All posts by Korpora

Kesiapan Indonesia Mengadopsi Internet of Things

Internet of Things (IoT) yang digadang-gadang sejak 20 tahun lalu sebagai teknologi masa depan kini mulai dapat dilihat berbagai manfaatnya. Berbicara tentang IoT erat kaitannya dengan teknologi yang saling terhubung dan mudah diakses. Inovasi berlabel “smart” kini mulai gencar diberitakan, mulai dari smart homesmart car hingga smart citySmart city adalah salah satu yang kini gencar dibangun di Indonesia sebagai salah satu langkah modernisasi dan adopsi teknologi ke sektor yang lebih luas.

Salah satu smart city yang sudah mulai dibangun adalah di kota Makasar. Program yang disponsori Telkom Indonesia ini saat ini telah memiliki beberapa layanan yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat, diantaranya berupa e-office, e-kelurahan, e-puskesmas hingga media pengaduan masyarakat yang dibuat secara digital berbasis website dan mobile. Digitalisasi sederhana ini menjadi salah satu langkah terciptanyasmart city.

Lalu, apakah Indonesia sudah siap secara SDM (Sumber Daya Manusia) dan infrastruktur untuk mengadopsi IoT secara masif di berbagai sektor saat ini dengan melihat landscape teknologi yang ada? Menurut Tony Seno Hartono selaku National Technology Officer Microsoft Indonesia, pemrograman IoT tidaklah sulit di sisi device dan banyak SDM lokal yang bisa melakukannya, meskipun kebanyakan baru di tingkat hobi dan belum ditekuni secara profesional. Selain itu, Tony juga menambahkan, bahwa belum banyak yang menyadari bahwa potensi IoT besar sekali.

“Dari berbagai kegiatan kami di bidang kompetisi pemrograman, hal ini terlihat, misalnya para siswa membuat aplikasi menggunakan smart devices yang terhubung ke komputasi awan,” ujar Tony kepada DailySocial. “Infrastruktur yang kita miliki sebenarnya sudah cukup untuk mendukung IoT. Karena tidak semua sensor IoT membutuhkan koneksi internet (atau bahkan listrik)  setiap waktu selama 24 jam. Semua itu tergantung penggunaannya untuk apa.”

IoT sendiri membutuhkan server yang selalu hidup. Dan di sisi lain ada banyak alternatif, misalnya menggunakan data center milik sendiri atau yang tersedia di internet. Untuk skala penerapan IoT yang masif, server cloud akan lebih masuk akal.

Selain Makassar, Bandung kini juga dikabarkan akan segera menerapkan prototipe smart city. Bahkan Telkom Indonesia mentargetkan hingga akhir 2014 akan terdapat 20 kota yang akan dimasuki IoT dengan menerapkan teknologi smart city di wilayah tersebut.

Ditengah hingar bingarnya pemanfaatan IoT, HP Research sempat mengeluarkan publikasi tentang kerentanan perangkat IoT terhadap serangan hacker. Lalu apakah Indonesia siap untuk menanggulangi tantangan ini, terutama dalam hal keamanan perangkat IoT?

“Resiko negatif mungkin karena awareness terhadap keamanan dan privasi yang masih rendah. Banyak orang membuat suatu solusi IoT misalnya untuk memonitor keamanan rumah, namun lupa dari sisi keamanan dan privasi, sehingga begitu layanan dihidupkan maka peretas (hacker) segera punya akses ke sistem ini dan bisa melakukan penyusupan.” ujar Tony menanggapi isu keamanan pada implementasi IoT. “Saya melihat resiko negatif ini jauh lebih sedikit daripada manfaatnya yang luar biasa yang masih belum tergali sampai saat ini.”

IoT adalah bagian dari masa depan yang sudah mulai terealisasikan. Perencanaan yang baik akan meminimalisir berbagai risiko yang dihadapi. Indonesia yang sudah mulai beranjak dewasa dalam mengadopsi teknologi kini sudah siap untuk menyambut digitalisasi yang mulai merasuk ke sendi-sendi kehidupan yang lebih dalam.

 

[Ilustrasi Gambar: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DSenterprise dan ditulis oleh Randi Eka. 

