Category Archives: Mobile

Perkembangan terkini perangkat mobile serta aplikasi di dalamnya

WhatsApp for Desktop Versi Beta untuk Windows Telah Tersedia, Apa yang Beda dari WhatsApp Web?

Untuk dapat mengirim dan menerima pesan WhatsApp langsung dari komputer, biasanya kita akan mengandalkan WhatsApp Web. Layanan ini diluncurkan pada tahun 2015, dengannya kita dapat mengakses WhatsApp dari browser, baik itu Microsoft Edge, Google Chrome, ataupun Mozilla Firefox dari laptop maupun desktop.

Kini akhirnya WhatsApp memberikan solusi baru, belum lama ini mereka sedang mengembangkan aplikasi WhatsApp for Desktop berbasis Windows. Sekarang versi beta-nya sudah dapat Anda unduh di toko aplikasi Microsoft Store.

Setelah menginstalnya, berikutnya kita tetap harus menghubungkannya dengan aplikasi WhatsApp di smartphone. Caranya sebagai berikut:

  • Buka aplikasi WhatsApp di smartphone Android dan pilih ikon tiga titik yang terletak di pojok kanan atas.
  • Kemudian pilih menu Linked devices dan klik opsi Link a device.
  • Berikutnya WhatsApp akan meminta autentikasi dan memverifikasi menggunakan data biometrik seperti sensor sidik jari pengguna.
  • Langkah terakhir, arahkan scan QR code di smartphone ke QR code yang terpampang di aplikasi WhatsApp for Desktop.

WhatsApp for Desktop ini dibuat berdasarkan pada Universal Windows Platform (UWP) dan notifikasi akan berfungsi bahkan jika aplikasi ditutup. Lalu, apa yang berbeda dari WhatsApp Web?

Dari segi tampilan keduanya cukup identik, di sebelah kiri ada kumpulan obrolan dan preview besar di sebelah kanannya. Selain itu, kita bisa memulai obrolan baru, membuat grup, dan memberi bintang pesan penting.

Nah yang berbeda ialah sekarang Anda dapat melakukan panggilan suara dan video ke seseorang langsung dari komputer. Namun saat ini masih belum mendukung panggilan dalam grup. Karena sekarang masih versi beta, semoga ke depannya bakal lebih banyak lagi fitur yang dibenamkan ke WhatsApp for Desktop.

Sumber: GSMArena

IMAX-Enhanced-1

Disney+ Hadirkan Aspek Rasio IMAX Enhanced 1.90:1, Ini Keunggulannya

Nonton film merupakan salah satu hiburan yang ampuh untuk mengusir kejenuhan. Tak melulu harus pergi ke bioskop, berbagai film baru dan acara TV series dapat diakses dengan mudah lewat smartphone atau smart TV di rumah.

Paket langganan bulanannya terjangkau dan Anda bisa nonton sepuasnya di sela-sela aktivitas harian. Meski harus diakui bahwa pengalaman menonton film terbaik mungkin dengan pergi ke bioskop.

Baru-baru ini, salah satu layanan streaming film Disney+ mengumumkan akan menghadirkan IMAX Expanded Aspect Ratio. Sebagai permulaan, total ada 13 film MCU yang akan ditingkatkan ke IMAX Enhanced pada 12 November, termasuk Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings yang akan tayang perdanan di Disney+ pada hari tersebut.

Apa keunggulan format aspek rasio IMAX Enhanced? Sebagian besar film Marvel umumnya disajikan dalam aspek rasio 2.39:1 yang sangat lebar, yang mana bila ditampilkan di layar smartphone dan televisi maka muncul bar hitam di atas dan bawah layar.

Di sisi lain, IMAX secara tradisional menggunakan format 1.43:1 yang juga terlalu tinggi. IMAX Enhanced dengan aspek rasio 1.90:1 lebih optimal di layar smartphone dan televisi dengan rasio 16:9.

