Category Archives: Hybrid

Perkembangan eSport dan ekosistem gaming di Indonesia.

Krafton Kembali Menggugat Garena Terkait Kemiripan Free Fire dengan PUBG

Tidak bisa dimungkiri, Free Fire punya banyak kemiripan dengan PUBG Mobile. Saking banyaknya, Krafton berniat untuk memerkarakan hal itu di meja hijau. Dilansir dari Bloomberg Law, perusahaan induk PUBG Studios itu baru saja melayangkan surat gugatan terhadap Garena.

Ini bukan pertama kalinya Krafton menuntut Garena. Di tahun 2017, Krafton sebenarnya sempat mengajukan gugatan terhadap Garena di pengadilan Singapura terkait penjualan Free Fire. Sengketa tersebut akhirnya selesai, namun Krafton rupanya masih tidak terima. Gugatan serupa pun kembali dilayangkan, namun kali ini melalui pengadilan Amerika Serikat.

Krafton mengklaim bahwa setelah perkaranya selesai di tahun 2017, Garena masih lanjut memublikasikan Free Fire di Apple App Store dan Google Play Store tanpa mendapat izin maupun perjanjian lisensi dari Krafton. Garena bahkan juga sempat merilis game yang berbeda di bulan September 2021 (Free Fire Max), dan itu pun juga mencontek banyak aspek dari PUBG Mobile.

“Free Fire dan Free Fire Max secara ekstensif menjiplak beragam aspek dari Battlegrounds, baik secara individu maupun gabungan, termasuk adegan pembuka permainan “air drop“, struktur dan mekanisme permainan, kombinasi dan pilihan senjata, armor, objek-objek unik, lokasi, dan keseluruhan pemilihan skema warna, material, dan tekstur,” tulis Krafton di surat gugatannya.

Krafton tidak lupa menyertakan sejumlah screenshot yang menunjukkan kemiripan antara PUBG Mobile dan Free Fire. Mereka bahkan juga sempat menyinggung soal bagaimana Free Fire turut mencontek ekspresi kemenangan “chicken dinner” yang sudah sangat lekat asosiasinya dengan PUBG.

Tidak puas sampai di situ saja, Krafton juga ikut menyeret Apple dan Google, menggugat keduanya dengan alasan mereka menolak memenuhi permintaan Krafton untuk menyetop distribusi Free Fire di platform milik masing-masing perusahaan. Bahkan YouTube pun juga ikut diperkarakan karena menolak menghapus video-video gameplay Free Fire dari platformnya.

“Tindakan Apple dan Google memperjelas bahwa mereka memilih untuk melindungi hak cipta hanya jika mereka tidak diberi kompensasi oleh pelanggar yang berkantong tebal,” tulis Krafton. Ya, meskipun penghasilan Free Fire masih kalah jauh dari PUBG Mobile, Garena tetap kaya raya berkat pendapatan dari Free Fire.

Sumber: Games Industry. Gambar header: Onur Binay via Unsplash.

Bos Xbox: Pasar Ritel Game Tradisional Masih Lebih Besar Daripada Subscription

Di antara nama-nama besar industri gaming, Microsoft adalah salah satu yang paling optimistis soal cloud gaming dan mekanisme subscription. Meski demikian, Microsoft masih belum punya rencana untuk meninggalkan pasar ritel game tradisional, setidaknya dalam waktu dekat ini.

Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, Phil Spencer selaku bos besar Xbox sempat menyinggung soal ini. Menurutnya, bisnis subscription yang Xbox jalankan berbeda dari Netflix karena Xbox masih menjual game dengan cara konvensional, dan ini penting karena pasar ritel game masih sangat kuat dan juga terus bertumbuh. Itulah mengapa Xbox memberi pilihan antara subscription dan transaksi kepada konsumennya.

Ditanya mana yang lebih besar antara subscription dan transaksi dari sudut pandang bisnis, Phil dengan sigap menjawab transaksi. “Transaksi lebih besar daripada subscription. Subscription bertumbuh dengan lebih cepat, tapi hanya karena itu relatif baru. Dan dengan Game Pass, kami adalah salah satu penggerak pertama di ranah tersebut. Namun bisnis transaksi sangatlah besar. Kami masih menjual disk fisik,” jelas Phil.

