Salah satu yang membuat saya tertarik dengan mouse Razer Deathadder V2 x Hyperspeed bukan endorse dari Faker di halaman resmi atau di kotaknya, meski itu adalah tambahan yang menarik. Melainkan adalah dual feature yang hadir pada koneksi wireless-nya yang tersedia dalam dua pilihan, serta dua pilihan juga untuk mengisi baterai.
Razer Deathadder V2 x Hyperspeed adalah mouse dengan fitur-fitur yang cukup lengkap untuk sebuah mouse. Mulai dari desain yang ergonomis, dual wireless feature – yang salah satunya adalah highspeed, pilihan baterai AA dan AAA, mechanical switches gen 2 khas Razer, 7 tombol yang bisa diprogram (7 tombol ini termasuk right – left click dan roller), serta aplikasi untuk kustomisasi yang juga bisa ‘menempel’ di mouse via HyperShift.
Desain Razer Deathadder V2 x Hyperspeed
Mari kita bahas dulu dari sisi desain. Sebelum beralih ke Razer Deathadder V2 x Hyperspeed, saya menggunakan Logitech wireless G903 Lightspeed yang memang untuk gaming ,serta untuk kerja menggunakan Logitech MX Master 2s. Keduanya hadir dengan harga yang relatif cukup premium meski tidak ‘semurah’ mouse Razer yang saya coba ini.
Mengapa saya memasukan mouse yang bukan untuk gaming sebagai perbandingan, karena saya ingin membandingkan dalam penggunaannya, mouse Razer yang ada di tangan saya ini tidak hanya akan saya gunakan untuk bermian game tetapi juga untuk kegiatan sehari-hari, termasuk bekerja.
Jika Razer mengklain ergonomis dan comfort dalam halaman resminya, serta mencantumkan bahwa desain ini adalah desain yang mendapatkan penghargaan, maka klaim itu memang bisa dirasakan dalam produknya secara nyata.
Bentuk mouse ini memang tidak simetris utnuk bagian kiri dan bagian kanan (oh ya, mouse ini tidak untuk Anda yang kidal karena beberapa bagian desainnya memang diperuntukkan buat tangan kanan). Bagian kiri agak menjorok dengan akses dua tombol yang bisa dijangkau oleh ibu jari. Sedangkan bagian kanan tetap agak melengkung tetapi tidak sedalam bagian kiri. Desain seperti ini surprisingly cukup nyaman, terutama Anda yang memang punya preferensi bentuk mouse seperti Razer Deathadder V2 x Hyperspeed. Bagian ibu jari bisa agak menjorok dengan pangkalnya tertahan di ujung kiri mouse, yang menjadikan ibu jari seperti ditempatkan di rumah yang pas di bagian lekukan mouse. Akses button juga bisa dijalankan tanpa masalah.
Desain menjorok ini juga secara tidak langsung mendukung cara saya memegang mouse yang secara default membelok, ke arah laptop atau monitor jika Anda menggunakan PC atau monitor tambahan.Desain yang menjorok ini terasa mendukung dengan posisi lengan yang melengkung, baik saat bermain game atau menggunakan mouse untuk kegiatan produktivitas untuk waktu yang lama.
Jadi kalau misalnya ada gambar Faker terpampang jelas dan menyebutkan bahwa mouse ini layak jadi pilihan. Kalau dari sisi desain, itu cukup terlihat.
Dari sisi tampilan, mouse ini memang tidak tampak berlebihan malah terkesan down to earth. Warna hitam doff, tanpa elemen RGB dan hanya ada lampu indikator teramat kecil di bagian tengah. Logo Razer pun tidak terlalu terlihat. Desain low profile seperti ingin menyembunyikan kemampuan yang cukup baik di balik body-nya.
Desain minimalis ini agak bersebrangan dengan Logitech wireless G903 lightspeed yang terasa ‘ramai’ dengan berbagai elemen yang beberapa ada juga yang bisa di-swap.
Untuk bobot perangkat. Awalnya saya agak ragu karena ketika membuka dari kotaknya terasa terlalu ringan. Malah terkesan agak murahan, tetapi itu semua berubah ketika saya memasukan baterai. Saya kebetulan menggunakan 1 baterai AA, dan ketika baterai itu masuk di tempatnya maka bobot mouse terasa pas. Tidak terlalu ringan dan tidak terlalu berat. Tambahan beban dari baterai ini seperti sudah diperhitungkan, jadi ketika akan digunakan, mouse tetap terasa nyaman dan tidak terlalu berat.
Untuk button sendiri selain 3 button utama, right dan left click serta scroll wheel, ada 4 button tambahan yang lokasinya, dua di sebelah left click dan satu lagi di area sandaran punggung ibu jari. Semua fungsi button bisa diatur sesuka selera lewat aplikasi Razer Synape 3 dengan fitur Hypershift.
Untuk pengaturan dan mapping button sebenarnya tidak ada masalah. Meski kebutuhan akan berbeda-beda untuk pengguna – saya sendiri mendapatkan ada beberapa pengaturan yang tidak bisa saya lakukan untuk urusan produktivitas – namun Anda setidaknya bisa melakukan berbagai pengaturan seperti memodifikasi semua button yang tersedia di mouse ini untuk berbagai keperluan, mengatur performa DPI mouse untuk sensitivitas, mengatur konsumsi daya. Dan jika Anda menggunakan mousepad dari Razer, Anda bisa mengkalibrasi untuk mendapatkan pengalaman yang terbaik.
