All posts by Corry Anestia

About Corry Anestia

An ordinary person who aspires to create extraordinary writings.

AC Ventures Fund V

AC Ventures Tutup Putaran Akhir Dana Kelolaan Kelima Sebesar Rp3,2 Triliun

AC Ventures (ACV) menutup putaran akhir dana kelolaan kelimanya ACV V L.P (ACV Fund V) dengan total $210 juta (sekitar Rp3,28 triliun). Nilai tersebut sudah termasuk dana co-investasi.

ACV Fund V didukung oleh sejumlah Limited Partner (LP) global, melibatkan IFC dan lembaga keuangan terkemuka dari Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Asia Utara. Dari total nilai ini, 50% dana terkumpul berasal dari investor terdahulu, dan 90% dana berasal dari modal institusional.

Putaran pertamanya ditutup pada 2022 senilai Rp2,4 triliun. Berdasarkan data yang dirangkum DailySocial.id di sepanjang 2023, ACV telah menggulirkan investasi ke sejumlah startup Indonesia, termasuk ALAMI, BRIK, Broom, Maka Motors, dan Rosé All Day Cosmetics.

“Indonesia menjadi pusat investasi yang dinamis, berkembang pesat di tengah pergeseran ekonomi global. Pertumbuhan ini didorong oleh populasi yang muda, peningkatan kesejahteraan, dan pemerintahan yang stabil dan pro-investasi. Indonesia berada di jalur untuk menjadi satu dari sepuluh ekonomi terbesar di dunia dalam dekade mendatang,” ujar Founding Partner ACV Pandu Sjahrir.

Lebih lanjut, ACV mengungkap komitmennya pada dampak berkelanjutan sejalan dengan pencapaian kinerja keuangan yang positif, tak hanya penciptaan nilai ekonomi saja.

Pihaknya menyebut dana kelolaan III menyentuh rasio dampak bersih sebesar 37% oleh The Upright Project, sebuah model berbasis AI buatan Finlandia untuk mengukur dampak bersih perusahaan dan dana kelolaan. Capaian ini disebut telah menempatkan ACV dan portofolionya di atas rata-rata Nasdaq Small Cap Index (NQUSS) sebesar 29%.

“Fokus kami pada keseimbangan hasil finansial dan keberlanjutan, tidak hanya mencerminkan respons pasar saat ini. Hal ini adalah prinsip dasar filosofi investasi jangka panjang kami untuk menciptakan nilai yang substansial bagi semua pemangku kepentingan, dengan pendekatan strategis serta menekankan dampak berkelanjutan dan tata kelola keuangan yang bertanggung jawab,” tutur Founder & Managing Partner AC Ventures Adrian Li.

Dalam memberikan nilai tambah portofolionya, ACV memiliki tim penciptaan nilai (value creation) yang mendampingi startup meraih pertumbuhan, inovasi, dan sukses berkelanjutan. Tim juga memiliki keahlian khusus dalam pemasaran, pertumbuhan, humas, dan panduan ESG.

Ekonomi digital Indonesia diperkirakan masih tumbuh dalam beberapa tahun mendatang dengan proyeksi total GMV sebesar $110 miliar pada 2025. Kendati begitu, iklim investasi startup Indonesia pada tahun ini diprediksi masih akan sulit, dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global.

Menurut sejumlah investor, tahun 2024 masih akan menjadi momentum startup teknologi dan digital untuk membenahi fundamental bisnisnya. Startup perlu meraih profitabilitas untuk mengembalikan kepercayaan investor terhadap bisnisnya.

untukmu.ai

Platform Personalisasi Hadiah Untukmu.AI Masuki Segmen B2B

Hampir satu tahun mengeksplorasi layanannya, kini platform Untukmu.AI memperluas segmen pengguna ke sektor korporasi (B2B). Strategi ini diharapkan jadi upaya untuk meningkatkan skala pasar dan monetisasi bisnisnya.

Untukmu.AI mengintegrasikan layanannya dengan Human Resource Information System (HRIS) melalui kemitraan dengan merchant atau pemilik brand. Di sini, Untukmu.AI dapat melayani kebutuhan korporasi, misalnya hampers yang dipersonalisasi sesuai preferensi klien.

Untukmu.AI menyediakan fitur dashboard yang memungkinkan merchant untuk mengelola dan meningkatkan penjualan. “Layanan ini bisa menjadi langkah strategis korporasi dalam membangun hubungan yang kuat dengan klien, mitra, dan karyawan internal,” tulis Co-Founder & CEO Untukmu.AI Pang Xue Kai dalam keterangan resminya.

Dalam mengawali strategi ini, Untukmu.AI berkolaborasi dengan PT Global Digital Niaga Tbk yang menaungi e-commerce dan omnichannel Blibli. Pengguna tak hanya dapat melakukan pencarian hadiah, tetapi juga sekaligus berbelanja berbagai produk yang tersedia dan didukung metode pembayaran, pengiriman, dan customer care di Blibli.

Sebagai informasi, Untukmu.AI resmi hadir pada April 2023; didirikan oleh Pang Xue Kai (Co-Founder Tokocrypto) serta nama-nama lain, yakni Estelle Van Der Linden, Oceane Alagia, Cory Xuecong Pang, dan Muhammad Wendy Taufiq.

Untukmu.AI adalah platform layanan pemberian hadiah yang dipersonalisasi. Platform ini dibekali dengan kemampuan AI yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pencariah hadiah yang unik dan terpersonalisasi sesuai dengan preferensi, minat, kepribadian, gender, dan penerima hadiah.