Setidaknya untuk sekarang, masih ada beberapa alasan mengapa Microsoft belum bisa sepenuhnya bergantung pada bisnis subscription. Salah satunya menyangkut isu ketersediaan: layanan Xbox Game Pass maupun PC Game Pass hingga detik ini masih belum tersedia secara resmi di negara-negara besar macam Tiongkok maupun Indonesia. Padahal, hampir semua game keluaran Xbox Game Studios sudah bisa kita beli lewat Steam, termasuk judul-judul terbaru seperti Forza Horizon 5 atau Halo Infinite.

Layanan subscription Xbox Game Pass dan PC Game Pass sejauh ini baru tersedia di beberapa negara saja / Microsoft

Phil juga sempat menyinggung lebih jauh soal cloud gaming, dan bagaimana belakangan ini semakin banyak raksasa teknologi yang tertarik untuk ikut menggeluti bidang ini, mulai dari Google, Amazon, bahkan sampai Netflix sekalipun. Kendati demikian, Phil cukup yakin Microsoft setidaknya satu langkah lebih unggul, sebab di samping memiliki infrastruktur cloud yang bagus, mereka juga sudah paham betul mengenai dunia game development.

“Menurut saya cloud itu penting. Dan Netflix jelas punya cloud. Amazon punya cloud. Google punya kapabilitas cloud yang nyata. Namun tanpa konten, komunitas dan cloud, saya pikir masuk ke gaming saat ini — dan Anda bisa melihatnya pada apa yang sedang Netflix lakukan. Menurut saya apa yang mereka lakukan itu cerdas. Mereka membeli sejumlah studio. Mereka mempelajari proses kreatif dari hiburan interaktif. Dan saya pikir ini merupakan cara cerdas bagi mereka untuk masuk ke ranah ini. Bagi kami, kami sudah memulai ini sejak bertahun-tahun yang lalu,” terang Phil.

Benar saja. Di saat Amazon baru punya satu game yang bisa dibilang lumayan sukses (New World), dan Google malah menutup studio pengembangan game-nya, Microsoft justru merilis banyak game populer hanya di tahun lalu saja (Forza Horizon 5, Halo Infinite, Age of Empires 4, Psychonauts 2). Kita pun juga tidak boleh lupa bahwa Zenimax beserta seluruh anak perusahaannya kini juga merupakan bagian dari keluarga Xbox Game Studios.

Sumber: The New York Times dan PC Gamer.

Logitech-Signature-M650

Logitech Signature M650 Adalah Mouse Nirkabel Dengan Fitur SmartWheel Scrolling Dan Klik Yang Hampir Senyap

Laptop zaman sekarang kebanyakan sudah dilengkapi touchpad bawaan berukuran besar dan responsif. Namun bagi mereka yang membutuhkan kontrol yang lebih presisi, navigasi cepat, dan banyak melakukan aktivitas scrolling maka mouse masih menjadi senjata andalan.

Bicara mouse, Logitech baru-baru ini telah memperkenalkan mouse nirkabel terbarunya yaitu Signature M650. Mouse ini tersedia dalam dua ukuran, medium dan large (Signature M650 L). Ia hadir dengan bentuk berkontur, area ibu jari yang lembut, dan pegangan samping berbahan karet.

Logitech Signature M650 dan Signature M650 L akan tersedia di Indonesia pada 17 Januari 2022. Tersedia di seluruh online marketplace dan toko terdekat dalam warna graphite, off-white, dan rose untuk M650 dan warna graphite untuk M650 L.

Bekerja dengan sistem operasi Windows, macOS, Linux, Chrome OS, iPadOS, dan Android. Terhubung dalam sekejap melalui Bluetooth Low Energy atau Logi Bolt USB receiver yang terdapat dalam paket penjualan.

Harga yang disarankan untuk Signature M650 dan Signature M650 L adalah Rp599.000. Baterainya diklaim bisa bertahan hingga dua tahun.

Fitur Mouse Signature M650

Lebih lanjut, mouse nirkabel ini dirancang untuk meningkatkan setup kerja apa pun dan meningkatkan pengalaman kerja secara keseluruhan dengan fitur-fitur seperti SmartWheel scrolling, klik yang hampir senyap, dan desain berkontur yang menghadirkan kenyamanan.

Mouse Signature M650 menawarkan pengalaman khas mouse Logitech dengan berbagai fungsi produktivitas yang simpel, membuat bekerja sepanjang hari lebih mudah dan lebih cepat,” ungkap Andi Irawan, Cluster Category Manager untuk kategori Personal Workspace & Music di Logitech Indonesia.

