Andalkan Fitur-Fitur Layanan, Qbaca Tidak Takut Persaingan di Segmen Buku Digital

Menunggu adalah hal yang paling membosankan? Ya betul, tetapi itu dulu! Kini kita beruntung berada dalam era smartphone, sambil menunggu kita bisa bermain game, media sosial, chatting, browsing, atau bahkan belanja. Semua tersedia dalam genggaman. Lalu bagaimana dengan membaca? Bagi sebagian orang yang memiliki hobi membaca, membawa buku bukan hal yang aneh, termasuk saat berlibur. Permasalahannya, berapa banyak buku yang harus dibawa saat berlibur? Belum lagi resiko hilang dan tertinggal.

Hal ini yang mendorong Ardian Syam mendirikan Qbaca, aplikasi yang memungkinkan pengguna membaca lewat smartphone, buku digitalnya berformat ePub3. Sebagai catatan, format ePub3 ini punya kelebihan dibanding buku digital berformat PDF, di antaranya adalah adanya teknologi yang mengoptimalkan tampilan teks untuk perangkat tertentu.

Kepada DailySocial, Ardian menyatakan ide pendirian Qbaca ini memang didorong oleh pengalaman pribadi yang buruk saat bepergian ke luar kota.“Dimulai dari pengalaman buruk sering hilang buku yang dibawa bila bepergian ke luar kota, dan juga sering bingung mau bawa buku apa? Berapa buku yang harus dibawa?” jelasnya.

Pemilihan format ePub3 juga disebabkan oleh pengalaman pribadi yang kurang puas membaca buku digital berformat PDF. “Bila menggunakan buku digital berformat PDF agak susah untuk membesarkan ukuran tulisan dan berakibat layar harus digeser kiri-kanan. Karena pada 2011 terlihat tren tablet PC mulai meningkat, kami mencoba mencari solusi untuk masalah-masalah tersebut. Maka selama setahun lebih proses persiapan akhirnya Qbaca muncul pada 9 November 2012.”

Hanya saja, tidak bisa dipungkiri, persaingan di sektor bisnis buku digital kian ketat karena saat ini sudah banyak pemainnya. “Tetapi sejauh ini, sebagai pemain yang muncul belakangan, Qbaca telah tumbuh dengan cukup baik. Saya hanya bisa bicara tentang pertumbuhan: download berbayar rata-rata tumbuh di atas 25 persen, download free rata-rata tumbuh lebih dari 55 persen dan total download rata2 tumbuh di atas 50 persen. Kini, user aktif berjumlah lebih dari 40.000 account, 85 persennya menggunakan OS Android.”

Ardian berkisah, dengan banyaknya pengguna yang melakukan download berbayar, maka pendapatan juga tumbuh rata-rata di atas 25 persen. “Tetapi download gratis juga berpotensi meningkatkan pendapatan, karena bagi Telkom pendapatan juga datang dari traffic.”

Hingga saat ini, lanjut Ardian, fokus layanan andalan aplikasi ini adalah menawarkan download buku. “Aktivitas user di Qbaca selama ini hanya melakukan download buku.”

Sedangkan untuk buku yang paling dominate, Adrian membaginya menjadi dua kategori; berbayar dan gratis. “Merujuk pada download berbayar, genre buku yang paling tinggi justru buku traveling, seperti Naked Traveler, di peringkat dua adalah buku motivasi atau bisnis. Untuk download gratis, buku motivasi atau bisnis menduduki peringkat tertinggi di atas fiksi.”

Terakhir, soal persaingan, Ardian menyatakan pihaknya optimis bisa menuai hasil yang memuaskan di tengah ketatnya persaingan saat ini. Ia mengaku sudah punya strategi khusus.

“Karena sebagian besar buku di toko buku digital berasal dari penerbit yang sama, maka persaingannya bukan pada konten. Keunggulan harus didapat dari fitur-fitur layanan seperti kemudahan download, kemudahan bayar, kenyamanan membaca. Sebagai yang pertama di format ePub3, menggandeng Telkomsel sebagai alat bayar menggunakan pulsa, dan lokasi free-WiFi.ID yang tersebar luas dukungan dari Telkom, maka Qbaca merasa cukup aman menjalani persaingan tersebut.”

“Dan perlu dicatat juga, sebenarnya demi pertumbuhan minat baca di kalangan masyarakat, semua toko buku digital menganggap kompetisi tersebut justru untuk meningkatkan kualitas layanan masing-masing,” pungkasnya.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Leave a Reply

Your email address will not be published.