All posts by Guest Post Hybrid

Strategi Untuk Akselerasi Ekosistem Game di Indonesia

Beberapa bulan ke belakang kita disuguhi banyak sekali kabar gembira dari game developer di tanah air. Mulai dari kesuksesan Coffee Talk di kancah global, Coral Island yang bisa mendapatkan crowdfunding hingga 1,6jt dolar dengan gamenya yang apik, hingga rilis game karya teman-teman dari Kalimantan yang berjudul Escape from Naraka yang memanfaatkan teknologi RTX terbaru dari NVIDIA.

Walaupun saat ini banyak sekali kabar gembira dari industri game dalam negeri, namun secara skala masih jauh dibandingkan dengan industri game di global. Kita bisa berbahagia melihat ada pertumbuhan yang baik di dalam negeri. Tetapi dengan ekosistem yang kita miliki sekarang, masih sulit sekali bagi game developer untuk bisa tumbuh, apalagi scale up hingga skala company-nya jutaan hingga ratusan juta dolar.

Saat ini ada beberapa kendala yang dialami oleh industri game, terutama dari sisi scaling dan funding. Karena sebagian besar studio game di Indonesia masih di skala UMKM, (revenue di bawah 5 miliar pertahun), agar mereka bisa mengembangkan project dengan budget yang lebih besar maka butuh external funding

Dengan budget development yang terbatas, dev lokal harus compete dengan game developer yang memiliki capital ratusan hingga jutaan dolar dalam membuat game. Sehingga game yang dev lokal miliki saat ini mentok di skala yang kecil saja. Mungkin kita bisa berharap salah satu game skala kecil ini ada yang super hits, hingga punya revenue puluhan juta dolar, dan bisa memutar uangnya untuk membuat game dengan skala yang lebih besar.

Ketika uangnya ada, entah dari self funding maupun eksternal, masalah berikutnya timbul. Dengan pertumbuhan di indie developer kita yang cukup subur, publisher mulai melirik game dari Indonesia. Sudah cukup banyak gamedev kita yang mendapatkan funding dari publisher dan ingin scale up. Di sini pun masalah kembali terjadi. 

Saya lihat di sosial media teman-teman game dev informasi lowongan kerja banyak sekali. Curhat mereka pun sama, susah yah cari talenta di Indonesia yang sudah ready untuk masuk ke industri. Terutama untuk posisi game programming, game designer, dan 3D artist. Artinya supply talent menjadi bottle neck juga bagi studio game di Indonesia untuk berkembang, meski sudah punya capital.

Lalu bagaimana cara kita mengakselerasi kondisi ini? Talenta-talenta yang ada sekarang dari sisi supply kurang mumpuni, yang berada di indie pun sudah mengalami kesulitan untuk scale-up

Jika harus menunggu perkembangan secara organik, akan terlalu lama dan bisa jadi industrinya keburu mati sebelum sempat tumbuh. Untuk itulah kita perlu strategi untuk membangun ekosistem industri game ini dari sisi supply maupun demand.

Framework Membangun Eksosistem Game Indonesia

Ketika saya mewakili AGI dan berdiskusi dengan berbagai kementerian, kita mencoba banyak sekali program adhoc untuk mengisi berbagai bolong di ekosistem dengan bermacam program. Tapi kita perlu sebuah framework besar untuk menggambarkan strategi untuk bisa membuat industri game di Indonesia tumbuh. 

Minggu hari Senin kemarin kami di ajak meeting oleh Kemenko Marves untuk membahas Framework yang lebih besar agar bisa menumbuhkan ekosistem game di Indonesia. Tim dari AGI sudah menyiapkan banyak sekali riset dan kajian baik itu dari internal melalui riset-riset di dalam negeri maupun di negara lain melalui diskusi dengan partner-partner AGI dari berbagai negara seperti di SEA ada Singapura, Malaysia, Filipina, hingga ke Australia. 

Ada juga partner-partner AGI dari US, Poland, Jerman, UK, dan negara-negara yang punya ekosistem game yang maju. Dari situ, kita coba pelajari dan bangun strategi yang cocok untuk di Indonesia.

Supply dan demand, dua mata rantai yang harus diputus bersamaan. Oleh karena itu kita perlu strategi yang bisa mendorong terciptanya talenta baru serta mendorong terbukanya demand dan juga investment. 

Jadi ada tiga strategi besar yang bisa kita lakukan:

  1. Kembangkan talenta berkualitas. 
  2. Tumbuhkan indie game developer kita agar bisa naik level. 
  3. Buat insentif untuk masuknya investasi ke dalam negeri. Kondisi kita saat ini adalah jumlah talent yang ready masih minim serta studio-studio game masih dalam skala kecil. 

Yang perlu kita push adalah agar talenta yang ready makin banyak, jumlah studio game yang berada di mid level semakin besar, dan juga bisa ada triple A company atau studio game skala unicorn di Indonesia.

Bagaimana Cara Menumbuhkan Talenta Pengembang Game

Cara paling cepat dan super efektif untuk mendapatkan talenta baru dalam jumlah banyak adalah ‘bakar duit’. Ini strategi yang dilakukan oleh startup-startup unicorn kita. Inget kan dulu jaman awal-awal Gojek. 

Developer Indonesia sudah sanggup untuk bikin aplikasi memanfaatkan fitur-fitur canggih di kala itu dengan memanfaatkan location based untuk order ojek. Tapi kalau kita ngomong skala untuk bisa meng-handle puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu order dalam waktu bersamaan, skill kita belum sampai. Itulah mengapa Gojek mengakuisisi software house dari India. 

Walaupun dulu banyak yang nyinyir Karya Anak Bangsa jadi Karya Anak Bangalor, lihat hasilnya sekarang, Gojek jadi aplikasi super power yang sangat reliable. Tak hanya itu, lulusan-lulusannya pun ketika resign dari Gojek bisa bikin startup baru yang lebih keren lagi. 

Tapi sayangnya, di Indonesia belum ada kapital yang membanjiri studio game seperti unicorn-unicorn yang ada di dunia startup, jadi kita harus cari strategi lain.

Ideally, klo secara organik, dosen-dosen yang mengajar di kampus itu adalah lulusan studio game triple A yang sudah lelah dan ingin mengejar passionnya mengajar. Lalu, mahasiswa-mahasiswa yang lagi kuliah pun ketika intern, bisa intern di perusahaan triple A untuk mendapatkan knowledge dan experience di skala yang besar. Pun ketika mahasiswa lulus, ada banyak sekali lowongan pekerjaan dari studio game baik dari level indie maupun triple A yang siap menampung mereka. 

Walaupun tidak mau masuk dunia kerja, untuk mereka membuat studio gamenya sendiri, banyak funding pemerintah ataupun grant lainnya yang bisa dijadikan modal untuk mereka mencoba dan belajar. Ketika mencoba dan belajar pun, di dalam ekosistem sudah banyak pelaku yang bisa dijadikan mentor untuk tempat mereka bertanya agar bisa sukses lebih cepat.

Di ekosistem game Indonesia, kondisi ideal itu belum ada sehingga perlu ada tindakan yang mengintervensi agar bisa terbangun ekosistemnya. Ibarat kata kita ini di padang pasir, harus kayak Qatar dan Dubai yang pemerintahnya mengubah padang tandus menjadi tempat yang nyaman ditinggali. Pemerintah pun perlu melakukan strategi disruptif agar ekosistem game bisa bertumbuh dengan cepat.

Dari sisi supply, kampus harus bisa menjawab kebutuhan skill di industri. Lalu perlu ada paid internship agar para indie studio ini bisa menampung mahasiswa untuk belajar tanpa perlu menguras kas perusahaan. Lalu perlu perbanyak grant untuk riset agar mahasiswa-mahasiswa bisa merasakan langsung membuat game. Dan yang terpenting, bagaimana dosen-dosen bisa di-scale up, atau bisa didatangkan dari luar negeri, untuk memastikan talenta yang tumbuh nanti bisa memiliki kompetensi yang cukup.