Idenya adalah dengan IMAX Enhanced, Anda dapat menonton film seperti yang dimaksudkan oleh director dan cinematographer kepada penonton di bioskop IMAX. Dari segi audio, kedepannya IMAX Enhanced juga bakal didukung DTS surround sound.

Film yang didukung akan diberi label IMAX Enhanced pada deskipsi film di Disney+. Daftarnya sebagai berikut:

  • Ant-Man and The Wasp
  • Avengers: Endgame
  • Avengers: Infinity War
  • Black Panther
  • Black Widow
  • Captain America: Civil War
  • Captain Marvel
  • Doctor Strange
  • Guardians of the Galaxy
  • Guardians of the Galaxy Vol. 2
  • Iron Man
  • Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings
  • Thor: Ragnarok

Sumber: TheVerge

Sony Xperia Pro-I Diungkap, Unggulkan Kamera dengan Sensor 1 Inci dan Lensa Variable Aperture

Sony punya smartphone flagship baru. Namanya Xperia Pro-I, dan ini merupakan ponsel pertama Sony yang dibekali sensor kamera berukuran 1 inci.

Smartphone dengan sensor kamera sebesar itu sebenarnya bukanlah hal baru. Panasonic bahkan sudah pernah menciptakannya di tahun 2014, dan Mei lalu Sharp juga menyingkap ponsel dengan konsep serupa. Terlepas dari itu, Xperia Pro-I tetap mengundang perhatian karena Sony memang punya lini kamera saku populer RX100 yang selalu mengandalkan sensor 1 inci.

Satu hal yang agak disayangkan adalah, Xperia Pro-I pada praktiknya tidak bisa memanfaatkan seluruh penampang sensor tersebut akibat keterbatasan ruang di antaranya dan lensa. Alhasil, resolusi foto yang dapat dihasilkan cuma 12 megapiksel, bukan 20 megapiksel seperti pada kamera RX100 VII. Ukuran piksel individualnya sendiri berada di angka 2,4 µm, sekitar 20% lebih besar daripada milik kamera utama iPhone 13 Pro dan 13 Pro Max.

Sensor tersebut ditandemkan dengan lensa Zeiss 24mm f/2.0-4.0. Ya, kamera utama Xperia Pro-I punya aperture yang bisa diubah-ubah secara fisik, mirip seperti yang ditawarkan oleh Samsung Galaxy S9 tiga tahun lalu.

Bukan cuma bersensor besar, kamera utama Xperia Pro-I juga istimewa karena dibekali 315 titik phase-detect autofocus (PDAF) yang tersebar di 90% permukaan sensor. Ini memungkinkan perangkat untuk menawarkan fitur real-time eye autofocus, baik pada subjek manusia ataupun hewan. Bukan cuma selagi memotret, fitur ini pun bisa diaktifkan saat sedang merekam video.

Bicara soal video, Xperia Pro-I sanggup merekam video dalam resolusi maksimum 4K 120 fps. Buat yang tertarik menggunakan kamera ini untuk vlogging, Sony juga akan menawarkan aksesori opsional berupa layar 3,5 inci yang dapat dipasangkan ke bagian belakang Xperia Pro-I (sehingga pengguna bisa vlogging memakai kamera belakang ketimbang depan).

Menemani kamera utamanya adalah kamera ultra-wide 12 megapiksel dengan lensa 16mm f/2.2 dan kamera telefoto 12 megapiksel dengan lensa 50mm f/2.4. Xperia Pro-I turut mengemas sensor 3D iTOF untuk membantu meningkatkan akurasi sistem autofocus-nya, dan Sony pun tak lupa membekalinya dengan tombol shutter fisik yang dapat ditekan separuh untuk mengunci fokus.

Selebihnya, Xperia Pro-I tidak jauh berbeda dari Xperia I III yang diluncurkan April lalu. Perangkat mengemas layar OLED 6,5 inci dengan resolusi 4K dan refresh rate 120 Hz, chipset Snapdragon 888, RAM 12 GB, storage 512 GB (plus slot microSD), dan baterai 4.500 mAh yang mendukung fast charging 30 W.

