Capcom

Capcom Raih Pemasukan Rp13 Triliun, Siap Jadikan Esports Sektor Prioritas

Capcom belakangan ini terlihat seperti sedang berapi-api sekali. Dalam dua tahun terakhir, mereka telah berhasil menelurkan sejumlah game yang kesemuanya selalu laris manis dan mendapat penerimaan baik di pasaran. Lihat saja Monster Hunter: World, Devil May Cry 5, Resident Evil 2, hingga Mega Man 11. CEO Capcom USA, Kiichiro Urata, bahkan dengan bangganya pernah membuat pernyataan bahwa “Capcom telah kembali!” ketika Devil May Cry 5 hendak dirilis.

Dengan jajaran produk yang demikian berkualitas, tak heran bila kemudian kondisi keuangan Capcom pun berada di atas angin. Beberapa waktu lalu Capcom merilis siaran pers berisi laporan keuangan untuk tahun fiskal yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2019. Laporan itu menunjukkan bahwa perusahaan ini telah mencetak rekor pemasukan tahunan tertinggi sepanjang masa selama dua tahun berturut-turut.

Total penjualan yang dicapai Capcom tahun ini mencapai lebih dari 100 miliar Yen, atau setara dengan Rp13 triliun. Angka ini mengalami peningkatan 5,8% dibandingkan tahun fiskal sebelumnya. Menurut Capcom, faktor utama yang mendongkrak pemasukan tersebut adalah bisnis penjualan konten digital, ditambah dengan kesuksesan Resident Evil 2 dan Devil May Cry 5 yang populer secara global.

Monster Hunter: World mencetak rekor tersendiri dengan angka penjualan sebanyak 12 juta unit di seluruh platform, menjadikannya judul game dengan penjualan tertinggi sepanjang sejarah Capcom. Sementara itu divisi bisnis alat-alat hiburan (Amusement Equipment) mengalami penurunan penjualan hingga 56,1%, namun pada akhirnya tetap tertutup oleh pencapaian divisi-divisi lainnya.

Divisi Amusement Equipment ini adalah divisi yang menangani penjualan berbagai mesin hiburan arcade, termasuk di antaranya mesin pachinko dan pachislot. Di tahun fiskal ini Capcom sempat merilis mesin pachislot berbasis Street Fighter V serta Resident Evil, namun penjualannya tidak memuaskan. Penjualan arcade game juga lesu, menurut Capcom karena kurangnya produk baru yang dirilis.

Satu sektor yang mendapat perhatian khusus adalah esports, yang mana masih tumbuh subur secara global dan belakangan ini semakin mendapat perhatian di Jepang. Capcom sadar akan potensi sektor ini dan berkomitmen akan menggandakan usaha untuk menjadikannya sektor prioritas. Saat ini misi mereka adalah meningkatkan jumlah player base di seluruh dunia melalui berbagai liga yang berbasis franchise Street Fighter.

Komitmen tersebut dapat kita lihat dari pembentukan anak perusahaan baru—yang bernama Capcom Media Ventures—untuk menangani bisnis esports dan lisensi media. Beberapa programnya yang akan diluncurkan dalam waktu dekat adalah liga Street Fighter tingkat amatir serta tingkat universitas di Amerika Serikat, serta pembuatan film-film berbasis properti intelektual milik Capcom.

Meskipun esports di Capcom saat ini sedang berjalan dengan baik, sebetulnya masih ada banyak hal di sektor ini yang perlu mendapatkan peningkatan. Satu yang paling terlihat jelas adalah kualitas dari produk game kompetitif buatan Capcom itu sendiri. Street Fighter V: Arcade Edition memang bagus, akan tetapi game ini sempat mengecewakan banyak penggemar karena kurangnya konten. Sekarang pun Street Fighter V: Arcade Edition masih banyak dikritik karena banyaknya transaksi mikro. Apalagi semenjak perilisan karakter Kage, Capcom masih belum mengumumkan update apa-apa lagi.

Marvel vs. Capcom Infinite, yang seharusnya bisa menjadi esports besar seperti prekuelnya, juga kurang sukses di pasaran sebab dianggap sebagai produk yang kurang berkualitas. Sempat beredar rumor bahwa Marvel dan Capcom sedang mengembangkan versi baru dari Marvel vs. Capcom Infinite dengan judul Marvel vs. Capcom 4, namun hingga kini belum ada kabar resmi tentangnya.

Di tahun fiskal berikutnya, Capcom memperkirakan adanya penurunan penjualan sebesar 15 persen. Ini wajar karena sejauh ini memang belum ada judul besar yang dijadwalkan untuk terbit hingga Maret 2020 nanti, walaupun bila Marvel vs. Capcom 4 betul-betul terjadi mungkin hal itu bisa berubah. Usaha Capcom untuk mengembangkan ekosistem esports global adalah teladan yang patut diapresiasi, namun mereka juga tidak boleh lupa bahwa kunci utama untuk mendatangkan player base yang besar adalah kualitas dari produk itu sendiri. Kita tunggu saja bagaimana strategi Capcom berikutnya.

Sumber: Capcom