IDC: Pasar TI Dunia Menunjukkan Performa yang Membaik

IDC (International Data Corporation) baru-baru ini menerbitkan publikasi yang melaporkan bahwa saat ini pasar industri TI secara keseluruhan memperlihatkan adanya kebaikan. Dalam siaran pers resmi yang dirilis IDC dituliskan bahwa dewasa ini volatilitas secara bertahap memberi pandangan yang lebih positif pada pasar TI di paruh kedua 2014. IDC sendiri merupakan sebuah perusahaan global intelijen pasar, penyedia jasa konsultasi, dan aktivitas untuk pasar teknologi informasi, telekomunikasi, dan teknologi konsumen.

Pembelanjaan solusi TI di seluruh dunia kini diperkirakan akan meningkat sebesar 4,5% pada tahun 2014 pada mata uang konstan, atau 4,1% dalam dolar AS. Sebuah proporsi yang signifikan dari pertumbuhan ini masih didorong oleh produk berbasis smartphone. Belanja smartphone sendiri dikabarkan meningkat sebesar 3,1% tahun ini dalam mata uang konstan (2,8% dalam dolar AS). Selain smartphone, pertumbuhan terkuat akan datang dari perangkat lunak, termasuk beberapa solusi perangkat lunak yang sedang berkembang pesat pasar seperti analisis data, manajemen data, dan aplikasi kolaboratif termasuk sosial media untuk lingkup enterprise. Tiga pilar besar Big Data yaitu sosial, mobile dan cloud akan terus mendorong hampir semua pertumbuhan belanja TI.

Meskipun beberapa pasar negara berkembang tetap saja dibatasi oleh makroekonomi dan geopolitik wild-card, ada permintaan terpendam yang sekarang signifikan bagi investasi TI yang mendorong pertumbuhan yang lebih kuat tahun depan di pasar, termasuk India, Brazil, dan Rusia. Terpendamnya permintaan telah didorong rebound yang signifikan oleh konsumen dan perusahaan yang belanja TI di China tahun ini, karena kepercayaan yang stabil. Status ekonomi dewasa masih berbanding terbalik pada tahun 2014, sedangkan pasar negara berkembang akan kembali mendominasi pada tahun 2015.

Perlambatan ekonomi pada tahun 2013 memiliki dampak negatif pada belanja TI di Cina, tapi ini juga menciptakan gelombang signifikan dari permintaan terpendam yang kini menjadikan suatu perbaikan dalam investasi teknologi.

Beberapa segmen pasar TI berjalan lebih lemah dari yang diharapkan pada kuartal pertama 2014 (1Q14), sejalan dengan perlambatan terkait cuaca dalam output AS dan dampak dari peristiwa wild-card termasuk konflik di Ukraina. Secara khusus, siklus penyegaran perusahaan infrastruktur terlambat dan terganggu oleh penurunan kepercayaan bisnis jangka pendek. Permintaan yang kuat untuk siklus investasi ini akan mendorong perbaikan di pasar server, storage, dan infrastruktur jaringan dalam beberapa bulan mendatang.

“Berakhirnya dukungan untuk Windows XP jelas bagian dari cerita, tetapi ada juga transisi dari beberapa pengeluaran dari tablet ke PC sebagai konsumen dan bisnis telah mengalokasikandisposable income dan anggaran TI untuk menggantikan notebook yang lebih tua dan desktop,” kata Stephen Minton, Vice President Global Technology & Industri Organisasi Penelitian IDC (GTIRO). “Pasar perangkat tablet juga lebih sensitif terhadap wild-card ekonomi dan persaingan harga, saat ini tingkat penetrasi telah meningkat. Masih banyak pertumbuhan ke depan untuk tablet, namun, dan masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa perbaikan di pasar konsumen PC merupakan sesuatu pembalikan pergeseran jangka panjang untuk tablet dan perangkat hibrida dalam jangka panjang.”

[Gambar: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DSenterprise dan ditulis oleh Randi Eka Yonida. 

LinkedIn Laporkan Pendapatan Kuartal Kedua Tahun Fiskal 2014 dan Perkenalkan Sales Navigator

Minggu lalu giliran LinkedIn yang merilis laporan kuartal kedua di tahun fiskal 2014. Secara garis besar laporan menunjukkan hasil pendapatan yang kuat dari perusahaan penyedia layanan social professional network ini. Pendapatan non-GAAP berada di angka 51 sen per saham pada pendapatan sebesar $534 juta, naik 47 persen dari kuartal yang sama di tahun sebelumnya. LinkedIn juga menawarkan produk baru Sales Navigator sebagai solusi Software as a Service (SaaS).