Semuanya dikemas dalam bodi tahan air (IP65/68) setebal 8,9 mm saja. Sesuai tebakan, harganya jauh dari kata murah. Di Amerika Serikat, Sony Xperia Pro-I akan dijual seharga $1.800, atau kurang lebih sekitar 25,5 juta rupiah.

Sumber: GSM Arena.

EpocCam

EpocCam yang Mengubah iPhone Menjadi Webcam Mendapatkan Filter AR Snap Lens Ala Snapchat

EpocCam adalah aplikasi dari Elgato yang memungkinkan menjadikan iPhone sebagai webcam untuk PC atau laptop berbasis Windows 10 dan macOS. Setelah driver EpocCam terinstal di komputer, iPhone yang dihubungkan akan terdeteksi sebagai webcam pada aplikasi seperti Zoom, Microsoft Teams, OBS Studio, dan sebagainya.

Kini Corsair selaku perusahaan induk Elgato telah mengumumkan kemitraannya dengan Snap. Mereka memperbarui EpocCam dengan dukungan native untuk filter augmented reality Snap Lens seperti yang terdapat di aplikasi Snapchat.

Total ada 15 filter Snap Lens baru di EpocCam yang mencakup virtual background, virtual mask, serta customizable filter dan akan terus bertambah kedepannya. Untuk content creation, filter Snap Lens tentunya sangat menyenangkan digunakan untuk mengekspresikan diri dengan cara yang kreatif, tetapi mungkin kurang cocok digunakan saat rapat bisnis.

EpocCam sendiri tersedia dalam dua versi, gratis dengan fitur terbatas dan berbayar US$7.99 dengan fitur lengkap yang mendukung conference call dan live streaming hingga 1080p HDR. Dengan bantuan Stream Deck, pengguna dapat menggunakan kamera iPhone sebagai solusi multi kamera – sangat ideal untuk content creation, online teaching, dan sebagainya.

Untuk mengubah iPhone menjadi webcam sangat mudah, install aplikasi EpocCam di iPhone atau iPad. Kemudian install driver EpocCom di komputer Windows 10 atau MacOS, hubungkan perangkat lewat kabel data atau WiFi, dan iPhone akan terdeteksi sebagai webcam pada aplikasi video call.

Sumber: TheVerge

Samsung Galaxy M52 5G Resmi Dirilis, Unggulkan Snapdragon 778G dan Layar 120 Hz di Harga 5 Jutaan

Baru pertengahan September lalu, Samsung memperkenalkan Galaxy A52s 5G untuk segmen kelas menengah atas. Sekarang, Samsung malah tancap gas lebih dalam lagi dan menyingkap ponsel 5G baru lagi, yakni Galaxy M52 5G.

Penamaan kedua perangkat ini boleh mirip, bahkan desain dan spesifikasinya sepintas juga terdengar tidak terlalu berbeda jauh. Meski begitu, keduanya punya target pasar yang berbeda. Selisih harganya pun cukup lumayan; A52s dibanderol Rp6.499.000, sementara M52 dihargai Rp5.399.000 tanpa promo.

Dari segi performa, kedua ponsel ini bisa dibilang sama persis. Seperti A52s, M52 turut ditenagai chipset Snapdragon 778G serta RAM 8 GB. Fitur ekspansi RAM virtual juga didukung, maksimum hingga 4 GB. Bedanya, M52 dibekali storage internal sebesar 128 GB, sedangkan A52s datang membawa kapasitas 256 GB. Keduanya sama-sama punya slot kartu microSD sekaligus NFC.

Untuk layarnya, M52 menggunakan panel Super AMOLED 6,7 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 120 Hz. Mirip, tapi ukurannya 0,2 inci lebih besar daripada milik A52s 5G. Bagian tengah atasnya juga dihuni oleh kamera selfie 32 megapiksel.

Masih seputar layar, ada satu perbedaan signifikan yang tidak kelihatan secara kasat mata: A52s punya sensor sidik jari di balik layarnya, sementara M52 tidak. Di M52, sensor sidik jarinya bisa kita temukan pada tombol power-nya di sebelah kanan.

