Momen ini sepertinya yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan pengguna kamera DSLR Sony Alpha. Sony akhirnya meluncurkan kamera DSLR terbarunya, yaitu Alpha 7 (Mark) IV. Sang penerus dari Alpha 7 III ini resmi hadir di Indonesia semenjak tanggal 7 Januari 2022 yang lalu.
Koji Sekiguchi, President Director PT Sony Indonesia mengatakan, “Alpha 7 IV mengintegrasikan teknologi gambar terbaik dari Sony untuk melampaui ekspektasi kamera full-frame dasar. Alpha 7 IV juga memberikan pengalaman yang luar biasa baik dalam foto maupun video, memungkinkan pengguna untuk memotret dengan tepat gambar yang mereka inginkan, terlepas dari situasi yang mereka hadapi. Dengan sensor gambar Exmor R CMOS terkini yang dikombinasikan dengan mesin pemrosesan terbaru BIONZ XR, Alpha 7 IV memiliki performa pencitraan yang tinggi dan mampu menghasilkan resolusi 33 MP. Selain itu, dengan berbagai fitur untuk mendukung kebutuhan komunikasi jarak jauh yang terus meningkat, Alpha 7 IV memberikan makna baru pada apa yang dapat dicapai oleh kamera ‘dasar’.”
Dibandingkan dengan seri sebelumnya yang memiliki resolusi 24 MP, Alpha 7 IV hadir dengan sensor full frame resolusi 33 MP. Teknologi auto fokusnya pun juga baru, yaitu memiliki fitur Real-Time Tracking dengan 759 titik AF. Selain itu, teknologi Eye Auto Focus yang ada sudah mampu melacak mata burung dan hewan. Kamera ini juga mampu merekam video dengan resolusi 4K 60 fps dengan 10-bitdepth 4:2:2 color sampling.
Dari sisi dapur pacunya, Sony Alpha 7 IV menggunakan prosesor BIONZ XR yang sama digunakan pada Alpha 7s III. Untuk sensornya, Sony Alpha 7 IV menggunakan Exmor R CMOS terbaru. Sensor ini memiliki sensitivitas ISO 50 hingga 204.800. Untuk penyimpanannya, kamera ini sudah mendukung CFExpress dan SDXC.
Untuk pertama kalinya dalam seri Alpha, kamera baru ini memiliki fitur Breathing Compensation untuk memerangi focus breathing dan mempertahankan sudut pandang yang konsisten selama perubahan fokus serta dapat dinyalakan atau dimatikan. Sony juga menanamkan fitur Creative Look di mana akan mengubah gambar dengan filter tertentu. Dan untuk para content creator, kamera ini juga sudah memiliki kemampuan untuk live streaming.
Sony Alpha 7 IV akan hadir di Indonesia pada bulan Januari 2022 dengan harga Rp36.999.000 untuk varian body only dan Rp39.999.000 untuk varian dengan lensa kit 28-70mm.
Alpha 7 III akan discontinue?
Dengan lahirnya Alpha 7 IV, tentu saja semua mata akan tertuju pada kamera terbaru ini. Oleh karena itu, masih tanda tanya apakah Sony masih akan menjual Alpha 7 III yang saat ini masih banyak beredar di pasaran atau tidak. Hal tersebut tentu saja cukup lumrah di mana sebuah perusahaan akan menghentikan penjualan produk seri sebelumnya saat produk yang baru diluncurkan.
Takeshi Hatanaka, Head of Digital Imaging Product Marketing Sony Indonesia mengatakan bahwa mereka masih akan menjual kamera Sony Alpha 7 III di pasar Indonesia pasca peluncuran Alpha 7 IV. Sony juga masih akan menjualnya dengan harga yang sama dengan sebelumnya. Hal ini tentu akan membuat alternatif pemilihan kamera menjadi lebih luas lagi.
Hasil Foto
Agar tidak penasaran, berikut adalah beberapa contoh hasil foto dari Alpha 7 IV
Istilah Augmented Reality mungkin masih terasa futuristis dan masih jauh di masa depan. Padahal teknologi ini sudah ada sejak lama, meskipun memang penggunaannya untuk umum baru benar-benar bisa dilakukan beberapa tahun ke belakang.
Keberadaan smartphone yang telah memiliki spesifikasi baik hardware maupun software yang mumpuni kini membuka jalan untuk pengembangan berbagai aplikasi berbasis AR, termasuk video game. Meskipun implementasinya masih mendasar namun potensi pengembangan teknologi ini sangat besar.
Contoh game berbasis AR yang paling sukses saat ini adalah Pokemon GO!. Mampu bertahan hingga 5 tahun, game ini masih banyak digemari hingga sekarang. Namun ternyata masih banyak game-game berbasis AR yang bisa Anda coba sekarang. Berikut daftar beberapa game-nya:
Pokemon Go
Seperti yang telah kami bilang sebelumnya, Pokemon GO merupakan salah satu game dengan implementasi AR terbaik hingga sekarang. Pemain akan berpetualang di dunia nyata untuk mencari Pokemon-pokemon yang tersebar di sekitar lokasi pemain.
Dan meskipun game ini telah menginjak umur 5 tahun, Niantic dan Pokemon Company kelihatannya masih tetap memberikan update konten berkala untuk dinikmati para pemain.
DC: Batman Bat-Tech Edition
Siapa yang tidak ingin menjadi Batman? Dalam game ini, pemain dapat menjelma menjadi cape crusader. Game-nya akan menggunakan kamera smartphone untuk memproyeksikan dunia game-nya ke dalam dunia nyata.
Pemain akan membantu Batman untuk menyelidiki dan melawan musuh-musuhnya dalam 10 cerita yang diusung. Selain itu game ini juga memiliki beragam fitur lain seperti filter AR, mini games, stiker filter, hingga komik.
Harry Potter: Wizards Unite
Kesuksesan Pokemon Go membuat franchise Harry Potter mempercayakan game berbasis AR-nya kepada developer Niantic. Game-nya juga akan berisi banyak hal yang pemain kenal dari film dan novelnya mulai dari item, mantra, hingga karakter-karakter ikoniknya.
Sama seperti Pokemon GO, pemain akan diminta untuk berpetualang di dunia nyata, mengumpulkan berbagai item sihir dan juga melawan musuh-musuh menggunakan mantra yang telah dipelajari.
Ingress Prime
Sebelum sukses besar lewat Pokemon Go, Niantic telah mengembangkan game AR milik mereka yang diberi nama Ingress prime. Dalam game ini, pemain akan berperan sebagai agen yang bertugas untuk meretas portal-portal yang tersebar di sekitar pemain.
Game ini merupakan iterasi kedua dari game aslinya yang berjudul Ingress. Dalam sekuel sekaligus reboot ini, Niantic membuat game-nya lebih menarik bagi para pemain baru yang ingin mencari game seperti Pokemon GO namun lebih serius.
Jurassic World Alive
Memiliki konsep yang tidak jauh berbeda dari Pokemon Go maupun Harry Potter: Wizard Unite, kali ini pemain akan menghadapi dinosaurus-dinosaurus yang berkeliaran di dunia nyata.
Uniknya pemain bahkan dapat membuat dinosaurus hibrida yang dapat ditingkatkan levelnya untuk nantinya dapat digunakan untuk bertarung melawan dinosaurus milik pemain lain.
Kings of Pool AR
Video game biliar memang bukan hal baru. Namun memungkinkan pemain untuk mengubah bidang datar apapun menjadi meja biliar mungkin masih jarang.
Game ini lebih terasa sebagai eksperimen dengan AR yang memberikan pengalaman bermain biliar cukup dengan ponsel Anda. Silakan lihat video di atas untuk lebih jelasnya.
Knightfall AR
Pada dasarnya, game ini merupakan sebuah board game yang ditampilkan lewat kamera. Karena masih merupakan konsep pengembangan, mekanisme dalam permainan dalam game ini mungkin masih kurang lancar.
Namun setidaknya pemain dapat memainkan board game dalam sebuah proyeksi AR. Sayangnya, durasi game yang sangat pendek akan membuat game ini lebih terasa seperti demo daripada game penuh.
The Walking Dead: Our World
Bagi para pecinta serial The Walking Dead, game AR ini kelihatannya wajib dicoba agar pemain dapat merasakan bagaimana menjelajah dan harus melawan para zombie.
Teorinya, game ini menawarkan sensasi ala gamefirst person shooter (FPS) dengan background lokasi asli pemain. Selain itu para fans film serinya akan menyukai koneksi pada game ini yang bahkan menghadirkan karakter-karakter dari filmnya.
Zombies, Run!
Game yang satu ini cocok bagi mereka yang menyukai olahraga dan juga zombie. Pemain akan diminta untuk berjalan dan juga berlari untuk dapat melanjutkan progres cerita yang dimiliki.
Game ini juga memiliki beberapa tantangan untuk membuatnya lebih seru. Dan berita baiknya, game ini juga dapat bekerja di treadmill bagi pemain yang tidak suka keluar rumah.
Five Nights at Freddy’s AR: Special Delivery
Seri Five Night at Freddy menjadi sebuah seri game horor klasik yang memberikan teror baru bagi para gamer. Dan di sini pemain akan dituntut untuk bertahan dari gempuran robot animatronik yang akan muncul lewat kamera smartphone.
Game ini memiliki kontrol yang cukup sederhana namun tetap menantang karena latar dari game-nya adalah lokasi Anda dan jump scare khas dari serinya juga hadir di dalam game AR ini.
Angry Birds AR: Isle of Pigs
Menjadi salah satu game kasual paling sensasional, Angry Birds terus berkembang hingga sekarang. Game ini juga menjadi titik pencapaian baru yang memungkinkan pemain untuk memainkan game-nya dari sudut pandang berbeda dari biasanya.
