Setelah berlangsung selama hampir 1 bulan, PUBG Mobile Global Championship 2020 akhirnya mengakhiri babak liga dengan menobatkan Four Angry Men sebagai juaranya. Bigetron Red Aliens yang sempat memimpin sepanjang 3 minggu jalannya liga harus puas berada di posisi kedua. Meski begitu, pencapaian positif berhasil diraih oleh tim Asia Tenggara mengingat semua perwakilan berhasil lolos ke grand final yang akan diadakan di Coca Cola Arena, Dubai, Uni Emirat Arab.
Selain Bigetron RA, tim SEA yang berhasil lolos yakni RRQ Athena, Secret Jin, POWER888 KPS dari Thailand, Team Secret dari Malaysia, dan terakhir ada Aerowolf LIMAX yang menjadi wakil Indonesia lainnya selain Luxxy dan kawan-kawan. Pencapaian ini membuat Asia Tenggara menjadi region yang paling banyak mengirimkan perwakilan di grand final.
Tentu berbagai persiapan dilakukan oleh masing-masing tim untuk bisa tampil maksimal saat grand final nanti yang tinggal menyisakan kurang dari 2 minggu. Seperti contohnya Bigetron RA yang tidak hanya mendatangkan Leander “Liquid” Deusfiel sebagai pemain ke 5 untuk memperkuat tim namun juga menerapkan karantina sebelum menuju keberangkatan ke Dubai mengingat pandemi COVID-19 yang masih merebak terutama di Indonesia.
Mengamati akan hal ini, kami berbicara dengan 3 caster PUBG Mobile Global Championship 2020 dari 3 negara berbeda. Mereka adalah Florian “Wolfy” George dari Indonesia, Suphakit “Zaffer” Nonta dari Thailand, dan Azrul “J Hunter” Anwar dari Malaysia.
Florian “Wolfy” George
Pendapat Wolfy mengenai kondisi tim PUBG Mobile Asia Tenggara menjelang PMGC 2020. “Menurut gue tim-tim Asia Tenggara sukses membuktikan kelasnya karena semua tim berhasil lolos ke Grand Final. Memiliki pengalaman terbanyak dan menjadi region paling kompetitif membuat mereka lebih terasah kemampuannya dan membuat mereka lebih baik dibanding region lain. Satu-satunya region yang bersaing ketat dengan SEA adalah Tiongkok yang menurut gua satu level dengan SEA.”
Kelemahan tim PUBGM SEA yang perlu diperbaiki di Grand Final PMGC 2020: “Kelemahan tim SEA ada di adaptasi yang cukup lambat ketika tim dari region lain seperti Tiongkok dan tim asal Amerika dan Eropa yang berubah gaya main seperti dari segi rotasi ataupun keputusan untuk fight dari tim. Hal ini terlihat dari pertengahan musim dan menjadi PR yang perlu dikerjakan semua tim SEA nantinya di Grand Final.”
Prediksi dan opini Wolfy mengenai tim SEA di Grand Final PMGC 2020: “Prediksi gua untuk tim SEA PMGC 2020 pada kali ini harusnya bisa masuk 12 besar semua. Bigetron RA dan RRQ Athena yang memiliki peluang terbesar untuk menjadi juara. Four Angry Men dan NOVA XQF yang menjadi pesaing kuat tim SEA untuk merebut gelar juara.”
Suphakit “Zaffer” Nonta
Pendapat Zaffer mengenai kondisi tim PUBG Mobile Asia Tenggara menjelang PMGC 2020: “Secara keseluruhan saya mengakui bahwa seluruh tim SEA bermain sangat baik hingga akhirnya berhasil lolos ke grand final di Dubai. Tentu Grand Final yang akan berlangsung di Dubai berjalan menyenangkan. Meski begitu saya harus mengakui tim SEA masih sedikit lebih unggul dibanding tim PUBGM asal Tiongkok.”
Kelemahan tim PUBGM SEA yang perlu mereka perbaiki di Grand Final PMGC 2020 : “Sulit melihat kelemahan tim SEA saat ini, PUBG Mobile bergantung dengan momentum dan timing. Saya percaya seluruh tim yang berhasil lolos ke Grand Final merupakan tim kuat. Tentu masih ada kelemahan di setiap tim termasuk tim Asia Tenggara namun semua bergantung dari siapakah tim yang membuat sedikit kesalahan.”