Kondisi lain, kita punya modal indie developer yang cukup banyak. Ini adalah bonus demografi di Indonesia yang menjadikan kita dikaruniai oleh studio game yang keren-keren. Mereka ini bisa kita push dan upscale agar bisa menjadi lebih besar lagi. Kenapa kita perlu mereka bisa jadi lebih besar? Tentu selain karena kita ingin revenue game developer di Indonesia makin besar, kita juga ingin kapasitas mereka untuk bisa menyerap sumber daya manusia bisa lebih tinggi lagi. 

Dengan proyek yang mereka kerjakan akan semakin tinggi scope-nya, maka sumber daya yang dibutuhkan akan semakin banyak. Ini bisa jadi salah satu demand yang akan menyedot talenta untuk masuk ke industri game. Studio game di level ini selain perlu funding, perlu juga mentorship dan support marketing untuk bisa level up.

Dan yang terakhir adalah regulasi untuk memancing studio unicorn masuk ke Indonesia. Kenapa kita butuh ini? Karena unicorn ini akan menjadi penggerak utama bagi para mahasiswa untuk memilih berkarir ke industri game dan menjadi game developer. Melihat studio game besar yang mungkin membuat game favorit mereka, bisa jadi motivasi untuk mereka belajar lebih keras untuk masuk ke studio tersebut. 

Studio triple A ini jadi penting untuk menetapkan diri sebagai hub industri game di region SEA. Malaysia punya, Singapura punya, Vietnam punya banyak banget, sedangkan di Indonesia gak ada. Ini jadi tantangan buat kita. Pemerintah harus menyiapkan insentif dan program-program atraktif untuk mengundang mereka.

Bahkan negara-negara maju kayak Kanada dan Polandia pun sedang aktif “mencuri” talent dan studio game dari Indonesia untuk pindah ke negara mereka dengan bujuk rayu fasilitas yang menarik mulai dari kemudahan permit, funding, keringanan pajak, dll.

Kesimpulan

Seluruh negara sedang kekurangan talenta. Indonesia punya sumber daya manusia yang banyak. Jika kita bisa menyiapkan talenta yang jago, maka semua mata akan menuju ke Indonesia. Ini adalah potensi yang tidak boleh sampai kita kelewat dan harus dipersiapkan sedini dan secepat mungkin. Pemerintah sudah menaruh perhatian besar untuk industri game jadi tidak ada momen yang lebih tepat untuk mengejar selain saat ini.

Tulisan ditulis oleh Adam Ardisasmita, Vice President AGI (Asosiasi Game Indonesia). Pertama kali ditulis di blog pribadi. Pemuatan di Hybrid atas persetujuan penulis. Ada beberapa editing yang dilakukan sesuai karakter Hybrid.co.id tanpa mengubah konteks dan makna artikel. 

Ada bisa kontak langsung jika ingin memberikan saran tambahan atau berdiskusi. Adam bisa dikontak melalui FB, LinkedIn atau AGI

SEACL 2021 Selesai Digelar, Indonesia Rengkuh Posisi 3

SEACL 2021 baru aja selesai digelar, ajang tahunan PES yang musim ini digelar secara online mempertemukan para jagoan PES dari 8 negara di kawasan Asia Tenggara: Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Vietnam, Thailand, termasuk Indonesia.

Dimulai sejak tahun 2015, kompetisi SEACL berawal dari komunitas online di sosial media, baru pertama kali digelar secara offline pada tahun 2016 di Kota Hanoi, Vietnam. Berlanjut 2017 diadakan di Kota Bandung, Indonesia; 2018 di Kuala Lumpur, Malaysia; dan 2019 Bangkok Thailand tahun dimana Rizky Faidan meraih Juara Asia dan Tim WANI menjadi Tim COOP Runner-up World Finals. Tahun 2020 gelaran SEACL harus batal terselenggara dikarenakan pandemi, dan di Tahun 2021 ini, Liga1PES sebagai wadah sekaligus organizer kembali menggulirkan ide “kembali ONLINE” untuk SEACL musim ini.

“Awal-nya agak kurang pede sih, karena melihat kondisi pandemi dan juga cukup lama vakum dari komunitas esports PES sejak awal pandemi.”, ujar Valent selaku Founder Liga1PES. Tapi alhasil event yang bisa dibilang “iseng”, justru mendapat respon sangat positif dan antusiasme yang luar biasa tidak hanya komunitas di Indonesia, melainkan juga komunitas regional di Asia Tenggara, terbukti 7 negara mengkonfirmasi keikutansertaan mereka di musim ini dengan menggelar kualifikasi di negara mereka masing-masing dan mengirimkan wakilnya untuk berpartisipasi di putaran final SEACL 2021 Online 28-29 Agustus kemarin.

Di musim sebelumnya, SEACL menggunakan format individu dimana setiap negara yang mengirimkan 4 orang wakil, setiap pemain yang dikirimkan akan bertanding secara individu, sehingga gelar Juara akan diperoleh oleh individu yang berhasil menjadi pemenang di babak Final. Sedangkan di musim 2021 memiliki format yang berbeda, meski setiap negara mengirimkan jumlah personil sama yaitu 4 orang, tapi kali ini mereka akan bermain sebagai SATU TIM mewakili negara masing-masing, sehingga penampilan 1 orang akan mempengaruhi keseluruhan Tim atau Negara tersebut. Hal tersebut dilakukan karena melihat perkembangan esports PES sekarang ini yang terus berkembang menuju format kompetisi menggunakan Tim, seperti Eleague Thailand dan Efootball.Pro di Eropa.

Format TIM yang digunakan pada SEACL kali ini menggunakan format 3 GAMES, yaitu 1v1, COOP 2v2 dan 1v1. Kualifikasi Indonesia musim ini pun diselenggarakan berbeda dimana kualifikasi dilakukan terbuka hanya untuk pemain yang belum memiliki pengalaman di tingkat PRO atau yang belum pernah bermain di kompetisi PRO. Alhasil 4 pemain Indonesia yang berhasil lolos dan menjadi wakil Indonesia di SEACL kali ini adalah para pemain yang memang secara pengalaman belum memiliki jam terbang di level internasional. Dan inilah yang menjadi VISI Liga1PES dengan event SEACL kali ini.

“Kami mengharapkan Liga1PES melalui SEACL bisa menjadi wadah bagi para pemain PES Indonesia yang mau memulai karir di esports untuk berkembang ke tingkat yang lebih tinggi, baik secara skill, mental, maupun pengalaman bertanding. Yang diharapkan melalui wadah ini Indonesia bisa terus melahirkan pemain-pemain PRO baru seperti Faidan dkk yang lahir dari tahun-tahun sebelumnya yang sekarang banyak dari mereka mulai memiliki karir dengan klub-klub sepakbola atau esports PRO, baik di Liga Thailand atau IFEL yang ada di Indonesia.” Kata Valent.

SEACL 2021 berlangsung selama 2 hari, Hari Sabtu 28 Agustus dimulai dengan babak grup dimana seluruh negara bertanding dengan format “Round Robin” yang hasilnya 4 negara teratas berhak lolos dan tampil ke babak gugur yang dimainkan Hari Minggu. Indonesia berhasil menduduki posisi runner-up selisih 1 POIN di bawah Vietnam, diikuti oleh Malaysia dan Thailand.

Sebagai pemuncak dan runner-up klasemen Vietnam & Indonesia berhak menempati “Upper Bracket” di babak gugur, sedangkan Malaysia & Thailand yang berada di posisi 3 & 4 babak grup harus memulai babak gugur dari posisi “Lower Bracket”. Pertemuan pertama Tim Indonesia dengan Tim Vietnam yang berisikan 4 pemain PRO yang berlaga di ELeague Thailand di babak grup, Tim Vietnam benar-benar menghajar habis-habisan tim Indonesia dengan memenangkan seluruh 3 GAME tanpa balas. 4-2, 2-1, dan 2-0.

Memasuki babak gugur Hari Minggu, kepercayaan diri Tim Indonesia sebenarnya cukup tinggi dan sangat siap menghadapi Tim Vietnam, tapi pengalaman para pemain Vietnam di liga PRO memang menjadi salah satu aspek terpenting dalam kompetisi setingkat SEA yang hasilnya, Tim Indonesia harus kembali mengakui keunggulan Tim Vietnam dan harus turun ke “Lower Bracket” untuk bersaing dengan Tim Malaysia yang berhasil unggul atas Thailand pada putaran pertama “Lower Bracket”.