Dalam game ini semua elemen game-nya akan ditampilkan dalam 3 dimensi. Terutama untuk benteng milik para babi yang akan menjadi target. Pemain kini akan melihat game-nya dari balik sang burung yang membuat pengalaman bermainnya berubah total.
Cosmic Frontline AR
Siapa yang tidak ingin menonton perang antar planet dari kamar tidur atau ruang tamunya. Game ini memungkinkan pemain untuk melihat secara lebih realistis bagaimana perang luar angkasa tersebut berlangsung.
Game strategi ini akan meminta Anda mempersiapkan pasukan luar angkasa untuk mengalahkan pasukan dari planet lainnya. Kerennya pemain bisa memantau pertempuran yang terjadi secara real-time dengan berkeliling langsung.
Pengumuman remake untuk game original Splinter Cell beberapa waktu lalu mungkin menjadi kabar paling menggembirakan yang pernah diumumkan oleh Ubisoft akhir-akhir ini. Apalagi seri game spionase ikonik ini telah tertidur selama delapan tahun.
Bagi Anda yang masih asing dengan franchise yang satu ini, game yang berjudul lengkap Tom Clancy’s Splinter Cell ini merupakan salah satu judul klasik Ubisoft yang telah ada sejak tahun 2002 lalu. Game ini telah melewati banyak pengembangan dan juga perubahan selama perilisan serinya. Namun semua kembali ke awal tahun 2000-an ketika Ubisoft ingin membuat sebuah seri game baru.
Awal Mula Pengembangan Splinter Cell (2000)
Pada awal pengembangannya, game ini dikembangkan sebagai game agen rahasia bergaya James Bond dengan dunia fiksi ilmiah dengan kode nama “The Drift”. Dibuat dengan tujuan sebagai rival dari seri Metal Gear Solid milik Konami, Ubisoft perlahan meninggalkan tema fiksi ilmiahnya dan menggantinya dengan tema perang spionase yang lebih gelap dan serius.
Apalagi Ubisoft juga menjalin kerja sama dengan novelis militer dan spionase, Tom Clancy, meskipun Clancy tidak memberikan arahan apapun ke dalam game-nya. Ubisoft Montreal menjadi studio yang bertanggung jawab untuk membuat game pertama dari seri legendaris ini dengan mengambil inspirasi elemen stealth dari Metal Gear Solid dan Thief.
Tom Clancy’s Splinter Cell (2002)
Setelah masa pengembangan kurang lebih 2 tahun, Ubisoft akhirnya merilis game pertamanya pada 2002 secara eksklusif untuk Xbox. Baru di tahun 2003, mereka merilis versi port dari game-nya ke PC, PlayStation 2, GameCube, dan Mac OS X. Ada juga versi 2D-nya untuk Game Boy Advance dan Nokia N-Gage.
Game ini mendapat respon yang sangat positif dan bahkan masuk ke dalam daftar game terbaik yang pernah dibuat. Hampir semua aspek dari game ini mendapat pujian dari para kritikus mulai dari grafis mengagumkan Unreal Engine 2, voice acting karakter Sam Fisher yang menjiwai dari Michael Ironside, hingga ke mekanisme stealth yang dianggap revolusioner untuk genre stealth-action. Game pertama Splinter Cell ini langsung menjadi pondasi yang kuat untuk seri Splinter Cell berkembang menjadi besar.
Tom Clancy’s Splinter Cell: Pandora Tomorrow (2004)
Kesuksesan seri original Splinter Cell tentunya langsung membuat Ubisoft mengunci sekuel dan bahkan game-game berikutnya. Ubisoft bahkan menugaskan dua studio lain mereka, yaitu Ubisoft Shanghai dan Ubisoft Milan untuk menggarap sekuel game ini. Sedangkan developer aslinya, Ubisoft Montreal tengah mengembangkan Chaos Theory yang akan jadi game ketiganya.
Dalam game keduanya, Ubisoft memberikan fokus lebih ke pengalaman naratif dan juga musuh yang lebih cerdas. Game ini juga memperkenalkan fitur pilihan aksi yang akan memengaruhi narasi game-nya. Dengan berbagai perkembangan tersebut, Ubisoft sekali lagi mendapat kesuksesan lewat sekuel Splinter Cell ini.
Tom Clancy’s Splinter Cell: Chaos Theory (2005)
Developer original Splinter Cell, Ubisoft Montreal kini dibantu oleh Ubisoft Milan untuk memastikan game ketiganya dapat menandingi Pandora Tomorrow. Game ini pun dibuat lebih gelap dengan gerakan pertarungan serta cara membunuh yang lebih bervariasi. Hasilnya game ini menjadi judul pertama yang mendapat rating M (dewasa) dari ESRB.
Membuat aksi Sam Fisher lebih sadis dengan NPC yang lebih cerdas sehingga setiap misinya jadi lebih menantang ternyata merupakan resep yang tepat untuk membuat Chaos Theory sukses. Apalagi cerita Sam Fisher juga semakin kompleks dengan menjadi Third Echelon yang harus menghalau berbagai rencana militer berbahaya dari seluruh dunia.
Tom Clancy’s Splinter Cell: Double Agent (2006)
Untuk seri keempatnya Ubisoft cukup ambisius dengan membuat dua versi dari game-nya. Hal tersebut dilakukan karena Ubisoft ingin memberikan pengalaman yang maksimal di setiap platform untuk game ini. Sehingga, Ubisoft Milan dan Shanghai mengembangkan game-nya untuk generasi next gen yaitu Xbox 360, PlayStation 3, dan PC Windows yang disebut versi 01. Sedangkan Ubisoft Montreal mengerjakan untuk konsol generasi sebelumnya yaitu Xbox, PlayStation 2, Nintendo GameCube, dan Wii yang disebut versi 02.
Keduanya memiliki premis cerita yang kurang lebih sama, namun kedua versi tersebut diinterpretasikan berbeda oleh kedua studio. Versi 01 yang dibangun di platform yang lebih kuat mendapat berbagai keuntungan untuk berinovasi mulai dari grafis hingga fitur gameplay. Sedangkan versi 02 harus memperhitungkan keterbatasan kekuatan dari platform lamanya.
Kedua versi dari game ini tetap mendapatkan respon yang cukup positif dari para gamer saat dirilis. Namun karena adanya perbedaan yang cukup membuat kedua game seperti dua game berbeda, fans pun mulai terpecah dengan sebagian menyukai pendekatan baru dari versi next-gen dan sebagian lainnya lebih menyukai versi old-gen yang lebih mendekati game original Splinter Cell.
Tom Clancy’s Splinter Cell: Essentials (2006)
Sekian lama menjadi franchise emas milik Xbox, Splinter Cell akhirnya menjadi game eksklusif dalam PSP lewat Splinter Cell: Essentials. Meskipun game ini memiliki kemiripan cover dengan Double Agent namun Essentials membawa latar waktu dan cerita yang benar-benar berbeda. Game ini akan membawa pemain menyelami masa lalu Sam Fisher sebelum game pertamanya.
Sayangnya, perjalanan pertama Splinter Cell ke PSP tidak berjalan mulus karena game-nya mendapat rating yang kurang bagus karena game-nya disebut dirasa terlalu terburu-buru, dan bahkan banyak kekurangan di beberapa aspek. Ditambah lagi, mekanisme kontrolnya yang sedikit berantakan saat dibawa ke PSP juga menjadi masalah besar untuk game ini.
Tom Clancy’s Splinter Cell: Conviction (2010)
Setelah menyadari bahwa praktik siklus pengembangan tahunan dengan melibatkan banyak studio membuat serinya menjadi kacau, Ubisoft akhirnya memutuskan untuk benar-benar mengambil arah yang berbeda untuk Splinter Cell: Conviction yang diperkenalkan pada 2007, namun mendapat beberapa kali penundaan bahkan resmi ditahan pada 2008 untuk dirombak ulang. Game ini akhirnya dirilis pada 2010 dengan tampilan dan gameplay yang benar-benar baru.
Dalam Conviction, Sam diceritakan telah keluar dari Third Echelon dan kini tengah menginvestigasi kematian anaknya yang diduga bukan sekadar kecelakaan. Dalam petualangannya, Sam digambarkan lebih brutal dan juga kuat yang membuat gameplay Conviction memiliki lebih banyak aspek meskipun elemen stealth tetap ada. Namun ternyata arah ini disukai oleh para gamer yang membuat Conviction mendapat respon cukup positif dan sukses. Meski begitu, tidak sedikit gamer lainnya juga menyayangkan kenapa game Splinter Cell jadi terasa seperti Max Payne di Conviction.
Tom Clancy’s Splinter Cell: Blacklist (2013)
Merasa berhasil melahirkan kembali seri Splinter Cell lewat Conviction, Ubisoft percaya diri untuk melanjutkan seri ini. Bahkan mereka memberikan proyek keenam ini kepada studio baru mereka Ubisoft Toronto. Ubisoft Toronto tersebut ingin mengembalikan aspek stealth serta ciri khas yang dimiliki oleh Splinter Cell sebelumnya.