Prediksi dan opini Zaffer mengenai tim SEA di Grand Final PMGC 2020: “Dari semua 6 tim Asia Tenggara, mereka semua memiliki peluang untuk menjadi juara. Hati saya sebenarnya mengatakan RRQ namun jika melihat dari fakta, Bigetron memiliki kesempatan untuk menjadi juara.”
Azrul “J Hunter” Anwar
Pendapat J Hunter mengenai kondisi tim PUBG Mobile Asia Tenggara menjelang PMGC 2020. “Menurut saya tim SEA saat ini memiliki kesempatan yang sangat baik untuk merebut gelar juara terutama PMGC 2020 memakai sistem offline. Tim SEA memiliki pengalaman terbanyak untuk turnamen offline. Bahkan di berbagai turnamen, tim SEA yang menentukan meta game. Selain itu mereka juga lebih siap secara mental dari dalam maupun luar game yang membuat mereka lebih tahan terhadap taunting, kelelahan mental, dan lainnya.”
Kelemahan J Hunter mengenai tim PUBG Mobile Asia Tenggara yang perlu diperbaiki di Grand Final PMGC 2020: “Terkadang tim Asia Tenggara memiliki sifat hidup atau mati dan jarang mundur dari pertarungan. Hal ini menjadi keunggulan dan kelemahan namun terkadang SEA Team cenderung overextend.”
Prediksi dan opini Zaffer mengenai tim SEA di Grand Final PMGC 2020: “Secara pribadi saya yakin seluruh tim SEA bisa menembus 10 besar di Grand Final nanti dengan RRQ dan Bigetron berada di 3 besar.”
Perkembangan esports Indonesia berkembang pesat belakangan ini. Bahkan, sebagian besar organisasi esports Indonesia membuka divisi atau membangun tim baru di luar negeri mulai dari EVOS, RRQ, ONIC, AURA, dan yang lainnya. Namun membangun tim di luar juga membutuhkan tantangan ekstra dan tidak semua berakhir sesuai dengan target dari manajemen.
Meski begitu, ada juga tim esports di luar negeri yang membawa bendera organisasi esports Indonesia berhasil meraih pencapaian prestisius bahkan melebihi divisi sebelumnya di Indonesia. Berikut daftar 4 tim esports Indonesia yang sukses membuat divisi di luar negeri.
RRQ Athena (Thailand – PUBG Mobile)
Rex Regum Qeon sebelumnya telah memiliki divisi esports di Thailand dengan kehadiran roster Arena of Valor yakni RRQ Black Forest. Tim berjuluk sang raja ini meluaskan sayap mereka ke divisi PUBG Mobile di Thailand dengan mengakuisisi roster dari Soul of Soy pada bulan Agustus 2020. Keputusan tersebut langsung berbuah prestasi bagi RRQ dengan menjadi juara di 2 turnamen internasional sekaligus yakni PUBG Mobile Star Challenge 2018 – Asia dan PUBG Mobile Star Challenge 2018.
Di tahun selanjutnya, RRQ Athena masih memboyong berbagai prestasi dengan menjadi juara di PUBG Mobile Club Open Spring Split – SEA Championship dan PUBG Mobile Club Open – Fall Split: SEA Championship. Mereka bahkan nyaris mempertahankan gelar juara PUBG Mobile Star Challenge namun Pachachai “G9” Han dan kawan-kawan harus mengakui keunggulan Team Unique yang akhirnya menjadi juara.
Memasuki 2020, penampilan RRQ Athena terlihat menurun dengan hanya meraih juara di PUBG Mobile Pro League Season 1 Thailand Regular Season. Meski begitu mereka tampil cukup konsisten ketika bertarung di turnamen internasional dengan berhasil meraih juara 3 di PUBG Mobile World League Season 0: East dan PUBG Mobile Global Championship Season 0 untuk di fase liga.
Memang saat ini RRQ Athena harus mengakui rival terberat mereka di kancah SEA dan dunia yakni Bigetron Red Aliens yang tampil lebih bersinar di 2020. Namun keputusan RRQ menghadirkan roster PUBG Mobile terbilang tepat berkat prestasi dan penampilan yang terbilang stabil jika dibanding dengan tim PUBG Mobile Indonesia mereka, RRQ Ryu.