Indonesia yang tampil sangat baik di putaran babak grup, lagi-lagi harus menelan pil pahit melawan Tim Malaysia yang berisikan juga para pemain PRO, termasuk 2 pemain Asian Games 2018 yang bermain di kategori COOP. Jika di babak grup Indonesia mampu memenangkan 2 GAME melawan Tim Malaysia dengan skor 2-2 PK, 1-0, 4-2, di babak grup justru Tim Malaysia berhasil membalikkan keadaan dengan penampilan memukau mereka dan mengalahkan Tim Indonesia dengan memenangkan 2 GAME langsung 2-2 PK dan 2-1. Alhasil Indonesia gagal lolos ke babak Grand Final dan harus puas sebagai Tim posisi ke-3 di babak grup.

Seluruh pertandingan Tim Indonesia dapat disaksikan melalui channel youtube Liga1PES: youtube.com/liga1pes

Di babak Grand Final, Tim Vietnam benar-benar mendominasi pertandingan, meski Tim COOP Malaysia mencuri 1 GAME dari Tim Vietnam, namun dominasi dan pengalaman pemain Vietnam di musim ini benar-benar menjadikan mereka layak sebagai Juara di regional SEA. Skor 5-1, 1-2, dan 5-0 memastikan Vietnam keluar sebagai Juara SEACL musim 2021.

Tetap semangat untuk Tim PES Garuda SEACL 2021! Jangan patah semangat, terus bermimpi untuk meraih prestasi! Kompetisi bukan soal memenangkan segalanya, tapi kompetisi untuk kita terus bertumbuh dan menjadikan pribadi kita yang lebih baik dari sebelumnya. GO esports & PES Indonesia!

Artikel ini ditulis oleh Valentinus Sanusi, founder dari Liga1PES. Penyesuaian ringat untuk tulisan agar sesuai dengan arahan media Hybrid.co.id. 

Berapakah Gaji Minimal buat Para Pemain MPL Indonesia?

Industri olahraga elektronik atau yang lebih dikenal dengan esports merupakan industri yang sedang berkembang pesat di Indonesia. Pebasket legendaris seperti Shaquille O’Neal pun memiliki timnya sendiri (NRG Esports) di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri juga mulai banyak selebritas yang membangun tim esports-nya mereka sendiri. Selebritas seperti Ariel Noah dan Edho Zell pun sudah meresmikan timnya masing-masing dan bertanding di liga-liga esports terbesar yang dijalankan di Indonesia.

Tetapi, jika Anda penggemar esports, tentu Anda tahu bahwa salah satu liga paling populer di Indonesia adalah Mobile Legends Professional League (MPL). Liga ini sempat membuat gempar industri esports ketika masuk ke musim ke-4. Pasalnya, liga ini menerapkan sistem franchising dengan nilai investasi termahal yang pernah ada di sejarah industri esports Indonesia. Kerap banyak yang bertanya, bagaimanakah tim-tim ini akan balik modal setelah membayar US$1 juta (ekuivalen dengan 15 Milyar Rupiah pada saat itu) untuk memiliki slot di Liga MPL ini, mengingat jumlahnya yang setara dengan 5 buah rumah di kawasan Tomang.

Eits, tunggu sebentar. Apakah benar hanya US$1 juta yang harus dikeluarkan dari kocek para pemilik tim peserta MPL? Ternyata dalam peraturan yang muncul untuk berpartisipasi dalam liga ini, Moonton juga menetapkan gaji minimum untuk para pemain dari setiap tim. Gaji minimum ini juga berlaku kepada para pemain cadangan yang bahkan hanya bermain sekali atau dua kali dalam satu musim.

Mari kita berhitung sedikit tentang berapa banyak yang harus dikeluarkan satu tim untuk mengikuti MPL. Berdasarkan peraturan partisipasi MPL pada musim ke-4, gaji minimum seorang pemain adalah Rp7,5 juta setiap bulan. Liga MPL berjalan selama 8 minggu + playoffs. Setiap tim juga berkewajiban untuk membayar setidaknya 3 bulan gaji seorang pemain. Dalam rulebook MPL juga ditulis bahwa satu tim harus terdiri dari 5 pemain utama dan setidak-tidaknya 1 pemain cadangan. Maka, total pemain yang harus digaji oleh suatu tim adalah paling sedikit 6 pemain.

Maka, jika ditotal semuanya, jumlah yang harus dibayarkan untuk musim pertama adalah:

A. Rp15 miliar (nominal investasi masuk ke MPL)
B. 6 Pemain x Rp7,5 juta = Rp45 juta
C. Rp45 juta x 3 bulan = Rp135 juta
Totalnya, Rp15,135 miliar.

Jadi, jika Anda ingin membentuk tim Mobile Legends Anda sendiri dan ingin bertanding di MPL, Rp15,135 miliar adalah jumlah minimum yang harus Anda keluarkan untuk musim pertama. Jumlah ini memang masih terlalu kasar penyederhanaannya karena belum menghitung gaji seorang pelatih, manager, tempat tinggal buat para pemain, dan tentunya pemain-pemain bintang yang gajinya di atas gaji minimum yang tertera di atas. Apakah Anda siap ikut MPL Indonesia?

Tulisan ini adalah tulisan dari Wibi Irbawanto dan diedit oleh Yabes Elia. Publikasi dan koreksi tulisan telah mendapatkan izin dari penulis.

[Guest Post] Monetisasi Esports | Evolving EVOS #4

Editorial: Artikel ini adalah artikel kedua, tentang perjalanan EVOS Esports. Anda bisa membaca artikel ketiga di tautan ini

Saya tidak rugi apapun dan tidak punya waktu banyak untuk kalah, saya berusaha semaksimal mungkin.

Sejak EVOS di negera lain mulai menunjukkan kestabilan, saya ingin terus melanjutkan ekspansi dari organisasi EVOS, dan Thailand sepertinya akan menjadi lokasi yang tepat untuk langkah selanjutnya.

Mencari talenta dan mengakuisisi

Langkah pertama adalah mencari pintu masuk, dan itu tidak mudah. Kami tidak memiliki pengetahuan mendalam atas pasar yang ada dan tidak seperti di Vietnam, kami tidak memiliki pengetahuan tentang skena esports di Thailand. Yang kami miliki hanyalah strategi yang solid. Stretegi tersebut bekerja dengan baik di Indonesia, dan jika strategi tersebut memang benar, kami tidak akan mengubahnya. Strategi sederhana tersebut terdiri dari 4.

Evos Esports

Acquire Fame > Build & Market the Brand > Monetize > Focus on Winning.

Langkah pertama adalah untuk mencari tim paling populer di Thailand, karena kami harus mencuri perhatian fans lokal. Sementara brand EVOS Esports telah memiliki kredibilitas di Indonesia dan Vietnam, tetapi EVOS bukan siapa-siapa di Thailand.

Salah satu hal penting saat akan memasuki negara baru sebagai target pasar adalah untuk mengukur mental dari perusahaan. Wilayah baru berarti pasar yang baru dan tentunya orang baru juga. Langkap pertama adalah membangun infrastruktur, sebuah pondasi kuat untuk membangun merek serta untuk mengerti pasar esports. Rekrutan pertama kami di Thailand adalah Jarupong, dia adalah orang yang bertanggungjawab untuk game League of Legends di Thailand ketika bekerja untuk Garena. Esports sudah lekat dengan dirinya dan dia kenal sebagian besar komunitas esports di negara ini. Karena kita memiliki figur yang bisa diandalkan untuk masuk ke pasar Thailand, maka kami mengejarnya.