Pemasukan yang begitu terlihat mencolok dari divisi yang ada pada LinkedIn adalah di bagianTalent, Marketing and Premium Subscription, dimana kenaikan pendapatan ada di kisaran angka 50 persen jika dibandingkan dengan kuartal tahun sebelumnya. Target LinkedIn sendiri untuk pendapatan satu tahun penuh pada fiskal ini yaitu sebesar $2,15 milyar dengan pendapatan $1,80 per saham.

Dewasa ini LinkedIn terus berkembang dengan menciptakan terobosan-terobosan baru dan melakukan akuisisi perusahaan lain untuk memperkuat fungsionalitas dari fasilitas yang ditawarkan. Hal ini berimplikasi pada terus meningkatnya pengguna LinkedIn, sampai saat ini tercatat memiliki sekitar 313 juta anggota.

Di waktu yang hampir bersamaan, LinkedIn menawarkan sebuah solusi SaaS yang didesain untuk dapat menemukan dan mengembangkan hubungan anggota dengan pelanggan yang prospektif ataupun pelanggan yang sudah aktif dengan keanggotaan di LinkedIn. LinkedIn akan mulai fokus dalam hal penjualan dan pemasaran profesional dengan alat baru yang disebut dengan Sales Navigator. Ini merupakan hasil tindak lanjut dari akuisisi perusahaan Newsle yang dilakukan LinkedIn.

Sales Navigator memungkinkan pengguna untuk mendapatkan rekomendasi penjualan, memungkinkan untuk melacak update dan berita yang terkait dengan perusahaan dan juga untuk menemukan mutual connection yang termasuk orang di perusahaan yang sama yang dapat direkomendasikan kepada pengguna. Saat ini Sales Navigator telah tersedia untuk versi desktop dan mobile web. Ke depannya perusahaan akan segera meluncurkan aplikasi mobile untuk produk ini.

Dengan terus berkembangnya inovasi, tidak akan menutup kemungkinan bahwa pendapatan yang akan diperoleh LinkedIn di kuartal berikutnya akan terus membaik. Inovasi yang diusung LinkedIn merupakan pelengkap dari produk-produk perusahaan lain, misalnya jika dibandingkan dengan produk CRM besutan Salesforce. Dengan penetrasi keanggotaan kawula profesional yang kuat, kegesitan LinkedIn harus terus ditingkatkan dan dijaga sebagai modal dasar yang kuat bagi LinkedIn sebagai social professional network unggulan di dunia.

[Gambar: LinkedIn]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DSenterprise dan ditulis oleh Randi Eka Yonida. 

Dukungan Terhadap Windows Server 2003 akan Dihentikan 14 Juli 2015

Setelah satu dekade menemani sistem produksi banyak perusahaan di dunia, Windows Server 2003 dan Windows Server 2003 R2 akan dihentikan pengembangan dan dukungannya. Sebelumnya versi klien dari Windows yang berumur hampir sama, Windows XP, juga bernasib sama. Melalui situs resminya, Microsoft telah mengumumkan tanggal pemberhentian dukungan terhadap Windows Server 2003 dan Windows Server 2003 R2, yaitu pada tanggal 14 Juli 2015.

Dihentikannya dukungan terhadap Windows Server 2003/R2 oleh Microsoft meliputi pemberhentian dukungan terhadap update keamanan, dukungan bugs dan berbagai dukungan online yang biasanya didapat oleh pengguna secara periodik. Mau tak mau perusahaan harus melakukan upgrade ke sistem yang lebih baru, dan dalam hal ini Microsoft begitu gencar menyarankan untuk melakukan upgrade ke Windows Server 2012 R2.

Dalam kampanye migrasi ke Windows Server 2012 R2, Microsoft banyak menekankan hal yang kaitannya dengan virtualisasi, integrasi dengan layanan cloud dan teknologi disaster recovery. Ketika komponen utama itu sudah tertanam pada produk Windows Server 2012 R2, dimana kemampuan Hyper-V untuk sebuah solusi virtualisasi sangat patut diapresiasi kinerjanya. Kemudahan untuk mengintegrasikan lingkungan IT perusahaan dengan solusi public cloud Microsoft akan memberikan sinergi baik untuk sistem backup guna melengkapi teknologi disaster recovery perusahaan.