Dalam memberikan hasil pencarian tersebut, Untukmu.AI mengembangkan mesin berbasis data yang diklaim dapat beradaptasi dengan perubahan tren, memahami perubahan minat, dan mencari merek baru yang paling cocok untuk seseorang atau acara spesial.

“Kolaborasi merupakan salah satu kunci keberhasilan inovasi. Melalui kerja sama yang telah terjalin, Untukmu.AI dan Blibli berkomitmen untuk membawa pengalaman berbelanja yang lebih luas dan memuaskan. Sekarang, produk-produk unggulan Blibli dapat diakses langsung melalui aplikasi Untukmu.AI,” tambah Kai.

Dalam kesempatan yang sama, Untukmu.AI juga resmi meluncurkan aplikasinya baru-baru ini. Diklaim sebagai aplikasi all-in-one, aplikasi menjadi langkah strategis perusahaan untuk menjangkau pasar lebih luas dan memberikan pengalaman pengguna lebih baik. Saat ini, Untukmu.AI sudah dapat diunduh di Google Play Store dan Apple Store.

Aplikasi ini dilengkapi dengan asisten virtual Dewi.AI yang akan mendampingi pengguna dapat mencari tahu kebutuhannya.Ada juga fitur kalendar yang terhubung dengan Dewi.AI, untuk membantu memberikan rekomendasi hadiah. Pengguna juga bisa langsung melacak pesanan yang dibeli lewat aplikasi ini.

Meski pemainnya belum banyak di Indonesia, sudah ada beberapa nama yang mengembangkan platform berbekal AI. Misalnya Yippy dan Tada Gifting yang sama-sama bermain di segmen korporasi. Yippy menawarkan kebutuhan pre-made hampers, customize, atau yang sifatnya otomasi. Sementara, Tada Gifting menawarkan corporate gifting, program rewards, dan loyalty.

Application Information Will Show Up Here
NEX Ventures Investasi Climate Tech

New Energy Nexus Suntik Investasi Tambahan Rp484 Miliar ke Tiga Startup Climate Tech

New Energy Nexus (NEX) Ventures mengumumkan pendanaan tambahan pada tiga startup climate tech Indonesia dengan total akumulasi sebesar $31 juta (sekitar Rp484,7 miliar). Ketiga startup ini antara lain SolarKita, Swap Energy, dan Synergy Efficiency Solutions.

“Terlepas adanya penurunan investasi di sektor climate tech secara global tahun lalu, ketiga startup ini telah menunjukkan resiliensi mereka dengan menutup pendanaan baru,” ungkap Managing Director NEX Ventures Yeni Tjiunardi dalam keterangan resminya.

Sekilas mengenai ketiga portoflio tersebut:

  1. SolarKita mengembangkan solusi energi surya untuk kawasan residensial sehingga memungkinkan mereka membangun basis pasar pengguna panel surya di Indonesia.
  2. Swap Energy mengembangkan teknologi tukar baterai dan memungkinkan pengendara untuk mengganti baterai yang habis. Swap Energy tercatat memiliki lebih dari 1.300 titik penukaran baterai.
  3. Synergy Efficiency Solutions (SES) menawarkan efisiensi energi di Asia Tenggara lewat berbagai solusi, seperti desain, pembiayaan, dan instalasi.

NEX Ventures melalui dana kelolaan Indonesia 1 Fund telah menyuntik pendanaan ke 7 perusahaan climate tech dan mengalokasikan 4 investasi lanjutan sejak 2020. Selain itu, Indonesia 1 Fund juga telah melakukan investasi bersama dengan Schneider Electric Energy Access Asia (SEEAA) di
SolarKita dan dengan Southeast Asia Clean Energy Facility (SEACEF) di SES.

Menurut laporan NEX, portofolionya telah menghasilkan kinerja baik dan berhasil menarik total $70 juta dari berbagai investor sejak disuntik dana kelolaan ini. Pihaknya mengklaim seluruh portofolio Indonesia 1 Fund telah mengurangi lebih dari 165 ribu ton emisi karbon, atau setara dengan penanaman delapan juta pohon.

Salah satu portofolionya menyatakan bahwa pendanaan tersebut akan dimanfaatkan untuk memperkuat fundamental bisnis perusahaan, mendorong kualitas produk, serta memperluas jaringan instalasi dan mitra penjualannya di Indonesia.

“Pendanaan yang kami terima dari Indonesia 1 fund dan SEEAA mendorong penetrasi kami di kawasan residensial secara signifikan. Milestone ini menandai langkah awal SolarKita pada rencana ekspansi mencapai 18MWp setara dengan instalasi PV solar 6000 rumah dalam tiga tahun ke depan,” ungkap Founder & CEO SolarKita Amarangga Lubis.

Tren global dan domestik

PwC dalam “State of Climate Tech 2023” melaporkan pendanaan climate tech dari VC dan firma ekuitas swasta mengalami penurunan hingga 40% tahun lalu. Faktor ketidakpastian ekonomi dan konflik geopolitik disebut menurunkan kepercayaan investor untuk berinvestasi.

Adapun, laporan ini dibuat berdasarkan hasil analisis pada lebih dari 8000 startup climate tech di dunia dan lebih dari 32.000 transaksi pendanaan dengan total nilai $490 miliar.