Banyak yang bilang Jarupong adalah Caster paling legendaris di skena esports Thailand. 😀

Originalitas adalah kunci

Salah satu prinsip yang saya percayai sampai dengan hari ini adalah kita harus menjadi orang yang tulus dan orisinil ketika menjalani bisnis. Ketika Anda menjalani apa yang Anda suka, Anda akan bisa mencari jalan agar menjadi sukses, bahkan ketika Anda harus mengambil jalan memutar. Well, prinsip inilah yang membantuk EVOS untuk bisa membentuk tim pertamanya di Thailand. Untuk mengerti secara penuh apa yang saya maksud, mari saya ceritakan sebuah kisah.

authentycity

Kami mencari talenta di Thailand dan memutuskan bahwa tim Debut.ROV adalah tim terbaik yang bisa kami pilih sebagai jalan EVOS untuk masuk ke Thailand. Tim tersebut cukup populer dari sisi kepribadian dengan roster yang antara lain Guy dan Krit yang memiliki 200 ribu serta 1 juta subscribers di Youtube. Mereka adalah kandidat yang tepat serta sesuai dengan langkah pertama dari strategi EVOS, memilih pemain populer.

Permasalahannya adalah karena mereka sangat populer maka brand lain juga mendekati mereka. Khususnya sebuah brand terkenal yang sedang menjalin komunikasi dengan tim tersebut dan sedang dalam tahap akhir untuk mengikat perjanjian. Kami sadar akan kehilangan kesempatan besar untuk tumbuh di Thailand jika tidak berhasil mengontrak mereka. Jadi gagal bukanlah sebuah pilihan.

Pada akhirnya, kami berhasil karena ketulusan kami.

Yang terjadi adalah, kami mengajak meeting dengan tim Debut.ROV dan mengatakan pada mereka bahwa kami tidak akan pulang sebelum mereka mau menandatangani kontrak dengan EVOS. Wesley dan saya duduk dan tidak bergeming. Kami ingin memperlihatkan bahwa kami secara tulus ingin berkembang dengan para pemain, kami memiliki rencana untuk mengembangkan personal branding masing-masing anggota tim, menjadikan mereka superstars. Kami tidak menjadikan mereka hanya sebagai alat untuk mengeruk keuntungan, kami dan mereka adalah sebuah tim. Debut.ROV memiliki pandangan yang sama dengan kami dan mengerti bahwa bergabung dengan EVOS adalah jalan untuk berkembang lebih maju lagi, dan kesepakatan pun terjadilah.

EVOS.Debut lahir.

Evos Esports

Bumpy Road, Take Me Home

Karena kami telah bisa mendapatkan tim, maka perlahan kami bisa mereplikasi strategi yang kami lakukan di Indonesia dan mengimplementasikannya di Thailand. Terlebih kami juga telah bisa merekrut Country Manager yang memiliki kapabilitas baik untuk Thailand sehingga operasional bisa dibilang berjalan secara ‘otomatis’. Karena itu saya bisa memfokuskan diri ke aspek lain yaitu fundraising.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, kami mulai mendapatkan perhatian dari publik, terutama brand kami mulai dirilis oleh para investor. Saya dan para partner di EVOS berpikir bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk menggalang dana bagi organisasi untuk mempersiapkan ekspansi yang akan kami jalankan.

Kami sedang dalam tahap negosiasi mendalam dengan sebuah grup investor dan semua nampak berjalan positif namun pada akhirnya kesepakatan tidak bisa dilakukan karena terasa berat sebelah dan akan mengubah strategi bisnis kami secara menyeluruh. Investor tersebut ingin memiliki lebih banyak kontrol dari arah perusahaan, jadi penggalangan dana yang satu ini gagal.

EVOS Esports

Tentu saja secara umum hal ini mengakibatkan banyak friksi antara para partner di EVOS dan saya sendiri, pendapat kami tentang arah perusahaan menjadi cukup berbeda. Syukurlah, pada akhirnya kami dapat kembali kompak dan memfokuskan kembali diri kami untuk mengembangkan bisnis EVOS. Kami sepakat bahwa kami harus melebarkan saya ke lini vertikal lain untuk memaksimalkan aspek monetisasi di esports. Dan hal besar selanjutnya di esports adalah Talent Management. Namun kami membuthkan dana untuk mengembangkan lini vertikal tersebut.

Isu modal ini kembali muncul dan sepertinya tidak ada solusi.

Saya memutuskan untuk kembali ke Singapura untuk berinstirahat dan ternyata hal itu membuahkan hasil.

Bertumbuh secara vertikal

Karena saya sudah kembali di Singapura, pikir saya tidak ada salahnya untuk mencoba melakukan beberapa kontak dan melihat apakah ada perkembangan dari situ. Saya memutuskan untuk bertemu dengan Insignia Ventures untuk melihat apakah mereka tertarik untuk berinbvestasi di EVOS, tidak ada salahnya untuk bertanya. Dan ternyata mereka tertarik.

Saya kemudian menelepon partner saya di EVOS untuk meminta pendapat mereka tentang hal ini. Meski mereka memiliki kekhawatiran dengan kesepakatan ini, namun pada akhirnya semuanya setuju bahwa hal ini adalah hal terbaik yang harus dijalankan. Karena kami membutuhkan dana untuk berkembang secara vertikal.

Lagi pula, kesepatakan ditandatangi pada kondisi kami hanya punya waktu 1 bulan untuk menjalankan strategi vertikal dan membangun Talent Manegement. Selanjutnya adalah sejarah. Kini setelah kesepakatan berhasil dilakukan, EVOS memasuki tahap dua, membangun pengaruh. Kami harus menyusun ulang rencana dalam mengembangkan EVOS dan memastikan bahwa investasi yang kami dapat efektif.

Bergerak Maju

Dana yang kami dapatkan memberikan kepercayaan diri bagi saya dan para partner di EVOS Esports, dan semua yang terlibat memutuskan untuk bekerja secara penuh waktu untuk melihat, bisa berkembang sebesar apa EVOS. Dalam beberapa bulan selanjutnya, kami bisa mengikat kesepakatan dengan beberapa sponsor di Indonesia seperti Popmie, KripKrip, AXE & SingaCoffee, menguatkan pengaruh kami di esports, mendorong lebih jauh ide bahwa EVOS Esports punya peluang untuk berkembang lebih besar lagi. Kami hanya butuh lebih banyak cara inovatif memanfaatkan pengaruh yang kami miliki. Satu hal, esports adalah industri yang masih relatif baru dan orang belum memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hal itu. Jujur saja, ketika saya dan partner memulai EVOS, kami tidak pernah membayangkan EVOS akan bisa berkembang sejauh ini. Kami memulainya hanya sebagai hobi yang akhirnya berubah menjadi kair. Jika saya melihat perjalanan ke belakang perjalanan, sebagian besar diisi oleh perkembangan yang positif , meski ada pula keputusan yang terburu-buru dan kesalahan langkah.

EVOS Esports

Tidak ada pelajaran baku tentang bagaimana secara sukses membangun merek esports, belum ada yang tahu. Semuanya masih mencoba-coba, dan bahkan sampai sekarang, kami masih mencoba hal-hal baru, berharap hal tersebut membuahkan hasil. Namun, itulah keseruan di esports, Anda tidak pernah tahu apa yang berhasil, semua adalah tentang berinovasi, dan untuk itulah saya sangat mencintai industri ini.

Dengan cerita di atas, akhirnya ini adalah akhir dari 4 tulisan serial saya untuk mendokumentasikan tentang perjalanan saya di EVOS Esports. Saya berharap tulisan saya ini bisa dibaca, setidaknya satu orang dan memberikan inspirasi agar mereka mengejar passion mereka sendiri. Berpetualang menuju tempat antah berantah mungkin terdengar menakutkan tetapi jika Anda tidak pernah mencoba, maka semua hanya akan jadi impian.

Untuk EVOS Esports, perjalanan ini masih jauh dari kata akhir. Masih banyak rencana untuk tumbuh, dan percayalah ketika saya bilang, bahwa ini hanyalah permulaan.

EVOS Esports

#EVOSROAR

Tulisan berseri ini adalah tulisan tamu dan ditulis oleh Ivan Yeo – Chief Executive Officer dan co-founder EVOS Esports. Tulisan asli dalam bahasa Inggris pertama kali dimuat di laman LinkedIn Ivan Yeo. Publikasi dan terjemahan dilakukan tim Hybrid dan telah mendapatkan izin penulis.