Sebagian perusahaan yang memiliki data center sendiri juga makin aware dengan solusi hybrid, dimana dengan solusi ini jaminan keutuhan data saat terjadi sesuatu yang tak diinginkan, seperti banjir, kebakaran, atau bencana lainnya dapat dengan mudah dan cepat diatasi.

Ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan jika perusahaan masih enggan untuk berpindah ke sistem yang lebih baru. Selain tidak adanya jaminan keamanan (karena update keamanan dihentikan), kemungkinan akan ditemui berbagai kegagalan dalam kompatibilitas aplikasi, terutama untuk berbagai aplikasi baru. Microsoft juga telah mengklaim, setelah dihentikannya dukungan, produk Microsoft pun juga tidak akan kompatibel, seperti contohnya produk SQL Server terbaru.

Hal lain yang patut dipertimbangkan ialah tentang efektivitas sistem. Ketika masih mempertahankan sistem operasi yang sudah dihentikan dukungannya oleh vendor penyedia, perusahaan yang menjalankan harus memanggul beban ekstra untuk menjamin firewall yang lebih kuat dan berbagai isu keamanan serta infrastruktur lainnya.

Microsoft sendiri juga memberikan kemudahan bagi perusahaan yang masih menggunakan sistem operasi Windows Server 2003 bermigrasi ke sistem operasi yang lebih baru, salah satunya dengan menghubungkan perusahaan dengan rekanan profesional yang telah tersertifikasi dan teruji untuk membantu perusahaan dalam melakukan migrasi.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DSenterprise dan ditulis oleh Randi Eka Yonida.

Samsung Umumkan Laporan Kuartal Kedua, Divisi IT and Mobile Hasilkan Rapot Merah

Samsung secara resmi mengumumkan hasil kinerjanya di kuartal kedua tahun fiskal 2014 ini. Penurunan penetrasi pendapatan dari sisi perangkat mobile sedang ramai diperbincangkan di berbagai media massa dunia. Turunnya profit Samsung di divisi IT and Mobile ini tentu cukup memukul perusahaan asal Korea ini. Dalam laporan keuangan yang dirilisnya, Samsung telah mengumumkan besar keuntungan sebesar 7,19 triliun won atau setara dengan $6,97 miliar.

Dari sisi divisi IT and Mobile Samsung mengalami penurunan laba operasional sebesar 31 persen untuk penjualan tablet dan 12 persen untuk smartphone, dengan nominal penurunan laba sebesar 4,42 triliun won dari perolehan laba operasional di kuartal pertama yaitu sebesar 6,43 triliun won. Dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun sebelumnya, angka ini jauh turun dari angka 6,28 triliun won. Pada dasarnya divisi ini menjadi penompang pendapatan terbesar bagi Samsung.

Samsung berhasil menjual 95 juta unit handset berbasis ponsel pintar dan 8 juta unit tablet pada kuartal kedua ini. Perusahaan berencana mengusung model baru dan memilih bahan baru untukhigh-end smartphone besutan Samsung untuk kembali menstabilkan keuntungan dari sisi perangkat mobile, sesuai pernyataan dari Hyunjoon Kim, Senior VP Samsung Mobile. Inovasiphablet Galaxy seharusnya dapat menjadi harapan untuk menutup penurunan laba 31 persen pada kuartal ini karena trend terkini devices phablet ukuran kisaran 5,5 inci cukup menjadi trend di pasaran.

Tak mengherankan jika Samsung alami penurunan performa pendapatan dari pangsa pasar perangkat mobile, pasalnya dalam pangsa pasar low-end devices Samsung harus bekerja sangat keras bersaing dengan vendor lain seperti Lenovo dan Asus.

Samsung sendiri masih punya divisi lain yang memiliki peningkatan keuntungan, salah satunya pada divisi peralatan elektronik tercatat pertumbuhan konsumen sebesar 300 persen dengan peningkatan keuntungan sebesar 0,77 trilyun won. Untuk bisnis semikonduktor dan display panel Samsung juga mendapatkan keuntungan sebesar 2,09 trilyun won, naik sebesar 12 persen. Dengan demikian Samsung menerima keuntungan pendapatan sebesar 52,35 trilyun won dalam penjualan produknya, turun 2 persen dari kuartal sebelumnya. Dalam laporan tercatat laba besih sebesar 6,25 trilyun won.