Sementara, laporan yang disusun DSInnovate lewat “Indonesia’s Startup Handbook: Funding Updates (Q1-Q3 2023)” menyoroti tren pendanaan di sektor hijau, terutama pada startup kendaraan listrik. Selama tiga kuartal di 2023, EV menjadi sektor yang memperoleh pendanaan tertinggi kedua di Indonesia.

Tiga startup pengembang ekosistem EV, yakni Swap Energy, Alva, dan Charged tercatat memperoleh pendanaan dalam beberapa tahun terakhir. Sementara, VC dan perusahaan investasi yang aktif menyalurkan modal ke sektor EV di antaranya New Energy Nexus Indonesia, Eas Ventures, AC Ventures, hingga Kejora-SBI Orbit Fund.

Regulasi Venture Capital OJK

Ringkasan POJK 25/2023 tentang Kegiatan Usaha Modal Ventura

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 25 Tahun 2023 yang akan mengatur lebih lanjut terkait penyelenggaraan perusahaan modal ventura di Indonesia.

POJK ini diamanatkan sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) guna mendukung perkembangan industri dan kebutuhan hukum perusahaan ventura saat ini.

Perusahaan modal ventura memiliki peran penting dalam satu dekade terakhir dalam mendorong industri startup di Indonesia melalui fasilitas pendanaan yang selama ini tidak dapat diakomodasi oleh lembaga keuangan, seperti bank. Startup juga berperan terhadap pembukaan lapangan kerja baru.

“Salah satu pokok pengaturan dalam POJK ini adalah adanya pengkategorian perusahaan modal ventura dan perusahaan modal ventura syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya,” demikian OJK dalam keterangan resminya.

Ringkasan pasal pokok

Berikut rangkuman beberapa pasal pokok terkait kategori perusahaan dan kegiatan usaha dan dalam POJK ini.

Pasal 9 Ayat 1a menyatakan perusahaan berbentuk venture capital corporation wajib menjalankan kegiatan usaha sesuai kategori:

  • Perusahaan Modal Ventura (PMV): perusahaan yang fokus pada kegiatan penyertaan modal dan/atau penyertaan melalui pembelian obligasi konversi.
  • Perusahaan Modal Ventura Syariah (PMV) dan Unit Usaha Syariah (UUS): perusahaan yang fokus pada kegiatan penyertaan modal dan/atau penyertaan melalui pembelian sukuk konversi.
  • Ketiga kategori ini dapat mengelola dana ventura.

Sementara, Pasal 9 Ayat 1b menyatakan perusahaan berbentuk venture debt corporation wajib menjalankan kegiatan usaha sesuai kategori:

  • PMV: pembiayaan melalui pembelian surat utang yang diterbitkan Pasangan Usaha pada tahap rintisan awal dan/atau pengembangan usaha.
  • PMVS dan UUS: pembiayaan melalui pembelian sukuk yang diterbitkan Pasangan Usaha pada tahap rintisan awal dan/atau pengembangan usaha pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.

Adapun, Pasal 13 Ayat 2 merincikan sejumlah kegiatan usaha pada modal ventura dan modal ventura syariah dengan tujuan pengembangan pada penemuan baru, usaha perseorangan yang mengalami kesulitan dana, UMKM dan korporasi, pengambilalihan usaha yang sedang berkembang atau alami kemunduran, proyek penelitian, teknologi baru, hingga pengalihan kepemilikan.

Selain itu, dalam keterangannya, OJK juga menyampaikan beberapa penguatan regulasi pada POJK Nomor 25 Tahun 2023, yakni terkait:

  1. Prudensial: mengatur kewajiban PMV dan PMVS untuk memelihara dan/atau meningkatkan tingkat kesehatan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam menjalankan kegiatan usaha
  2. Pengelolaan Dana Ventura 
POJK: mengatur lebih lengkap terkait permohonan izin pengelolaan dana ventura hingga pembubaran dana ventura. Poin ini juga mengatur persyaratan SDM dan struktur organisasi PMV dan PMVS yang akan mengelola dana ventura, termasuk penggunaan nama dana ventura, hingga penempatan dana ventura.

Kinerja modal ventura

Sebelumnya, Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) sempat memberikan sejumlah usulan kepada OJK agar merombak pada kebijakan pada penyelenggaraan modal ventura. Hal ini guna mendorong kontribusi industri terkait ke Indonesia, misalnya soal insentif dan kolaborasi.

Mengutip Bisnis.com, OJK melalui data Statistik Lembaga Pembiayaan edisi Juni 2023 mencatat total aset yang dimiliki perusahaan modal ventura sebesar Rp27,3 triliun pada semester pertama 2023, naik 14% dari Rp23,9 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. 

Total pendapatannya tercatat tumbuh 20,1% (YoY)menjadi Rp2,37 triliun. Namun, laporan mengungkap bahwa perusahaan modal ventura mengalami penurunan laba bersih hingga 19,7% (YoY) menjadi Rp176 miliar pada semester I 2023.

Peluncuran chatbot "Bu Mira" di Jakarta (16/1) / DailySocial.id

Nikel dan USAID Luncurkan “Finclusion”, Program Pembiayaan Khusus UKM Perempuan

Startup pengembang embedded finance untuk pinjaman, Nikel (sebelumnya bernama Impact Credit Solution) dan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) mengumumkan Finclusion, program pembiayaan untuk mendukung UKM milik perempuan (UKM-W) di Indonesia.