Langkah-Langkah Mengembangkan Organisasi Esports di SEA | Evolving EVOS #3

Editorial: Artikel ini adalah artikel kedua, tentang perjalanan EVOS Esports. Anda bisa membaca artikel kedua di tautan ini

Saya tidak rugi apapun dan tidak punya waktu banyak untuk kalah, saya berusaha semaksimal mungkin.

Mengembangkan Merek EVOS

Hal pertama yang saya harus lakukan adalah membangun EVOS menjadi sesuatu yang lebih besar, menjadi sebuah merek ternama. Sejak kesepakatan dengan Traveloka dan Lenovo untuk EVOS Indonesia, namun ini menjadi pertanda bahwa pemilik merek di Indonesia mulai melihat esports sebagai jalan untuk strategi pemasaran mereka. Untuk itu, saya mengambil keputusan untuk berinvestasi di game Mobile Legends dan AOV serta mengambil tim di Indonesia dalam rencana untuk mengembangkan brand EVOS.

1

Waktu itu, kedua game yang disebutkan di atas mulai mendapatkan popularitas di komunitas gamers, dan hanya tinggal menunggu waktu sampai jumlah penggemarnya semakin besar dan melejit sehingga membuat brand tertarik ke EVOS lagi. Kamu butuh mempersiapkan dan memposisikan diri kami sebagai tim nomor satu di Indonesia. Jika nantinya brand akhirnya melihat potensi esports, maka mereka tau harus mencari siapa untuk bermitra. Menjadi terdepan menjadi sangat penting bagi pertumbuhan EVOS. Saya dan para partner saya melihat geliat brand untuk masuk ke esports, jadi kami berinvestasi untuk merek kami.

Strategi kami cukup sederhana, kami memilih tim amatir terbaik, memberikan mereka fasilitas gaming house untuk berlatih dengan harapan mereka akan bisa memenangkan turnamen lokal. Formula yang sama kami terapkan dengan tim DOTA kami, sambil kembali kami mengembangkan aspek media sosial. Akun Facebook dan Instagram kami mulai bertumbuh cepat; kunci utamanya adalah untuk bisa berinteraksi dengan para fans. Kami merekrut orang hanya untuk membalas pesan yang datang ke akun EVOS serta mereka yang menulis tentang EVOS. Jika fans melihat akun resmi membalas komentar mereka, maka mereka akan memiliki koneksi dengan tim. Lambat namun meyakinkan, EVOS akan menjadi sebuah nama yang akan dikenal.

Membangun Talent

Selama beberapa bulan, EVOS mengalami perjalanan yang cukup seru. Tim AOV baru kami sangat bisa menerima metode yang kami jalankan dan secara pesat menjadi tim terbaik di Indonesia. Tim bisa mengalahkan semua tim Indonesia lain dan menjadi pemenang kompetisi AOV Star League, serta bisa masuk kualifikasi acara AOV World Cup di Los Angeles. Kami mulai merambah internasional.

2

Di sisi lain, tim Mobile Legends kami tidak mendapatkan kesuksesan. Masalah internal mulai muncul, dan para pemain tidak mau ikut sistem yang kami tentukan. Dari sini akhirnya kami memutuskan untuk mengubah strategi perekrutan pemain, alih-alih hanya merekrut pemain terkenal, kami memilih untuk mencari pemain terbaik yang sedang berkembang dan tumbuh bersama mereka di bawah merek EVOS. Dengan cara ini kami bisa menjaga pengeluaran, karena kami merekrut pemain yang belum terkenal tetapi kami kembangkan untuk menjadi pemain besar lewat strategi media sosial kami yang cukup agresif. Sampai pemain ini menjadi ikon gaming.

Dari sana, dengan menggunakan teori yang sama, kami mulai bekerja dan mencari tim Mobile Legends baru kami. Saya ingat bagaimana saya memandangi leaderboard dari game tersebut, hanya untuk mencari pemain potensial untuk saya rekrut. Ini adalah salah satu contoh kerja keras di dunia esports yang tidak banyak orang tahu, berjam-jam mencari pemain potensial yang mungkin bisa dikembangkan menjadi pemain terbaik. Beruntung bagi EVOS, kami bisa menemukan JessNoLimit dan Oura. Mereka bisa dibilang sebagai talent top di Mobile Legends dengan 80 ribu dan 30 ribu follower, namun kami melihat potensi untuk mengembangkan mereka ke level yang lebih tinggi. Jika EVOS membantu mereka termasuk memasarkan konten yang mereka buat, mereka akan menjadi terkenal. Dan benar saja, setelah beberapa bulan di bawah nama EVOS, mereka menjadi muka dari game Mobile Legends di Indonesia dengan mendapatkan lebih dari 1 juta subsrcibers di YouTube dalam rentang waktu 6 bulan.

3

Meluaskan Cakupan Bisnis

Tidak terasa 2017 berlalu dengan sangat cepat, saya dan partner saya ingin merestrukturisasi rencana kami kedepan, memposisikan brand EVOS Esports dikenal sehingga sponsor akan melihat kami ketika akan masuk ke ranah esports. Kami berdiskusi sangat panjang untuk aspek ini, bagian mana yang harus menjadi fokus kami? Apakah membangun tim dan menargetkan menang turnamen?

Then, it hit us.

Faktor utama sponsor ingin bekerja sama dengan tim adalah pengaruh yang bisa kami berikan. Sponsor ingin dikenal. Jadi kami harus mengisi ruang tersebut. Kami mulai berfokus pada strategi media sosial kami dengan lebih intens. Peningkatan engagement, peningkatan interaksi dengan fans. Ini mengantarkan kami pada ide untuk mengadakan fan meetup pertama di esports dengan tim Mobile Legend kami.

Itu adalah ide yang hadir secara cepat, tetapi kami berpikir, kenapa tidak mencobanya untuk melihat animo pasar. Kami mungkin bisa mengumpulkan beberapa fans EVOS untuk hadir di acaranya.

Well, kita bilang saja kita salah.

Acara tersebut mengumpulkan begitu banyak orang dan membuat ricuh mall. Kami sampai harus menyewa orang khusus untuk mengontrol massa yang hadir. Suasanya waktu itu sangat epic. Tidak hanya memberikan gambaran seberapa besar EVOS tetapi juga memberikan gambaran besarnya potensi esports di Asia Tenggara.


View this post on Instagram

#EVOSROAR @jessnolimit @ekooju @bassklemens @aprizal_72 @yurinoangkawijaya @evosesports

A post shared by EVOS.ToxiCEO (@ivanysscm) on

Sejak malam itu, kami memutuskan untuk meluncurkan EVS Talents, ini untuk memisahkan sisi ‘pemasaran media sosial’ dengan sisi esports di EVOS. Dengan strategi ini sebagai perusahaan, kami bisa memiliki potensi untuk bertumbuh. Kita tidak hanya akan mentok pada pemain esports saja tetapi memungkinkan kita untuk mendekati konten kreator terkenal dan mengajak mereka masuk di bawah brand EVOS. Meningkatkan pengaruh kami di ranah gaming.

4

Dengan konsep ini membuat posisi kami siap untuk menghadapi epidemik livestream yang hadir dari perusahaan asal Tiongkok. Waktunya hampir bersamaan dengan layanan streaming seperti Cube dan HUYA berekspansi ke area SEA. Kami tahu bahwa jika hal ini terjadi, uang akan juga hadir bersama dengan ekspansi ini. Kami hanya tidak tahu waktu tepatnya hal itu akan terjadi. Untuk meningkatkan portofolio influencer kami, EVS Talents dengan cepat mengontrak influencer seperti DylandPROS, Ej Gaming dan Warpath. Hal ini memungkinkan kami untuk meningkatnkan pengarug brand EVOS.

Ledakan Layanan Live Streaming

Ini bermula dari sebuah pesan lewat Instagram. Akun EVOS Esports kami menerikan pesan dingin dari HUYA yang menawarkan kemungkinan partnership. Pesan tersebut membuka ide, kami mulai mengeksplorasi kemungkinan lain dengan platform streaming. Kami mencari deal yang lebih baik dan mencoba bernegosiasi dengan Twitch untuk kemitraan livestream.