Selain akan kembali fokus untuk mengusung inovasi lebih hebat dalam pengembangan perangkat mobile, Samsung juga akan meningkatkan performa bisnis SSD dan solusi berbasis cloud computing.

[Gambar: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DSenterprise dan ditulis oleh Randi Eka Yonida.

UKM Seharusnya Memiliki Rencana Disaster Recovery Berbasis Cloud Sejak Dini

Berbeda dengan perusahaan raksasa yang telah sukses, perusahaan kecil hingga menengah membutuhkan perhatian yang lebih besar untuk mengembangkan bisnis mereka. Perhatian-perhatian tersebut mencakup uang, waktu, sumber daya, dan lain sebagainya. Namun banyak dari mereka yang gagal merencanakan dan mempersiapkan dengan baik kondisi perusahaan ketika bencana alam melanda.

Berdasarkan laporan Administrasi Bisnis Mikro (SBA) Amerika Serikat, diperkirakan 25% dari perusahaan kecil yang terkena dampak bencana gagal untuk menyelamatkan nyawa perusahaan mereka. Perusahaan seharusnya mengetahui lantas mempersiapkan backup dari data-data mereka, aplikasi-aplikasi, dan pekerjaan mereka. Langkah ini dilakukan demi meminimalisir kehilangan yang didapatkan kala bencana melanda.

Perusahaan dapat melindungi bisnis mereka dengan terlebih dahulu mengidentifikasi jenis bencana alam atau human error yang kemungkinan akan terjadi, kemudian membuat perincian rencana untuk tindakan yang dapat dilakukan saat bencana terjadi. Tidak perlu menunggu untuk bencana datang terlebih dahulu, perusahaan seharusnya telah mulai kesiapannya sejak dini.

Hal ini menjadikan terbukanya peluang untuk mengembangkan binis berkonsep Disaster Recovery. Disaster Recovery menawarkan keamanan yang jauh lebih baik, mengizinkan klien mereka sebagai perusahaan kecil untuk mengatur titik pembaruan berdasarkan menit atau jam tertentu. Dengan demikian, perusahaan dapat dengan cepat melakukan restart aplikasi ketimbang harus mengembalikannya dari ruang penyimpanan yang berbeda-beda.

Kini, telah banyak perusahaan atau organisasi memanfaatkan cloud untuk membackup data-data mereka, umumnya setiap 24 jam sekali atau lebih. Ketika bencana terjadi, data dari dalam beberapa jam atau beberapa hari dapat hilang kapan saja, namun butuh waktu yang tidak singkat pula untuk mengembalikannya. Meskipun begitu, masih banyak UKM tidak memiliki program Disaster Recovery sama sekali hanya karena implementasinya yang mereka anggap rumit dan berbelit, terlalu mahal, atau keduanya.

Tantangan justru hadir bagi pelayan jasa Disaster Recovery, mereka dituntut untuk menghadirkan backup dengan tidak hanya cepat tetapi juga melalui proses yang simpel. Namun, dalam berbagai kasus mereka sama sekali tidak dapat mempermudah, mereka hanya mengirim kerumitan kepada tim khusus yang secara manual mengelola Disaster Recovery atas nama pelanggan. Hasilnya, layanan ini tetap terhitung mahal karena kerumitan masih saja ada, dan pelanggan terus membayar biaya jasa dan infrastruktur.

Industri Disaster Recovery masih memiliki ruang besar untuk digarap agar lebih cepat, lebih murah, dan lebih sederhana demi melayani pelanggan dengan menerapkan prinsip-prinsip skala besar, standar komputasi awan hybrid untuk masalah ini. Seperti yang dikutip dari VMware, bahwa cloud mengubah cara organisasi TI beroperasi, dan Disaster Recovery seharusnya bukan pengecualian.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DSenterprise dan ditulis oleh Michael Erlangga. 

