Memiliki angka penetrasi yang sangat besar dan terus bertumbuh, pemanfaatan ponsel di Indonesia berhasil mengubah paradigma dalam kehidupan sehari-hari. Dalam laporan kuartal pertama bertajuk “Indonesia Mobile Habit 2017” oleh JakPat, ditemukan sebuah kesimpulan menarik.
Survei yang dilakukan kepada lebih dari 3500 pengguna ponsel di Indonesia ini mengemukakan sebuah fakta bahwa kebutuhan kepemilikan ponsel pintar sudah meningkat urgensinya. Sebanyak 81,19 persen responden menyatakan bahwa kepemilikan ponsel masuk dalam kategori “penting” di bawah kebutuhan makan (91,68%), air (90,10%), tempat tinggal (85,19%) dan di atas kebutuhan pakaian (78,47%), kartu identitas (62,5%), kendaraan hingga dompet (57,21%). Bisa dikatakan, ponsel sudah berubah dari penempatan sebelumnya sebagai kebutuhan tersier menuju kebutuhan sekunder.
Peningkatan kebutuhan tersebut makin diperkuat dengan persentase aktivitas berikut ini. Banyak orang (45,84%) ketika bangun tidur hal pertama dicari adalah ponselnya.
Menjadi sebuah kewajaran ketika ponsel pintar berhasil memfasilitasi banyak aktivitas dalam keseharian. Tidak hanya untuk berkomunikasi, melainkan termasuk banyak hal lainnya. Mulai dari mencari informasi terkini, mendapatkan hiburan (musik, video, game dll), hingga menyelesaikan pekerjaannya.
Data berikutnya menunjukkan ragam aktivitas yang mendominasi kegiatan berponsel masyarakat di Indonesia. Kendati masih didominasi oleh aktivitas personal dan sifatnya hiburan, angka-angka yang menunjukkan persentase kegiatan “serius” mulai terlihat. Seperti untuk menjadi media belajar, menunjang pekerjaan, melakukan transaksi finansial, pemesanan hotel dan belanja. Mengapa dikatakan sebagai sebuah kegiatan serius, karena membutuhkan effort lebih –bahkan mengeluarkan biaya—untuk mengakses layanan-layanan tersebut. Simpulannya, kepercayaan pengguna meningkat dengan sebuah layanan berbasis aplikasi ponsel.
Aktivitas di atas umumnya dilakukan dengan rerata waktu antara 1,3 – 2,7 jam. Persentase terbesar penggunaan ponsel justru digunakan untuk bekerja (rata-rata 2,7 jam per hari), kemudian untuk berkomunikasi atau chatting (2,6 jam per hari), disusul aktivitas di media sosial, bermain game dan menonton film.
Peningkatan kebutuhan yang berimbas pada pengeluaran rutin
Bergesernya kebutuhan penggunaan ponsel di kalangan masyarakat salah satunya berimbas pada pengeluaran mereka untuk memenuhi aktivitas tersebut, yakni pembelian pulsa yang harus dilakukan untuk mengaktifkan paket data dan kebutuhan penunjang lainnya. Dari data yang didapatkan JakPat, sebagian besar masyarakat mengucurkan uang 50 – 100 ribu Rupiah untuk membeli pulsa tiap bulan.
Sedangkan untuk perangkat penunjang, merek populer di kalangan pengguna Indonesia masih didominasi Samsung (29,33%), Xiaomi (13,17%), Asus (11,11%), Lenovo (7,83%), Apple (6,09%), Oppo (5,18%) dan merek lainnya. Dipastikan kebutuhan untuk mengakses aplikasi modern dan layanan internet, menggeser penggunaan featured phone menjadi smartphone secara signifikan.
Selain data di atas, dalam laporan premium yang dirilis oleh Jakpat juga memberikan berbagai insights lain secara mendetil, termasuk tren pengguna membeli/berganti ponsel, pembagian berdasarkan kategori usia, hingga persentase layanan-layanan populer di kategori media sosial, musik, e-commerce hingga finansial.
Laporan premium ini bisa diperoleh secara lengkap dengan mengunjungi tautan berikut http://jakpat.net/report1.