Baik mengerjakan dokumen atau browsing, SmartWheel scrolling membantu memberikan pengguliran yang presisi dan pengguna dapat segera beralih ke pengguliran super cepat dalam sekejap. Sementara teknologi SilentTouch yang diusung mampu mengurangi kebisingan klik hingga 90% dibandingkan dengan Mouse Logitech M185.

Mempertimbangkan dampak lingkungan, sebagian dari komponen plastik mouse Signature M650 terbuat dari plastik daur ulang pasca-konsumen (Post-Consumer Recycled / PCR). Sekitar 64% untuk warna graphite, 26% untuk warna off-white, dan 26% untuk warna rose.

Logitech Luncurkan Litra Glow, Lampu Streaming Premium Seharga $60

Kamera dan mikrofon merupakan dua gadget terpenting bagi para streamer (di samping gaming PC tentu saja), namun tidak jarang mereka juga membutuhkan beberapa peralatan pendukung untuk meningkatkan nilai produksi dari karya-karyanya. Berhubung karyanya berbentuk video, pencahayaan yang baik tentu menjadi krusial, dan itulah mengapa produk terbaru dari Logitech ini bisa menjadi alternatif yang menarik buat mereka.

Dinamai Litra Glow, ia merupakan lampu yang dirancang khusus untuk keperluan streaming. Keunggulan utamanya adalah teknologi TrueSoft, yang diklaim mampu memancarkan cahaya secara merata selagi mempertahankan keakuratan warna kulit masing-masing penggunanya sealami mungkin. Jadi tidak peduli Anda berkulit gelap atau terang, Logitech yakin wajah Anda bisa tampil berseri berkat Litra Glow.

Pancaran cahayanya pun dipastikan lembut dan tidak menyilaukan. Logitech bahkan mengklaim bahwa Litra Glow sudah tersertifikasi aman untuk digunakan seharian. Ini penting mengingat para streamer umumnya bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer setiap harinya, dan pancaran cahaya yang mengarah ke wajah secara konstan terkadang bisa membuat mata cepat lelah.

Litra Glow bersifat plug-and-play. Cukup jepitkan ke atas monitor dan tancapkan kabelnya ke port USB 3.0 milik PC, maka ia sudah bisa langsung digunakan. Tinggi, sudut kemiringan, dan rotasinya bisa diatur, sementara fitur manajemen kabel memastikan setup streaming masing-masing pengguna tetap terlihat rapi di depan kamera.

Deretan LED yang tertanam di Litra Glow mampu memancarkan cahaya dengan rentang temperatur warna 2700 K – 6500 K dan tingkat kecerahan maksimum 250 lumen. Kedua parameter ini bisa diatur via tombol kontrol pada bagian belakang Litra Glow, atau bisa juga dengan menggunakan software Logitech G Hub. Pengguna juga dapat menyimpan hingga lima preset pengaturan, sehingga mereka bisa selalu menyesuaikan suasana ruangan dengan aktivitas yang tengah dilakukannya.

Litra Glow kabarnya akan segera dijual dengan harga $60 di beberapa negara. Di harga tersebut, ia bisa jadi alternatif yang jauh lebih terjangkau ketimbang penawaran serupa dari brand macam Elgato.

Sumber: Logitech via Engadget.

Laporan Analisis Data dari Upgrade Hardware Para Gamer PC

Dari tahun ke tahun, game terus berevolusi, menjadi semakin kompleks. Alhasil, spesifikasi perangkat yang diperlukan untuk memainkan game tersebut pun menjadi semakin meningkat. Karena itu, para PC gamers akan melakukan upgrade secara rutin. Sayangnya, mobile games yang ingin memperbaiki perangkatnya tidak punya pilihan lain selain membeli smartphone baru. Hanya saja, tidak semua orang dapat membeli smartphone dengan harga mahal. Hal ini memunculkan dilema bagi developer mobile game.

Dilema itu adalah apakah developer harus membuat game yang bisa dijalankan di smartphone dengan spesifikasi yang rendah agar bisa dimainkan oleh banyak orang ataukah mereka harus membuat game dengan spesifikasi yang lebih tinggi agar mereka bisa memberikan pengalaman bermain game yang lebih memuaskan. Untuk menjawab dilema tersebut, Newzoo melacak empat miliar smartphone aktif, yang dirangkum dalam Mobile Device Data.

Developer Bisa Naikkan Spesifikasi Minimal untuk Mobile Game

Beberapa tahun lalu, banyak developer aplikasi mobile yang meluncurkan versi lite dari aplikasi mereka, seperti PUBG Mobile Lite dan Facebook Lite. Tujuannya adalah agar smartphone dengan spesifikasi yang tidak terlalu tinggi pun tetap bisa menggunakan aplikasi tersebut. Harapannya, jumlah orang yang bisa memainkan mobile game atau menggunakan aplikasi itu akan naik. Namun sekarang, tren yang terjadi adalah sebaliknya.