Kembalinya Splinter Cell menjadi sebuah game yang lebih berfokus ke stealth memang disambut positif oleh para pemain. Namun campaign yang singkat ketimbang seri-seri sebelumnya dan juga absennya pengisi suara Sam, Michael Ironside, membuat para fans veteran merasa kecewa. Hasilnya, meskipun mendapat respon positif, penjualan dari Blacklist disebut gagal memenuhi ekspektasi Ubisoft yang sekaligus menjadi penutup untuk Splinter Cell kala itu
Tom Clancy’s Splinter Cell Remake (TBA)
8 tahun berselang setelah seri terakhirnya, Ubisoft memberikan kejutan bagi para fans dengan mengumumkan proyek remake dari game original Splinter Cell. Game ini akan dikembangkan oleh Ubisoft Toronto yang mengerjakan Blacklist dan akan memodernisasi pengalaman dari game originalnya,
Game ini akan menggunakan engine milik Ubisoft, Snowdrop Engine yang juga digunakan pada game Ubisoft lainnya seperti The Division. Ubisoft juga mengatakan bahwa versi remake ini tidak akan mengadopsi sistem open world dan akan linear seperti game originalnya.
Over its 15 years journey, Roblox has amassed millions of loyal players around the world and, with it, a community of creative minds building game modes for others to enjoy. So yes, even though Roblox is defined as a game, it is more of a platform to deploy projects to you and the fans alike. Roblox, as a result of this paradigm, has also accumulated quite an expansive set of game modes for players to enjoy. “Expansive” might even be slightly misleading as there are over 40 million game modes currently playable in Roblox in 2021, and this figure will expectedly continue to increase as the game becomes more popular every day.
However, scrolling through 40 million possibilities of fun and entertainment is not a very feasible task, to say the least. Therefore, we have selected the 10 most popular (according to Statista) and best games considered by the community in the whole of the Roblox ecosystem.
Adopt Me!
One of, if not the most visited games in all of Roblox is an MMO called Adopt Me!. Developed by Uplift Games, Adopt Me! has already garnered over 5 million likes and 25 billion visits as of writing this article. The game is essentially a glorified version of Sims in Roblox, where players can either take the role of a pet-owner or caretaker. You can obtain pets from hatching eggs, purchasing them with Robux (and the in-game currency Bucks), or trading with other players. Each pet has its own distinct rarity, which also affects its costs or pricing.
However, Adopt Me! hasn’t always been about taking care of virtual pets. 2 years ago, the game focuses more about adopting and raising children. But as the game shifted and received updates that introduces adoptable pets, Adopt Me! quickly rose in popularity and became what it is today.
Tower of Hell
Obbies (or obstacle courses games) are often shunned upon by the Roblox community due to the fact most of them are made with low quality. However, Tower of Hell is a major exception. This game is the pinnacle of obbies in Roblox, has gathered near to 15 billion visits as of November, and even received nominations as the “Best Mobile Game” in the 7th annual Bloxy awards. Tower of Hell has all the features you want in an addicting and high-adrenaline obstacle course, such as randomly generated levels, multiplayer (up to 20 players), and the absence of checkpoints. So if you are looking for an intense parkour experience in Roblox, Tower of Hell will not disappoint.
MeepCity
MeepCity is one of the most popular games in the Town & City category, with over 10 billion visits at the current moment. It is an MMORPG that is all about socializing and hanging out in the virtual world of Roblox. If you want to feel what it’s like to go outside before the pandemic, then MeepCity will truly relive that experience. To maximize its social aspects, the servers in MeepCity even go one step further in expanding their capacity to accommodate up to 200 players (where 30 is usually the limit). There are also other additional features, such as customizable pets called Meeps and constructing your own home, so you won’t have any trouble getting bored.
Brookhaven RP
If you want to have a smaller-sized space for hanging out in Roblox, then Brookhaven RP is a great alternative in MeepCity. Other than its smaller server sizes, Brookhaven also emphasized living in a luxury and providing a chill environment to socialize or meet up with other like-minded players. There is a reason why this relatively new game created in 2020 was able to have its popularity skyrocket: it is the perfect place to relax, cool down, have a small chat, and possibly make long-lasting friendships.
Piggy
Piggy is a horror game that interestingly combines many elements from zombie apocalypses, mystery, survival, and a cute Peppa Pig. It is, in a lot of ways, similar to the indie horror game called Granny with the added episodic storytelling scheme that is highly interesting as you continue to uncover it in-game. Piggy also provides a free setup for private servers, so this is a definite go-to game when it comes to having a horrifying yet fun Roblox session with your friends. Of course, when I say horrifying, I mean it by Roblox’s standards.
Murder Mystery 2
Despite being placed in the horror category, Murder Mystery 2 is much more suited to be called a social deduction game. Simply put, it’s Among Us in Roblox. I am sure that we all experienced the boom of social deduction games in 2020, which is why it is not surprising that Murder Mystery 2 became exponentially popular recently. The gameplay of Murder Mystery is much more similar to Werewolf than it is with Among Us. Instead of all the innocents voting out the murderer (or impostor), there is one sheriff designated with this task. But of course, all the fun elements of discussion, lies, blames, and convictions are very much present in Murder Mystery 2.
Jailbreak
Jailbreak is another popular game in the Town & City category, but its gameplay diverges from the norm to a great extent. Jailbreak is essentially GTA Online, with all the gore and explicit materials removed. You have the option of being criminals executing heists all around town or becoming the cops that stop them in their tracks. So if you want a chill premise to socialize, Jailbreak is not the game for you. But if you are looking for an intense experience of fighting criminals or becoming one, then you are in for an awesome ride.
Today, it still remains as one of the most played games in Roblox, already accumulating over 5.2 billion visits. The game’s popularity also spawned several merchandise deals and led to its feature on Roblox’s Ready Player One event.
Welcome to Bloxburg
The Town and City category is filled with games that try to replicate the pinnacle of life-sim games, The Sims. However, only one game came close to being defined as the Sims copy in Roblox, and that game is Welcome to Bloxburg. Welcome to Bloxburg has all the features you expect in a Sims game, a character you fully control, choices for work, leisure, and adventuring. One major selling point of Welcome to Bloxburg is build mode, a feature that allows you to build your homes to your liking. Unfortunately, unlike all the games in this list, you have to purchase access to Welcome to Bloxburg. However, despite its 25 Robux paywalls, it still has over 4.8 billion visits as of today, which is a pretty amazing feat considering the entry barrier to the game.
Theme Park Tycoon 2
This game is all about building the best and most creative theme parks to attract as many guests as possible. Theme Park Tycoon closely mimics the RollerCoaster Tycoon franchise, perhaps the most popular coaster sim game. So if you are a fan of coaster sims, Theme Park Tycoon will certainly be the game for you. Despite being over 9 years old already, Theme Park Tycoon never gets boring with constant new updates being released. The game is truly a blank slate for you all with creative minds to pour out your ideas and construct what you have always envisioned to be the dream theme park.
Anime Fighting Simulator
Anime Fighting Simulator is exactly what it sounds like: a game where you can pick favorite characters from various animes and battle against other players. The game is perfect for avid anime fans who want to see and control their beloved characters from popular shows. For those who don’t watch anime, the game is still very much playable. However, just take note that you might not see the true picture of the characters’ capabilities, since you know… it’s Roblox after all. Fortunately, Anime Fighting Simulator is not only about mindlessly combating other players. There are quite a few additional game modes such as Tournament mode of story mode that you can try out as well.
Forza Horizon 5 memang jadi salah satu primadona di tahun 2021 ini. Pasalnya, tidak banyak game balap yang bisa mendapat perhatian besar dari para gamer di seluruh dunia. Bahkan game ini tidak hanya dimainkan oleh para pecinta game balap, namun para gamer kasual pun ternyata banyak yang ikut menjelajahi alam Meksiko yang luas dengan beragam jenis mobil yang disediakan.
Forza Horizon sebenarnya merupakan spin-off dari seri Forza milik Microsoft. Namun berbeda dengan seri utamanya yang lebih mengedepankan sisi sim-cade (simulation-arcade) untuk melawan kedigdayaan Gran Turismo milik Sony, seri Horizon lebih mengedepankan kesenangan, mulai dari lifestyle hingga ke eksplorasi dunia terbuka.
Lalu bagaimana kisah Forza Horizon yang awalnya hanyalah seri spin-off hingga kini menjadi favorit banyak gamer? Semuanya kembali ke tahun 2010 saat Microsoft melihat bahwa mereka merasa butuh untuk membuat gebrakan untuk seri Forza.
Pembentukan Playground Games dan Ideasi Awal Forza Horizon (2010)
Melanjutkan kisah sebelumnya, Microsoft yang ingin membuat gebrakan untuk seri Forza membentuk sebuah developer baru yang diberi nama Playground Games. Developer yang berbasis di Inggris ini bisa dibilang merupakan sebuah all-star-developer karena berisikan para developer veteran yang sebelumnya sudah mengerjakan judul-judul game balap legendaris seperti Project Gotham Racing, Driver, Colin McRae: Dirt, Colin McRae Rally, Race Driver: Grid, dan bahkan Burnout.
Dengan bekal yang matang tersebut, Microsoft langsung memberikan tugas pertama yang berat untuk membuat hal baru namun masih berada di dalam lingkup seri Forza.
Dalam beberapa bulan, akhirnya Playground Games mengajukan konsep awal dari Forza Horizon. Konsep festival musik dan dunia terbuka tersebut ternyata disetujui oleh Microsoft dan Playground Games memiliki waktu dua tahun untuk menyelesaikan game pertamanya.
Forza Horizon (2012)
Setelah masa pengembangan yang berat, Playground Games akhirnya dapat merampungkan game pertama Forza Horizon.Game balapopen-world ini mengambil latar Colorado, Amerika Serikat, yang menjadi taman bermain bagi para pemain.
Horizon Festival menjadi atraksi utama dari game ini yang menjadi pusat semua aktivitas dari pemain. Seri pertama ini masih menggunakan cerita klise anak baru yang datang dan mengalahkan nama-nama besar dalam festival.
