Apex Legends 1 Million Players

Apex Legends Raih 1 Juta Pengguna Unik dalam 8 Jam, Akankah Jadi Esports Baru?

Ada yang unik dari peluncuran game terbaru Respawn Entertainment, Apex Legends. Beda dari perusahaan lain yang biasanya membangun hype dengan segudang trailer dan pengumuman, Respawn justru diam-diam saja dan tiba-tiba langsung merilisnya ke pasaran. Sebuah keputusan yang sebetulnya nekat, karena di era modern ini game AAA tanpa marketing apalah jadinya.

Alasan di balik keputusan itu adalah karena Respawn tidak ingin game ini meluncur dengan dibebani citra negatif free-to-play dan loot box. Sejak perusahaan ini dibeli oleh Electronic Arts (EA) di akhir tahun 2017, kasus loot box dalam Star Wars: Battlefront II telah meledak sehingga membuat kepercayaan masyarakat terhadap EA menurun. Respawn ingin agar para pemain langsung mencoba Apex Legends sendiri, baru menilai apakah game ini layak diterima secara positif atau tidak.

“Kami membuat game free-to-play, yang pada dasarnya mengandung loot box, setelah kami dibeli oleh EA, dan game-nya bukan Titanfall 3. Ini adalah resep sempurna untuk rencana marketing yang runyam, jadi untuk apa melakukannya? Ayo kita luncurkan saja game-nya dan biar para pemain memainkannya,” kata Lead Producer Apex Legends, Drew McCoy, kepada Eurogamer.

Rencana tersebut rupanya berhasil. Tanpa marketing besar yang mengumbar janji-janji manis, reputasi Respawn serta kualitas Apex Legends itu sendiri sudah cukup untuk menarik minat gamer dari seluruh dunia. Bahkan game ini telah mencatatkan pencapaian yang cukup luar biasa, yaitu menggaet 1 juta pemain unik dalam waktu delapan jam saja sejak dirilis. CEO Respawn Entertainment, Vince Zampella, bahkan berkata dalam cuitannya di Twitter, bahwa angka tersebut telah meningkat dua kali lipat hanya sehari setelahnya!

Laporan dari VP Esports juga memberi tahu kita bahwa Apex Legends sangat meroket di dunia streaming. Sebagai game yang sangat baru, dan tanpa hype apa pun, Apex Legends sanggup mencapai jumlah viewer puncak sekitar 495.000 orang di Twitch. Ini angka yang sangat bagus, bahkan dibandingkan dengan sesama game battle royale lainnya. Call of Duty: Black Ops 4 misalnya, hanya mencapai jumlah viewer 449.000 orang, bahkan PlayerUnknown’s Battlegrounds saja butuh waktu berbulan-bulan untuk mendekati angka 500.000 viewer.

Drew McCoy juga mengatakan bahwa ia ingin Apex Legends menjadi game yang “mendalam, strategis, serta dapat dikuasai”. Karena itulah Respawn tidak memasukkan kemampuan wall-run meskipun Apex Legends memiliki latar dunia yang sama dengan Titanfall 2. Robot-robot yang disebut Titan pun tidak muncul, karena semua itu akan membuat pertarungan memiliki terlalu banyak aspek yang tak dapat diprediksi.

Dengan sistem permainan yang begitu seimbang, taktis, serta berbasis tim, Apex Legends seolah dirancang dengan formula untuk menjadi salah satu cabang esports. EA dan Respawn memang belum mengumumkan apakah mereka berencana membawa game ini ke ranah esports atau tidak. Tapi melihat besarnya antusiasme pemain sejauh ini, serta desain game itu sendiri, rasanya sayang sekali bila potensi tersebut tidak dicapai. Di Twitter dan Discord saja sudah muncul komunitas tak resmi yang menamakan diri mereka Apex Legends Pro League (ALPL), jadi minat ke arah esports dari penggemar bisa dibilang memang ada.

Saya pribadi sudah mencoba Apex Legends di PS4, dan hasilnya, game ini sukses membuat saya melek semalam suntuk. Padahal saya biasanya bukan penggemar first-person shooter, apalagi battle royale. Ada sesuatu yang unik dari game ini, yang membuatnya ini terasa begitu seru dan adiktif, apalagi bila mendapat squad yang kompak. Dari sekian banyak game yang sudah terbit di pasaran, Apex Legends adalah game battle royale pertama yang saya sukai, dan saya harap game ini bisa terus sukses dalam waktu yang lama.

Sumber: VP Esports, Esports Observer, Eurogamer, Apex Legends