Beralih ke belakang, kita bisa menjumpai tiga kamera pada M52: kamera utama 64 megapiksel f/1.8, kamera ultra-wide 12 megapiksel f/2.2, dan kamera makro 5 megapiksel f/2.4. Sebagai perbandingan, A52s punya konfigurasi kamera yang sama, tapi ditambah kamera depth 5 megapiksel beserta optical image stabilization (OIS). M52 di sisi lain tidak punya OIS.

Satu kelebihan M52 yang bisa dibanggakan dari saudaranya adalah perihal baterai. M52 mengemas baterai berkapasitas 5.000 mAh, alias 500 mAh lebih besar daripada milik A52s. Charging-nya pun sama-sama cepat dengan dukungan output maksimum sebesar 25 W.

Istimewanya, meski baterainya lebih besar, bodi M52 justru lebih tipis di angka 7,4 mm. Bobotnya pun tergolong ringan di 173 gram. Meski begitu, M52 tidak punya sertifikasi ketahanan air dan debu IP67 seperti A52s. Untuk pilihan warnanya, M52 tersedia dalam warna hitam, putih, dan biru.

Terkait kapabilitas 5G-nya, Ilham Indrawan selaku Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia menjelaskan bahwa secara hardware, M52 sudah sepenuhnya siap. Namun untuk aktivasinya, konsumen harus menunggu pembaruan software (yang akan dirilis ketika dukungan dari operator sudah resmi tersedia).

Kehadiran Galaxy M52 5G semakin melengkapi portofolio smartphone 5G Samsung di luar lini flagship-nya, yang sejauh ini mencakup — urut dari yang paling murah — A22 5G, A32 5G, M52 5G, dan A52s 5G. Menurut Ilham, dari total smartphone yang Samsung jual selama kuartal kedua 2021 kemarin, 16%-nya merupakan smartphone 5G, naik signifikan dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.

Bagi yang tertarik meminang Samsung Galaxy M52 5G, saat ini sedang digelar promo flash sale dengan potongan harga sebesar 400 ribu, yang berarti perangkat hanya perlu ditebus seharga Rp4.999.000 saja. Promo ini berlaku sampai dengan 31 Oktober 2021 di Samsung.com/id, Blibli, Eraspace, Lazada, Shopee, dan Tokopedia.

8 Smartphone dengan Kecepatan Charging Paling Ngebut yang Bisa Dibeli di Indonesia

Di rentang harga berapapun, baterai yang awet selalu menjadi nilai plus untuk sebuah smartphone. Produsen punya sejumlah trik untuk mewujudkannya; mulai dari menggunakan prosesor yang lebih efisien, sampai menambah ketebalan bodi ponsel agar bisa memuat modul baterai yang lebih besar, seperti yang dilakukan Apple baru-baru ini.

Trik lain yang tidak punya dampak langsung tapi cukup efektif adalah menambah kecepatan charging baterainya. Semakin cepat, berarti semakin singkat waktu charging yang dibutuhkan. Semakin singkat waktu pengisiannya, maka semakin lama waktu penggunaan yang bisa didapat konsumen setiap harinya.

Sebelum ini, dukungan fast charging yang amat cepat merupakan kemewahan yang bisa didapat di smartphone kelas flagship saja. Namun itu tak lagi berlaku di tahun 2021, sebab beberapa ponsel kelas menengah pun kini sudah dibekali teknologi pengisian daya cepat yang sama kencangnya dengan ponsel flagship.

Berikut ini adalah 8 smartphone dengan kecepatan charging paling ngebut yang sudah bisa dibeli secara resmi di Indonesia. Beberapa di antaranya duduk di kelas flagship, dan beberapa merupakan smartphone gaming. Namun seperti yang saya bilang, pemain di kelas menengah pun juga ikut unjuk gigi tahun ini.