BOOM Esports (Brazil – CS:GO)
CS:GO menjadi divisi pertama yang diperkenalkan oleh BOOM Esports sejak awal terbentuk. Memasuki bulan Februari 2020, tim berjuluk Hungry Beast ini memutuskan untuk mengakuisisi mantan roster dari INTZ yang berasal dari Brazil. Ambisi untuk menjadi tim nomor satu dunia ditambah minimnya kompetisi CS:GO di SEA dan Indonesia membuat BOOM berani mengambil talenta negeri Samba tersebut.
Pemain yang diboyong juga tidaklah sembarangan seperti contohnya Ricardo “Boltz” Prass yang pernah bermain di SK Gaming dan Immortals yang sukses menyabet gelar 20 besar pemain terbaik versi HLTV di tahun 2017. Selain itu juga ada João “felps” Vasconcellos, yang merupakan mantan pemain di SK Gaming dan MIBR.
Keputusan BOOM berbuah manis dengan dominasi mereka sepanjang 2020 karena mereka tercatat berhasil meraih catatan sapu bersih gelar juara dari 10 turnamen yang mereka ikuti di kancah Amerika Selatan. Bahkan berdasarkan statistik dari HLTV, mereka memiliki rekor kemenangan 92,3% dari turnamen yang mereka ikuti 3 bulan terakhir.
Tantangan BOOM Esports CS:GO baru akan terjadi di 2021 ketika mereka mendapatkan undangan ke IEM Katowice 2021 yang akan dimulai tanggal 16 Februari 2021 di Katowice, Polandia. Mereka akan berjuang dari babak Play-In melawan tim-tim ternama dunia seperti Team Liquid, FNATIC, dan Virtus Pro. Hanya 8 tim dari babak play-in yang berhak lolos ke babak berikutnya.
EVOS Esports (League of Legends – Vietnam)
Setelah resmi menghadirkan divisi DOTA 2 dan Hearthstone, EVOS Esports resmi terjun ke League of Legends dengan mengakuisisi Fortius, tim League of Legends Indonesia pada bulan Mei 2017. Mereka memilih untuk tidak berkompetisi di Indonesia melainkan Vietnam yang merupakan negara yang paling mendominasi kancah LOL di Asia Tenggara.
Pemain LOL Indonesia yakni Kenny “Chupper” Marcelino yang sempat membela EVOS akhirnya memutuskan pensiun setelah hanya bertahan di tim selama 3 bulan. Mengalami pasang surut sepanjang 2017, nama EVOS mulai bersinar ketika berhasil lolos ke Vietnam Championship Series (VCS) 2018 Spring melalui jalur promosi.
Tidak sampai disitu, mereka juga menjadi juara VCS 2018 Spring dengan menundukkan GAM Esports dengan skor sengit 3-2. Pencapaian tersebut membuat mereka berhak mendapat tempat di babak Play-In. Mereka sukses menundukkan Super Massive eSports, wakil dari Turki yang membuat EVOS lolos ke babak Group Stage. Walau akhirnya harus puas di peringkat terakhir, mereka sukses menahan imbang tim papan atas seperti Team Liquid dan FNATIC.
Seusai MSI 2018, EVOS tidak lagi menembus turnamen dunia dengan hasil yang mereka peroleh sampai 2020. Sejatinya, EVOS berpeluang untuk lolos ke Worlds 2020 namun akhirnya mimpi mereka harus kandas usai takluk melawan GAM Esports di VCS Summer 2020. Perjalanan EVOS di ranah League of Legends harus berakhir di Desember 2020 nama tim mereka menghilang di VCS musim mendatang.
EVOS SG (Mobile Legends – Singapura)
Sampai saat ini kancah Mobile Legends dunia masih dikuasai oleh Indonesia. Meski begitu, beberapa tim esports Indonesia tercatat membuat tim Mobile Legends sampai ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina. Di antara capaian tim esports yang memiliki divisi Mobile Legends di luar Indonesia, EVOS Esports dengan kehadiran roster Singapura mereka menjadi tim esports yang paling sukses dibanding tim lainnya.
Terbentuk sejak Mobile Legends Professional League Season 2 MY SG, EVOS Singapura meraih prestasi yang terbilang stabil di MPL MY SG. Meraih posisi runner up dua kali beruntun, mereka akhirnya berhasil meraih gelar juara pertama di musim keempat. EVOS SG berpeluang untuk mendapatkan gelar MPL kedua mereka di musim keenam namun harus kandas saat menghadapi Todak di grand final.