Saat ini, developer aplikasi dan game mobile mulai meluncurkan versi yang lebih baik dari aplikasi atau game yang mereka buat. Salah satu contohnya adalah Garena, yang meluncurkan Free Fire Max pada September 2021. Jika dibandingkan dengan Free Fire standar, Free Fire Max memerlukan RAM yang lebih besar. Jika Free Fire membutuhkan RAM minimal 1GB, Free Fire Max memerlukan 2GB.

Untuk mengetahui apakah keputusan Garena untuk meningkatkan spesifikasi minimal dari Free Fire Max mempengaruhi total addressable market (TAM) dari game itu, Newzoo mengumpulkan data dari mobile gamers di India, negara dengan potensi pertumbuhan mobile game paling besar.

Total addressable market berdasarkan minimal RAM smartphone yang diperlukan. | Sumber: Newzoo

Per September 2021, diketahui bahwa 98% mobile gamers di India menggunakan smartphone dengan RAM setidaknya sebesar 1GB dan 92% mobile gamers bermain menggunakan smartphone dengan RAM sebesar setidaknya 2GB. Sementara itu, jumlah mobile gamers yang menggunakan smartphone yang memiliki RAM setidaknya 3GB adalah 73% dan jumlah pemilik smartphone dengan RAM setidaknya 4GB adalah 53%.

Data di atas menunjukkan, meskipun developer mobile game — dalam kasus ini Garena — meningkatkan spesifikasi minimal untuk game mereka, TAM yang mereka punya tidak berkurang jauh, hanya turun sebesar 6%. Walau, harus diakui, jika spesifikasi minimal dari sebuah game dinaikkan menjadi 3GB, atau malah 4GB, TAM yang dari game tersebut akan mengalami penurunan yang cukup drastis.

Perilaku Gamers PC Dalam Melakukan Upgrade

Saat ini, mobile game memang memberikan kontribusi paling besar pada industri game. Namun, industri game PC tetap memiliki nilai yang fantastis. Pada 2021, jumlah PC gamers mencapai 1,4 miliar orang, sementara nilai industri PC gaming mencapai US$35,9 miliar. Tak hanya itu, pandemi — dan beberapa faktor lain — membuat permintaan akan hardware PC gaming naik.

Untuk mencari tahu tentang perilaku para pemain PC, Newzoo melakukan survei pada lebih dari sembilan ribu PC  gamers di enam negara, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman, Prancis, dan Tiongkok.

Berdasarkan survei itu, Newzoo menemukan, sebanyak 40% dari PC gamers merupakan dedicated gamers. Newzoo mengartikan “dedicated gamers” sebagai para gamers yang setidaknya bermain game satu kali dalam seminggu. Hal lain yang Newzoo temukan adalah dari semua dedicated PC gamers, hampir sepertiganya merakit PC mereka sendiri. Sementara sekitar 30% dari mereka membeli PC gaming yang sudah dirakit. Menariknya, di kalangan dedicated gamers, sekitar 38% menggunakan laptop sebagai perangkat mereka.

Laptop Bisa Jadi Langkah Awal untuk Rakit PC Sendiri

Merakit PC sendiri, membeli PC yang sudah dirakit, atau menggunakan laptop; masing-masing pilihan itu memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Jika Anda merakit PC sendiri, Anda bisa menyesuaikan PC yang Anda bangun sesuai dengan selera dan dana yang Anda miliki. Sementara itu, jika Anda membeli pre-built PC, Anda memang tidak perlu repot untuk merakitnya, tapi biasanya, pre-built PC punya harga yang lebih mahal.

Jika dibandingkan dengan PC desktop, salah satu keunggulan laptop adalah ia bisa dibawa berpergian. Namun, harga laptop gaming cenderung lebih mahal jika dibandingkan dengan PC. Tak hanya itu, dengan dana yang sama, spesifikasi yang Anda dapat jika Anda membeli laptop gaming biasanya lebih rendah dari desktop gaming. Karena itu, tidak heran jika sebagian pemilik laptop gaming tertarik untuk membeli desktop gaming.