Untuk urusan fungsi button, terutana untuk kegiatan kerja, jika membandingkan Logitech MX Master 2s tentunya mouse Razer yang saya coba ini agak kalah. Saya bisa maklum karena memang bukan peruntukkannya. Seri MX dari Logitech dikenal powerfull untuk kerja, bukan hanya karena sensivitasnya tetapi ada beberapa fungsi button dan peletakan yang mendukung produktivitas.
Ada yang ingin saya bahas agak detail yaitu tentang penempatan 2 button di bagian yang dekat dengan left click. Karena posisinya cukup berada di ujung kiri mouse, ketika mencoba perangkat ini saya mendapatkan bahwa button ini secara tidak sengaja sering kepencet. Bukan oleh jari saya tetapi karena terbentur sisi ujung mouse dengan ujung keyboard. Jika biasanya benturan tidak menggagu fungsi karena bagian mouse yang berbenturan adalah body saja, namun di razer ini yang terbentur adalah button. Sehingga sering kali mapping button yang saya lakukan berubah di tengah jalan karena button-nya kepencet.
Bisa jadi pengalaman ini akan berbeda dengan pengalaman penguna lain, terutama jika meja kerja atau meja bermain game Anda cukup luas.
Fitur lain yang juga cukup menyenangkan adalah adanya dua pilihan koneksi bluetooth langsung dari mouse ke perangkat atau menggunakan donggle yang memiliki kecepatan 2.4G. Pilihan ini tentunya menarik, untuk pengaturan bermain game bisa menggunakan dongle tetapi ketika untuk penggunaan di luar rumah misalnya, saat jauh dari PC dan menggunakan laptop dengan slot USB terbatas, bisa menggunakan bluetooth saja.
Untuk spesifikasi sendiri, yang belum di bahas di atas, Razer Deathadder V2 x Hyperspeed mencantumkan daya tahan clik perangkat ini sampai dengan 60 juta klik (yang tentunya akan tergantung penggunaan masing-masing) lalu untuk sensornya adalah optical, max sensitivity 14000 DPI, max speed 300 IPS, max acceleration 35G dan tersedia 7 tombol yang bisa dikustomisasai. Untuk tipe switch-nya sendiri adalah Razer™ Mechanical Gen-2 Mouse Switches sedangkan mouse feet alias bagian bawah peranglat adalah undyed 100% PTFE.
Pengalaman penggunaan
Nah, untuk pengalaman penggunaan perangkat ini saya sengaja melakukan dua uji utama, tidak hanya fokus untuk bermain game tetapi juga untuk bekerja sehari-hari.
Untuk penggunaan sehari-hari serta untuk mendukung produktivitas, jenis tombol switch dari mouse ini terasa cukup menyenangkan. Cukup clicky memang kalau dari sisi bunyi, namun pengalaman menekan tombol utama mouse cukup menyenangkan, tidak terlalu berat tetapi tidak sangat ringan juga.
Bobotnya yang pas juga menyenangkan untuk menggunakannya setiap hari atau pun untuk bermain game. Nah untuk bermain game, perangkat ini bisa cukup diandalkan, tidak hanya dari sisi koneksi, tetapi dari sisi kenyamanan serta switch yang menyenangkan untuk dipakai. Meski demikian, saya hanya mencoba dengan judul game yang memang tidak perlu banyak pengaturan atau makro, lebih ke game FPS. Jadi pengalaman yang dirasakan lebih ke switch click, koneksi ke perangkat dan pengaturan DPI.
Sedangkan pengaturan untuk button lebih saya coba ketika menggunakan mouse untuk produktivitas. Mengatur beberapa button agar bisa lebih cepat melakukan fungsi atau membuat aplikasi bawaan windows tertentu.
Untuk bisa menjalankan fungsi pengaturan dan mengaksesnya langsung dari mouse, Anda harus selalu menyalakan aplikasi Razer Synapse.
Kesimpulan
Menggunakan mouse Razer Deathadder V2 x Hyperspeed adalah salau satu pengalaman yang cukup menyenangkan. Bukan karena mouse ini di branding cukup prestisius dengan berbagai atlit esports terkenal di halaman resmi dan juga kotak perangkat, tetapi memang karena desain yang diesekusi dengan pas, dan cukup efisien. Dengan endorsement serta fitur yang dibawanya, dari sisi harga perangkat ini juga bisa dibilang cukup terjangkau (di Tokopedia perangkat ini dijual seharga 1 juta kurang 1 rupiah).
Tampilannya memang cenderung polos, tetapi bagi yang suka dengan selera gaming mouse minimalis dan fokus pada pengalaman penggunaannya, termasuk fitur dan fungsi, Razer Deathadder V2 x Hyperspeed bisa jadi pilihan.
Sparks
- Nyaman digunakan dari sisi eksekusi desain
- Bobot yang pas termasuk baterai
- Minimalis
- Switch mechanical nyaman
Slacks
- Desain ‘terlalu’ polos
- Button lokasi depan sering tidak sengaja kepencet
- Masih menggunakan baterai eksternal