Dirilis secara eksklusif untuk Xbox 360, Forza Horizon langsung menjadi hits bagi mereka para pecinta game balap maupun otomotif secara umum. Implementasi game engine Forza Tech yang dimiliki oleh seri utamanya memberikan beberapa benefit kepada Playground Games dalam mengembangkan game ini. Salah satunya adalah menghadirkan mobil yang terasa realistis baik secara visual, audio, dan bahkan kendalinya yang membuat banyak pecinta otomotif menyukainya.
Forza Horizon 2 (2014)
Kesuksesan Horizon pertama membuat Microsoft yakin untuk menunjuk kembali Playground Games membuat sekuel dari game-nya. Sang pengembang sekali lagi menggunakan seri utamanya yaitu Forza Motorsport 5 sebagai landasan game-nya. Kini, mereka membawa pemain dari Amerika Serikat menuju ke Eropa Selatan.
Kehadiran konsol baru, Xbox One, membuat Playground Games memiliki ruang lebih untuk membuat Horizon 2 lebih bebas lewat kemampuan mengemudi off-road dan juga hadirnya cuaca dinamis dalam game-nya.
Sama seperti game pertamanya, sekuel dari Forza Horizon ini juga mendapatkan respon dan penilaian yang positif. Dunia yang lebih luas dan bebas, variasi balapan yang bertambah, dan juga grafis yang semakin memanjakan mata bahkan membuat game ini disebut sebagai surga untuk game balap. Kesuksesan Forza Horizon 2 ini bahkan membuat Microsoft merilis dua ekspansi yaitu Storm Island dan Forza Horizon 2 Presents Fast & Furious.
Forza Horizon 3 (2016)
Dengan formula yang mulai terbentuk, Microsoft akhirnya membawa seri ketiga dari Forza Horizon menjadi game pertama yang ikut menyambangi platform PC. Playground Games menyambut antusias pembuatan game ini lewat map yang berlatar di area selatan Australia. Kemampuan next-gen yang dimiliki oleh Xbox One juga membuat Playground Games dapat menaikkan berbagai standar di dalam game-nya.
Mulai dari geografis alam yang semakin bervariasi, pilihan mobil yang semakin masif, mobil dapat dimodifikasi, hingga ke langit dan awan yang ditangkap langsung menggunakan kamera HDR, hal-hal tersebut membuat atmosfer game-nya terasa semakin realistis.
Dengan berbagai peningkatan dan juga kebebasan yang ditawarkan Forza Horizon 3, game ini sekali lagi mendapatkan penilaian dan respon yang positif. Para gamer PC juga menyambut gembira kehadiran perdana dari seri balapan ini. Apalagi Playground Games juga memasok konten update untuk game ini seperti koleksi mobil baru, hingga ekspansi map Blizzard Mountain, dan bahkan ekspansi Hot Wheels yang membuat seri ini mencapai titik kolaborasi yang baru.
Forza Horizon 4 (2018)
Setelah berkeliling dunia pada tiga game awalnya, Playground Games akhirnya membawa Forza Horizon ke tanah kelahiran mereka yaitu Inggris. Playground Games tetap mempertahankan formula Horizon sebelumnya yang telah cukup matang, namun menyuntikkan beberapa hal baru mulai sistem 4 musim yang akan berganti setiap satu minggu. Game ini juga memiliki map yang sedikit lebih luas daripada seri sebelumnya dan juga ketinggian yang lebih bervariasi dengan adanya pegunungan di dalamnya.
Koleksi mobil dalam game ini juga bertambah hingga mencapai lebih dari 740 mobil. Serta beragam mode baru seperti battle royaleThe Eliminator, Super 7, treasure hunt, dan lain-lain. Dengan popularitas yang semakin meningkat, Forza Horizon 4 benar-benar mendapat spotlight bagi para pecinta game balap. Hasilnya, game ini berhasil memenangkan berbagai penghargaan dan dimainkan hingga lebih dari 24 juta pemain sejak dirilis.
Forza Horizon 5 (2021)
Instalasi terbaru dan terbesar dari seri balap ini baru saja dirilis pada bulan lalu, dan dengan kehadiran konsol next-gen terbaru yaitu Xbox Series X|S Playground kembali mencoba membuat lompatan pada seri Forza Horizon 5.
Ukuran mapnya kini bertambah hingga 50% lebih luas dari Horizon 4. Game ini juga memiliki variasi geografis yang jauh lebih kaya dari seri sebelumnya. Berlatar di Meksiko, game ini memiliki gunung api aktif, pantai, padang pasir, perkotaaan padat, hingga hutan hujan dengan peninggalan suku Maya di dalamnya.
Hebatnya, meskipun mendapat peningkatan yang signifikan di berbagai aspek Forza Horizon 5 tetap hadir di konsol Xbox One dengan performa yang cukup baik. Playground Games telah berhasil mendorong engine Forza Tech hingga ke titik maksimal untuk menghadirkan pengalaman terbaik dari game ini untuk semua platform. Maka tidak mengejutkan bila Forza Horizon 5 menjadi game Microsoft dengan peluncuran terbesar.
Masa Depan Forza Horizon
Berkaca dari game-game sebelumnya, sudah dapat dipastikan bahwa Microsoft akan membuat Forza Horizon 5 memiliki umur panjang untuk beberapa tahun ke depan. Apalagi seri utama mereka, Forza Motorsport 8 juga ditunda dan tiba paling cepat pada bulan November tahun 2022 mendatang.
Baru setelah seri Forza Motorsport terbaru dirilis, seri Horizon terbaru nantinya akan dikembangkan menggunakan basis dari game utamanya. Yang berarti paling cepat Playground Games akan mengumumkan Forza Horizon 6 pada 2024.
Untuk sekarang, Playground Games akan berfokus pada penyempurnaan Forza Horizon 5 sembari mempersiapkan fitur-fitur baru. Salah satunya adalah fitur aksesibilitas termasuk akan hadirnya bahasa isyarat untuk memudahkan para gamer dengan gangguan pendengaran. Selain itu mereka juga akan disibukkan dengan persiapan konten masa depan seperti map ekspansi maupun koleksi kendaraan baru yang akan tiba secara berkala.
Menyebut nama Battlefield tentunya membawa ingatan para gamer untuk kembali ke medan perang masif dengan berbagai artileri dan kendaraan tempur serta medan perang yang penuh dengan kekacauan.
Tahun ini harusnya menjadi comeback bagi seri Battlefield yang sudah absen selama kurang lebih 3 tahun. Dan dengan mengusung kembali konsep modern dengan kemasan lebih masif, EA mempersiapkan Battlefield 2042 sebagai surat cinta bagi para fans yang sudah rindu untuk kembali bertempur.
Sayangnya, penantian yang cukup lama tersebut kelihatannya tidak memenuhi ekspektasi para fans. Apalagi bagi mereka para fans hardcore yang telah rela membeli versi “mahal” untuk dapat mengakses game-nya terlebih dahulu.
Mulai dari masalah teknis yang tidak juga terselesaikan bahkan setelah game-nya dirilis resmi, hingga ke perubahan gameplay yang tidak disambut dengan tangan terbuka oleh para fans. Peter Dragula dari SECTOR.sk bahkan menyebut bahwa masa depan dari seri Battlefield terlihat sangat-sangat buruk.
Tidak ada cerita, tidak masalah
Battlefield 2042 menjadi game pertama dari serinya yang akhirnya secara penuh meninggalkan story campaign yang sebelumnya selalu hadir sejak Battlefield 3. Namun keputusan tersebut sepertinya tidak mempengaruhi game-nya karena sejak awal campaign bukanlah kekuatan utama dari Battlefield.
David Martinez dari HobbyConsolas bahkan memuji keputusan Battlefield 2042 untuk menghilangkan campaign dan fokus pada hal terbaik yang mereka lakukan, yaitu mode multiplayer yang mendalam dan menyenangkan.
Lebih besar, lebih luas, lebih melelahkan
Absennya konten campaign dan single-player memberikan ruang gerak lebih sekaligus kewajiban untuk menyediakan konten online yang sebanding. Digital Trends menyebut bahwa Battlefield 2042 berhasil memenuhi harapan tersebut, dan bahkan melampauinya.
Salah satu peningkatan yang ditawarkan EA dan DICE pada Battlefield 2042 ini adalah pertempuran dengan skala yang lebih masif. 128 pemain yang terbagi dalam dua kelompok dan saling berperang di dalam map berukuran masif memang terlihat bagus secara konsep.
Namun nyatanya, hal tersebut berbanding terbalik dalam prakteknya. Stella Chung dari IGN bahkan menyebut game-nya malah membuat frustasi bahkan sejak di lobi karena banyaknya pemain yang ada di dalamnya. Banyak yang mengeluhkan bahwa selama permainan mereka hanya dihabiskan untuk berjalan dari titik kemunculan dan mati oleh sniper di perjalanan untuk menuju peperangan.
Mode sampingan yang malah mencuri perhatian
Selain pertempuran masif klasiknya, Battlefield 2042 juga memberikan dua mode baru untuk dicoba para pemain yaitu Hazard Zone dan Portal. Keduanya memang memberikan pengalaman baru bagi para pemain, meskipun bukan pengalaman yang benar-benar solid.
Hazard Zone merupakan mode yang membuat pemain bermain dalam squad melawan empat squad lain untuk mengumpulkan objektif berupa data drive yang tersebar di seluruh map. Sedangkan Portal merupakan mode yang memungkinkan pemain memainkan map-map dari game-game Battlefield sebelumnya dengan kualitas Battlefield 2042.
Kedua mode tambahan ini, terutama Portal disebut-sebut sebagai mode terbaik yang dimiliki oleh game ini. Toby Berger dari Press Start Australia menyebut bahwa Hazard Zone merupakan mode yang menyenangkan, namun Battlefield Portal jelas mencuri perhatian dalam game ini.
