Ilmu kepemimpinan mulai banyak dipelajari banyak orang sekarang ini. Hal ini selain membekali diri untuk menjadi seorang pemimpin, juga upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tahukah Anda dari sekian banyak ilmu kepemimpinan ada beberapa yang diambil dari kebiasaan waktu kecil kita? Berikut beberapa di antaranya.
Mengucapkan terima kasih
Ini menjadi hal dasar yang diajarkan kepada kita waktu kecil. Setiap tindakan orang lain yang meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan lainnya kita wajib membalasnya dengan ucapan terima kasih. Terdengar sederhana tetapi ilmu berterima kasih ini bisa membuat hubungan menjadi lebih baik dan meningkatkan rasa menghormati satu sama lain.
Mendengarkan lebih banyak
Sebagai seorang pemimpin wajib hukum mengetahui banyak mengenai apa dan siapa yang mereka pimpin. Untuk mengetahui itu semua diharuskan pula untuk lebih banyak mendengarkan dibandingkan bicara. Mencoba mendengarkan sambil memahami permasalahan yang ada. Mendengarkan sambil mengenali satu sama lain. Mendengarkan ide, masukan, atau bahkan kritikan. Sesuatu yang tentu sangat mendasar bagi seorang pemimpin.
Jangan menginterupsi
Sebagai bagian dari menjadi pendengar yang baik adalah tidak memotong atau menginterupsi pembicaraan seseorang. Jika memang mereka butuh tanggapan berikan hal tersebut setelah mereka rampung bercerita. Biarkan mereka menyelesaikannya dengan tuntas. Kalau pun Anda terpaksa atau terlanjur memotong di tengah jalan mintalah maaf dan kesediaan mereka untuk melanjutkan.
Saling membantu
Jiwa individualis muncul seiring berkembangnya waktu. Faktor persaingan pribadi atau ingin menonjol sendiri bisa menjadi faktor buruk yang mengurangi rasa membantu satu sama lain. Rasa kesediaan membantu satu sama lain tidak hanya wajib dimiliki oleh pemimpin. Tetapi pemimpin yang wajib memberikan contoh.
Bermain!
Bermain di sini bukan berarti menganjurkan kita untuk bermain. Melainkan berpikirlah seperti anak-anak ketika mendapat mainan. Bagaimana antusias mereka, rasa ingin tahu, semangat, dan tidak memiliki rasa takut sedikit pun dalam mengambil keputusan. Hanya saja untuk perkara bisnis semua itu harus tetap harus diperhitungkan meski sekali-kali nekat itu perlu.