Sayangnya prestasi mereka belum maksimal di tingkat internasional. EVOS SG, sejauh ini, masih belum berhasil menempati posisi 4 besar. Pencapaian tertinggi mereka terjadi di MLBB Southeast Asia Cup 2019 dengan meraih 6 besar. Kabar baiknya, EVOS SG menjadi salah satu tim yang bertarung di M2 World Championship yang diadakan di negara mereka, Singapura yang dimulai 18 Januari 2021.
Berkaca dari performa mereka di ONE Esports MPL Invitational, Stefan “SouL” Chong dan kawan-kawan harus bekerja keras untuk memperbaiki performa mereka sebelum M2 mengingat sebelumnya mereka tersingkir saat menghadapi Ronin Esports dari Myanmar di 12 besar.
Di tengah dominasi esportsmobile di Indonesia, Dota 2 yang menjadi game PC yang cukup lama menghiasi perjalanan esports Indonesia masih sukses bertahan di 2020. Walau banyak perubahan seperti berkurangnya tim Dota yang tersisa maupun kehadiran turnamen yang semakin minim di Indonesia, game besutan Valve ini masih terbukti eksis hingga saat ini berkat dukungan dari komunitas maupun dari pegiat dari komunitas.
Bagaimana DOTA 2 Indonesia di tahun 2020? Apa sajakah perubahan yang terjadi di tahun sebelumnya dan bagaimana prediksi di tahun 2021? Kali ini saya berbincang-bincang secara langsung dengan caster Dota 2 di Indonesia yakni Yudi “Justincase” Anggi, Dimas “Dejet” Surya Rizki, dan Gideon “ANONIM” Arief yang memberikan opini mereka seputar kaleidoskop Dota 2 Indonesia di 2020.
BOOM Esports menjadi tim Dota 2 Indonesia yang semakin sukses di 2020 dengan prestasi mereka seperti meraih 4 besar di turnamen Minor Dota 2 hingga tampil stabil di turnamen regional.
Bagaimana pendapat kalian akan performa BOOM di 2020 dan apakah BOOM masih mempertahankan performa mereka di 2021 setelah ditinggal pemain penting mereka, Randy “Dreamocel” Sapoetra?
Justincase: “Melihat performa BOOM Esports di 2020, gua optimis seandainya di 2020 ada The International 90% mereka pasti bakal lolos. Namun sayangnya Valve memutuskan untuk meniadakannya tahun ini. Alasannya mereka bisa mengalahkan tim-tim ternama SEA saat ini seperti FNATIC dan MG Trust meskipun mereka sempat secara mengejutkan dikalahkan oleh MG Trust di grand final yang seharusnya mereka bisa meraih gelar juara.
Secara pribadi gua terkejut Dreamocel meninggalkan BOOM dan bisa menjadi petaka bagi tim. Gua berharap yang terbaik untuk karir Dreamocel ke depannya dan yang gua takutkan apakah pengganti Dreamocel bisa membawa BOOM ke The International tahun depan. Namun tetap berharap terbaik bagi mereka di 2021.”
ANONIM: “Kalau dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, BOOM secara kualitas lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya meski sayangnya belum berhasil meraih gelar juara regional seusai ESL SEA Championship. Bicara mengenai keluarnya Dreamocel, BOOM memang butuh suasana yang baru yang menurut gua menjadi alasan mereka melakukan keputusan tersebut. Siapapun penggantinya, BOOM bakal tampil lebih baik di tahun 2021.”
Dejet: “Di 2020, BOOM tetap jadi tim yang masih mempertahankan core organization mereka yakni PC. Divisi Dota 2 secara keseluruhan tampil konsisten dengan berhasil mencapai 3 besar di turnamen SEA. Mengenai keluarnya Dreamocel, secara pribadi optimis mereka akan tetap menjadi BOOM Esports walau mereka mengganti pemain atau lineup mereka. Tidak ada salahnya untuk menunggu kiprah dari pemain baru ini di BOOM.”
Selain BOOM Esports, sejatinya ada berbagai tim Dota 2 Indonesia lain yang masih eksis hingga saat ini seperti contohnya Army Geniuses, NGID M11, The Prime Esports yang kembali menghadirkan divisi Dota 2 mereka di 2020. Bagaimana pendapatnya akan penampilan ketiga tim yang disebutkan di tahun ini?
