Pada hari Rabu minggu kemarin, Google bersama dengan sejumlah mitra di Indonesia baik dari sektor swasta dan pemerintah, meluncurkan sebuah inisiatif untuk membawa 100.000 usaha/perusahaan kecil dan menengah di Indonesia ke ranah online sebelum akhir tahun 2012.
Dinamakan Bisnis Lokal Go Online, inisiatif ini didorong oleh kurangnya adopsi internet oleh perusahaan-perusahaan Indonesia meski lebih dari 40 juta orang Indonesia telah memiliki akses Internet. Karena mayoritas pengguna internet di Indonesia menghabiskan waktu mereka di jaringan sosial, ini bisa menjadi peluang bagi bisnis lokal untuk membawa kehadiran mereka secara online dan meningkatkan kesadaran serta kepercayaan untuk mendapatkan konsumen dan berinteraksi dengan mereka.
Meskipun Google merupakan inisiator utama program ini, dukungan juga hadir dari tiga kementerian pemerintah, KADIN, PANDI, penyedia layanan internet Melsa dan Bakrie Connectivity, Multiply, serta Aptikom – asosiasi perguruan tinggi ilmu komputer dan informatika.
Menurut Julian Persaud, Managing Director Google Asia Tenggara, yang berbicara pada peluncuran tersebut, dari 17 juta UKM di Indonesia, hanya 75 ribu yang memiliki kehadiran web dan bisnis mereka melalui internet. UKM adalah perusahaan yang pendapatan tahunannya berkisar antara Rp 2,5 miliar sampai dengan Rp 50 miliar.
Daniel Tumiwa, Country Manager Multiply, mengatakan bahwa perusahaannya memiliki lebih dari 60 ribu pedagang mulai dari individu sampai dengan perusahaan besar yang melakukan perdagangan setiap hari menggunakan platform e-commerce Multiply. Pembelian pada periode Natal yang diterapkan dengan program diskon tampaknya sangat populer dan meningkatkan jumlah transaksi di platfrom mereka. Sayangnya ia menolak memberikan rincian kinerja tahun lalu, namun Multiply sangat optimis dengan perkembangan e-commerce di Indonesia.
Meskipun tampaknya ada keengganan besar atau ketidakpedulian di antara para pelaku bisnis di Indonesia untuk hadir secara online, peluang yang ada sebenarnya cukup besar. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya individu dan industri rumahan yang membuat toko online melalui halaman Facebook dan grup BlackBerry Messenger.
Apa yang berkembang di Indonesia ini mirip dengan garage sale atau para individu yang hidup dari menjual barang di eBay. Perilaku yang tidak biasa dari para penjual di Indonesia juga tercerminkan oleh mereka yang melakukan perdagangan di Kaskus dan sarana jual-beli lainnya, dan mendapatkan penghasilan sampai dengan puluhan ribu dolar per tahun.
Banyak dari para pedagang ini sudah cukup senang dengan apa yang telah mereka capai dan tidak melihat alasan untuk beralih menjadi usaha yang resmi. Beberapa dari mereka yang tetap tidak menggunakan nama resmi, mengatakan bahwa mereka tidak melihat manfaat untuk mendaftarkan usaha mereka pada pihak berwenang. Kebanyakan dari mereka beralasan bahwa mereka tidak percaya proses regulasi yang ada serta adanya ketidakpercayaan pada pemerintah. Mereka juga merasakan ketidakpastian jika berurusan dengan pihak berwenang, namun mereka tidak mau menjelaskan hal ini secara lebih spesifik.
Ekonomi bawah tanah yang telah diciptakan oleh para pedagang ini telah memberikan kontribusi terhadap sulitnya pendataan dalam hal indikator pertumbuhan ekonomi dan survei. Sedangkan jika melihat dari sudut pandang pemerintah dan pihak berwenang, tentu saja hal ini menimbulkan masalah terutama dalam hubungannya dengan pemungutan pajak, laporan ekonomi, dan hal sejenis lainnya.
Karena itu tantangannya bukan semata-mata mengajak orang untuk menghadirkan bisnis mereka secara online, tetapi membuat mereka menjadi lebih rapih, benar-benar terdaftar, dan mematuhi aturan regulasi.
Sementara sektor e-commerce masih mencari pijakan untuk bisnis mereka, beberapa nama besar seperti Multiply, Tokobagus, Tokopedia, Plasa, Disdus, Dealkeren, Doku, serta berbagai perusahaan lain berencana untuk membentuk asosiasi pelaku industri e-commerce di Indonesia untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada.
Asosiasi yang akan dibentuk ini bertujuan untuk mempromosikan industri serta memastikan fleksibilitas dan kebebasan operasi serta memperluas masing-masing perusahaan serta industri secara keseluruhan.
Seperti laporan dari Nielsen dan Deloitte yang dirilis pada akhir tahun 2011, perekonomian internet Indonesia akan meledak pada tahun 2015. Para pelaku e-commerce ini telah bersiap-siap untuk menghadapi perkembangan ekonomi internet yang jauh lebih besar dan lebih dewasa.
Selama beberapa minggu terakhir ini, sebuah kelompok kerja telah membahas cara-cara untuk mewakili industri dalam menghadapi hukum yang telah berlaku serta yang akan datang yang berhubungan dengan transaksi perdagangan berbasis internet. Asosiasi ini diharapkan akan diluncurkan sebelum akhir Februari.
1 thought on “Bersamaan dengan Dirilisnya Bisnis Go Online oleh Google, Para Pelaku E-commerce Mendirikan Sebuah Asosiasi”