Finclusion adalah program bernilai $1,2 juta (sekitar Rp18,8 miliar) untuk menyalurkan $50 juta (sekitar Rp781,6 miliar) pinjaman kepada pelaku usaha perempuan. Pada tahap awal, Finclusion akan dilaksanakan selama dua tahun ke depan dengan fokus sebagai berikut:

  • Menargetkan 180 ribu pelaku UKM milik wanita.
  • Memfasilitasi akses pinjaman usaha ke 4.000 UKM wanita dari bank lokal setempat dan/atau bank lain.
  • Mendapatkan komitmen dari bank lokal dan/atau sumber pendanaan lain untuk mengalokasikan pinjaman sebesar $50 juta untuk pelaku UKM-W.

CEO Nikel Reinier Musters mengungkap sempat melakukan penelitian mendalam selama satu tahun untuk memahami kebutuhan pelaku usaha wanita, baik terkait pengelolaan keuangan, akses modal, strategi pemasaran.

“Kami berupaya memformulasikan bagaimana program ini tepat sasaran sesuai kebutuhan mereka, jadi kami tahu apa tantangannya,” tuturnya saat peluncuran Finclusion baru-baru ini.

Dari hasil risetnya, Nikel memaparkan tantangan lain yang kerap dihadapkan oleh pelaku usaha perempuan. Misalnya, soal pengelolaan hasil usaha dan rumah tangga. Pihaknya menemukan pemilik bisnis rumahan sering kali tidak mencatat hasil penjualan dan pengeluaran, bahkan terkadang pemakaiannya digabung dengan kebutuhan rumah tangga.

Dari sisi penyedia pinjaman, pihaknya mendapati bahwa banyak lembaga keuangan, terutama bank, tidak memiliki strategi untuk masuk ke sektor UKM maupun mengatasi tantangan spesifik yang dihadapi UKM-W.

Musters juga menyoroti alasan program ini belum dapat membidik unbanked, atau segmen yang belum punya akses ke layanan keuangan formal. Utamanya, segmen ini tidak memiliki rekening bank dan mengandalkan uang tunai dalam melakukan transaksi. Ini menyulitkan Finclusion untuk melakukan assessment.

“Kami tidak punya datanya. [Ini juga berpotensi] menaikkan struktur biaya lebih besar ketika harus melakukan pencairan dan pelunasan karena mereka terbiasa cara manual, terutama di kawasan pedesaan. Kami sedang mempertimbangkan cara-cara lainnya. Apabila ada provider lain–biasanya platform digital punya kemampuan untuk melacak hal ini–ini bisa jadi proxy kami.”

Asisten virtual “Bu Mira”

Dalam acara peluncurannya di Jakarta (16/1), Nikel turut memperkenalkan chatbot WhatsApp “Bu Mira” yang akan menjadi pendamping virtual pelaksanaan Finclusion, misalnya dalam mengakses modul literasi keuangan dan mengajukan pinjaman.

Nikel melakukan live demo kemampuan Bu Mira pada proses pengajuan pinjaman. Dijelaskan, para pelaku usaha akan diminta melampirkan sejumlah dokumen, seperti bank statement. Verifikasinya akan diproses di sistem mitra lender Nikel, yang mana persetujuannya disampaikan kembali melalui WhatsApp.

Perlu dicatat, tak hanya akses pengajuan pinjaman, Bu Mira memiliki fitur live agent untuk melacak pembayaran pinjaman dan pengingat pembayaran. Adapun, tingkat bunga dan tenor pinjaman ditentukan oleh KlikA2C sebagai mitra lender Nikel.

“Data dan informasi peminjam yang dikirim ke KlikA2C, tidak kami simpan karena kami tidak punya izin dari OJK untuk melakukan hal itu. Persetujuan tetap dilakukan oleh KlikA2C. Begitu juga soal standar mitigasi apabila peminjam terlambat atau gagal bayar. Namun, kami pastikan akan menerapkan SOP yang layak untuk penagihan pinjaman,” jelas Musters.

Potensi embedded finance bagi inklusi keuangan

Sekadar informasi, Impact Credit Solution melakukan rebranding menjadi Nikel pada tahun lalu usai diakuisisi oleh Felgo Capital Pte Ltd. Sejauh ini Nikel menawarkan solusi embedded finance untuk pinjaman, seperti Nikel Lend dan Nikel Fund.

Layanan embedded finance tengah berkembang di Indonesia sejalan dengan meningkatkan adopsi layanan digital, terutama layanan keuangan. Solusi ini memungkinkan pemilik bisnis atau perusahaan (B2B) untuk memiliki layanan keuangan tanpa perlu membangun dari awal dan mengajukan lisensi

Beberapa pemain di pasar ini ada DigiAsia Bios dan Finfra. Finfra adalah bagian dari Dana Bijak, penyedia pinjaman online. Sementara DigiAsia punya empat lisensi layanan keuangan, yang juga sudah berbasis API, sehingga bisa dihubungkan ke enterprise seusai kebutuhan

Berdasarkan laporan AC Ventures dan Boston Consulting Group (BCG) terkait fintech Indonesia, embedded finance berpotensi menjadi game changer berikutnya di industri keuangan regional. Khususnya di Indonesia, kebijakan BI pada BI FAST dan SNAP menjadi dorongan penting terhadap perkembangan embedded finance.

Bagi industri perbankan, hal ini memudahkan mereka untuk mengurangi pembukaan kantor cabang baru, dan mendorong kerja sama dengan pihak ketiga untuk membuka akses keuangan lebih luas kepada masyarakat.