LinkedIn Akuisisi Bizo untuk Tingkatkan Kapabilitas Pemasaran B2B

LinkedIn resmi mengumumkan akuisisi Bizo, perusahaan yang bergerak pada bidang pemasaran bisnis. Perusahaan ini memiliki layanan pengiklanan untuk bisnis dan professional. Dalam pernyataan resminya, nilai kesepakatan dari akusisi ini sekitar $175 juta, terdiri dari 90 persen yang akan dibayarkan cash sementara 10 persen lainnya dalam bentuk saham.

Bizo didirikan pada tahun 2008 di di San Francisco dengan fokus pengembangan pada platform pemasaran B2B. LinkedIn begitu bersemangat dalam melakukan akuisisi ini, karena layanan yang ditawarkan Bizo akan memungkinkan pemasar untuk menjangkau audiens profesional, memelihara prospek, dan memperoleh pelanggan di seluruh jaringan bisnis dan profesional. Bizo juga telah mengembangkan produk-produk inovatif yang dapat mengukur efektivitas program pemasaran multi-channel dimana produk ini penting untuk membantu pemasaran menavigasi proses pemasaran B2B.

“Kemampuan kami untuk mengintegrasikan solusi B2B dengan produk pemasaran konten mereka akan memungkinkan kita untuk menjadi platform yang paling efektif untuk B2B pemasar untuk melibatkan profesional,” ungkap Deep Nishar, Senior Vice President of Product and User Experience LinkedIn.

Akuisisi ini memang akan memberikan dampak baik untuk meningkatkan kapabilitas layanan LinkedIn dalam kaitannya menjadi social professional network paling mumpuni di dunia. LinkedIn memang sedang terus berinovasi dan berbenah, seperti sebelumnya LinkedIn hadirkan fitur baru untuk relevansi konten perusahaan untuk tingkat lokal.

Sebelumnya LinkedIn juga telah mengakusisi Newsle sebuah layanan yang memungkinkan penggunanya mengimpor data kontak dari Facebook atau web untuk memberitahu pengguna apakah ada orang dalam jaringan yang telah disebutkan.

Berbagai penguatan yang dikembangkan tim LinkedIn akan semakin menjadikannya sebagai professional social network jempolan yang digandrungi. Pasalnya pemimpin-pemimpin serta perusahaan di dunia juga tak sedikit yang memanfaatkan LinkedIn untuk menjalin komunikasi profesional dengan rekanan atau profesional lainnya di dunia. Walaupun dari sisi komunikasi dua arah fitur LinkedIn belum begitu banyak digemari, karena berbagai pilihan media sosial yang lebih memanjakan penggunanya dengan fasilitas komunikasi yang apik seperti Twitter, namun untuk kalangan profesional memang saat ini penting untuk memiliki akun LinkedIn dan membangun jaringan profesional didalamnya, baik hanya untuk sekedar online professional info ataupun memang intend membangun karir melaluinya.

 

[Gambar: LinkedIn]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DSenterprise dan ditulis oleh Randi Eka Yonida. 

Penjualan iPhone dan Mac Usung Apple Raih Pendapatan Gemilang

Kemarin (22 Juli 2014) Apple baru saja merilis laporan pencapaian di kuartal tiga 2014. Dari laporan yang dirilis disimpulkan hawa jumlah penjualan unit produk andalan Apple, iPad menurun dibanding kuartal tahun sebelumnya dan dipandang mengecewakan, sementara produk smartphone andalannya iPhone mencatat peningkatan. Produk Mac dan iPod cenderung di angka yang stabil, tidak begitu mencolok banyak pergerakannya. Apple mencatat pendapatan $37,4 milyar di kuartal ketiga ini dan membukukan $7,7 milyar laba bersih.

“Rekor pendapatan kuartal Juni kami didorong oleh penjualan yang kuat dari iPhone dan Mac dan pertumbuhan terus terjadi pada pendapatan dari ekosistem Apple, mengendalikan tingkat pertumbuhan EPS tertinggi dalam tujuh kuartal,” tulis CEO Apple Tim Cook dalam rilis. “Kami sangat gembira tentang rilis mendatang dari iOS 8 dan OS X Yosemite, serta produk dan layanan baru lainnya yang kita sudah tidak sabar lagi untuk memperkenalkan.”