Grafik pemiliki komputer gaming yang ingin membeli perangkat baru. | Sumber: Newzoo

Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di atas, sekitar 26% dari pemilik laptop gaming mempertimbangkan untuk membeli desktop PC ketika mereka harus mengganti laptop yang mereka gunakan. Sebanyak 17% pemilik laptop tertarik untuk membeli PC yang sudah dirakit, sementara 9% sisanya menaruh minat untuk merakit PC sendiri.

Meskipun begitu, umumnya, pemilik laptop akan tertarik untuk membeli laptop gaming baru saat mereka harus mengganti perangkat baru. Begitu juga dengan gamers yang merakit PC sendiri atau membeli pre-built PC. Mereka akan lebih tertarik untuk kembali membeli PC yang sudah dirakit atau membeli hardware baru untuk PC rakitan mereka.

Apa yang Membuat PC Gamers Ingin Memperbarui Perangkat Mereka?

Berdasarkan survei yang mereka lakukan, Newzoo juga menemukan bahwa para dedicated biasanya memperbarui hardware yang mereka gunakan setiap 3,3 tahun sekali. Jika dibandingkan dengan jeda waktu rata-rata antara peluncuran konsol baru, para PC gamers memperbarui perangkat mereka dengan lebih cepat. Hal itu berarti, permintaan akan komponen PC akan selalu ada.

Ketika ditanya tentang alasan untuk melakukan upgrade, hampir 75% dedicated gamers mengatakan, mereka memperbarui komputer mereka untuk mendapatkan pengalaman bermain game yang lebih baik. Dan jika mereka menggunakan komputer dengan spesifikasi yang lebih tinggi, mereka tidak hanya mendapatkan pengalaman bermain yang lebih baik, mereka juga bisa memainkan game-game baru yang menuntut spesifikasi yang lebih tinggi.

Alasan PC gamers ingin melakukan upgrade. | Sumber: Newzoo

Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di atas, selain pengalaman bermain game yang lebih baik, alasan lain bagi dedicated gamers untuk memperbarui komputer mereka adalah karena mereka ingin mendapatkan komputer dengan performa yang lebih baik secara umum. Memang, komputer yang powerful tidak hanya bisa digunakan untuk bermain game, tapi juga untuk melakukan tugas-tugas berat lain, seperti mengedit video, machine learning, dan lain sebagainya.

Sementara itu, hanya 32% responden yang mengatakan, mereka melakukan upgrade komputer mereka mereka tertarik dengan fitur atau teknologi baru yang ditawarkan. Biasanya, teknologi atau fitur baru di dunia komputer melekat pada komponen GPU, seperti ray tracing atau Deep Learning Super Sampling (DLSS). Karena itu, tidak heran jika dedicated gamers menganggap GPU sebagai komponen komputer yang paling penting.

Kabar baik bagi perusahaan manufaktur GPU, tingkat kesetiaan para dedicated gamers pada brand sangat tinggi. Sebanyak 70% gamers mengatakan, kemungkinan besar, mereka akan membeli GPU dengan merek yang sama dengan GPU lama mereka.

Sebelum membeli hardware komputer, dedicated PC gamers biasanya akan mencari pilihan terbaik. Rata-rata, mereka menghabiskan waktu sekitar 5,5 minggu untuk mengevaluasi pilihan yang mereka punya. Sumber referensi yang mereka gunakan untuk mencari opsi hardware terbaik beragam. Sebanyak 50% dedicated PC gamers menggunakan situs resmi dari manufaktur hardware, sementara 46% memilih untuk menjadikan situs penjual retail sebagai acuan. Sebanyak 38% menggunakan referensi dari forum online, 33% membaca situs review dan benchmarking resmi, dan 33% lainnya menonton video review.

Sumber header: Pexels

PUBG Mobile Catatkan Pendapatan Lebih dari Rp3 Triliun di Desember 2021

PUBG Mobile merupakan salah satu game battle royale besutan Tencent yang sangat populer di tingkat global. Bahkan, popularitas dari PUBG Mobile membuatnya sebagai game mobile dengan pendapatan kotor (gross) tertinggi di bulan Desember 2021.

Dilansir dari Sensor Tower, PUBG Mobile meraup pendapatan yang sangat besar yaitu senilai US$244 juta atau kurang lebih Rp3,4 triliun. Bahkan, angka ini meningkat 36,7% dibandingkan pendapatan PUBG Mobile di bulan Desember 2020 silam.

Sumber: Tencent

Uniknya, sebesar 68,3% pendapatan yang didapatkan berasal dari pemain Tiongkok. Sebutan PUBG Mobile di negara Tiongkok sendiri berubah menjadi Peacekeeper Elite atau Game for Peace.