Spesialis yang berujung tidak spesial
Fitur baru yang cukup banyak dipermasalahkan oleh para fans adalah hadirnya sistem Spesialist yang menggantikan sistem kelas yang sebelumnya selalu digunakan dalam seri Battlefield. Sistem kelas yang sebelumnya ada empat dengan kemampuan dan tugas spesifiknya masing-masing kini digantikan dengan 10 tipe spesialist dengan kemampuan khusus dan gadget uniknya.
Sayangnya, kemampuan-kemampuan baru dari para Specialist ini tidak mampu membawa perubahan yang berarti dalam permainannya seperti yang diungkapkan Josh West dari Gamesradar. Apalagi para Specialist ini tidak memiliki tugas spesifik, sehingga tipe Specialist apapun yang digunakan tetap bisa diubah menjadi kelas yang diinginkan lewat modifikasi loadout dan senjata yang dapat dilakukan.
Pada akhirnya pilihan Specialist ini hanya sekadar skin karakter dengan secuil gadget unik yang memberikan pengalaman berbeda bagi para pemain. Phil Hornshaw dari Gamespot bahkan menyebut beberapa Specialist dalam game-nya terasa tidak berguna.
Pencarian identitas baru yang tidak diperlukan
Selain skala permainan yang diperbesar, EA dan DICE juga memberikan perubahan pada sistem permainannya. Mulai dari tampilan antarmuka dan sistem loadout yang membingungkan para pemain, hingga ke sistem kelas pemain yang telah dibahas sebelumnya.
Secara garis beras, DICE seperti ingin mencari identitas baru untuk Battlefield 2042. Namun sayangnya usaha untuk memasukkan elemen-elemen modern yang diambil dari game-game shooter lainnya tersebut malah mengacaukan pengalaman bermainnya secara keseluruhan.
Chris Jarrard dari Shacknews bahkan mengutarakan Battlefield 2042 membutuhkan lebih banyak waktu dalam pengembangannya untuk mematangkan apa yang membuat seri Battlefield dicintai ketimbang menjadi game yang berusaha untuk memiliki banyak hal untuk beragam pemain namun terasa setengah jadi.
Kualitas grafis yang harus dikorbankan
Selama bertahun-tahun EA berhasil membuat Battlefield sebagai salah satu tolak ukur perkembangan grafis untuk game-game shooter. Namun sayangnya hal tersebut harus absen pada Battlefield 2042. Dengan menitikberatkan game-nya pada performa teknis untuk menampung 128 pemain dalam map yang jauh lebih luas, grafis yang dihadirkan tidak mengalami lompatan inovasi dan bahkan mundur di beberapa aspek dari game sebelumnya.
YouTuber Nick930 memberikan perbandingan detail mengenai perbandingan grafis antara Battlefield 2042 dengan Battlefield V. Ternyata di luar dukungan tekstur yang lebih tajam, hampir semua aspek dalam Battlefield 2042 lebih inferior dari sebelumnya.
Aspek-aspek grafis yang memberikan sensasi next-gen seperti efek pencahayaan, ledakan, refleksi hingga beragam efek dirasa kurang maksimal. Namun memang pengorbanan tersebut dilakukan agar Battlefield 2042 dapat mendapatkan stabilitas performa yang dibutuhkan.
Masih butuh banyak penyempurnaan
Game-game yang dirilis pada tahun 2021 ini kebanyakan memiliki masalah utama pada game yang tidak optimal dan Battlefield menjadi salah satunya. Sejak perilisan early-access-nya, Battlefield 2042 menderita beragam masalah. Mulai dari game yang sering crash, susahnya untuk tersambung ke server game hingga bug, dan glitch yang kerap terjadi di dalam game-nya.
Alex dari GameInformer bahkan mengatakan bahwa beragam bug yang ia alami meskipun minor menghilangkan kesenangan yang ia miliki saat bermain. Hal ini bahkan membuat para pemain early-access berbondong-bondong melakukan refund untuk game-nya bahkan sebelum Battlefield 2042 dirilis secara resmi pada 19 November lalu.
DICE memang tidak tinggal diam dan terus berusaha memperbaiki berbagai masalah yang ada dengan mengeluarkan patch perbaikan secara berkala. Hingga artikel ini dibuat, game ini dikabarkan akan mendapatkan perbaikan besar-besaran dalam beberapa minggu.
Penutup
Anthony Shelton dari GamingTrend menyebut bahwa Battlefield 2042 merupakan game yang ambisius namun tidak dapat mencapai ambisinya. Usaha EA dan DICE untuk memasukkan beragam hal baru ke dalam game-nya membuat Battlefield 2042 malah terasa sedang mengalami krisis identitas.
DICE memang masih memiliki banyak ruang dan waktu untuk membenahi Battlefield 2042 seperti yang diungkapkan Martin Robinson dari GameInformer. Apalagi melihat EA ingin membuat game ini memiliki umur panjang dengan membawanya sebagai game-as-service. Namun bagaimanapun juga, tidak semua pemain memiliki tingkat kesabaran yang sama bila masalah-masalah besar pada game ini tidak segera diperbaiki.
Tiga tahun setelah dirilisnya Red Dead Redemption 2 dan tujuh tahun setelah dirilisnya GTA V, para fans tak sabar menunggu game baru dari Rockstar. Hal ini pun direspon oleh Rockstar dengan mengumumkan datangnya veris remastered dari GTA Trilogy (GTA III, GTA Vice City, dan GTA San Andreas).
Pengumuman mendadak dari Rockstar pada 10 Oktober 2021 lalu memang mendapat respon yang cukup beragam dari para fans. Beberapa ada yang menyambut gembira keputusan Rockstar membawa kembali tiga game legendarisnya tersebut. Namun tidak sedikit yang skeptis mengenai kehadiran game ini karena informasi yang sangat minim dan mendadak.
Semuanya ternyata terbukti ketika game-nya akhirnya dirilis. Sayangnya hingga artikel ini dibuat hanya sedikit media yang memberikan ulasan terhadap game ini, sedangkan para gamer menghujani platform review seperti Metacritic dengan review dan skor negatif. Berikut kompilasinya:
Pembaruan grafis yang tidak menyeluruh
Salah satu nilai jual utama dari GTA Trilogy Definitive Edition ini tentu ada pada grafis. Sebagai game yang mendapatkan remastered para fans tentu berharap ada peningkatan yang cukup besar pada sektor ini. Apalagi pada awalnya, Rockstar menyebut bahwa remastered ini menggunakan Unreal Engine 4 yang dikenal karena kualitasnya. Namun sayangnya hal tersebut cukup bercampur aduk saat game-nya dirilis
Rockstar memang mengumumkan bahwa mereka memilih masih tetap menggunakan style grafis yang sama dari ketiga game originalnya. Namun ketiga game-nya memang mendapatkan peningkatan pada tekstur, detail karakter, pencahayaan, hingga beberapa efek lainnya. Kombinasi antara kedua aspek grafis tersebut memang menimbulkan reaksi beragam, IGN bahkan menyebut hal tersebut seperti memasangkan stiker beresolusi tinggi ke sebuah set Lego yang sudah berumur.
Apalagi ternyata Rockstar dan Groove Street Games (yang juga bertanggung jawab dengan proses remaster) tidak benar-benar membuat ulang game-nya dengan Unreal Engine 4, namun lebih menggunakan semacam teknologi A.I. untuk mengonversi tekstur di game lamanya. Hal ini memang mempermudah proses remastered, namun membawa dampak negatif terutama untuk para karakter. Gamespot juga mengungkapkan bahwa “operasi plastik” yang dilakukan terhadap remastered ini menghilangkan sisi manusiawi dari para karakter.
Cerita nostalgia yang tetap memesona
Sebagai seri remastered,GTA Trilogy Definitive Edition tentunya menawarkan kembali tiga kisah klasik dari seri legendarisnya tersebut. Rockstar sendiri tidak menyentuh sama sekali aspek naratif ini sehingga terlepas dari tampilan cut-scenes yang kini terasa lebih modern, cerita yang diusung tidak berubah sedikit pun.
Efek nostalgia, terutama bagi mereka yang dulu sudah memainkan ketiga game ini memang sangat kuat. Kisah ketiga karakter ikonik ini tetap tampil mempesona dengan beragam intrik dan juga masalah yang harus mereka hadapi masing-masing. Tidak hanya karakter, namun tiga latar kota dengan era ikoniknya masing-masing juga berusaha dipertahankan oleh Rockstar.
Namun sayangnya perlakuan Rockstar terhadap masing-masing game ini cukup berbeda. Gameranx menyebut bahwa GTA 3 adalah seri yang paling sedikit mendapat perhatian. Sedangkan Desructoid menyebut GTA Vice City yang paling mendapat paling banyak kasih sayang dalam remastered ini.
Pernyataan tersebut pada akhirnya dapat dipahami karena hasil akhir dari Vice City terlihat lebih indah dan matang dari semua aspek. Sedangkan GTA III adalah yang paling terasa dikerjakan seadanya untuk melengkapi trilogi ini. Untungnya San Andreas berada di titik tengah yang membuatnya cukup nyaman dinikmati.
Minim Inovasi yang membuatnya kurang memiliki nilai lebih
Bisa dibilang satu-satunya ubahan yang dilakukan Rockstar terhadap ketiga game remastered ini ada pada fitur weapon wheels (dan radio wheels) yang diadaptasi dari GTA V. Untungnya, fitur ini benar-benar sangat membantu sekaligus memberikan rasa berbeda bagaimana Anda memainkan game GTA klasik ini.