Justincase: “Berbicara mengenai ketiga tim ini, Army Geniuses menjadi tim yang paling pesat perkembangannya di 2020. Berbeda dengan The Prime dan NGID yang ada dihuni pemain veteran Dota 2 Indonesia seperti Rusman dan Varizh di The Prime atau KelThuzard dan Travins yang berada di NGID. Army Geniuses berisikan gabungan dari PG Orca dan Godlike, tim akademi dari PG Barracx.
Mereka bahkan sempat mengalahkan Sparking Arrow Gaming yang merupakan tim DOTA 2 ternama di Tiongkok saat ini. Mereka juga memiliki pemain berbakat seperti Tri “MamangDaya” Pamungkas yang memiliki kemampuan mekanik yang bagus saat bersama PG Orca. Tinggal bagaimana racikan pelatih AG, Farand “Koala” Kowara bisa memaksimalkan performanya dan juga pemain lain untuk tahun mendatang.”
ANONIM: “Selain BOOM Esports, pemain Dota 2 Indonesia saat ini mayoritas bermain di 3 tim tersebut dengan alasan passion. Contohnya Rusman yang sempat bermain Mobile Legends di Rex Regum Qeon namun akhirnya memutuskan kembali ke Dota karena alasan tersebut. Meski begitu, ketiga tim ini masih harus berjuang keras untuk setidaknya bisa menembus turnamen Dota 2 SEA.”
Dejet: “Kalau melihat apa yang mereka lakukan di 2020, menurut gua, target The Prime dan NGID adalah membuktikan diri di Indonesia. Namun untuk Army Geniuses bisa menjadi tim dengan potensi besar dengan kehadiran roster yang masih muda banget dan sudah diberikan fasilitas untuk bisa berkembang. Tinggal bagaimana caranya mereka bisa memadukan chemistry mereka dan menunjukkan kemampuannya lebih dari apa yang mereka lakukan saat ini.”
Di 2020 kita bisa melihat semakin banyak pemain Dota 2 Indonesia yang memutuskan untuk berpindah ke tim luar negeri. Bagaimana pendapatnya akan performa para pemain terutama ketika bermain di tim luar?
Justincase: “Menurut gua realistis bagi para pemain yang masih cinta dengan Dota 2 untuk memutuskan bermain di tim luar mengingat tim esports ternama di Indonesia seperti EVOS dan RRQ memilih melepas divisi Dota 2 mereka. Di antara pemain tersebut menurut gua Xepher dan Whitemon yang berkembang paling pesat.
Walau ada kendala bahasa di awal, mereka bisa mengatasi hal tersebut. Namun selain pemain tersebut, pemain lain seperti InYourdream, Drew, Jhocam, bahkan Ramz yang sempat ke MS Chonburi menunjukkan performa baik saat bermain di tim luar Indonesia.”
ANONIM: “Kalau tahun sebelumnya mungkin hanya 1 atau 2 pemain Indonesia yang memutuskan terjun di tim luar dan viewer sudah heboh, kali ini lebih banyak yang beralih ke tim luar karena lebih berani untuk mengambil kesempatan. Secara organisasi, mereka lebih menjanjikan dan terjamin dibandingkan di Indonesia. Untungnya bahasa Dota masih gampang untuk dikomunikasikan sehingga mudah bagi pemain untuk beradaptasi.”
Dejet: “Berbicara mengenai performa tim, ada pemain yang meraih hasil yang sangat bagus seperti Xepher dan Whitemon yang bermain bersama di Geek Fam hingga akhirnya direkrut T1. Namun beberapa pemain Indonesia yang bermain di tim luar mengalami performa yang naik turun. Mungkin alasan performa mereka belum maksimal karena belum menemukan cara mainnya atau rekan tim yang tepat. Meski begitu, berkat pengalaman mereka bermain di tim luar, mereka lebih mudah mendapatkan kesempatan baru dibanding yang belum pernah.”
Berbicara mengenai turnamen Dota 2 yang diadakan di Indonesia di 2020, tidak banyak turnamen yang berlangsung (hanya ada 2 turnamen offline yang berjalan yakni Predator League 2020 Indonesia dan ONE Esports DOTA 2 Invitational Jakarta). Namun komunitas Dota mendapat kejutan dengan kehadiran turnamen amatir yang diadakan oleh inYourdreaM yakni Dream with Inyourdream. Bagaimana pendapat kalian mengenai turnamen DOTA 2 di Indonesia di 2020?