Bukan hal yang mengejutkan mengingat beberapa game juga mengubah namanya di pasar Tiongkok seperti Arena of Valor yang menjadi Honor of Kings.

Lalu pendapatan di posisi kedua datang dari pemain asal Amerika Serikat yang menyumbang 6,8%, dan Turki di posisi ketiga dengan angka sebesar 5,5%.

Meski demikian, Sensor Tower menyebutkan bahwa potensi pendapatan PUBG Mobile bisa saja lebih besar. Metode penarikan data sendiri diambil dari Google Play Store dan Apple App Store, namun pemain Tiongkok tidak dapat mengakses Google Play.

Dengan kata lain para pemain PUBG Mobile asal Tiongkok menggunakan bantuan aplikasi pihak ketiga untuk menggunakan dan bertransaksi melalui Google Play Store.

Pasar game mobile dunia sendiri menghasilkan estimasi transaksi sebesar US$7,4 miliar pada platform App Store dan Google Play Store di bulan Desember 2021.

Urutan pertama pengeluaran terbesar dipegang oleh para pemain Amerika Serikat dengan nilai transaksi sebesar US$2,2 miliar atau sekitar 29,6% dari total pemain dunia. Lagi-lagi angka ini sebenarnya bisa saja bergeser mengingat pemain Tiongkok tidak memiliki akses langsung untuk Google Play Store.

Pesaing PUBG Mobile dari Segi Pendapatan Versi Sensor Tower

Sumber: Tencent

Selain PUBG Mobile, tentu menarik membahas game lain yang meraih pendapatan tertinggi. Dari hasil yang didapat Sensor Tower, Genshin Impact sukses menempati urutan kedua.

Genshin Impact memang menarik dengan sistem open world miliknya. MiHoYo meraup pendapatan sebesar US$134 juta atau sekitar Rp1,9 triliun di bulan Desember 2021.

Dari total pendapatan Genshin Impact, sebesar 28% datang dari Tiongkok dan 23,4% datang dari Amerika Serikat. Beberapa game populer lainnya yang mengikuti adalah Roblox, Coin Master, hingga Honor of Kings.

Secara mengejutkan game Free Fire yang menjadi pesaing PUBG Mobile berada di urutan ketujuh. Meski demikian, Free Fire tercatat menjadi game mobile kedua dengan pendapatan tertinggi di Google Play Store edisi bulan Desember 2021.

Perilisan Stalker 2 Kembali Ditunda, Kini Dijadwalkan Meluncur pada 8 Desember 2022

S.T.A.L.K.E.R. 2: Heart of Chernobyl (atau “Stalker 2” saja supaya saya tidak kesulitan mengetiknya) kembali mengalami penundaan perilisan. Lewat Twitter, GSC Game World selaku pengembangnya mengumumkan bahwa jadwal peluncuran Stalker 2 kini mundur menjadi 8 Desember 2022.

Sebelumnya, Stalker 2 dijadwalkan meluncur pada 28 April 2022, dan ini juga sudah beberapa kali diundur mengingat game-nya pertama kali diumumkan di tahun 2010. Alasan penundaannya tentu sudah bisa ditebak: pengembangnya perlu lebih banyak waktu untuk memoles game-nya sampai sebagus mungkin.

“Tambahan waktu pengembangan selama tujuh bulan ini diperlukan guna mewujudkan visi kami serta untuk menyelesaikan game-nya sampai pada tahap yang kami inginkan. Stalker 2 adalah proyek terbesar dalam sejarah GSC, dan ia memerlukan pengujian dan polesan yang menyeluruh,” tulis pengembangnya di Twitter.

Meski mundur cukup jauh, menurut saya ini merupakan keputusan yang tepat bagi GSC, apalagi setelah beberapa kasus game yang dirilis dalam kondisi kurang layak seperti Cyberpunk 2077 maupun remaster GTA Trilogy. Sebagai sekuel dari trilogi game Stalker, ekspektasi terhadap Stalker 2 sangatlah besar, terutama dari para penggemar serinya.

Ada kemungkinan juga keputusan penundaan ini berkaitan dengan dibatalkannya rencana GSC untuk menyelipkan NFT ke Stalker 2. Buat yang tidak tahu, pada 16 Desember 2021 lalu, GSC mengumumkan bahwa mereka akan menghadirkan NFT di Stalker 2. Pengumuman tersebut disambut dengan protes dari banyak penggemarnya, dan hanya sehari setelahnya, GSC langsung membatalkan rencana tersebut. Bisa jadi, perubahan di menit-menit terakhir ini agak mengacaukan tahap finalisasi game.

