Wawancara dengan Group CEO C88 J.P. Ellis soal Akuisisi Otobro, Penambahan Pendanaan, dan Masuknya Marketplace ke Industri Fintech

Minggu lalu layanan fintech Asia Tenggara C88 mengumumkan akuisisi terhadap layanan pembantu pembelian kendaraan secara online Otobro. Dalam waktu yang berdekatan, platform marketplace Bukalapak menjalin kemitraan dengan MobilKamu untuk menjalankan bisnis serupa dalam bentuk BukaMobil. Bagaimana sebenarnya alasan di balik akuisisi ini dan bagaimana C88 melihat geliat marketplace besar memasuki layanan fintech?

DailySocial berbincang dengan Group CEO C88 J.P. Ellis tentang hal ini. Ellis menyebutkan alasan grup memasuki sektor finansial otomotif dan mengakuisisi Otobro berkaitan dengan kematangan produk yang dimiliki (KTA, kartu kredit, dan asuransi) dan usahanya memasuki pasar kredit rumah (KPR) dan kredit kendaraan (KKB).

“Hal ini penting karena menambah seleksi produk ritel, tapi juga membutuhkan langkah khusus karena membantu konsumen memiliki produk ketimbang sekedar menjual fitur finansial produk tersebut. Otobro adalah perusahaan unik yang melakukan hal menarik di ranah [bisnis] kendaraan. Kami yakin bahwa kami bisa membawa bisnis asuransi kendaraan dan KKB secara bersama dan memberikan layanan ke konsumen yang jauh lebih baik. Untungnya para pendiri Otobro memiliki visi yang sama.”

Ellis memastikan Otobro, yang didirikan oleh Patrick Williamson dan Mathew Jones, tetap berjalan seperti saat ini, terpisah dari situs CekAja atau Premiro, dua layanan C88 di Indonesia. Meskipun demikian, ada perubahan di sejumlah detil untuk memastikan layanan sesuai dengan pengetahuan C88 tentang pasar kendaraan.

“Penawaran akan dibungkus dalam penawaran produk finansial dan asuransi yang sudah kami miliki. Kami merasa hal ini akan menjadi pengalaman konsumen yang lebih baik dan cara baru untuk mencari kendaraan dan bagaimana mendanai dan memberikan asuransi terhadap produk tersebut.”

Perolehan pendanaan baru

Pasca perolehan pendanaan Seri B dari Telstra Ventures, C88 kembali mendapatkan pendanaan baru dari Kickstart Ventures dan Socrates Capital. Menurut Ellis, mereka senang memiliki tambahan investor yang mendukung perusahaan sebagai pemimpin pasar di Indonesia dan Filipina.

Ellis mengklaim C88 berbeda dari sekedar agregator atau pembuat lead penjualan (lead generator).

“Kami selalu fokus untuk menyediakan layanan transaksi secara penuh ke konsumen kami dan mitra institusi finansial, Hal ini sangat teknis dan membutuhkan banyak otomasi di belakang layar (back office automation). Apa yang ada di situs dan aplikasi, dalam pembentuk perbandingan, hanya 10% dari rangkaian produk kami.”

Soal transaksional, Ellis menganalogikannya dengan layanan OTA (travel online). Tanpa perlu mengunjungi pemilik layanan, transaksi bisa dilakukan di situs OTA. Kira-kira produk finansial C88 memiliki kebebasan dan kemudahan seperti itu.

Marketplace masuk ke fintech: kompetisi atau kolaborasi?

Tak cuma C88 yang bertransformasi sebagai layanan e-commerce finansial. Marketplace besar mulai membidik hal serupa. Menurut Ellis, hal ini bukan hal yang acak jika mengacu pada perkembangan startup di Tiongkok.

Mulai bermunculan hal yang disebut sebagai “perusahaan platform” di Indonesia. Bayangkan Go-Jek, Tokopedia, dan Bukalapak yang memiliki berbagai layanan di satu aplikasi.

Kebanyakan platform ini menambahkan layanan pembayaran dan finansial ke dalam ekosistemnya, hal ini juga terjadi di Tiongkok dan sudah diprediksi sebelumnya. Saat yang fokus mereka adalah soal pembayaran.

Ellis mengatakan, “C88 bukan perusahaan pembayaran, sehingga kami bisa bermitra dengan siapapun. Ketika sebuah platform menambah layanan finansial, seperti peminjaman, kami melihatnya sebagai sebuah peluang. Konsumen akan bertanya: apakah saya seharusnya mengambil pinjaman dari perusahaan [platform] ini, bank, atau perusahaan lain? C88 akan membantu [memberikan perbandingan].”

“Jika perusahaan platform menawarkan layanan finansial, maka mereka berkompetisi dengan bank dan layanan peminjam/multifinance yang lain, bukan dengan C88. Kami bisa bermitra dengan mereka, sebagaimana kami bermitra dengan lebih dari 100 institusi finansial di kawasan [Asia Tenggara]. Kasus kolaborasi dalam fintech lebih kuat ketimbang kompetisi,” pungkas Ellis.