Twitch setuju untuk memberikan sejumlah pemasukan per bulan, yang sebenarnya sebuah kesepakatan yang menguntungkaan. Partner EVOS juga mau utnuk mengambil kesepakatan tersebut. Tetapi EVOS ingin mencoba lebih jauh lagi, mungkin kami bisa mendapatkan sedikit lebih keuntungan, lalu kami mencari kesepakatan lain. Setelah beberapa waktu, kami bertemu dengan Nimo dan pada akhirnya berhasil mendapatkan deal yang besar dengan mereka. Kami memutuskan untuk bekerja sama dengan Nimo. Kesepatakan ini memungkinkan EVOS Esports menjadi tim di SEA yang pertama kali mendapatkan revenue tahunan lebih dari 1 juta USD, sebuah batu loncatan yang sangat tinggi bagi EVOS.

5

Semua ini bisa terjadi karena kami tidak hanya diam menunggu sesuatu untuk terjadi. Jika kami memutuskan untuk menunggu kesepakatan dengan Twitch, kami mungkin akan kehilangan kesempatan besar dengan Nimo dan kehilangan pendapatan yang sangat besar. Kondisi ini juga bisa diterapkan di berbagai peluang bisnis lainnya, Anda harus selalu mengerti nilai dari bisnis Anda dan jangan puas dengan kesepakatan pertama yang datang ke meja Anda. Ingatlah untuk selalu melalukan survei dan melihat kondisi sekitar, siapa tahu, Anda bisa mendapatkan deal yang lebih baik. Seperti halnya EVOS.

To Infinity & Beyond

Sementara di Indonesia buku finansial perusahaan mulai terlihat lebih baik; di Vietnam, sistem kami mulai menemukan hasil. Tim League of Legends, yang hampir pernah akan gagal masuk kualifikasi VCSA, kini mulai meraja di seluruh Vietnam. Mereka berhasil finis pada musim berjalan VCSA dengan skor 12-1 serta menang ajang Vietnam Championship, masuk kualifikasi Mid-Season Invitationals, sebuah ajang turnamen internasional League of Legends yang menghadirkan tim-tim hebat dari selurut dunia untuk berkumpul dan bertanding.

6

Tim kami bermain secara fenomenal selama turnamen dan mengalahkan nama besar di esports seperti Team Liquid dan Fnatic. EVOS mulai mendapatkan perhatian. Waktu itu bersamaan dengan waktu ketika Travis Gafford mewawancara saya tentang perkembangan esports di Vietnam, dan di situ saya mulai menyadari potensi dari EVOS Esports sebagai brand global.

Dengan sukses di Vietnam, lalu kesepakatan Nimo serta tim LoL memberikan hasil baik di MSI Paris, perkembangan baik hadir ke EVOS. Saya ingin melanjutkan tren baik perkembangan yang terjadi dan bahkan ingin bergerak lebih besar lagi. Kami tidak bisa berhenti terus berkembang karena jika kami puas dengan apa yang telah kami punya, kompetitor kami akan mulai mengejar.

Selanjutnya, Thailand.

7

Bersambung ke tulisan berkutnya.

Tulisan berseri ini adalah tulisan tamu dan ditulis oleh Ivan Yeo – Chief Executive Officer dan co-founder EVOS Esports. Tulisan asli dalam bahasa Inggris pertama kali dimuat di laman LinkedIn Ivan Yeo. Publikasi dan terjemahan dilakukan tim Hybrid dan telah mendapatkan izin penulis.

[Guest Post] Cerita Dibalik EVOS Esports yang Hampir Tamat | Evolving EVOS #2

Editorial: Artikel ini adalah artikel kedua, tentang perjalanan EVOS Esports. Anda bisa membaca artikel pertama di tautan ini

Semua berjalan secara baik dan sampai titik ini, saya dan partner masih menjalankan EVOS sebagai proyek sampingan dan hobi saja. Tim EVOS berkembang secara baik di tingkat lokal namun stagnan. Dan saya ingin mencari peluang baru untuk bertumbuh, karena saat itu pasar di Indonesia masih baru. 

Melebarkan Sayap

Waktu itu saya sedang melakukan riset tentang judul game apa yang bisa dipilih untuk EVOS sebagai perkembangan selanjutnya dan akhirnya saya berkesempatan untuk mempelajari Vietnam, lebih spesifik, game League of Legends di negara tersebut. Vietnam menjadi menarik karena memiliki 1 x-faktor, angka. 

The VCSA in Vietnam Was Getting A Lot of Viewership & Had High Potential

Tahun 2017, Vietnam memiliki basis pemain ke dua/tiga terbesar untuk LoL di dunia, hanya tertinggal dari Tiongkok dan setara dengan pemain besar seperti Korea. Secara natural, ketika basis pemain sangat besar, maka penonton dari liga profesional lokal juga akan besar. VSCA rata-rata memiliki 60 ribu CCU (concurrent viewers) di tahun 2017, sedangkan di Indonesia hanya bisa mencapai kurang lebih 10 ribu saja. Potensinya ada, EVOS hanya perlu memuikikan bagaimana caranya masuk pasar Vietnam.

Kemitraan Baru

Seperti yang saya sebutkan di artikel pertama, EVOS didirikan bersama oleh 4 orang. Michael, Hartman, saya sendiri – yang kesemuanya adalah teman satu SMA – dan satu lagi Wesley. Orang yang saya sebutkan terakhir ini adalah alasan kenapa EVOS bisa punya kesempatna untuk masuk pasar Vietnam. 

Fortius was the champions of Indonesia but couldn't beat the rest of the SEA teams.

Wesley memiliki tim di Indonesia dengan nama Fortius. Untuk berkompetisi di skena LoL di Indonesia. Wesley menggunakan pemain asing dari Vietnam di timnya, namun hasil dari tim tersebut tidak berjalan baik. Kami berdua bertemu dan akhirnya muncul rencana untuk menggabungkan kekuatan dan memindahkan divisi LoL ke Vietnam uagar bisa bermain di liga profesional di sana, VSCA. Kami membahas ide tersebut dengan partner lainnya di EVOS dan mereka setuju. Dalam waktu cepat, Vietnam menjadi target EVOS

Persiapan di Vietnam

Langkah pertama dalam proses ekpansi ke negara Vietnam adalah mendirikan tim yang kuat. Seperti halnya sebuah negosiasi umum, Anda harus memiliki pengaruh tertentu untuk mendapatkan deal terbaik. Untuk membuat roster yang kuat, kami membutuhkan pemain yang berpengaruh sebagai daya tarik bagi pemain-pemain bagus agar mau bergabung.

No alt text provided for this image

Untungnya, ketika Fortius bergabung ke EVOS Esports, kami bisa mempertahankan Beyond. Ia adalah salah satu pemain terkenal di Vietnam waktu itu, jadi kami mimiliki pondasi yang solid untuk membangin roster yang bagus. Selanjutnya, kami ingin mendapatkan YiJin di tim, salah satu pemain yang paling terkenal di skena LoL. Kami sadar, jika kami bisa mendapatkan dua pemain ini di tim, maka kami bisa memiliki pengaruh yang cukup untuk menarik pemain bagus lain untuk ikut bergabung. 

Kami telah memiliki rencana, menjalankannya dengan seksama dan akhirnya tim LoL bintang kami terbentuk, tim ini diisi oleh pemain dengan potensi yang sangat baik. Beberapa minggu berikutnya, saya dan partner super sibuk menyiapkan infrastruktur di Vietnam. Membangun gaming house dari nol. Merekrut manajer untuk memenej pemain, dan merekrut pekatih untuk membantu tim berlatih. Kami ingin memastikan bahwa kami memiliki peluang yang baik untuk lolos ke VCSA. 

The First EVOS Esports Roster

Banyak orang tidak menyadari bahwa tugas perusahaan/pemberi kerja untuk menyiapkan infrastruktur yang kuat bagi para karyawan mereka untuk tumbuh. Jika Anda gagal menyiapkan pondasi yang kuat, maka karyawan tidak akan melihat adanya peluang untuk tumbuh, mereka akan pergi. Demikianlah halnya dengan mendirikan tim esports, Anda harus menyediakan dukungan terbaik yang bisa Anda berikan agar pemain bisa berkembang. 