Kemungkinan lain, GSC memang membutuhkan lebih banyak waktu untuk membenahi bug di Stalker 2. Sebagai informasi, Stalker 2 awalnya digarap menggunakan Unreal Engine 4, namun di tengah-tengah pengembangannya, GSC memutuskan untuk memperbaruinya ke Unreal Engine 5. Bisa jadi, mereka juga perlu tambahan waktu untuk mengoptimalkan transisi engine-nya.

Apapun alasannya, saya yakin sebagian besar penggemarnya tidak akan keberatan menunggu. GSC berniat untuk memberikan informasi tambahan dalam beberapa bulan ke depan. Semoga saja kita bisa melihat trailer gameplay barunya di E3 2022.

Via: Rock Paper Shotgun.

Krisis Stok PS5 Masih Berlanjut, Sony Akan Genjot Produksi PS4

Sejak pertama kali diluncurkan di bulan November 2020, PlayStation 5 terus dilanda isu seputar keterbatasan stok. Di belahan dunia manapun, stok konsol terbaru Sony ini hampir selalu kosong, dan alasannya tidak lain dari krisis yang melanda industri semikonduktor secara global.

Ketimbang menerima nasib begitu saja, Sony dikabarkan sudah menyiapkan strategi lain, yakni menggenjot produksi PlayStation 4. Berdasarkan laporan Bloomberg, Sony rupanya telah menyuarakan ke mitra-mitra manufakturnya pada akhir tahun lalu bahwa mereka akan terus memproduksi konsol lamanya itu hingga tahun ini.

Sony memang tidak pernah secara resmi mengumumkan ke publik bahwa mereka bakal menyetop produksi PS4, akan tetapi mereka kabarnya sempat berencana untuk menghentikan perakitan PS4 pada akhir 2021 kemarin. Rencana tersebut batal dijalankan, dan Sony sekarang malah berniat untuk meningkatkan produksi PS4.

Narasumber Bloomberg mengatakan bahwa Sony berniat menambahkan sekitar satu juta unit PS4 tahun ini untuk mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh terhambatnya produksi PS5. Meski begitu, angkanya bisa saja berubah tergantung permintaan. Dibanding PS5, PS4 tentu lebih mudah dan lebih murah untuk dibuat karena menggunakan komponen-komponen yang lebih inferior.

Kepada Bloomberg, juru bicara Sony mengonfirmasi bahwa produksi PS4 masih akan terus dilanjutkan, dan Sony pun dari awal tidak pernah berniat untuk menghentikannya. “PS4 merupakan konsol dengan penjualan terbesar, dan persilangan antar generasi itu bakal selalu ada,” ujarnya.

Dirilis di tahun 2013, PS4 tercatat telah terjual sebanyak lebih dari 116 juta unit, dan konsol ini pun masih cukup diminati hingga sekarang. Bukan hanya itu, PS4 juga masih menyumbangkan pendapatan yang cukup besar buat divisi gaming Sony melalui penjualan game dan subscription.

Apa yang Sony lakukan ini pada dasarnya mirip seperti langkah yang diambil oleh Nvidia. Belum lama ini, Nvidia memutuskan untuk memproduksi kembali kartu grafis lamanya (RTX 2060) demi memenuhi permintaan konsumen. Minat terhadap perangkat gaming melonjak drastis selama pandemi, sementara produksi perangkat-perangkat barunya justru terhambat karena kendala di rantai pasok. Alhasil, produk-produk lama pun dilihat sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi.

Sumber: Bloomberg. Gambar header: Fabian Albert via Unsplash.

Inilah Format, Jadwal, dan Tim Peserta FFML Season V Divisi 2

Garena selaku publisher Free Fire baru saja mengumumkan turnamen Free Fire Master League (FFML) Season V Divisi 2. Turnamen kasta kedua Free Fire di Indonesia ini nantinya akan dimulai pada 14 Januari hingga 6 Februari 2022 mendatang.

Sebanyak 18 tim akan mengikuti gelaran FFML Season V Divisi 2 kali ini. 18 tim tersebut antara lain; RRQ Kazu, MBR Epsilon, BONAFIDE Esports, SES GOBOBA, EVOS Immortal, AURA Ignis, G Arsy Aphrodite, Bigetron Rasengan, RANS Esports, DG Esports, Dewa United, Dragon Phoenix, First Raiders Storm, ZOOM Esports, UNB Esports, ECHO Brielle, VOIN 69, dan FE Keycoa.

