Berbekal Teknologi Molekuler, Startup Atomo Sajikan Kopi Tanpa Biji Kopi

Dalam Star Trek: Voyager, Kapten Kathryn Janeway pernah bilang bahwa kopi adalah zat organik terbaik yang pernah manusia ciptakan, membantu melewati tiga tahun terburuk dalam hidupnya. Seperti Janeway, sebagian penduduk Bumi saat ini tak bisa memulai hari sebelum menyeruput secangkir kopi. Banyak orang membuat minuman kopinya sendiri, tapi tak sedikit pula memilih untuk membelinya.

Apapun metode pilihan Anda demi mendapatkan segelas kopi, biji kopi punya andil besar dalam eksistensi minuman favorit itu. Kendalanya, tak semua orang menyukai kopi yang mereka konsumsi. Menurut riset yang dilakukan oleh startup asal Seattle, Atomo Coffee, sekitar 75 persen penikmat kopi masih belum puas pada rasanya, misalnya karena terlalu pahit atau terlalu asam. Sebagai jalan keluar sementara, umumnya kita menambahkan gula atau krimer. Belum lagi, harga biji kopi terus melambung meski tak dibarengi meningkatnya kualitas.

Atomo Coffee sendiri punya solusi lain atas masalah-masalah ini. Berbekal teknologi melekuler dan metode reverse engineering, tim berisi para pakar makanan serta ahli biokimia itu memperkenalkan minuman kopi tanpa biji kopi. Lewat teknik unik tersebut, Atomo dapat mengetahui komposisi kimia dari kopi, kemudian menjabarkannya dalam ‘dashboard kopi molekuler’, yaitu papan instrumen yang memungkinkan produsen menyempurnakan rasa kopi.

Para coffee snob mungkin akan segera meragukan rasanya. Bagaimana mungkin kopi terasa nikmat tanpa biji kopi? Untuk menjawab pertanyaan itu, Atomo Coffee belum lama ini melangsungkan coffee challenge di kampus Universitas Washington buat membandingkan rasa kopi Atomo dengan Starbucks (tanpa memberi tahu peserta merek apa yang mereka minum). Mengejutkannya, ada lebih banyak orang menyukai kopi Atomo (21 vs. 9).

Beberapa tester memuji tesktur lembut dari kopi Atomo, bahkan jika diminum tanpa campuran apapun, dan sebagian dari mereka berkomentar soal tidak adanya sensasi hangus. Dan terlepas dari pemanfaatan teknik molekuler dalam produksinya, kafein sebagai salah satu zat terpenting di secangkir kopi Atomo tetap ada di sana.

Saat ini, produsen tengah melangsungkan kampanye crowdfunding di Kickstarter. Uang yang mereka kumpulkan akan digunakan untuk mematangkan bahan-bahan alami penyusun ‘kopi tanpa biji kopi’. Kemudian, Atomo akan mengubah resep tersebut menjadi bubuk, sehingga kompatibel dengan berbagai tipe alat pengolah minuman kopi. Produsen juga berniat menambah pilihan jenis dan rasa, misalnya Kolombia, Etiopia, Kenya serta Decaf.

Sebungkus kopi Atomo dengan ukuran terkecil bisa menghasilkan 50 cangkir kopi, dijajakan seharga mulai dari US$ 24 di Kickstarter. Produk rencananya akan didisitribusikan pada bulan Desember 2019 nanti, tapi sayangnya belum dapat dipesan oleh kita yang tinggal di Indonesia.