Bertambah lagi jumlah bank besar yang akan mencaplok bank mini untuk masuk ke bisnis digital. Kali ini PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) dikabarkan akan mencaplok Bank Mayora yang merupakan bank BUKU II dengan modal inti tidak sampai Rp2 triliun.
Mengutip CNBC, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar telah mengonfirmasi rencana perusahaan untuk mengakuisisi sebuah bank. Ia mengatakan perusahaan telah menyelesaikan proses tahap awal, tetapi ia masih merahasiakan nama banknya.
“Kami telah mencapai kesepakatan awal untuk akuisisi bank yang memiliki ekosistem bisnis kuat untuk dikembangkan menjadi bank digital,” ungkap Royke dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.
Menurutnya, bank digital ini akan membidik segmen UMKM dan menggandeng mitra strategis berpengalaman untuk mengembangkan teknologi keuangan. Royke menilai teknologi memainkan peran penting dalam mengelola bank digital, serta dapat menekan biaya operasional lebih efisien dibandingkan bank konvensional.
Sebagai informasi, Bank Mayora merupakan bank di bidang ritel dan consumer yang menawarkan berbagai produk keuangan, mulai dari pinjaman (lending) dan simpanan (funding). Beberapa produk pinjaman yang ditawarkan di antaranya Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kredit Multi Guna (KMG), dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).
Sementara, BNI bermain di segmen consumer dan bisnis, baik lewat produk tabungan, deposit, hingga kredit. Bank berlogo 46 ini memiliki asosiasi kuat sebagai produk perbankan yang banyak digunakan oleh kalangan mahasiswa/universitas.
Mengutip Investor.id, Royke sebelumnya pernah memberi sinyal bahwa perusahaan tidak akan 100% berubah menjadi bank digital yang tidak memiliki kantor cabang, tetapi bertransformasi dari sisi layanan, proses bisnis, dan produk.
Selain BNI telah memiliki legacy yang cukup kuat di Indonesia, ia menyebut Pemerintah selaku mayoritas pemegang saham mengamanatkan BNI untuk fokus memperkuat posisinya ke depan sebagai bank internasional atau bank global.
Berebut pasar UMKM
Sepanjang tahun ini, sektor perbankan Indonesia telah diramaikan dengan peluncuran layanan bank digital hingga aksi korporasi untuk mencari mitra strategis. Bank Jago, BCA Digital, dan Bank Neo Commerce sudah melakukan ini di semester I ini.
Sementara beberapa bank lain tengah mencari investor strategis untuk menghimpun modal. Baru-baru ini konglomerasi media PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) mencaplok 93% saham Bank Fama. Kemudian, ada Kredivo yang secara bertahap mengakuisisi saham Bank Bisnis Internasional hingga kemudian menjadi pengendali dengan kepemilikan sebesar 40%.
Aksi korporasi tersebut tengah dikejar untuk memenuhi kewajiban modal inti Rp2 triliun sampai akhir tahun ini sebagaimana tertuang dalam aturan POJK Nomor 12.
Hampir semuanya ramai-ramai membidik segmen UMKM di tengah lonjakan akselerasi digital selama pandemi Covid-19. Selain merupakan fondasi perekonomian Indonesia, UMKM termasuk segmen yang cukup sulit mendapat akses modal dan rata-rata belum sepenuhnya terdigitalisasi.
Perbankan
Induk/Individu | Akuisisi/Anak Usaha | Transformasi |
BCA | Bank Royal Indonesia | BCA Digital |
Jerry Ng dan Patrick Walujo | Bank Artos | Bank Jago |
BRI | BRI Agro | Bank Raya |
Nonbank
Induk | Akuisisi/Anak Usaha | Transformasi |
Sea Group | Bank Kesejahteraan Ekonomi | Seabank |
CT Group | Bank Harda Internasional | Allo Bank |
EMTEK | Bank Fama | N/A |
Kredivo | Bank Bisnis Internasional | N/A |
Ini salah satu alasan bank digital menggandeng platform-platform yang punya basis pelanggan dan ekosistem layanan yang luas. Dengan begitu, mereka dapat mudah menyalurkan produk pembiayaan maupun pinjaman dengan leverage tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sebesar 65,5 juta UMKM di 2019 atau naik 1,98% dari 64,2 juta di 2018. Sementara, baru sekitar 8 juta atau 13% UMKM yang terintegrasi atau memanfaatkan teknologi digital.