Sebenarnya ada fitur lain yang cukup membantu yang checkpoint. Mereka yang telah memainkan ketiga game originalnya pasti paham bahwa mayoritas misi dalam ketiga game tersebut tidak memiliki sistem checkpoint. Dengan adanya fitur ini, Anda bisa melanjutkan misi tanpa harus terlempar jauh jika gagal atau mati.
Yang terakhir adalah kemampuan untuk meletakkan titik tujuan (map marker) agar GPS dapat mengarahkan Anda ke lokasi tersebut. Hal ini memang membantu navigasi terutama bagi mereka yang tidak familiar dengan Liberty City, Vice City, ataupun San Andreas yang memiliki tiga bagian besar.
Sayangnya, ketiga fitur tambahan ini pun terasa tidak sempurna. Terutama untuk fitur-fitur yang diimplementasikan pada GTA III dan Vice City. Fitur bidikan musuh yang baru terasa kaku dan janggal terutama pada Vice City dan III. Checkpoint yang seharusnya ada juga tidak selalu bekerja seperti yang dialami Shubhankar Parijat dari Gamingbolt yang tetap harus mengulang misinya dari awal.
Portingan setengah hati yang meninggalkan banyak masalah
Tiba waktunya untuk berbicara mengenai masalah utama dari ketiga game remastered ini secara keseluruhan, yaitu porting. Dalam prakteknya, ketiga game ini memiliki optimalisasi yang kurang baik, terutama untuk platform Switch. Bahkan Nintendolife mengatakan bahwa mereka mengalami grafis yang terlhat blur, kontrol yang tidak lancar, frame rate yang tidak stabil, kualitas audio yang rendah, waktu loading yang lama, dll.
https://www.youtube.com/watch?v=-QmcF-ecnJw
Bahkan permasalahan performa ini juga dialami hampir di semua platform termasuk PlayStation 5 yang di beberapa saat akan mengalami stutter dan bahkan freeze. Belum lagi dengan beragam bug dan glitch yang banyak dialami oleh banyak pemain dari berbagai platform. Beberapa Youtuber bahkan kini membuat kompilasi dari kumpulan bug dan glitch yang dialami para pemain dari ketiga game “Definitive” ini.
Kesimpulan
Pada akhirnya, GTA Trilogy Definitive Edition ini tampil tidak lebih dari ketiga game originalnya dengan sedikit improvisasi di sana-sini. Namun improvisasi tersebut harus dibayar mahal, karena ada beberapa aspek yang akhirnya dikorbankan. Salah satu yang paling utama adalah ‘nyawa’ dan atmosfer yang ada pada game aslinya.
Belum lagi masalah teknis karena optimalisasi yang buruk yang menyebabkan berbagai glitch terjadi. Hal ini membuat fans fanatik seri GTA marah dan frustasi. Tidak mengherankan bila mereka meluapkannya dalam postingan media sosial maupun di Metacritic yang saat review ini dibuat berada di 0,5.
Sembilan tahun sejak dirilisnya Forza Horizon pertama, Playground Games memang seakan terus menyempurnakan dan mematangkan resep game balap open-world mereka tersebut. Daya tarik utama dari game ini berada lokasi game yang selalu unik pada setiap serinya dan juga koleksi mobil yang masif dan beragam. Forza Horizon tumbuh dan berkembang sebagai sebuah game yang selalu dinanti setiap seri barunya.
Seri sebelumnya, yaitu Forza Horizon 4 sudah berumur 3 tahun dan para fans di seluruh dunia sangat bersemangat saat Microsoft mengumumkan kedatangan Forza Horizon 5 pada gelaran E3 2021 bulan Juni lalu. Setelahnya, hype untuk game ini terus terbangun dengan sendirinya dan semakin melonjak ketika berbagai media gaming mayoritas memberikan penilaian yang sangat positif terhadap game ini.
Lalu, apakah Forza Horizon 5 memang layak mendapatkan nilai sempurna 10/10, ataukah semua itu hanyalah penilaian “overrated” terhadap game ini? Berikut review-nya:
Grafis berumur yang tetap menakjubkan
Kami tidak akan menyangkal bahwa Forza Horizon 5 tetap menyajikan salah satu grafis terbaik yang pernah diusung oleh game balap atau video game secara keseluruhan. Mulai dari detail mobil hingga ke berbagai detail yang ada di lingkungannya ditampilkan dengan indah lewat pendekatan photorealistic. Namun harus diakui bagi mereka yang sebelumnya telah memainkan seri sebelumnya, grafis yang ditawarkan pada seri kelima ini bukanlah lompatan yang tinggi dari Forza Horizon 4 karena memang basisgame engine yang digunakan masih sama.
Meskipun begitu, hal ini bukan sesuatu yang buruk. Playground Games tetap memberikan improvisasi visual terutama untuk pencahayaan, efek-efek seperti asap yang keluar dari roda, hingga berbagai detail pemandangan yang jauh-jauh lebih bervariasi ketimbang latar Inggris di Forza Horizon 4. Hal tersebut semakin terasa menakjubkan karena sang developer dapat memberikan performa yang sangat optimal bagi Forza Horizon 5 meskipun dengan berbagai peningkatan yang dilakukan.
Meksiko yang eksotis dan menantang untuk dijelajahi
Salah satu nilai plus (atau bahkan sempurna) dari seri Forza Horizon adalah bagaimana Playground Games selalu membangun dunia open-world yang terus terasa unik dan fresh. Dan bila sebelumnya Playground Games telah melakukan tugas yang memukau dengan mengemas miniatur Inggris dan Skotlandia lewat Horizon 4, mereka meningkatkan standar mereka lewat Meksiko di Horizon 5 ini.
Memperluas mapnya hingga 50% memang memberikan kebebasan ekstra bagi Playground Games untuk menghadirkan beragam hal. Apalagi Meksiko memang menawarkan variasi lokasi dan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Mulai dari padang pasir, gunung berapi, hingga hutan tropis. Beragam pemandangan eksotis tersebut berhasil dihadirkan ke dalam dunia Forza Horizon 5 dengan realistis. Dunianya ditampilkan cukup padat dengan berbagai lokasi menarik yang akan membuat pengalaman mengemudi para pemain tidak akan membosankan. Namun ia juga tetap memberikan ruang bagi mereka yang ingin memacu kecepatan mobilnya hingga maksimal.
Improvisasi penting bagi para pecinta mobil
Selain improvisasi visual yang telah kami bahas sebelumnya, Forza Horizon 5 juga memberikan improvisasi pada salah satu aspek penting yang cukup dipermasalahkan di seri sebelumnya yaitu suara. Dengan koleksi mobil yang mencapai ratusan, memang cukup sulit bagi Playground Games membuat suara mobil yang akurat untuk satu per satu mobil. Namun, untungnya hal tersebut kini mendapat perhatian khusus dari sang pengembang sehingga suara mobil-mobil yang ada dalam game ini lebih realistis dan juga berbobot.
Ubahan lainnya yang tidak kalah penting adalah kemampuan untuk memodifikasi mobil baik untuk visual maupun mesin. Beberapa mobil kini memiliki modifikasi body kit dan juga aksesoris baru lain yang akan membuat setiap mobil tampak lebih menarik. Dari sisi mesin, para pemain kini juga dapat mendengarkan efek suara yang berubah karena modifikasi terhadap komponen mesin yang diganti. Hal ini menjadi sentuhan unik yang membuat Forza Horizon 5 ini dicintai.
Bersiap menjadi kolektor dan mencari mobil terbaik
Mobil tentunya menjadi nyawa utama bagi seri Forza Horizon dan Horizon 5 meneruskan hal tersebut dengan koleksi mobil yang semakin banyak. Microsoft menyebutkan bahwa ada lebih dari 500 mobil dalam Forza Horizon 5 ini yang terdiri dari beragam jenis mobil mulai klasik hingga yang paling baru. Koleksi yang masif tersebut memang menjadi salah satu kelebihan dari Forza Horizon ketimbang game balap yang lain. Setiap mobil juga memiliki feel berkendaranya masing-masing. Sehingga pemain nantinya akan melalui tahapan penyesuaian hingga pada akhirnya menjadikan satu atau beberapa mobil sebagai mobil favoritnya.
Forza Horizon 5 juga tetap mempertahankan beragam cara untuk mendapatkan mobil-mobil tersebut. Pemain dapat membelinya langsung lewat showroom dalam game-nya, atau mencari yang lebih murah lewat rumah lelang atau Auction House, hingga mencoba peruntungan untuk mendapatkan mobil-mobil berstatus khusus lewat wheelspin. Selain tiga cara utama tersebut, beberapa mobil juga akan didapatkan lewat balapan, menyelesaikan progres game, dan bahkan menemukan mobil pemberian pemain lain yang tersembunyi di seantero map.
Menyelami kultur balapan Meksiko yang tidak kalah eksotis
Seiring berkembangnya seri Forza Horizon, Playground Games memang terus menyuntikkan lebih banyak jenis balapan ke dalam game-nya. Hal tersebut dilakukan juga untuk mengakomodasi berbagai jenis mobil yang masuk ke dalam game-nya, sekaligus mengabulkan keinginan dari berbagai komunitas pecinta game balap mobil. Playground Games dengan cerdik mengintegrasikan berbagai tipe balapan tersebut ke dalam campaign-nya. Sehingga para pemain akan tetap menjajal berbagai tipe balapan tersebut untuk dapat melanjutkan game-nya.
Tercatat setidaknya ada 6 jenis balapan yang ada di dalam Forza Horizon 5 ini, antara lain road race, dirt race, cross country race, drag race, dan juga stunts. Setiap balapan akan membutuhkan mobil dan konfigurasinya masing-masing. Meskipun pemain sebenarnya dapat mengubah mobil apapun menjadi mobil untuk tipe balapan apapun.
