Besarnya adopsi teknologi mobile yang luas dianggap menjadi salah satu pemicu dari tren on-demand economy yang kini mulai menjamur di tengah masyarakat Indonesia. Kesempatan ini coba dimanfaatkan oleh startup Monolia yang membangun platform untuk beraneka ragam penyedia jasa secara terpusat di mana pengguna dapat memesan dan membayar jasa secara online melalui aplikasi mobile mereka.
Monolia adalah mobile platform penghubung antara konsumen dengan penyedia jasa dengan kebebasan bagi konsumen untuk memilih penyedia jasa yang sekiranya cocok untuk mereka. Menawarkan 50 kategori jasa termasuk jasa fotografer, jasa perbaikan rumah, jasa tukang, jasa penghibur acara, jasa cleaning service, dan lainnya, Monolia menargetkan untuk terus menambah kategori sesuai permintaan pasar yang bergerak dinamis.
“Jadi dengan Monolia konsumen diberikan shopping experience and freedom to choose their own preferred service providers. Dan, tentunya proses order jasa online menjadi lebih lengkap lagi dengan value-added smart algorithm (user akan diminta untuk mengisi beberapa set pertanyaan yang berbeda dan beragam sesuai dengan kategori jasa yang dipilih dan algoritma pertanyaan akan ditampilkan sesuai dengan jawaban dari pertanyaan sebelumnya) untuk menghubungkan konsumen dengan penyedia jasa yang sesuai dengan kebutuhan spesifik konsumen tersebut, sehingga membantu konsumen untuk berbelanja jasa dengan efisien dan efektif,” kata Co-Founder dan COO Monolia Theodora Prasetio kepada DailySocial.
Aplikasi Monolia yang telah tersedia di platform Android dan iOS ini diklaim telah memiliki ratusan user aktif tiap bulannya. Dua bulan setelah peluncurannya pada tanggal 20 Agustus 2015, Monolia mencatatkan rata-rata permintaan order sebesar 60 kali tiap bulannya.
End-to-end solution
“Monolia akan terus berkembang, dan kami akan segera meluncurkan end-to-end solution di mana aplikasi kami akan dilengkapi dengan fitur online payment dan online messenger, agar proses berbelanja layanan jasa para konsumen menjadi semakin mudah dan efisien. Di versi mendatang ini, konsumen akan dapat chatting langsung dengan penyedia jasa untuk menanyakan perihal jasa yang diminta dengan lebih jelas. Konsumen juga dapat melakukan online payment, baik melalui kartu kredit, PayPal, transfer dan lainnya,” ucap Theodora.
Ia juga menegaskan permasalahan keamanan dan kenyamanan dengan mengakomodir sistem pembayaran escrow.
Berbicara tentang faktor keamanan dan kenyamanan pengguna, Theodora menjabarkan bahwa pihaknya mengevaluasi penyedia jasa dengan melakukan kerja sama dengan beberapa SME atau UKM yang telah memiliki track record baik di bidangnya masing-masing.
“Sebagai platform penghubung konsumen dengan penyedia jasa, team Monolia bekerja sama dengan penyedia jasa yang telah kami verifikasi. Misalnya ketika ada penyedia jasa yang mendaftarkan diri lewat website Monolia, maka staf Monolia akan menghubungi penyedia jasa yang bersangkutan dan memverifikasi ulang jasa yang mereka tawarkan, past experiences mereka, data perusahaan, daerah yang dicakupi untuk layanan jasa mereka, dan juga harga jasa mereka,” tuturnya.
Untuk para penyedia jasa, baik UKM maupun perorangan, Monolia dapat dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan konsumen dan juga memudahkan operasional mereka dengan menyediakan fitur seperti notifikasi mengenai order sesuai dengan lokasi yang bisa dilayani, penawaran harga dan, pengumpulan rating untuk menaikkan kredibilitas penyedia layanan jasa.
Hyperlocal Service Marketplace
Theodora turut menyebutkan potensi Monolia di tengah tren industri startup digital dan on-demand economy di Indonesia. Seirama dengan CEO Go-Jek Nadiem Makarim, Theodora menyambut tren ini dengan positif.
“Menurut saya, hyperlocal service marketplace memiliki potensi besar untuk terus berkembang di Indonesia, karena menjawab beraneka ragam masalah sehari-hari yang dihadapi konsumen ketika melakukan transaksi secara offline, seperti misalnya pencarian jasa tukang terpercaya yang melayani pengerjaan jasa di lokasi perumahan tertentu. Kemampuan untuk mencari beraneka ragam penyedia jasa tanpa batasan lokasi geografis, dan centralized platform untuk beraneka ragam penyedia jasa inilah yang saya rasa akan mendorong kemajuan on-demand economy di Indonesia,” tutupnya.