Application Information Will Show Up Here

Platform Jual-Beli Emas Tamasia Kini Jadi Bagian dari BPRS Attaqwa

Platform jual-beli emas Tamasia kini menjadi bagian dari PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Attaqwa atau BPRS Attaqwa, setelah tahun lalu sempat mengumumkan pivot menjadi pedagang emas fisik.

Dalam keterangan resminya, BPRS Attaqwa menyebut produk Tamasia akan menjadi Tabungan Emas Berencana Indonesia. Pengguna diminta untuk segera memperbarui aplikasinya dengan versi teranyar.

Dikatakan juga, BPRS Attaqwa berfokus pada inovasi lewat produk Tabungan Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, payment point online bank (PPOB), pembiayaan model kerja proyek, multiguna dan konsumtif.

“Menjadi bagian produk dari Bank Syariah Attaqwa merupakan komitmen Tamasia untuk berbenah menjadi lebih baik. Tujuannya agar semua pelanggan Tamasia dapat memperoleh kemudahan dalam bertransaksi dan kenyamanan ke berbagai macam layanan dan di masa mendatang,” tulisnya.

Sebagai informasi, BPRS Attaqwa adalah lembaga keuangan syariah yang berdiri sejak 1994, terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Tampilan pembaruan aplikasi Tamasia / Tamasia

Namun, tidak disebutkan lebih lanjut apakah penggabungan produk ini berarti PT. Tamasia Global Sharia, entitas yang menaungi Tamasia, turut diakuisisi atau tidak. DailySocial.id sempat mencoba mengonfirmasi hal ini ke CEO Tamasia Dendy Dwi Putra, tetapi belum ada respons hingga artikel ini dimuat.

Sempat umumkan pivot

Sekadar informasi, Tamasia dikenal sebagai platform jual-beli emas digital yang beroperasi sejak 2017. Namun, Tamasia sempat ramai dikeluhkan sejumlah pengguna, dan OJK menyebutkan tahun lalu bahwa kegiatan usahanya dihentikan sejak Oktober 2018.

Pada awal 2023, Tamasia mengumumkan pivot bisnis menjadi pedagang emas fisik dikarenakan tidak memiliki izin dari BAPPEBTI sebagai pedagang emas digital. Dengan model bisnis baru tersebut, Tamasia mengatakan akan melakukan pembelian logam mulia/tamagold/emas fisik secara online dan akan dikirimkan ke pelanggan usai transaksi pembelian.

Kegiatan usaha perdagangan fisik emas digital telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No 119/2018 tentang Kebijakan Umum Perdagangan Pasar Fisik Emas Digital di Bursa Berjangka serta Peraturan BAPPEBTI No 4/2019 sebagaimana diubah dengan Peraturan BAPPEBTI No 13/2019 Tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Emas Digital di Bursa Berjangka.

Dalam aturan tersebut, BAPPEBTI memberikan persetujuan kepada pedagang fisik emas digital untuk melaksanakan kegiatan usaha selama memenuhi persyaratan terkait, seperti permodalan, penyimpanan emas, dan pencatatan. Berdasarkan data BAPPEBTI, saat ini hanya ada lima pedagang emas digital yang terdaftar antara lain Indogold, Treasury, LakuEmas, Pluang, dan Sakumas.

Application Information Will Show Up Here
DayaTani

DayaTani Peroleh Pendanaan Awal Rp36 Miliar Dipimpin Ascent Venture Group

Startup agritech DayaTani memperoleh pendanaan awal dalam bentuk financing sebesar $2,3 miliar (sekitar Rp35,7 miliar) yang dipimpin oleh Ascent Venture Group, serta partisipasi dari Northstar Ventures, BRI Ventures, dan Gentree Fund.

DayaTani didirikan September 2023 oleh Ankit Gupta (eks pendiri FarmGuide) dan Deryl Lu (eks Sayurbox) yang mengembangkan layanan end-to-end ke ekosistem pertanian skala kecil untuk meningkatkan hasil panennya.

“Investasi ini menunjukkan kepercayaan terhadap model bisnis dan teknologi DayaTani. Kami berkomitmen untuk meningkatkan petani Indonesia melalui teknologi inovatif dan kemitraan,” ucap Deryl Lu dalam keterangan resminya.

Diketahui, sektor pertanian merupakan salah satu sektor besar dengan kontribusi 13% terhadap PDB nasional dan menyerap sebanyak 29% tenaga kerja. Sektor ini juga tengah mengalami perkembangan signifikan mengingat pertanian adalah sektor yang sulit didigitalisasi.

Northstar bersemangat untuk berkontribusi pada upaya mereka, berperan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas yang paling rentan di wilayah tersebut,” tulis Northstar dalam laman resmi LinkedIn.

Solusi DayaTani

DayaTani tengah mengoperasikan beberapa situs penelitian dan pertanian di pulau Jawa untuk tanaman hortikultura dan tanaman pangan, seperti padi, cabai, kentang, dan bawang merah. Penelitian ini dilakukan untuk memahami pengaruh hasil panen termasuk membangun praktik SOP di wilayah tersebut.

DayaTani sedang membangun agen agronom semi-bionik yang memiliki akses ke semua alat dan teknologi relevan untuk mengatasi masalah di pertanian,” tutur Ankit Gupta.

