Tiongkok adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak, menjadikannya sebagai pasar yang menggiurkan bagi pelaku dari industri apapun, tak terkecuali game dan esports. Menurut Statista, industri mobile game di Tiongkok pada tahun ini akan bernilai hampir US$20 miliar. Karena itu, tidak heran jika Modern Times Group (MTG), perusahaan induk dari ESL dan DreamHack, tertarik untuk masuk ke pasar Tiongkok. Pada September 2019, ESL mulai berdiskusi dengan Huya, platform streaming asal Tiongkok, untuk membuat perusahaan joint venture.
Tidak hanya itu, Huya juga berencana untuk menanamkan modal sebesar US$30 juta ke ESL, yang membuat mereka menjadi pemegang saham minoritas. Ketika itu, ESL juga berencana untuk menerbitkan saham baru dengan total nilai US$22 juta untuk melakukan ekspansi ke Tiongkok, termasuk mendanai perusahaan joint venture yang hendak mereka buat dengan Huya. Sayangnya, diskusi tersebut tidak berbuah manis. MTG dan Huya mengumumkan bahwa mereka tidak akan melanjutkan diskusi untuk bekerja sama.
MTG mengatakan, alasan kedua belah pihak untuk berhenti melanjutkan diskusi adalah karena “perbedaan pandangan kedua perusahaan tentang alokasi risiko dan hal-hal komersial lainnya”. Setelah MTG mengumumkan batalnya kerja sama dengan Huya, nilai saham mereka turun 19,2 persen. Meskipun begitu, MTG menyebutkan, mereka tetap berencana untuk melakukan ekspansi ke pasar Tiongkok.
“Kami tetap percaya bahwa kerja sama ini akan memberikan untung baik untuk MTG, Huya, dan industri esports secara global. Meskipun begitu, kedua belah pihak percaya bahwa jalan terbaik saat ini adalah untuk menghentikan negoisasi kerja sama,” kata CEO dan President MTG, Jørgen Madsen Lindemann, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Namun, memasuki ke pasar Tiongkok tetap menjadi prioritas bagi MTG dan kami akan mengambil kesempatan yang ada dalam waktu dekat.”
MTG juga meyakinkan, batalnya kerja sama dengan Huya tidak akan memengaruhi rencana operasi ESL pada 2020. Minggu lalu, MTG mengumumkan tentang hasil peninjauan dari finansial mereka. Mereka memiliki simpanan senilai 90 juta krone (sekitar Rp128 miliar). Sebesar 40 juta krone (sekitar Rp57 miliar) akan mereka investasikan untuk ESL.