Setelah bertahun-tahun “struggling” dengan kondisi penjualan yang kian menurun drastis dan kerugian yang diderita, BlackBerry – pionir smartphone yang dahulu pernah berjaya memimpin pasar smartphone global, Senin (12/8) kemarin secara resmi mengumumkan bahwa BlackBerry kini dalam status dijual.
Dalam sebuah keterangan resmi, perusahaan smartphone yang berbasis di Waterloo, Canada tersebut mengatakan sedang menjajaki seluruh opsi dan kebijakan untuk menyelamatkan keuangan perusahaan yang didalamnya termasuk opsi membuat perusahaan patungan, membangun strategic partnerships atau aliansi, hingga kemungkinan untuk melego saham perseroan yang berarti menjual seluruh aset perusahaan secara utuh.
BlackBerry yang kini sedang berjuang menyelamatkan nilai perusahaannya tersebut, melalui dewan direksinya membentuk sebuah komite khusus yang akan membahas pilihan terbaik untuk meningkatkan skala perusahaan. Selain CEO BlackBerry, Thorsten Heins, komite khusus ini dibentuk dengan dewan direksi lainnya seperti Timothy Dattels, Barbara Stymiest, Richard Lynch, dan Bert Nordberg, sementara pihak yang ditahbiskan untuk bertindak sebagai penasehat keuangan BlackBerry yaitu perusahaan finansial besar JPMorgan Chase & Co.
Dalam sebuah kesempatan, sesuai dengan rilisan resmi yang dilansir oleh BlackBerry dalam laman blognya, Thorsten Heins sempat menjelaskan fokus yang akan dilakukan BlackBerry dalam waktu dekat adalah memangkas biaya produksi yang dinilai kelewat mahal, meningkatkan efisiensi, dan meng-akselerasi pengembangan platform BlackBerry Enterprise Server 10 (BES 10) yang pada awal kemunculannya mendapatkan respon yang lesu di pasaran.
“Kami masih terus melihat peluang jangka panjang yang menarik untuk BlackBerry 10, kami memiliki teknologi yang luar biasa yang mampu merangkul konsumen secara luas. Kami juga memiliki neraca yang kuat dan kami senang dengan kemajuan yang telah dibuat dalam masa transisi kami. Sebagai bagian dari special committee, kami berfokus untuk menjelajahi strategi alternatif dengan memangkas biaya produksi, meningkatkan efisiensi, dan meng-akselerasi pengembangan platform BlackBerry Enterprise Server 10 seiring dengan perkembangan smartphone BlackBerry 10. Serta tetap fokus dalam peluncuran aplikasi social-messaging multiplatform BlackBerry Messenger.” Ungkapnya.
Cukup ironis , namun sejumlah skenario penyelamatan tersebut memang harus segera dilakukan untuk menyelamatkan smartphone yang dulu sempat digemari oleh berbagai kalangan pengguna smartphone di seluruh dunia ini. Dalam tahun-tahun belakangan terakhir, BlackBerry dinilai semakin tak berdaya menahan gempuran punggawa smartphone lainnya seperti iPhone dan jajaran produk smartphone Android yang kini saling berebut pasar strategis di seluruh wilayah dunia.
Sebagai contoh, pada tahun 2010 lalu menurut laporan situs berita PandoDaily, BlackBerry yang ketika itu masih memegang market share sebesar kurang lebih 40% di pasar Amerika Serikat, kini pencapaian tersebut harus melorot hingga kurang dari 5% seperti yang sudah diramalkan banyak analis dalam beberapa waktu belakangan. Data terakhir yang didapat bahkan menunjukkan bahwa market share yang dimiliki Windows Phone telah merebut pasar BlackBerry.
Hal tersebut jelas membuat BlackBerry ketar-ketir dalam persaingan smartphone global khususnya dari segi penjualan dan bisnis. Hal ini menurut berbagai kalangan diakibatkan dari inovasi BlackBerry yang dianggap stagnan atau mandeg dibandingkan dengan pesaing-pesaing besar lainnya.
Tentu masih segar di ingatan kita pada beberapa waktu lalu BlackBerry memutuskan untuk merilis aplikasi BBM untuk platform lain seperti Android dan iOS menurut beberapa pakar “kematian” BlackBerry memang sesuatu yang sudah lama diperkirakan. Faktanya, pada perhitungan laba kuartal lalu, BlackBerry dilaporkan mengalami kerugian hingga USD 84 juta yang berimbas pada dirumahkannya sekitar 5000 karyawannya.
BlackBerry saat ini dilaporkan memiliki perkiraan nilai pasar sebesar USD 5 miliar dan memiliki aset atau kas sebesar USD 3 miliar. Lembaga riset IDC sempat melaporkan pasar global BlackBerry mengalami penurunan pasar hingga 3,7% pada kuartal kedua tahun ini. Pemerosotan tersebut dinilai sebagai penurunan terendah dari pangsa pasar BlackBerry selama ini.