P.S: Dejet menjadi organizer saat turnamen amatir dari IYD
Justincase: “Walau di 2020, jarang ada turnamen besar Dota 2 namun kehadiran turnamen dari IYD yang tidak pernah diketahui ditambah hadiah yang sangat besar mendapat respons positif dari komunitas. Ketika DPC yang akan kembali berjalan di awal 2021 pasti perkembangannya bakal lebih gila lagi dibanding sekarang.”
ANONIM: “Kehadiran turnamen amatir tentu sangat bagus bagi perkembangan dan regenerasi di Indonesia. Namun untuk bisa memastikan terjadinya perkembangan harus diadakan turnamen yang berlangsung secara konsisten sehingga akhirnya bisa menjadi acuan bagi tim-tim besar untuk mengambil talenta baru ini. Untungnya DPC akan dimulai dan juga menghadirkan divisi 2 yang diadakan secara regional. Kehadiran liga ini bisa menjadi cara lain untuk pencarian bibit baru untuk Dota 2 di Indonesia.”
Dejet: “Bicara mengenai kehadiran turnamen DOTA 2 dari IYD bermula dari Kiky (panggilan akrab IYD) berbicara kepada gua akan keinginannya untuk membantu Dota 2 Indonesia. Turnamen ini benar-benar ditujukan untuk amatir. Jadi untuk kategori pemain pro (individu yang pernah mendapatkan kontrak kerja dari pro team) maupun mantan pemain profesional (individu yang pernah mendapatkan fasilitas pro player dan pernah bermain di tim profesional), tidak bisa mengikuti turnamen ini.
Demi memastikan benar-benar untuk amatir, gua juga sudah memegang data dari pemain pro maupun mantan pemain pro. Walau begitu sepanjang turnamen masih ada yang ketahuan mengikuti turnamen dari mantan pemain pro sehingga gua memutuskan untuk mendiskualifikasi secara langsung tim di turnamen.
Total 875 tim yang terdaftar dan semuanya berasal dari Indonesia meski hanya terbuka untuk 256 slot. Dari Kiky merasa puas karena melebihi ekspektasi dia. Kalau dari gua menjadikan turnamen ini sebagai pelajaran karena masih banyak kekurangan. Dari rating 1-10, gua bisa bilang kepuasan gua di angka 8. Untuk tahun 2021, gua sudah ada investor yang membantu membiayai turnamen yang saya buat. Rencananya bakal ada 7 kali turnamen amatir dan 1 kali turnamen dengan 3 tim profesional yang bakal ikut bertanding.”
2020 menjadi momen munculnya berbagai content creator baru terutama dari pemain yang masih aktif di Dota 2 yang juga aktif sebagai streamer seperti IYD, Rusman, dan Varizh. Bagaimana pendapatnya akan fenomena baru ini?
Justincase: “Menurut gua kehadiran Saweria sangat membantu dan menjadi alasan dari menjamurnya content creator DOTA 2 di Indonesia saat ini. Bahkan gua bisa bilang caster dari WXC bisa meraih pendapatan puluhan juta setiap bulannya dari Saweria. Selain kehadiran streamer baik dari pemain yang masih aktif maupun sudah menjadi mantan, variasi caster yang memandu pertandingan DOTA 2 juga lebih beragam dan secara khusus saya juga memberi apresiasi ke Dejet akan kehadiran podcast yang membahas Dota 2 Indonesia.”
ANONIM: “Berkembangnya content creator Dota 2 menjadi solusi dari berkurangnya turnamen di Indonesia. Donasi dari komunitas terutama dari Saweria menjadi sumber penghasilan terutama bagi para pemain yang masih eksis untuk bertahan. Komunitas Dota 2 di Indonesia terbilang loyal dalam memberikan dukungan terhadap Dota 2 termasuk untuk content creator-nya.”
Dejet: “Alasan mengapa tiba-tiba ramai ya wajar karena mereka harus melakukan sesuatu untuk bertahan hidup. Hasilnya sangat bagus karena komunitas bisa lebih dekat menyapa para pemain ataupun yang tidak lagi aktif. Hal ini membuktikan bahwa Dota 2 di Indonesia tidak pernah mati.Kalau bicara kenapa bikin podcast mengenai Dota 2 Indonesia karena berawal dari iseng. Jujur kaget bahwa ada yang memperhatikan dan bahkan menjadi bahan untuk teman-teman media.”