Beberapa solusi yang dikembangkan adalah chatbot LLM. Fitur ini sudah aktif di aplikasi agen lapangan dan WhatsApp para petani. Bot ini disebut mampu memahami pertanyaan dalam bahasa daerah, baik melalui teks atau ucapan. Selain itu, bot ini disebut mampu mendiagnosis masalah tanaman dengan presisi tinggi dan menghasilkan rekomendasi kustom.

Dikutip dari situs resminya, DayaTani mencatat telah mampu mengelola situs penelitian dan pertanian seluas 50 ribu meter persegi dengan kenaikan yield 30% pada 350 mitra petani dalam waktu singkat sejak pertama beroperasi.

Rencananya, pihaknya berencana memasang lebih dari 100 perangkat IoT seluruh Jawa dan menciptakan jaringan stasiun cuaca dalam kurun waktu satu tahun. Jaringan ini akan memberikan informasi cuaca yang tepat dan spesifik lokasi serta peringatan cuaca yang lebih relevan bagi para petani.

Sektor agrikultur masih diminati VC di Indonesia untuk terlibat dalam transformasi melalui digitalisasi. Transformasi ini menjadi langkah dalam mengatasi tantangan di lapangan, seperti modal, akses ke pasar, dan kinerja hasil panen. Di sepanjang 2023, tercatat beberapa startup agritech Indonesia yang memperoleh pendanaan di antaranya Semaai, Kora, dan Rize. 

LINE Indonesia

LINE Adaptasi Tren Lokal dalam Pengembangan Layanan Selanjutnya

Raksasa internet Jepang, LINE Corporation, masih menyeriusi pasar Indonesia yang menjadi salah satu pasar utamanya di Asia Tenggara setelah Thailand. Perwakilan LINE di Indonesia mengungkap akan terus menghadirkan berbagai layanan relevan yang mengikuti perkembangan di pasar lokal. Misalnya, LINE Bank dan Splitbill menyasar kebutuhan pengguna layanan keuangan di Indonesia.

Dihubungi oleh DailySocial.id, Country Manager LINE Indonesia Fanny Verona enggan mengelaborasi gambaran perkembangan bisnis dan produk LINE di Indonesia selama setahun terakhir.

“Per kuartal II 2023, jumlah monthly active user (MAU) LINE secara global sebesar 196 juta dengan empat pasar utama di Jepang, Taiwan, Thailand, dan Indonesia,” ucapnya dalam pernyataan tertulis kepada DailySocial.id.

Namun, ia mengungkap tengah mengembangkan platform terbaru bernama GOKS! (Gokilnya Diskon Buat Siswa) yang membidik pasar khusus mahasiswa dan menghubungkannya dengan berbagai pemilik brand di Indonesia.

Platform ini disebut dapat menjawab tantangan yang kerap dihadapi brand dalam melayani kebutuhan generasi muda yang akan menjadi target utama di masa depan. Pemilik brand meyakini bahwa mahasiswa menjadi titik awal untuk memahami preferensi dan minat generasi muda.

GOKS memungkinkan pengguna mahasiswa untuk mendapat potongan harga dari mitra brand yang tergabung. Untuk proses verifikasinya, mahasiswa harus mendaftar dengan menggunakan email kampus atau Kartu Identitas Mahasiswa.

Adapun, berdasarkan data Business of Apps per 2021, LINE memiliki total 178 juta MAU di Jepang, Taiwan, Thailand, dan Indonesia.

Layanan LINE di Indonesia

Indonesia merupakan pasar dengan lebih dari 200 juta pengguna internet, yang juga pengguna aktif sejumlah layanan digital, seperti instant messaging, media sosial, dompet digital, hingga belanja online.

LINE telah meluncurkan sejumlah layanan dan fitur untuk menyesuaikan kebutuhan pasar Indonesia. Beberapa di antaranya adalah:

      • LINE Messenger; layanan pesan instan populer di Indonesia.
      • LINE Webtoon; platform komik digital, hadir dalam bahasa Indonesia pada 2015.
      • LINE Today; aplikasi kurasi berita terkini, tetapi telah tutup pada Juli 2022.
      • LINE Splitbill; fitur populer yang memungkinkan pengguna menghitung dan membagi tagihan, tersedia sejak 2019.
      • LINE Bank; kolaborasi antara Bank Hana dan LINE Corporation, resmi hadir di Indonesia sejak 2021.

Kembangkan ekosistem Web3

Setelah mendominasi pasar digital lewat layanan pesan instan, LINE mulai menavigasi perkembangan produknya ke era internet baru. Pengembangan ekosistem Web3 ini dieksekusi perusahaan venturanya, LINE NEXT Inc yang baru saja mengumumkan investasi sebesar $140 juta lewat konsorsium dengan Crescendo Equity Partners.

LINE NEXT akan menjadi kendaraan perusahaan untuk mempopuler Web3 lewat berbagai layanan baru, seperti aplikasi sosial dan game berbasis blockchain Finschia. Baru-baru ini, pihaknya juga meluncurkan versi resmi platform digital commerce DOSI yang kini tersedia di 180 negara.

Versi beta DOSI telah lebih dulu meluncur pada September 2022. Klaimnya, telah meraup lebih dari 5,5 juta pengguna di seluruh dunia dan 560 ribu transaksi kumulatif. Adapun, DOSI akan terintegrasi dengan LINE NFT (marketplace NFT di Jepang) di mana menghadirkan lebih dari 20 produk keanggotaan dari sejumlah startup di berbagai kategori, termasuk:

  1. SuperPlat (platform game dan konten digital berbasis komunitas)
  2. Quantrack (platform investasi dan analisis saham)
  3. inDJ (platform streaming musik berbasis AI)
  4. FLDA (platform penggemar K-pop berbasis komunitas).

