Airbnb: Data Itu Penting, Namun Pemanfaatannya Jauh Lebih Penting

Data dan informasi tentang konsumen tentu saja esensial bagi setiap perusahaan, entah perusahaan besar ataupun perusahaan yang masih merintis. Namun jika Anda tidak tahu cara yang tepat memanfaatkannya, data hanyalah sekedar informasi biasa untuk keperluan administrasi perusahaan.

Hal itu tidak diinginkan oleh Riley Newman, selaku pimpinan data science Airbnb, pada wawancaranya dengan VentureBeat. Berkat dirinya, Airbnb berhasil meningkatkan nilai perusahaan hingga USD 10 miliar atau sebesar Rp 11 triliun.

Airbnb, bagi yang belum familiar dengan perusahaan ini, adalah sebuah marketplace, tempat di mana Anda dapat melakukan pengiklanan serta pemesanan berbagai macam akomodasi untuk penginapan secara online langsung dari smartphone Anda. Berdiri sejak tahun 2008, Airbnb memiliki 500 ribu listing di 34 ribu kota di 192 negara dan telah melayani 8.5 juta penginap per September 2013.

Menurut Riley Newman, untuk sukses mendongkrak pertumbuhan di sebuah perusahaan, data science memiliki peran penting demi memprioritaskan keputusan-keputusan dari suatu produk.

Maksudnya adalah, dengan mengikuti jejak dari sebuah data secara detail, data science dapat mengambil keputusan dari sebuah pola yang biasa dilakukan para konsumen dengan memperhatikan interaksi konsumen kemudian menafsirkannya dalam sebuah laporan yang akan menjadi basis keputusan di masa depan bagi departemen produk, pemasaran, bahkan customer support.

Dalam implementasinya, interaksi yang dipantau oleh Airbnb adalah kegiatan pengunjung situs Airbnb.com sebagai konsumen, dan klien sebagai penyedia. Pencarian apa yang paling banyak dilakukan, halaman apa saja yang konsumer kunjungi, dan lain-lain. Memang pada awalnya Airbnb tidak memaksimalkan data yang ada, mereka hanya memberikan pengunjung hasil dengan penilaian yang terbaik dalam radius tertentu dari tempat pengunjung mengakses.

Seiring berjalannya waktu, Airbnb mendapatkan lebih banyak data dan pola dari pengunjung yang makin banyak mengakses Airbnb. Lantas tim data science yang dipimpin Riley Newman menemukan suatu metode yang tidak hanya memberikan penilaian terbaik, tetapi juga kenyamanan untuk konsumennya.

Metode ini menggunakan sekumpulan data dari interaksi penilaian pengunjung dengan penyedia layanan penginapan di seluruh dunia. Data science menggunakan model yang menggambarkan kemungkinan pemesanan yang telah disesuaikan. Airbnb mengestimasikan jumlah tamu dengan rating penginapan tempat mereka mencari, biaya, serta transportasi.

Riley mengungkapkan pertumbuhan ini tidak datang begitu saja, butuh perhatian yang mendetil untuk sebuah data dari konsumen. “Data ibarat ‘suara’ dari para konsumer,” ucap Riley. “Pekerjakan para data scientist untuk menerjemahkan apa yang data ‘ucapkan’.”

Dengan membaca dan menelaah data lebih dalam, Airbnb dapat menemukan kesempatan besar untuk meningkatkan produk mereka. Mengkombinasikan data dengan cerdik ditambah strategi penjualan yang sangat lihai membuat perusahaan mereka ternilai USD 10 miliar.

Sebelumnya pada awal tahun ini, Airbnb menemukan banyak pengunjung dari beberapa negara di Asia memiliki kecenderungan beralih halaman dengan cepat. Kemudian dari data yang diperoleh, data science mengungkapkan hal tersebut terjadi dikarenakan para pengunjung berpaling pada tautan “Neighborhood” yang membawa mereka melihat foto-foto dari seluruh dunia, sehingga melupakan tujuan awal mereka untuk memesan penginapan.

Permasalahan tersebut dipecahkan oleh tim data scientist dengan menghilangkan tautan “Neighborhood” dengan panel tujuan liburan favorit di Tiongkok, Korea, Jepang, dan Singapura. Hasilnya, Airbnb mengalami peningkatan pemesanan kamar dari pengguna di Asia sebanyak 10%.

[foto: Shutterstock]

Leave a Reply

Your email address will not be published.