Rintangan Pertama

Kami telah mengatur semuanya dengan baik dan hasilnya juga mulai muncul. Kurang labih hanya satu bulan waktu yang kami miliki sebelum bermain di babak kualifikasi, dan tim dalam kondisi kompak serta percaya diri. Tim kami bisa bermain dengan standar yang sangat tinggi dan tidak pernah satu kali pun kalah dalam masa latihan, dengan skor pertandingan 25-0. Angka fantastis ini didapatkan dengan berlatih melawan tim terbaik di Vietnam. Kami menjadi tim yang ditakuti di Vietnam

No alt text provided for this image

Namun seiring perjalanan waktu, pemain kami menjadi terlalu percaya diri. Anda bisa melihat bahwa EVOS Esports yang sekarang memiliki banyak sekali staff manajemen yang menjaga agar para pemain sehat secara mental dan menjaga kondisi pemain dalam performa yang baik, namun tidak pada waktu itu. Kami tidak tau apa-apa, kami kira pemain yang percaya diri adalah sebuah keuntungan, namun kami sangat salah. 

No alt text provided for this image

Satu hari sebelum pertandingan kualifikasi, mulai muncul masalah. Pemain mulai saling komplain satu dengan yang lain, saling menyalahkan untuk kesalahan kecil dan saling klain bahwa ia paling layak diberi predikat pemain paling jago di tim. Ego mulai muncul dan kami tidak tahu harus bagaimana mengatasinya. Namun, kami tetap yakin dengan kemampuan tim kami. Bgaimana tidak? Menang 25 kali vs kalah 0 dalam pertandingan latihan. 

Karena kualifikasi VSCA akan berjalan seharian, saya dan partner saya, Harman beranggapan bahwa kami tidak perlu hadir di turnamen sejak awal, lebih baik menambah waktu tidur dan istirahat, anggapan kami, tim setidaknya bisa bertahan sampai setelah makan siang. Mengingat kualitas bermain mereka, sepertinya tidak akan mengalami kendala berarti. 

Namun, kami salah. Tim kami kalah di ronder pertama. The. First, Round. 

Di tepi jurang 

Bagaimana caranya kemabli pulih dari keadaan seperti itu? Kami telah memberikan semua usaha kami dengan harapan bisa masuk VSCA. Ini harusnya menjadi langkah awal untuk EVOS agar bisa berada di peta esports dunia. Namun kenyataannya, kami malah menjadi 

Saya ingin menyerah dan menutup secara keseluruhan EVOS Esports.

Saat itu saya masih menjalankan 3 bisnis secara bersamaan, dan kondisi ini mulai memberikan dampak pada diri saya. Mulai muncul masalah kesehatan, khususnya punggung saya, mulai tidak nyaman. Selain itu, kondisi keuangan EVOS Esports juga mulai memburuk. Saya berpikir ini waktu yang tepat untuk menyerah dan fokus ke bisnis saya yang lain. 

Perubahan Nasib

Untungnya, tidak tidak semua hasil buruk menimpa EVOS Esports. Di Indonesia, strategi kami untuk membuat tim terkenal dengan memberikan porsi yang cukup besar di media sosial mulai mendapatkan hasil. Pemilik merek di Indonesia mulai melirik potensi tim esports dan ingin menjadi sponsor di EVOS Esports. 

No alt text provided for this image

Brand pertama yang bekerjasama dengan EVOS adalah Lenovo, mereka menawarkan deal pada kami dengan angka kurang lebih 7 ribu USD perbulan untuk kontrak satu tahun. Ini adalah salah satu kesepakatan sponsor terbesar di Indonesia pada tahun 2017. Selain itu, kami juga berhasil mendapatkan kontrak dari Traveloka dengan angka 8 ribu USD perbulan untuk satu tahun. Menjadi  kesepatakan sponsor terbesar ntuk merek non-endemic di Indonesia pada waktu itu. Tiba-tiba saja, kami memecahkan beberapa rekor. 

Dua kesepatakan ini saja membuat EVOS Esports bisa berjalan dan memberikan keuntungan untuk organisasi EVOS. Namun yang lebih penting, hal ini memberikan sebuah gambaran bagi saya dan partner, bahwa kerja keras kami mulai membuahkan hasil. 

Perubahan Strategi 

Kesepakatan dengan dua brand tersebut juga membuat kami mengubah strategi dalam mendirikan tim, alih-alih membangun tim secara kuat langsung, kami mencoba untuk membuat tim yang populer dan disukai oleh orang. Dengan cara ini, para penggemar memiliki tim populer yang bisa didukung, di sisi lain, brand bisa melihat pengikut yang besar yang bisa kami kumpulkan dari tim dan tertarik untuk menjadi keluarga EVOS. Menciptakan pengaruh.  

Jadi sekarang, daripada mencoba untuk menemukan pemain besar untuk meningkatkan performa tim, saya ingin mencari cara untuk membangun brand menjadi nama utama kami. Langkah selanjutnya adalah mencari brand ambassador, tim lain telah memiliki relasi dengan pemain game umum, EVOS membutuhkan keunggulan lain. 

Well, kami menemukannya secara cukup harafiah dalam seorang ‘angel’.

No alt text provided for this image

Di salah satu turnamen DOTA, para pemain EVOS berfoto dengan para merek pendukung, dan mereka membicarakan salah satu perempuan cantik, namanya Angel. Di tidak terkenal atau istimewa, tetapi tim DOTA saya suka dengannya karena kerehamannya. Saya jadi berpikir, jika pemain saya saja suka, mungkin gamers yang lain juga akan menyukainya. Mengapa tidak mengajaknya untuk bergabung dan menjadi EVOS Esports ambassador, tujuannya untuk membantu mengembangkan brand EVOS. 

Kami  berkomunikasi dan sisanya adlaah sejarah. Ketika Angel bergabung dengan EVOS, ia adalah seorang model untuk acara-acara dengan hanya 200 follower di IG. Kini, ia adalah seorang ikon gaming dnegan lebih dari 200 ribu follower dan menjadi muka dari EVOS Esports. 

Itulah strateginya: Menemukan talen potensial, bantu mereka berkembang. 

Titik paling rendah hidup saya

Semua berjalan baik, performa tim kami berjalan baik, bahkan tim LoL Vietnam kami juga bisa bermain di babak kualifikasi VSCA setelah saya membeli slot dari tim lain. Semuanya seperti memberikan harapan untuk keberhasilan. 

Well, tidak juga. 

Suatu hari di bulan Agustus tahun 2017, ketika saya ingin pergi mengunjungi para pemain di tim, saya menyadari bahwa tiba-tiba saya kehilangan tenaga. Saya merasa untuk berjalan menaiki tangga saja terasa sulit. Saya tidak ambil pusing, lalu pergi ke dokter untuk cek ringan karena saya pikir ini hanya masalah punggung biasa. Ternyata bukan. Saya didiagnosis dengan Kennedy Disease, sebuah penyakit genetik yang tidak tersembuhkan. 

Untuk yang tidak mengerti apa penyakit tersebut, tenang saja, saya juga tidak. Ini sebuah tutan untuk Anda mempelajari sendiri jika tertarik: https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/6818/kennedy-disease

No alt text provided for this image

Saat itu, saya tidak akan pernah melupakan apa yang dokter katakan pada saya. 

“Anda hanya punya 5 tahun lagi untuk bisa berjalan, makan atau berbicara secara normal”. Saya terhenyak. 

Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa tidak mau melakukan apapun. Sepertinya hidup saya jadi tidak punya tujuan lagi karena toh pada akhirnya itu akan pergi dari saya juga. Saya mengurung ini d irumah sendirian, berusaha untuk menemukan makna apa yang harus saya lakukan. 

Ketika itulah saya menyadari bahwa saya merasa paling bahagia ketika saya menonton EVOS Esports berkompetisi dan bertanding. Akhirnya, saya menemukan alasan untuk bangkit. 

One Last Stand

Anda bisa lihat, bahwa saya mengatakan pada diri saya untuk tidak menjadi orang yang munafik. Ketika tim LoL Vietnam saya gagal lolos ke VCSA, para pemain ingin menyerah dan berhenti. Hanya saya sendiri yang meyakinkan mereka untuk terus bertahan, untuk terus berjuang, membuat mereka percaya bahwa akan ada jalan terang di ujung sana. 

