “Kepemimpinan adalah kerendahan hati untuk menempatkan pekerja Anda di posisi pertama, karena ini yang akan membuat perusahaan dapat tumbuh.”

Ucapan Adams ini, menunjukkan Anda harus mengesampingkan rasa bias yang timbul dari dalam diri dengan menempatkan perhatian penuh pada pekerja untuk membantu perusahaan bertumbuh. Anda bisa melihat bagaimana kepemimpinan itu mempengaruhi tiga hal yang berbeda, namun saling terkait satu sama lain: pemimpin, pekerja, dan bisnis.

Apakah Anda pernah mengecewakan pekerja Anda karena sudah menghabiskan waktu mereka dengan sia-sia? Sayangnya jawabannya adalah ya. Founder seringkali tidak selalu mempertimbangkan seperti apa sebenarnya kepemimpinan.

Kepemimpinan itu bukan memberi tahu pekerja apa yang harus mereka lakukan demi membuat perasaan Anda jadi lebih baik atau membantu Anda capai tujuan tertentu. Melainkan, mengesampingkan rasa egois dan menempatkan pekerja di posisi yang tepat sehingga mereka dapat membantu perusahaan tumbuh, sekaligus tumbuh secara personal.

Artikel ini akan membahas tiga hal yang harus Anda hindari selaku founder karena dapat menyebabkan pekerja resign dari perusahaan. Berikut rangkumannya:

1. Anda tidak cukup transparan

Dalam rangka memaksimalkan kinerja karyawan, Anda harus menyelaraskan tujuan pekerjaan individu untuk tujuan lebih besar dari perusahaan. Hal ini memastikan pekerja untuk tetap termotivasi dengan cara positif yang dapat mendorong bisnis. Akan tetapi, sayangnya banyak perusahaan yang tidak begitu transparan dalam membuka “the company’s bigger picture.”

Menurut survei yang dilakukan Gallup, lebih dari 3 ribu pekerja dari berbagai perusahaan hanya 41% diantaranya yang mengungkapkan pekerja mengerti “bigger picture” dari perusahaan mereka dan apa yang membedakan pekerja di perusahaan tersebut dengan yang lainnya.

Ini artinya, enam dari 10 pekerja yang tidak memiliki pandangan memadai dari “bigger picture” dari perusahaan mereka dan apa tujuannya.

Anda selaku founder memiliki hutang kepada pekerja Anda untuk memperbaiki hal ini demi membuat bisnis bisa berjalan lebih baik. Anda harus membuat prioritas. Jika tidak, Anda hanya akan dinilai melakukan ketidakadilan, tidak terus terang, dan membuang waktu pekerja Anda.

2. Anda melakukan birokrasi yang tidak perlu

Pemilik bisnis, eksekutif, dan manajer dari berbagai industri sering gagal ketika memberi gagasan bahwa aturan, organisasi, dan peraturan adalah kunci untuk berhasil memimpin pekerja. Di samping itu, ada beberapa nilai dalam membangun dan memelihara lingkungan yang terstruktur rupanya cukup membebani pekerja dan cukup menyusahkan ketika Anda memimpinnya.

Untuk itu, sebaiknya Anda harus hentikan beban karyawan dengan birokrasi yang tidak perlu dilakukan. Perhatikan, kepemimpinan bukanlah mengenai seberapa kuat kontrol Anda. Jika Anda memiliki daftar panjang aturan yang memaksa pekerja untuk patuhi, maka gagasan mengenai kepemimpinan dengan kontrol akan semakin terlihat jelas.

Tentu saja, ini tidak baik bagi perusahaan dan pekerja itu sendiri karena sewaktu-waktu mereka akan mengajukan mundur secara tiba-tiba. Toh, mereka tidak diberikan kesempatan oleh Anda untuk mengembangkan perusahaan secara bersama-sama.

3. Anda tidak mudah didekati

Ketika Anda baru memulai karier di level awal, pikiran apa yang pernah terlintas di benak Anda untuk disampaikan ke atasan Anda? Biasanya, sebagai bawahan Anda pasti ingin mereka bisa dekat dengan orang-orang di level Anda bukan? Karena Anda butuh ilmu dari mereka, mendapatkan masukan, dan memperoleh peluang baru.

Sekarang, sebaiknya Anda bertanya ke diri sendiri. Apakah Anda mudah didekati? Jika tidak, artinya Anda lagi-lagi sudah menghabiskan waktu pekerja Anda. Sebaiknya pelajari tiga cara untuk membuat diri Anda jadi lebih mudah didekati.

Pertama, buka pintu ruangan kerja Anda. Dengan cara ini, Anda memberi sinyal kepada orang bahwa mereka dapat mampir ke tempat Anda. Kedua, tersenyum dan buat kontak mata. Penjelasannya, ketika Anda berjalan di lorong kerja, pandangan jangan fokus ke depan saja dengan tatapan muka cemberut.

Tindakan ini secara sadar atau tidak sadar akan merespons pekerja untuk tidak mengganggu Anda. Maka dari itu, Anda harus tersenyum dan buat kontak mata dengan tatapan tulus dan rileks. Cara ini memang sederhana, tapi cukup efektif dampaknya.

Terakhir, proaktif memulai pembicaraan. Bagi pekerja yang pasif, biasanya akan sangat jarang untuk memulai percakapan sekadar ingin meminta masukan dari Anda. Bila ingin memulai percakapan pun, mereka butuh keberanian yang ekstra. Untuk itu, Anda sebagai founder harus lebih proaktif dengan memulai percakapan, memberi saran-saran positif yang membangun dapat membangun pribadi mereka.

Dengan demikian, mereka akan jadi lebih nyaman untuk memulai pembicaraan dengan Anda.