Cara Merekrut Talenta Terbaik

Merekrut tim startup yang solid adalah suatu pekerjaan yang gampang-gampang susah, apalagi bagi startup yang baru berdiri di tahun pertama. Tidak mudah untuk merekrut orang asing yang sama sekali belum mengenal perusahaan Anda. Perlu pengetahuan dan kemampuan tertentu yang perlu Anda kuasai sebelumnya.

Dalam sebuah diskusi panel yang diadakan Plug and Play Indonesia bertajuk “How to Attract and Recruit Top Talents” di Binus University Jakarta, menghadirkan Kevin Darmawan (Coffee Ventures), Sukan Makmuri (KUDO), Lius Widjaja (Wantedly), dan dimoderatori oleh Nayoko Wicaksono (Plug and Play Indonesia), mengupas segala sesuatu mengenai menemukan calon rekrut yang tepat untuk perusahaan. Mulai dari kapan seorang founder perlu merekrut orang baru, bagaimana tekniknya, apa saja yang harus dan tidak boleh dilakukan, dan lain sebagainya.

Rekrut itu mengenai proses membangun hubungan baik

Pembicara sepakat bahwa waktu yang tepat untuk merekrut tim itu sangat bergantung pada kebutuhan perusahaan itu sendiri. Ketika bisnis suatu perusahaan mulai bertumbuh, sudah pasti membutuhkan tambahan tenaga baru untuk mendukungnya. Akan tetapi, yang perlu ditekankan adalah rekrut itu mengenai membangun hubungan baik.

Siapapun calon rekrut yang Anda temui, sekalipun teman sendiri, Anda tidak perlu menyampaikan hal-hal teknis seperti yang dilakukan saat proses rekrut secara konvensional. Teknik yang perlu Anda lakukan adalah menyampaikan cerita yang menggugah berdasarkan pengalaman Anda sendiri ketika merintis perusahaan.

Seperti apa mimpi, visi dan misi yang ingin Anda capai demi mengubah hajat hidup orang banyak, serta solusi yang ingin Anda tawarkan terhadap suatu isu yang terjadi.

“Anda harus cari tahu cara membuktikan mimpi tersebut dengan bisnis model yang sudah Anda buktikan sebelumnya. Dengan cara itu, Anda akan mendapatkan calon rekrut yang terbaik untuk perusahaan,” terang Sukan.

Tak hanya itu, Anda perlu menerapkan percakapan yang terbuka meski baru pertama kali bertemu dengan calon rekrut. Mereka bisa Anda pancing dengan berbincang mengenai keadaan keluarga, mengapa mereka berminat bergabung dengan perusahaan Anda, bila mereka diterima bagaimana komitmen berapa lama durasi bekerja di tempat Anda, dan lainnya.

Hal-hal seperti ini sebaiknya dibicarakan sejak awal, tujuannya agar memancing sikap terbuka dan perbincangan dua arah. Menurut Kevin, berbicara terbuka itu memang susah. Tapi itu perlu diperlukan agar ke depannya kedua belah pihak sama-sama nyaman dengan satu sama lain.

“Intinya adalah perbicangan yang terbuka, ini adalah value yang terpenting dari bentuk komunikasi dua arah. Dengan demikian, kedua belah pihak tidak akan khawatir bila terjadi masalah ke depannya,” ujar Kevin.

Masalah yang sering terjadi di dalam startup, lanjut Kevin, adalah cekcok antar founder. Ujung-ujungnya mengakibatkan salah satu dari mereka mengundurkan diri dari perusahaan. Maka dari itu, komunikasi terbuka dan dua arah itu perlu senantiasa diterapkan.

Tawarkan fleksibiltas waktu kerja

Meski perusahaan rintisan Anda baru dimulai, bukan berarti Anda tidak bisa memberikan daya tawar yang menarik untuk calon rekrutan. Ketika perusahaan masih bootstrap dan besaran gaji belum menggiurkan, Anda bisa menawarkan fleksibilitas waktu kerja.

Sukan menerangkan, fleksibilitas adalah suatu hal yang menarik untuk orang-orang yang memiliki waktu kerja kantoran. Mereka bisa mencurahkan keahliannya untuk perusahaan di luar waktu kerja.

Di luar itu, Anda bisa menawarkan tentang pembagian saham. Strategi ini dinilai akan menarik calon rekrut Anda untuk turut membangun perusahaan karena ada rasa memiliki yang terlanjur sudah mengikat mereka.

Yang terpenting, bagi Sukan adalah Anda harus transparan dengan segala sesuatunya. Baik itu pembagian saham, keuangan perusahaan dan hal sebagainya.

Gunakan segala sumber untuk mendapatkan calon rekrut terbaik

Sukan melanjutkan, saat merekrut orang baru apalagi untuk menyasar kalangan profesional, pihaknya menerapkan strategi lewat referral dari jaringan yang sudah mereka bangun, seperti rekomendasi dari karyawan KUDO sendiri, atau kenalan. KUDO juga masih melakukan perekrutan lewat platform LinkedIn sebagai salah satu channel mereka.

“Kami selalu memanfaatkan koneksi dan menjalin hubungan baik dengan mereka. Kami cari tahu sendiri kriteria orang yang kami inginkan, mereka memiliki passion yang kuat dengan kesamaan visi misi.”

Hal yang kurang lebih sama juga dilakukan oleh Kevin. Pihaknya sering menerapkan strategi lewat koneksi pribadi, lalu menghubungi calon rekrut secara langsung. Langkah ini cukup efektif karena dapat menjalin hubungan yang baik pada tahap awal.

Sementara itu, Lius menerapkan cara lewat social media referral kini menjadi suatu tren untuk menjaring kalangan millennial. Cara ini terbukti mulai digunakan oleh klien Wantedly di Jepang karena lebih efektif sekaligus efisien.

Social media referral itu menarik diterapkan bila startup menargetkan kalangan millennial sebagai calon rekrutnya. Hal ini sudah terbukti di Jepang, kantor pusat Wantedly berada. Tenaga kerja yang direkrut lewat social media referral cukup meningkat,” pungkas dia.