Kuartal ini Apple menjual 35,3 juta unit iPhone, 13,3 juta unit iPad dan 4,4 juta unit Mac. Dibandingkan dengan kuartal di tahun sebelumnya, penjualan iPhone tumbuh sebesar 13,9 persen, sementara penjualan iPad menurun 8,9 persen. Penjualan iPhone dan iPad yang jumlahnya cukup mencolok ialah di negara China, dengan penjualan iPhone naik 48 pesen dan penjualan iPad naik hingga 51 persen.

Selain pencapaian tersebut di atas, Apple juga menuai prestasi cukup gemilang di pasar saham. Usai hari penyampaian laporan kuartal tercatat saham Apple ditutup $524,75 per saham. Strategi deviden yang diusung cukup membawakan hasil, saham Apple terus naik selama tiga bulan terakhir. Dalam pernyataan resminya perusahaan akan menargetkan prospek fiskal kuartal keempat akan membawa pendapatan antara $37-40 milyar dengan margin kotor 37-38 persen.

Optimisme Apple bukan tanpa alasan, pasalnya produk barunya kini juga tengah siap untuk meningkatkan pendapatan Apple. Jangkauan dan sektor pasar produk Apple pun terus meningkat. Terlebih kini Apple juga mulai serius untuk merasuk lebih dalam ke ranah enterprise dengan menjalin kerja sama dengan IBM beberapa waktu lalu. Secara serius Cook menyinggung kerja sama dengan IBM dan juga akusisi Beat yang diyakini akan menumbuhkan skema inovasi Apple.

[Gambar: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DSenterprise dan ditulis oleh Randi Eka Yonida.

Produk Microsoft Berbasis Cloud Tumbuh Subur di Kuartal Empat Tahun Fiskal 2014

Di waktu yang hampir bersamaan dengan Apple, Microsoft akhirnya mempublikasikan laporan kinerja di kuartal ke empat tahun fiskal 2014. Dalam laporannya Microsoft menuliskan besaran pendapatan $23,38 milyar dari laba bersih per saham $0,55. Dalam kuartal ini Microsoft mencatat keuntungan dari devices terbarunya Surface sebesar $490 juta. Laba operasional yang dilaporkan sebesar $6,48 milyar. Dengan demikian pada kuartal keempat ini pendapatan Microsoft tumbuh sebesar 18 persen.

Setelah resmi mengakusisi Nokia, perusahaan telepon genggam itu menyumbangkan pendapatan $1,99 milyar di kuartal empat untuk Microsoft, dengan kerugian operasi sebesar $692 juta. Microsoft juga memiliki 4 sen keuntungan saham dari mengakhiri perjanjian komersial Nokia, 2 sen per saham untuk integrasi dan 5 sen per saham terpukul karena penyesuaian pajak. Nokia menjual 5,8 juta unit smartphone Lumia dan 30,3 juta unit perangkat non-Lumia.

Aplikasi produktivitas andalannya, Microsoft Office tercatat memberikan kenaikan pendapatan sebesar 21 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Ada 5,6 juta pelanggan Office 365 dengan pertambahan 1 juta pengguna di kuartal ini. Sedangkan pendapatan dari produk Windows naik 3 persen, penjualan meningkat dengan klien enterprise.

Yang paling menarik dari laporan tersebut ialah pertumbuhan penghasilan dari produk Microsoft berbasis cloud. Kenaikan pendapatan dari sektor ini dilaporkan sebanyak 147 persen. Nadella cukup berhasil dalam mengkomersialisasikan produk cloud Microsoft, Windows Azure.

“Eksekusi yang solid dan disiplin biaya memungkinkan kami untuk memaksimalkan kami pada penutupan tahun fiskal ini,” kata Amy Hood, Executive Vice President and Chief Financial Officer Microsoft. “Kami memasuki fiskal tahun 2015, kami berfokus pada menyelaraskan sumber daya kami untuk investasi strategis yang kami percaya akan memberikan gelombang inovasi berikutnya, pertumbuhan ekonomi dan nilai pemegang saham jangka panjang.”

Beberapa titik terang dari hasil penjualan yang meningkat dari produk berbasis konsumen tentunya akan memberikan semangat lebih bagi Micorosoft untuk berbuat sesuatu dengan Nokia yang sudah menjadi miliknya. Namun pasalnya isu PHK yang akan dilakukan juga cukup mencengangkan, belum lagi penghentian pengembangan feature phone warisan Nokia sebelum resmi diakusisi Microsoft. Sebagai sebuah perusahaan yang baru berevolusi dari perusahaan penyedia perangkat lunak menjadi devices and services company, tentu akan banyak pembelajaran dari kebijakan perusahaan yang diambil.

