Praktek bertani secara organik telah diterapkan sejak abad ke-20. Istilah ini mengacu pada metode bercocok tanam tanpa menggunakan bahan kimia sintetis, baik untuk menyuburkan ataupun memberantas hama, agar hasilnya lebih aman dikonsumsi manusia. Namun selama buah-buahan dan sayuran itu dibeli, kita tidak akan pernah tahu zat apa yang terkandung di dalamnya.
Jika Anda ingin agar bahan-bahan makanan itu benar-benar aman, jalan keluar terbaiknya adalah menanam buah dan sayur sendiri. Bertambahnya penduduk memang membuat lahan bercocok tanam kian menyempit, namun berbekal teknologi, mulai bermunculan-lah solusi atas masalah ini. Salah satunya ialah Aspara, sebuah taman pintar mini untuk menumbuhkan sayuran.
Sejatinya, Aspara adalah unit smart grower portable berbasis hidroponik. Ukurannya cukup mungil dan desainnya simpel, sehingga ia cocok ditempatkan di dapur tanpa membuat rumah jadi terlihat berantakan. Dalam beroperasi, Aspara memanfaatkan kombinasi dari sistem pencahayaan LED, teknologi pengairan otomatis serta didukung beragam sensor. Dan semua fungsi dan fiturnya dapat diakses lewat aplikasi mobile.
Mari kita bahas cara Aspara mengembangkan sayuran terlebih dulu. Pertama, metode hidroponik memungkinkan penggunaan air yang lebih hemat, kira-kira hanya 10 persen dari ‘berkebun’ secara konvensional. Kebun pintar mini ini juga memberikan kita kendali penuh terhadap iklim, sehingga pertumbuhan tanaman lebih optimal dan diklaim membuat perkembangannya 50 persen lebih pesat.
Selain itu, Aspara ditopang sejumlah sensor built-in yang bertugas untuk memantau dan merekam perkembangan tanaman, melaporkan jika ada anomali, menakar kadar nutrisi, temperatur udara, kelembapan, hingga suhu air. Sensor-sensor di sana secara otomatis dapat mengatur cahaya, aliran air, serta mode penanaman berdasarkan kebutuhan tanaman. Dengan observasi yang presisi itu, pemberian air dan pupuk jadi lebih akurat.
Aspara juga memiliki sistem cadangan air, dan mampu menyalurkannya secara cerdas sesuai kondisi dan tingkat pertumbuhan tanaman. Misalnya, semakin besar sayuran, maka kebutuhan akan air jadi meningkat dan perangkat bisa menyesuaikannya.
Untuk mulai berkebun bersama Aspara, produsen menyediakan lebih dari 15 pilihan bibit dalam kapsul – dari mulai berbagai jenis selada, seledri, tomat ceri, kemangi, lobak merah, dan lain-lain. Selanjutnya, Anda hanya tinggal menempatkan kapsul di slot yang sudah disediakan.
Meski kampanye crowdfunding Aspara berjalan cukup mulus di Kickstarter, konsumen Indonesia belum dipersilakan untuk memesannya (dijual seharga mulai dari HK$ 2573 atau kisaran US$ 330). Jika tersedia, Aspara tak cuma bisa menjadi alternatif dalam mengembangkan makanan sendiri, tapi juga dapat berperan sebagai media edukasi.