BPPT menyebutkan bahwa kawasan Puspiptek (Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) Serpong akan disiapkan sebagai suatu embrio teknopolitan yang dimulai akhir tahun ini. Bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang Selatan, universitas, dan industri setempat, BPPT akan disiapkan menjadi laiknya “Silicon Valley” Indonesia — mengacu kawasan terkenal di seputaran San Franscisco yang menjadi pusat perkembangan teknologi dunia.
Seperti dikutip dari Berita Satu, Deputi Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT Tatang A Taufik mengatakan bahwa suatu teknopolitan harus memiliki infrastruktur sains dan teknologi, infrastruktur fisik, basis bisnis, dan pasokan SDM dari universitas dan lembaga riset di sekelilingnya. Dia menambahkan bahwa, “Suatu teknopolitan juga membutuhkan dukungan pimpinan politik, akademisi, budaya kewirausahaan, kaitan yang kuat antara komunitas scientific dan technopreneur, jaringan informasi, inkubator dan pencitraan teknopolitan.”
Selain kawasan Puspiptek Serpong yang memiliki luas 300 hektar, Tangerang Selatan juga sudah memiliki 14 perguruan tinggi. Selain kolaborasi dari institusi terkait, tentu saja menurut saya juga diperlukan infrastruktur, insentif dan regulasi yang bagus supaya investor mendapatkan kepastian untuk berinvestasi di sektor ini.
Silicon Valley di Amerika Serikat merupakan area yang ditempati oleh berbagai perusahaan teknologi besar dan venture capitalists ternama, serta disokong oleh dua universitas prestisius, Stanford University dan UC Berkeley. Satu diantaranya adalah Marvell Technology, perusahaan semikonduktor yang didirikan oleh dua orang Indonesia, Sehat dan Pantas Sutardja, yang keduanya bersekolah di UC Berkeley.
Seandainya kawasan Puspiptek Serpong benar-benar mampu diwujudkan menjadi teknopolitan terpadu, apakah para penggiat startup teknologi di Indonesia siap bergabung di area tersebut?