Selain balapan, Forza Horizon 5 juga membawa berbagai aktivitas lain yang berhubungan dengan mobil seperti Horizon Arcade yang merupakan kumpulan mini games yang diadakan secara acak di map. Kemudian ada juga EventLab yang berisikan berbagai custom game yang dibuat oleh komunitas.
Kesimpulan
Forza Horizon 5 menjadi penyempurnaan Playground Games untuk membuat sebuah game balap open-world yang cocok bagi banyak orang. Dengan segala peningkatan yang dilakukan mulai dari sektor grafis, physics, hingga ke fitur-fitur baru, Forza Horizon 5 mencoba menjangkau lebih banyak gamer sebisa mungkin. Hal tersebut terbilang berhasil melihat bahwa game-nya kini telah menembus angka 6 juta pemain.
Dengan kebebasan yang diberikan ke pemain untuk mengatur hampir semua aspek mulai dari penampilan karakter, tampilan mobil, hingga ke pengaturan balapan, pemain memang dapat mencari titik ternyaman untuk menikmati game ini sesuai preferensi masing-masing. Selain segudang konten yang akan memakan waktu lama untuk dinikmati satu-persatu ditambah dengan koleksi mobil yang masif, pemain juga bisa sekadar berjalan-jalan dengan mobil favoritnya menyusuri jalanan Meksiko yang penuh dengan pemandangan indah.
Pada akhirnya, Forza Horizon 5 memang dibuat sebagai sebuah taman bermain raksasa bagi para pecinta mobil ataupun yang baru pertama mencoba game balap. Tidak ada konsekuensi untuk memainkan game ini di level terendah, ataupun tidak mengikuti mode kompetitif online yang dimiliki. Karena pada dasarnya game ini memang dibuat gara gamer dapat bersenang-senang sendirian ataupun bersama-sama.
Details Forza Horizon 5
Platforms: Xbox Series X|S, Xbox One, dan Windows Price: US$59.99 (Xbox), Rp699 ribu (Steam) PC Recommended Specs:
Requires a 64-bit processor and operating system OS: Windows 10 version 15063.0 or higher Processor: Intel i5-8400 or AMD Ryzen 5 1500X Memory: 16 GB RAM Graphics: NVidia GTX 1070 OR AMD RX 590 DirectX: Version 12 Network: Broadband Internet connection Storage: 110 GB available space
Call of Duty: Vanguard merupakan game terbaru untuk seri Call of Duty, yang dirilis pada 5 November 2021. Seri ini merupakan seri ke-18 dan mengangkat tema perang dunia kedua.
Setelah beberapa hari dirilis, beberapa media telah mengeluarkan pendapat mereka mencoba Call of Duty: Vanguard, baik kesan positif maupun catatan di beberapa aspek. Game ini mampu menyeimbangkan keakuratan sejarah dengan penggunaan narasi fiksi yang kuat.
Alur cerita kuat yang mampu mengenalkan beragam karakter dengan apik
Seperti game Call of Duty yang lain, Call of Duty: Vanguard memiliki mode single-player dan multiplayer. Pada mode single-player-nya, pemain akan bermain di tahun 1945, tepatnya saat penghujung perang dunia kedua. Di sini pemain akan bertemu dengan empat tokoh yang nantinya dapat dimainkan. Tokoh-tokoh tersebut memiliki beragam latar belakang, dengan negara asal, jenis kelamin, dan ras yang berbeda.
Nantinya, mereka berempat akan tertangkap saat menjalankan sebuah misi, dan akan bertemu dengan tokoh antagonis, yang bernama Hermann Wenzel Freisinger, seorang perwira Nazi yang arogan dan ambisius. Sembari keempat tentara tersebut diintrogasi, pemain akan diberikan flashback, mengenai latar belakang dan masa lalu mereka satu per satu. Di dalamnya, akan diceritakan kehebatan mereka untuk mendapatkan predikat Special Forces.
VentureBeat menceritakan bahwa cerita ini yang menjadi daya tarik bagi pemain untuk membangkitkan motivasi untuk bermain multiplayer. Hal tersebut merupakan sebuah tujuan yang bagus bagi sebuah campaign single-player.
Bahkan PCGamesN memberikan kredit kepada penulis cerita Call of Duty: Vanguard, karena mampu menggambarkan Nazi dengan perspektif yang berbeda.
Nazi di game biasanya dipotretkan sebagai sebuah kelompok angkuh yang senang menyiksa tahanan. Namun di game ini, Nazi dicitrakan sebagai orang-orang rasis yang menjijikkan. Hal tersebut sangat cocok, saat ditabrakkan dengan keempat tokoh sebelumnya, yang sangat beragam.
Bermain di beragam situasi dengan karakter berbeda-beda
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pemain akan berkesempatan untuk bermain dengan keempat tentara utama, yang tidak hanya memiliki perbedaan latar belakang, namun juga spesialisasi dan kemampuan khusus.
Selain itu melalui flashback masing-masing tokoh, pemain akan dibawa ke berbagai medan perang, dengan situasi yang berbeda, tanpa menarik plot cerita terlalu jauh. Hal tersebut memungkinkan pemain mencicipi sedikit suasana perang yang khusus, serta mencoba kemampuan masing-masing tokoh.
Walaupun masing-masing tokoh mendapatkan highlight yang merata, IGN, GameSpot, dan VentureBeat sepakat bahwa cerita Polina Petrova lah yang memberikan kesan paling kuat. Ia merupakan seorang perawat Rusia yang menjadi seorang penembak jitu. Sosoknya terinspirasi dari Lyudmila “Lady Death” Pavlichenko, seorang pahlawan dari Uni Soviet.
Menurut PCGamesN, misi yang diberikan pada Call of Duty: Vanguard merupakan yang terbaik untuk seri Call of Duty. Perjalanan pemain akan dibagi ke beberapa fase melalui berbagai medan pertempuran.
Namun demikian, VentureBeat memberikan sedikit catatan untuk mode flying-nya. Mereka menyatakan mengalami kendala saat menjalankan misi pesawat tempur. Masalah tersebut adalah mereka mendapatkan adanya delay saat menekan tombol dan aksi di layar, yang menyebabkan masalah sinkronisasi feeling bermain.
Mereka juga menyatakan bahwa mereka kesulitan untuk menjatuhkan pesawat tempur lawan, dikarenakan banyaknya getaran, yang menyebabkan susahnya mengarahkan target. Permasalahan tersebut mereka alami juga di PlayStation 5, meskipun dengan kondisi berbeda, seperti terjadinya banyak aksi di medan perang.
Visualisasi Nuansa Perang yang Mendetail
Sledgehammer, selaku Developer dari Call of Duty: Vanguard, memberikan usaha terbaik mereka, tak terkecuali di bagian grafisnya. Mereka mampu mendeskripsikan, bagaimana rasanya berada di posisi tentara yang ada di medan perang, khususnya perang dunia kedua.
VentureBeat menilai Call of Duty: Vanguard bak seorang sinematografer yang mendesain sebuah game. Detail yang diberikan sangat luar biasa. Pemain akan disuguhkan berbagai pemandangan dan efek ambiens kehidupan seperti sekumpulan burung yang terbang, menjadikan pengalaman bermain terasa lebih realistis.
IGN berpendapat bahwa facial animations di Call of Duty: Vanguard sangatlah mengesankan. Tidak banyak game yang dapat menyamai kualitas game ini, khususnya mengenai kualitas grafis setiap cutscene-nya. Selain grafis, IGN juga memuji sounddesign-nya juga.
Multiplayer seru, bermain dengan sesama player atau melawan Zombie
Call of Duty: Vanguard memberikan 20 map, dengan 16 total map multiplayer dan ditambah dengan beberapa mode unik, seperti mode Zombies dan Patrol Mode. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, campaign single-player-nya sangat menggugah semangat pemain untuk mencoba mode Multiplayernya.
Di mode Zombies. narasi yang dibawakan selaras dengan kelompok Nazi, yang identik dengan okultisme dan sering melakukan percobaan sadis. Atmosfer yang dibangun terasa menyeramkan, ditambah dengan suasana kota tua yang ditinggali banyak Zombie.
Bagi PCGamesN, mode Zombies sangatlah mengejutkan. Ia merasa bahwa mode tersebut cukup mengecoh, karena mudah di awal, namun tingkat kesulitannya dengan cepat meningkat. Di mode ini, pemain akan memulai misi di alun-alun Stalingrad, lalu pemain akan melewati beberapa portal untuk menumpas Zombie.
Penutup
Sebagai game Call of Duty, Call of Duty: Vanguard masih dapat dikatakan lumayan bagus. Game ini cocok bagi para penggemar serial Call of Duty yang sedang menanti kelanjutan dari Modern Warfare. Hal serupa diungkapkan oleh Wesley Yin-Poole dari Eurogamer. Ia berpendapat bahwa Vanguard merupakan game filler yang menyenangkan, namun kurang berkesan.
Seiring berjalannya waktu, game semakin punya banyak kompleks, mulai dari kualitas grafis, kompleksitas cerita, gameplay yang menarik, dlsb. Kendati demikian, kualitas sebuah game tidak melulu dinilai dari canggihnya spek yang ia gunakan.
Berikut ini adalah sejumlah judul game PC ringan yang telah Hybrid kumpulkan. Sebagai catatan, game-game yang dimasukkan mencakup game PC ringan online maupun offline, game PC ringan gratis maupun berbayar, dengan kisaran RAM antara 2 GB hingga 4 GB.
Minecraft
Game pertama yang ada di list ini adalah Minecraft. Game yang dirilis pada tahun 2011 ini merupakan salah satu game yang peminatnya masih tinggi sampai saat ini. Di game ini, Anda dapat membangun apapun yang Anda mau.