[Gambar: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DSenterprise dan ditulis oleh Randi Eka Yonida. 

Memberikan Porsi yang Tepat untuk Akses Media Sosial Bisa Tingkatkan Produktivitas Pekerja di Kantor

Seperti kita ketahui bersama, media sosial menjadi sesuatu yang sangat bombastis dan masif berkembang di abad ke-21. Berbagai kalangan turut andil dalam meramaikan portal pergaulan di Internet ini, termasuk kalangan enterprise. Berdasarkan hasil survei yang dirilis Proskaeur dalam publikasinya yang berjudul “Social Media in the Workplace Around the World 3.0” menunjukan bahwa 90 persen dari perusahaan yang ada memanfaatkan media sosial untuk tujuan bisnis. Rata-rata perusahaan menggunakannya untuk mempromosikan organisasi serta meningkatkan komunikasi internal.

Berbicara mengenai media sosial untuk lingkup enterprise memang akan bisa ditemui banyak manfaat baik, bahkan dewasa ini media sosial juga dilibatkan dalam proses perekrutan, termasuk untuk penelitian tentang individu calon karyawan. Namun dibalik berbagai manfaat yang ada media sosial juga memberikan dampak negatif yang harus diperhitungkan. Salah satunya adalah hasil survei Proskaeur yang menyatakan penggunaan media sosial di perusahaan meningkat cenderung mengakibatkan interaksi sosial di tempat kerja menurun.

Untuk menanggulanginya sebanyak 36 persen perusahaan yang disurvei memilih untuk memblokir akses ke situs media sosial di tempat kerja, angka ini naik dari tahun 2012 dimana saat ini persentasenya masih 29 persen. Memang tak jarang kita menemui isu-isu di media sosial yang kaitannya dengan profesi, seperti pemecatan karena ocehan di media sosial hingga saling hujat di media sosial.

Penelitian dari Evolv juga mengungkapkan korelasi penggunaan media sosial di kantor dengan produktivitas pekerja. Hasil yang didapat dengan beristirahat sejenak untuk berselancar di media sosial dapat membantu karyawan menyegarkan kepala mereka dan lebih bugar dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

Membuat kebijakan media sosial di perusahaan mungkin bisa memnyeimbangkan antara penggunaan media sosial di kantor dengan produktivitas. Di sini perlu didefinisikan dengan jelas apa yang boleh dilakukan dan tidak dalam penggunaan media sosial. Pasalnya ketika mereka menyertakan identitas pekerjaan di dalamnya, otomatis juga bisa berdampak baik citra perusahaan. Sering kita temui, pendapat pribadi seorang staf kantor dinilai sebagai pandangan yang mewakili kantor tersebut. Adanya kontrol (yang tidak terlalu mengekang) setidaknya dapat membantu menjaga citra perusahaan di mata publik.

Ada kalanya perusahaan juga perlu berinvestasi untuk mendatangkan profesional yang paham betul tentang pengembangan mental karyawan sehingga mampu memanfaatkan media sosial dengan relevan serta bagaimana menghindari penyalahgunaan kekuasaan sosial yang sering berakibat negatif. Membuat karyawan tahu diri menjadi kewajiban perusahaan karena kesalahan fatal jika membiarkannya menghabiskan lebih banyak waktunya di media sosial ketimbang memikirkan masalah produktivitasnya.  Meskipun demikian, adanya akses ke sosial media untuk sekedar bercakap singkat dengan rekan atau melihat isu terbaru memang perlu diberikan.

Untuk kebutuhan internal kantor sendiri disarankan untuk menggunakan media sosial kolaboratif yang memang didesain untuk kebutuhan enterprise seperti Yammer, Incentive, atau produk lainnya sehingga benar-benar dipisahkan antara suatu percakapan sosial pribadi dan profesional.

Beberapa ulasan diatas mungkin bisa menjadi pertimbangan sebelum kebijakan perusahaan untuk memblokir media sosial di kantor direalisasikan. Evolusi yang ada tidak harus selalu dihindari, tetapi disikapi dan diadaptasi sesuai dengan porsinya.

[Ilustrasi gambar: Shutterstock]