Saya tidak bisa menjadi seorang yang munafik. Saya tidak bisa menyerah. 

Saya mengerti bahwa di titik ini saya tidak rugi satu apapun, waktu adalah esensinya. Saya berhenti mengurus semua bisnis saya untuk mengurus EVOS Esports secara penuh dan menentukan tujuan saya. membangun kerajaan media dan hiburan terbesar di Asia Tenggara dalam waktu 5 tahun.

Sekarang waktunya bekerja. 

Bersambung ke tulisan berkutnya.

Tulisan berseri ini adalah tulisan tamu dan ditulis oleh Ivan Yeo – Chief Executive Officer dan co-founder EVOS Esports. Tulisan asli dalam bahasa Inggris pertama kali dimuat di laman LinkedIn Ivan Yeo. Publikasi dan terjemahan dilakukan tim Hybrid dan telah mendapatkan izin penulis.

[Guest Post] Bagaimana Saya Memulai EVOS Esports | Evolving EVOS #1

Semua bermula dari satu keyakinan. 

“Untuk mengubah mimpi jadi kenyataan dan untuk memberikan inspirasi bagi generasi masa depan”. 

Saat ini, EVOS Esports telah memilki 15 tim di lebih dari 5 negara, namun semuanya bisa berakhir dengan sangat berbeda.

Saya memang jarang berbicara tentang kisah personal saya sendiri, namun akan menjadi sebuah ide yang cukup baik untuk membuat artikel berseri tentang bagaimana EVOS berdiri. Catatan ini juga untuk merekam perjalanan saya selama ini di dunia esports.

No alt text provided for this image

 

Mari kita mulai dengan latar belakang saya sendiri 

Ketika memulai EVOS, saya sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang esports. Latar belakang saya adalah pernah memiliki pengalaman di bisnis FnB ketika mendirikan restoran di Kamboja, serta pernah bekerja di perusahaan keluarga yang memiliki fokus pada investasi real estate, startups dan perusahaan finansial. Jadi Anda bisa melihat sendiri, bahwa esports sama sekali bukan bidang saya. 

Jangan salah paham, saya suka bermain game. Saya bermain DOTA ketika ada waktu dan selalu menjadi penonton The International. Saya suka menonton kompetisi, ada sesuatu yang muncul ketika menonton pertandingan yang kompetitif. Dan akhirnya sampai pada suatu waktu, saya menjentikkan jari dan berkata pada diri saya sendiri, lakukan saja.

Credit: Reddit user u/GeryllAnthony

 

Langkah Pertama 

Langkah pertama agar semua bisa berjalan dengan benar adalah memilih titik awal untuk mulai. 

Meski saya warga negara Singapura, namun, waktu itu potensi pasar di negara ini tidak ada. Di sisi lain, Indonesia adalah pasar yang potensial untuk esports. Peluangnya ada, saya hanya tinggal mengolahnya.

Seperti yang saya sebutkan di awal, saya sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang esports. Jadi, langkah awal yang harus dilakukan adalah mempelajari industrinya. Tidak ada buku panduan untuk belajar esports, harus dengan mencoba secara langsung. Dan saya mendapatkan ide, mengapa tidak menggelar liga profesional untuk permainan DOTA di Indonesia – dan jadilah AES Pro League. Dengan cara ini saya bisa mempelajari tentang esports sekaligus mempelajari tentang pasar Indonesia. Killing two birds with one stone.”

Created the AES Pro League to Explore Esports in Indonesia

 

Melakukan penyesuaian 

Setelah menjalankan liga selama dua musim, saya sadar bawah kompetisi tidak akan berhasil, tidak ada banyak ROI di sana. Namun saya menyadari potensi esports telah ada. Saya memutuskan untuk mengubah haluan dan mendirikan tim. Mencoba untuk melakukan pendekatan berbeda untuk tap in ke pasar. 

Meskipun kompetisi yang saya jalankan tidak berhasil, ada satu hal positif yang saya dapatkan. Saya bisa membentuk tim pertama saya dari pengalaman tersebut, namanya Majapahit Esports. Tim tersebut bisa mendapatkan posisi 3 di AES Pro League, dan saya melihat peluang untuk mengeksplorasi lebih dalam perihal tim esports ini. Akhirnya saya terjun ke sana, karena pada dasarnya saya hanya membutuhkan sebuah tempat untuk memulai. 

Saya memulai dengan sederhana, memberikan anggota tim gaji bulanan untuk operasional dan mendirikan gaming house untuk tim tersebut, pertama di Indonesia. Tujuan utama waktu itu adalah memberikan gambaran pada tim bahwa saya peduli dengan mereka, selain itu saya juga ingin masuk ke ekosistem esports dan membangun sebuah brand.

Namun sebelum itu saya harus memikirkan sebuah nama untuk tim. Majapahit bukanlah nama yang gampang diingat. Lalu saya berpikir untuk melihat value saya sendiri dan apa yang saya percaya, saya ingin mengembangkan (evolve) ekosistem esports di Asia Tenggara dan membuatnya semakin besar. 

Evolve. EVOS. Begitulah, semua berawal dari sana. 

Auman pertama

Proyek AES Pro League kami (saya dan mitra) putuskan untuk dilanjutkan 1 musim lagi karena sebuah alasan, memberikan tim saya sebuah platform untuk bertumbuh dan bermain dengan tim lain. Mengasah kemampuan mereka dengan mengikuti kompetisi secara rutin. Sementara hal ini berjalan, saya ingin membangun tim ini secara lebih dan mengembangkan kehadiran media sosial mereka. Menjadi pemenang di sebuah kompetisi adalah penting tetapi membangun pengaruh adalah prioritas sejak awal. 

Saya mulai mendorong tim untuk lebih banyak membuat konten, memberikan saluran bagi fans untuk berinteraksi dengan EVOS. Secara mendasar, esports adalah sebuah bisnis hiburan. Orang ingin menonton pertandingan untuk terhibur, menonton permainan seru dan momen epik. 

Langkah pertama adalah membuat orang mengenal media sosial EVOS di manapun. Facebook, Instagram dan YouTube. Saya merekrut karyawan untuk membuat cuplikan dari setiap pertandingan tim kami dan juga membuat vlog untuk mendokumentasikan perjalanan offline tim, apapun yang bisa memberikan tontonan bagi fans EVOS.

Sementara konten yang kami miliki berkembang, tim kami pun berhasil menjadi pemenang di banyak pertandingan. Pondasi yang telah saya bangun memberi dampak, dan setelah latihan yang rutin dan tanding lawan tim lain (sparing), akhirnya tim EVOS bisa menjadi pemenang di beberapa turnamen DOTA lokal, dan yang paling utama adalah mengalahkan tim MVP Phoenix dari Korea.

Itu adalah sebuah titik balik. Sepercik harapan muncul. Harapan. Bahwa tim asal Indonesia bisa bertanding dengan tim terbaik lainnya. Waktu itu ada anggapan yang salah bahwa Indonesia tidak memiliki pemain yang bagus, namun tiba-tiba semua orang jadi memperhatikan. Dari sana kami mulai bisa mendapatkan sponsor, NVIDIA, Digital Alliance, LG dan sponsor non-endemic pertama kami Go-Jek. Saya akan selalu ingat tanggalnya, 20 November 2016. Hari itu adalah momen saat EVOS Esports benar-benar lahir

Tim kami bisa mengalahkan tim unggulan (top tier) DOTA 2, EVOS juga diundang ke kualifikasi regional. Semua berjalan secara baik tetapi saya merasa EVOS bisa melakukan lebih. Saya ingin melakukan ekspansi, dan saya melihat ada peluang. 

Bersambung di artikel berikutnya.

Tulisan berseri ini adalah tulisan tamu dan ditulis oleh Ivan Yeo – Chief Executive Officer dan co-founder EVOS Esports. Tulisan asli dalam bahasa Inggris pertama kali dimuat di laman LinkedIn Ivan Yeo. Publikasi dan terjemahan dilakukan tim Hybrid dan telah mendapatkan izin penulis.