“DOSI menetapkan standar teknologi yang dapat menangkap kepemilikan semua produk digital bernilai. Dengan memberikan nilai yang esensial, DOSI berencana menghubungkan layanannya dengan pengguna umum,” tutur Youngsu Ko, CEO LINE NEXT, dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.

Application Information Will Show Up Here

Pendanaan Startup Masih Sulit, 2024 Momentum Benahi Fundamental Bisnis

Meski ekonomi digital diproyeksikan tetap tumbuh dalam beberapa tahun mendatang, ekosistem startup Indonesia masih mengalami masa sulit sejak dua tahun terakhir. Beberapa indikasinya seperti PHK massal dan penutupan bisnis masih berlangsung mengawali tahun 2024. Situasi ini juga memicu penurunan iklim investasi di sepanjang tahun 2023.

Dalam sesi diskusi “Navigating the Future: Investment Outlook 2024” yang digelar oleh Aspire dan Trihill Capital, sejumlah perwakilan VC membagikan proyeksinya terkait tren pendanaan dan beberapa catatan penting bagi ekosistem startup Indonesia.

Penggalangan dana masih sulit

Menurut Partner Trihill Capital Anthony Tjajadi, likuiditas dari investor dalam negeri sebetulnya masih terbilang baik. Banyak VC masih mampu mengumpulkan dana dalam jumlah besar dari berbagai investor. Namun, ketika tech winter terjadi, sejumlah investor mulai berhati-hati untuk mengucurkan modalnya.

“Masa sulit dalam penggalangan dana masih akan terjadi dibandingkan tahun 2020, 2021, hingga awal 2022. Saya rasa investor masih menanti situasi new normal terbentuk sepenuhnya, karena mereka masih mencari tahu standar baru pada industri ini, misalnya metrik valuasinya,” paparnya.

Jika mengacu laporan AC Ventures dan Bain & Company, jumlah transaksi investasi pada paruh pertama 2023 hanya mencapai 110 kesepakatan, dibandingkan paruh kedua 2022 yang sebanyak 344. Pertumbuhan transaksi pendanaan masih didorong oleh tahap awal, sedangkan pendanaan seri B menurun.

Sementara Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyoroti tentang tren penurunan ticket size pendanaan di beberapa tahapan. Nilai pendanaan seri A tercatat merosot signifikan dari rata-rata $10 juta menjadi $5,8 juta yang membuat nilai valuasi startup ikut turun.

Menurutnya, para founder mungkin menghadapi dilusi yang lebih tinggi. Mereka harus menyerahkan persentase kepemilikan saham lebih besar kepada investor. Namun, bagi startup awal tingginya porsi kepemilikan investor sangat krusial mengingat tahap ini cenderung belum punya hasil yang pasti sehingga potensi return menjadi lebih rendah.

“Mungkin ada total sekitar 125 kesepakatan pendanaan di Indonesia, dan kita telah melihat penurunan pada putaran di berbagai tahap. Valuasinya juga ikut turun. Artinya, dilusi [saham] yang dikorbankan oleh founder kini jadi jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Saya pikir kepemilikan sangat penting pada pendanaan tahap awal karena potensi exit tidak akan setinggi sebelumnya,” tutur Patrick.

Perusahaan teknologi besar perlu buktikan profitabilitas

Managing Partner Skystar Capital Abraham Hidayat memberikan pendapat lain perihal profitabilitas yang belum mampu diraih perusahaan teknologi Indonesia yang sudah melantai di bursa saham. Hal ini menimbulkan keraguan pasar terhadap potensi perusahaan teknologi di masa depan.

Setidaknya hingga kuartal III 2023, di sektor besar e-commerce dan on-demand, sejumlah perusahaan, seperti GoTo, BliBli, dan Bukalapak, belum ada yang mencetak keuntungan.

“Kita perlu melihat mereka meraih keuntungan terlebih dulu sebelum pasar mau mengubah persepsi mereka tentang [bisnis] teknologi di Asia Tenggara. Bagi startup tahap awal, ini menjadi momentum untuk membangun fondasi bisnis yang tepat. Dan ketika pasar membaik, [generasi selanjutnya] startup tahap awal yang dibangun dengan baik akan berkembang,” jelas Abraham.

Ia memproyeksikan 2024 sebagai tahun bearish bagi sektor teknologi. Menurutnya, berbagai kesepakatan pendanaan yang terjadi di sepanjang tahun 2020, 2021, dan 2022 banyak mengalir ke startup yang belum siap, baik dari model bisnis maupun produk. Konsekuensinya, mereka tidak bisa meraup margin. Karena model bisnis dan produknya.

“Namun, saya melihat akan ada banyak inovasi yang terjadi di segmen grassroot. VC akan terus berinvestasi, terutama pada tahap awal,” tambahnya.

Sektor potensial maupun yang alami kemerosotan

Baik Anthony dan Patrick sepakat bahwa bisnis tradisional dan B2B akan menjadi sektor yang potensial bagi investor. Sektor yang kini banyak dipenuhi oleh pemain D2C atau ritel ini disebut menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas.