Sebagai game sandbox, gameplay Minecraft tidak terlalu kompleks. Anda hanya perlu memahami kontrol dasar dan fungsi dari bermacam-macam alat dan material yang digunakan.
Game ini dapat dimainkan sendirian ataupun multiplayer. Untuk bermain Minecraft, Anda dapat melihatnya di sini. Anda juga dapat lihat cara bermain bersama teman-teman Anda di sini.
Grand Theft Auto: San Andreas (GTA SA) adalah salah satu game yang paling ikonik dan legendaris yang pernah ada. Game dengan plot gangster ala Amerika ini memiliki gameplay yang unik dan kompleks. GTA SA merupakan salah satu game yang menjadi pioner untuk game open world.
Di game ini, Anda akan berperan sebagai Carl Johnson (CJ) yang sedang berusaha mengambil kontrol atas konflik antar geng. Di sini, Anda dapat melakukan berbagai macam hal, mulai dari menjalankan misi ataupun sekadar berpetualang sebebas-bebasnya.
System Requirements:
CPU: 1Ghz Pentium III or AMD Athlon Processor.
Graphic Card: 64MB Graphic Card.
OS: Microsoft Windows 2000/XP.
RAM: 256MB.
Storage: 3,6GB.
Stardew Valley
Stardew Valley merupakan salah satu game indie, yang sangat populer hingga saat ini. Setiap bulannya, pemain Stardew Valley dapat mencapai 30 ribu pemain. Gameplay yang santai, fitur yang banyak, serta grafis yang unik, menjadi daya pikat dari game ini.
Jika Anda sedang mencari game PC ringan dan tertarik bermain farming simulator, maka Stardew Valley patut dicoba. Game ini menawarkan suasana yang mirip dengan Harvest Moon, Story of Seasons, atau Animal Crossing. Anda dapat melihat detail Stardew Valley di sini.
System Requirements:
CPU: 2 Ghz.
Graphic Card: 256 mb Graphic Card.
OS: Windows Vista/7/8/10.
RAM: 2 GB.
Storage: 500 MB.
VALORANT
VALORANT merupakan game yang saat ini sedang naik daun. Popularitasnya mulai menyaingi game-game FPS PC lain, seperti CS:GO, Apex Legends, Overwatch, dan kawan-kawannya. Grafis dan gameplay yang game ini tawarkan juga tidak kalah menarik dengan game-game dengan genre yang sama.
Game yang dirilis pada bulan Juni 2020 ini secara mengejutkan tidak menuntut spek PC yang terlalu tinggi. VALORANT merupakan game free-2-play alias gratis. Jika Anda tertarik, Anda bisa langsung cek langkah-langkahnya di sini.
Sebelum bermain VALORANT, Anda memerlukan sebuah Riot Account, yang bisa Anda buat di sini. Walaupun gratis, VALORANT menyediakan beragam jenis skin menarik yang dapat dibeli oleh pemain. Simak caranya di sini.
System Requirements:
CPU: Intel i3-370M.
Graphic Card: Intel HD 3000.
OS: Windows 7/8/10 64-bit.
RAM: 4 GB.
Storage: 4-5 GB.
Yu-Gi-Oh! Duel Links
Yu-Gi-Oh! merupakan salah satu permainan kartu yang pernah meledak di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Sebelum era digital seperti sekarang ini, dulu untuk bermain saja, pemain harus memiliki sejumlah kartu dan juga lawan main. Selain Yu-Gi-Oh! Duel Links, game yang memiliki gameplay serupa adalah Hearthstone, Magic: The Gathering, Gwent, Shadowverse, dll. Kemungkinan besar game-game kartu lainnya juga akan membutuhkan spesifikasi yang tidak terlalu berat.
Walaupun permainan kartu fisik sudah mulai ditinggalkan, namun Konami berhasil membangkitkan kembali permainan kartu ini di versi digitalnya. Game ini dapat dimainkan di HP dan juga PC via Steam. Game ini gratis, namun Anda dapat membeli kartu untuk memperkuat Deck Anda dengan melakukan top-up.
System Requirements:
CPU: Intel Core i3-3210.
Graphic Card: Intel(R) HD Graphics 4000.
OS: Windows 10 Home 64bit.
RAM: 4 GB RAM.
Storage: 5 GB.
Dragon Age: Origins
Rekomendasi selanjutnya adalah Dragon Age: Origins, game RPG yang dirilis pada tahun 2009. Walaupun berusia lebih dari satu dekade, game ini masih layak dimainkan. Gameplay yang kompleks digabungkan dengan cerita yang dalam, menjadi daya pikat tersendiri bagi game ini.
Seperti kebanyakan game RPG lain, pemain diberi kebebasan memilih gender dan ras dari beberapa pilihan. Nantinya alur ceritanya dan dialog yang dihasilkan akan mengikuti hasil dari pembuatan karakter, sehingga menyebabkan cerita yang bervariasi. Pertarungan di game ini juga mengambil sistem real-time with pause. Jika Anda tertarik, Anda dapat melihat detailnya di Steam.
Jika Anda suka dengan game petualangan, Anda mungkin pernah mendengar game Far Cry. Serial ini terkenal dengan gameplay yang seru dan cerita yang bagus, dengan tokoh antagonis yang ikonik di setiap serinya. Buat Anda yang masih kesulitan meng-upgrade kartu grafis untuk memainkan Far Cry 6 yang terakhir dirilis, Anda bisa memainkan game Far Cry yang lebih lawas.
Game single player ini mengkondisikan pemain untuk bertahan hidup di sebuah pulau tropis. Pemain akan mengungkap cerita di balik peristiwa yang ada di pulau tersebut.
Far Cry 3 merupakan salah satu game yang dianggap ikonik, bahkan saat dibandingkan dengan judul Far Cry yang lain. Jika spek PC Anda cukup untuk bermain Far Cry 3, maka otomatis Anda dapat memainkan Far Cry 2, yang tidak kalah menarik.
Game yang dirilis pada tahun 2018 ini menjadi salah satu game ringan yang sangat layak untuk dimainkan. Game ini memiliki genre cRPG (Classic RPG), sebuah variasi dari RPG yang lebih mengedepankan mekanik pertarungan serta cerita dan dialog yang bercabang. Contoh game cRPG lain adalah Divinity: Original Sin dan Baldur’s Gate. Genre cRPG juga biasanya cocok dimainkan di PC kelas kentang.
Genre tersebut sedikit berbeda dengan sebagian besar action RPG, yang berfokus pada equipment, leveling dan pertarungan real-time, seperti Diablo, Torchlight, Path of Exile, Borderlands, dan Dark Souls.
Game-game tersebut cenderung lebih populer, karena sistem pertarungan yang straight-forward, dibandingkan cRPG yang pasarnya lebih niche. Jika Anda tertarik, Anda dapat melihat info lebih detailnya di sini.
Serial Need For Speed merupakan serial yang sudah tidak usah diragukan lagi, apabila Anda menyukai game balap mobil. Untuk rekomendasi game PC ringan, Anda dapat bermain Need For Speed: Underground 2 dan Need For Speed: Most Wanted (2005).
Walaupun keduanya sama-sama game balap mobil, terdapat perbedaan mendasar di gameplay-nya. Jika Anda suka mengkostumisasi mobil Anda dengan leluasa, maka NFS: Underground 2 mungkin lebih cocok buat Anda. Namun jika Anda lebih suka balapan dengan berbagai gimmick, seperti fitur slow motion, kejar-kejaran dengan mobil polisi, sampai dikejar helikopter, maka NFS: Most Wanted (2005) bakal cocok buat Anda.
Jika spek PC Anda bisa bermain NFS: Most Wanted, maka otomatis Anda dapat bermain NFS: Underground 2.
System Requirements Need For Speed: Most Wanted (2005):
Sekilas Bioshock Infinite memiliki grafis yang relatif bagus. Namun ternyata game ini tidak mengharuskan pemain untuk memiliki PC dengan spek canggih. Sedikit berbeda dengan Far Cry, Bioshock memiliki cerita dan suasana yang cukup dark dan kelam.
Walaupun sama-sama game action, namun Bioshock Infinite menggabungkan unsur teknologi dengan sihir, dengan kombinasi skill yang bervariasi. Jika Anda tertarik, Anda dapat melihat detail lebih lanjut di sini.
Graphic Card: DirectX10 Compatible ATI Radeon HD 3870 / NVIDIA 8800 GT / Intel HD 3000 Integrated Graphics.
OS: Windows Vista.
RAM: 2 GB.
Storage: 20 GB.
Dreadout
Game terakhir yang direkomendasikan adalah Dreadout. Bagi Anda yang doyan dengan game Horror, Dreadout patut Anda coba. Apalagi game ini tidak membutuhkan spek yang terlalu tinggi.
Karena mengambil setting di Tanah Air, Dreadout akan memberikan pengalaman menakutkan yang otentik, dengan hantu-hantu lokal. Game ini sudah pasti akan sangat berbeda dengan game horror lain, seperti Amnesia atau Outlast, yang bertempat di negara barat. Anda bisa melihat detailnya di sini.
Graphic Card: NVIDIA GeForce 8800GT or AMD Radeon HD 3830 or Intel HD Graphics 4000, 512 MB VRAM.
OS: Windows 7 / 8.
RAM: 4 GB.
Storage: 5 GB.
Penutup
Jadi untuk bermain game yang bagus, terkadang pemain tidak harus menyiapkan spesifikasi tertentu. Ternyata ada banyak game di luar sana, yang bagus untuk dimainkan sampai saat ini, baik game baru maupun lama.