Boost Indonesia, bisnis fintech dari Axiata Group, mengumumkan komitmennya untuk mendukung UMKM Indonesia yang belum terlayani secara finansial di seluruh negeri. Sektor ini berkontribusi lebih dari 60% terhadap PDB Indonesia, namun sebanyak 77,6% UMKM belum menerima kredit perbankan.
“Sejak awal, tujuan dan misi kami adalah untuk melayani yang kurang terlayani, dengan mendukung para peminjam atau merchant kami secara digital dalam mencapai tujuan mereka di negara tempat kami beroperasi, termasuk Indonesia. Dengan lanskap digital yang terus berkembang, sangat penting bagi mereka untuk mendapatkan akses ke alat dan solusi tepat, yang diperlukan untuk merangkul digitalisasi,” terang Group CEO Boost Sheyantha Abeykoon dalam keterangan resmi, Senin (24/7).
Perusahaan yang berkantor pusat di Malaysia ini, sudah hadir di Indonesia sejak 2017. Produk yang ditawarkan adalah layanan pembiayaan melalui p2p lending, yaitu invoice financing dan supply chain financing.
Peminjam (disebut Boost Merchant) dapat mengajukan pinjaman hingga Rp2 miliar dalam waktu tiga bulan. Layanan tersebut memungkinkan UMKM gunakan untuk kegiatan usaha, memperluas toko, membayar gaji karyawan, dan mewujudkan impian usaha mereka.
Boost Merchant juga mendapat keuntungan dari Boost Kedai, sebuah platform digital yang dirancang untuk menyederhanakan proses rantai pasok bagi UMKM di era ekonomi digital. Platform tersebut menghubungkan Boost Merchant dengan pemasok dan menawarkan metode pembayaran yang nyaman melalui Boost Tempo untuk manajemen arus kas.
“[..] Saat ini, kami bermitra dengan pelaku ekosistem untuk melihat bagaimana kami dapat mengubah model fintech lending kami yang terkini menjadi solusi dan produk usaha yang bernilai bagi UMKM di Indonesia agar tumbuh tak terbatas,” tambah CEO Boost Indonesia Stefanus Warsito.
Menurutnya, lebih dari 40% nasabah Boost di Malaysia dan Indonesia belum pernah menerima kredit dari penyedia jasa keuangan lain sebelumnya. Kondisi tersebut jadi faktor pemicu perusahaan untuk menjangkau lebih banyak UMKM.
Diklaim, sejak awal berdiri hingga tahun ini, perusahaan telah menyalurkan pinjaman hampir Rp9 triliun di Malaysia dan Indonesia, dengan lebih dari 40% atau sekitar Rp3 triliun dari nominal tersebut dicairkan di Indonesia.
Kepercayaan peminjam disebutkan menunjukkan tren positif, terlihat dari repeat rate atau pengajuan pinjaman kembali mencapai 90% untuk pembiayaan mikro jangka pendek. Penyaluran ini tumbuh lebih dari 13% per tahunnya dengan pencairan rata-rata per bulan sebesar Rp208 miliar. Diklaim, pencapaian tersebut membawa Boost berada di posisi sebagai salah satu pemain fintech teratas di Indonesia.
Perkembangan Boost
Pada awal perusahaan beroperasi di Indonesia, hadir sebagai mobile wallet yang memungkinkan pengguna untuk membayar transaksi di merchant dengan memindai kode QR. Selain pembayaran, aplikasi tersebut juga dilengkapi dengan program loyalitas dan gamifikasi.
Pengembangan bisnis berikutnya terjadi di 2020, saat itu perusahaan memperluas suplai produk, melalui kemitraan dengan perusahaan lainnya, untuk melengkapi produk yang dapat dijual kembali oleh merchant. Juga, mulai membuka akses pendanaan untuk merchant.
Keputusan untuk mantap beralih sebagai p2p lending, perusahaan mengumumkan akuisisi 68,75% saham PT Creative Mobile Adventures (KIMO) pada Mei 2021. KIMO adalah perusahaan p2p lending yang memfokuskan diri pada pembiayaan supply chain telekomunikasi.
Di kantor pusatnya, solusi yang ditawarkan Boost lebih beragam yang beroperasi di bawah lima entitas berbeda. Yakni, Boost Life, Boost Biz, Boost Credit, Boost Connect, dan Boost Indonesia. Solusi tersebut bergerak di jasa keuangan, mulai dari pembayaran, pinjaman, solusi merchant, dan remitansi.
Bahkan, sudah masuk ke bank digital berkat kongsinya dengan RHB Banking Group (RHB). Lisensinya sudah dikantongi dari otoritas setempat pada April 2022. Secara pendanaan, Boost mengantongi pendanaan senilai $70 juta dari Great Eastern pada 2020.