Sementara bicara sektor lain, “Periode 2020-2021 adalah tahun yang baik bagi fintech. Namun, tahun lalu fintech mengalami penurunan. Pasar banyak bicara jumlah pengguna atau GTV, tetapi apakah mereka fokus pada keuntungan atau benar-benar sudah mendapat keuntungan dari penggunanya? Saya pikir pasar mulai sadar [fintech] punya banyak pengguna, tetapi tidak ada keuntungan di dalamnya. Lalu, apa untungnya bagi kami [investor]?” tambah Anthony.

Kendati begitu, sanggah Abraham, penurunan minat investor terhadap fintech tak berarti membuat sektor ini gagal. Ia berpendapat, kegagalan gelombang pertama fintech tidak berarti tidak memiliki peluang di masa depan.

Terdapat pasal-pasal baru di UU ITE yang mengatur penggunaan tanda tangan elektronik, pelindungan anak, hingga soal pencemaran nama baik / Pexels

Perubahan Kedua UU ITE Atur Sejumlah Ketentuan Baru

Perubahan kedua Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) telah diteken Presiden Joko Widodo pada 2 Januari 2024. Namanya berubah menjadi UU Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Sebagaimana dimuat di laman JDIH Setneg, UU ITE 2024 ini mengungkap tiga alasan atas revisi kedua ini. Pertama, sebagian masyarakat mengaku keberatan terhadap beberapa ketentuan pidana. Misalnya, Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 28 ayat 21 yang sudah beberapa kali diajukan ke Mahkamah Konstitusi untuk Uji Materi.

Kedua, perubahan pertama, yakni UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang dianggap belum dapat menuntaskan masalah. Ketiga, sejumlah pasal dinilai multitafsir sehingga subjek yang seharusnya bukan menjadi target, bisa terkena sasaran.

Perubahan versi 2024

Menurut laman JIDH Kemenko Maritim, UU ITE 2024 memuat tujuh (7) pasal baru meliputi Pasal 13A, 16A, 16B, 18A, 27A, 27B, dan 40A. Beberapa di antaranya mendapat respons positif karena mengatur penggunaan tanda tangan elektronik termasuk perlindungan anak.

Pasal 13 diubah; mengakui penggunaan tanda tangan elektronik. Dijelaskan dalam Pasal 13A, Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSE) dapat menyelenggarakan layanan berupa:

  1. Tanda Tangan Elektronik
  2. Segel elektronik
  3. Penanda waktu elektronik
  4. Layanan pengiriman elektronik tercatat
  5. Autentikasi situs web
  6. Preservasi Tanda Tangan Elektronik dan/ atau segel elektronik
  7. Identitas digital; dan/ atau 
  8. layanan lain yang menggunakan Sertifikat Elektronik. 

Pasal 17 ayat (1) diubah; di antara ayat 2 dan ayat 3 disisipkan ayat 2a.

  1. Ayat 1 memuat Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik atau privat.
  2. Ayat 2 memuat pihak yang melakukan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/ atau pertukaran Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung.
  3. Ayat 2a memuat Transaksi Elektronik yang memiliki risiko tinggi bagi para pihak menggunakan Tanda Tangan Elektronik yang diamankan dengan Sertilikat Elektronik. anksi administratif yang diberikan kepada PSE apabila melanggar ketentuan terkait pelindungan kepada anak.

Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 16A dan Pasal 16B terkait pelindungan anak, mencakup mekanisme verifikasi pengguna anak dan mekanisme pelaporan.

  1. Dalam Pasal 16A ayat 1, PSE memberikan pelindungan bagi anak yang menggunakan atau mengakses Sistem Elektronik.
  2. Dalam Pasal 16A ayat 2, Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelindungan terhadap hak anak sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai penggunaan produk, layanan, dan fitur yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh PSE.
  3. Dalam Pasal 16B ayat 1, pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16A dikenai sanksi administratif.
  4. Dalam Pasal 16B ayat 2, sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa (a) teguran tertulis, (b) denda administratif, (c) penghentian sementara, dan/ atau (d) pemutusan akses.

Reaksi negatif

Perubahan kedua UU ITE menuai reaksi keras masyarakat. Menurut pakar demokrasi digital dan pendiri SAFEnet Damar Juniarto, revisi kedua ini tidak menjawab akar permasalahan mengapa UU ITE perlu direvisi sejak awal. Hal ini karena pasal-pasal terkait pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan ancaman masih tetap ada meski telah diubah serupa dengan pasal KUHP Nomor 1 Tahun 2023.

“Padahal, Presiden Jokowi sebelumnya menyatakan akan meminta legislatif untuk merevisi UU ITE jika menimbulkan ketidakadilan. Alih-alih menghapusnya, Komisi 1 DPR dan Kominfo justru tetap mempertahankan pasal-pasal bermasalah tersebut. Ini bisa mengancam kebebasan berekspresi dan memicu potensi kriminalisasi,” kritik Damar dalam laman LinkedIn-nya.

Ia menyebut beberapa tambahan pasal dan ayat baru yang berpotensi memicu masalah, di antaranya (1) Pasal 27B tentang ancaman pencemaran nama baik, (2) Pasal 28 ayat 3 tentang disinformasi yang menimbulkan kerusuhan, dan tambahan ayat 1 dalam Pasal 43 yang memuat pemberian kewenangan kepada Pejabat Pegawai Negeri Sipil untuk melakukan sensor online, take down, dan penghapusan akun media sosial, penutupan rekening bank, dan lainnya.

“Dari sini, saya cenderung menilai bahwa kita masih perlu setidaknya masih perlu setidaknya satu kali merevisi UU ITE untuk menyelesaikan permasalahan ketidakadilan di dalamnya.”