Kedelapan belas tim tersebut merupakan gabungan dari peserta FFML Season IV Divisi 1, FFML Season IV Divisi 2, serta beberapa nama tim baru. Kedelapan belas tim tersebut nantinya akan dibagi menjadi 3 grup dengan masing-masing 6 tim. 3 tim peringkat teratas akan lolos otomatis menuju FFML Season VI Divisi 1 mendatang.

Di musim yang baru ini nantinya juga dihapuskan babak playoff. Perolehan poin akhir di klasemen akan menentukan nasib tim peserta FFML Season V Divisi 2. 3 tim teratas FFML Season V Divisi 2 akan promosi ke FFML Season VI Divisi 1 nantinya.

Perbedaan dari musim lalu lainnya adalah divisi 1 dan divisi 2 sekarang mempunyai jadwal yang terpisah. Jika pada musim lalu gelaran divisi 1 dan divisi 2 bersamaan, kini divisi 2 akan digelar lebih dahulu baru kemudian setelahnya divisi 1.

Pertandingan yang sebelumnya diadakan pada hari rabu dan kamis kini diubah menjadi jumat hingga minggu. Setiap minggunya akan ada 3 matchday dengan mempertandingkan 6 round. 3 map yang akan digunakan dalam turnamen FFML Season V Divisi 2 ini adalah Bermuda Remastered, Purgatorty, dan Kalahari.

Musim lalu, tim yang berhasil menjuarai turnamen FFML Season IV Divisi 2 adalah West Bandits Esports, The Pillars Gladius, dan ECHO Esports. Kini ketiga tim tersebut akan berlaga dalam FFML Season V Divisi 1 mendatang.

Kita lihat saja siapakah nantinya yang akan menjadi juara di kasta kedua liga Free Fire di Indonesia ini. Dengan adanya format yang baru, tentunya persaingan untuk memperebutkan gelar juara serta tiket menuju Free Fire Mater League Divisi 1 musim selanjutnya juga akan semakin sengit dan seru untuk ditonton.

PUBG Mobile Rekrut Content Creator Lewat Program The Next Star

Tencent Games menginvestasikan US$100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun ke dalam program terbarunya untuk content creator PUBG Mobile. Program bernama The Next Star saat ini telah memulai proses rekrutmennya yang nantinya akan memberikan para kreator akses eksklusif, paket kompensasi, dan banyak lagi keuntungan lainnya.

Program ini terbuka untuk semua orang dengan lebih dari 50.000 pengikut di YouTube, TikTok, Twitch, atau akun media sosial lainnya. Selain itu, situs web resmi untuk The Next Star ini menyatakan bahwa pembuat konten harus memenuhi beberapa persyaratan lainnya seperti aktif di sosial media, mempunyai jiwa profesional, pekerja keras, dan memiliki semangat yang tinggi di dunia video game khususnya PUBG Mobile.

Siapapun yang merasa telah memenuhi berbagai persyaratan tersebut bisa langsung mendaftarkan diri melalui Google Forms. Nantinya, Anda perlu menyertakan informasi seperti platform media sosial yang digunakan, region asal, hingga bahasa yang dipakai.

Lebih lanjut lagi, para content creator yang terpilih dalam program ini akan dapat menikmati beberapa keuntungan. Keuntungannya termasuk “pelatihan khusus” untuk pengembangan pembuat konten, paket kompensasi, dan akses awal ke versi baru (beta test) dari PUBG Mobile. Selain itu, para content creator juga akan mendapatkan akses ke item dalam game berbayar.

Tencent juga berjanji untuk memberikan eksposur tingkat tinggi kepada para content creator melalui akun resmi PUBG Mobile dan juga menyediakan akses ke berbagai turnamen dan event offline tingkat internasional. Content creator juga bisa mendapatkan kesempatan untuk mengikuti turnamen eksklusif dengan pemain profesional.

Tencent sendiri belum mengungkapkan bagaimana investasi hadiah yang mencapai US$100 juta tersebut nantinya akan didistribusikan secara tepat. Halaman FAQ (pertanyaan umum) untuk program tersebut mengatakan bahwa pembuat konten akan menerima detail tentang dana hadiah setelah mereka diterima dalam program.

Langkah Tencent dalam membuat program The Next Star ini dirasa tepat untuk memajukan komunitas game PUBG Mobile mereka. Saat ini dengan persaingan industri yang semakin ketat, para developer game juga harus dapat untuk merangkul komunitas mereka.