1. OPPO Find X3 Pro

OPPO merupakan salah satu pelopor tren fast charging, dan lini flagship mereka tidak pernah melewatkan fitur ini. Find X3 Pro hadir membawa baterai 4.500 mAh dengan dukungan fast charging 65 W (SuperVOOC 2.0). OPPO mengklaim bahwa untuk mengisi baterainya dari kosong hingga benar-benar penuh, pengguna hanya perlu waktu 38 menit saja.

Spesifikasinya adalah yang terbaik yang bisa didapat dari OPPO saat ini: Snapdragon 888, RAM 12 GB, storage 256 GB, serta layar OLED 6,7 inci QHD+ dengan refresh rate maksimum 120 Hz. Find X3 Pro mengemas kamera selfie 32 megapiksel dan empat kamera belakang: kamera utama dan ultra-wide 50 megapiksel (Sony IMX766), kamera telefoto 13 megapiksel dengan 5x hybrid zoom, dan kamera microlens 3 megapiksel.

Harganya? Rp15.999.000.

Link pembelian: OPPO Find X3 Pro

2. OPPO Reno6 5G

Find X3 Pro terlalu mahal? Dengan modal Rp7.999.000, alias setengahnya, Anda bisa melirik Reno6 5G yang dibekali baterai 4.300 mAh dan dukungan fast charging 65 W yang sama persis. Berhubung kapasitas baterainya lebih kecil, otomatis waktu charging-nya lebih singkat: 0-100% dalam waktu 28 menit saja.

Perangkat mengemas layar AMOLED 6,4 inci FHD+ 90 Hz, serta ditenagai chipset MediaTek Dimensity 900, RAM 8 GB, dan penyimpanan 128 GB. Konfigurasi kameranya mencakup kamera utama 64 megapiksel, kamera ultra-wide 8 megapiksel, kamera makro 2 megapiksel, dan kamera depan 32 megapiksel.

Link pembelian: OPPO Reno6 5G

3. Xiaomi Mi 11 Ultra

Flagship lain dengan kecepatan charging di atas rata-rata datang dari kubu Xiaomi, yakni Mi 11 Ultra yang mengusung baterai 5.000 mAh dan dukungan fast charging 67 W. Klaimnya, pengisian 0-100% di ponsel ini bisa selesai dalam waktu 36 menit.

Dengan banderol Rp16.999.000, spesifikasinya jelas tidak main-main: Snapdragon 888, RAM 12 GB, storage 256 GB, dan layar AMOLED 6,81 inci QHD+ dengan refresh rate maksimum 120 Hz. Pada tonjolan berukuran jumbo di belakangnya, tertanam kamera utama 50 megapiksel (ISOCELL GN2), kamera ultra-wide 48 megapiksel (Sony IMX586), dan kamera periskop 48 megapiksel dengan 10x hybrid zoom. Untuk swafoto, Mi 11 Ultra mengandalkan kamera 20 megapiksel.

Link pembelian: Xiaomi Mi 11 Ultra

4. Poco X3 GT

Seperti Mi 11 Ultra, Poco X3 GT turut dibekali baterai 5.000 mAh dengan kecepatan charging 67 W, tapi harganya cuma Rp4.399.000 untuk varian 128 GB, atau Rp4.799.000 untuk varian 256 GB. Menurut Xiaomi, pengguna ponsel ini hanya perlu waktu tidak lebih dari 42 menit untuk mengisi baterainya dari kosong sampai penuh.

Spesifikasi ponsel ini sangatlah mumpuni, utamanya berkat chipset Dimensity 1100 dan RAM 8 GB. Layarnya merupakan panel IPS 6,6 inci FHD+ dengan refresh rate 120 Hz. Lalu untuk kameranya, X3 GT mengandalkan kamera utama 64 megapiksel, kamera ultra-wide 8 megapiksel, kamera makro 2 megapiksel, dan kamera selfie 16 megapiksel.

Buat yang penasaran dengan ulasan lengkapnya, silakan kunjungi tautan ini.

Link pembelian: Poco X3 GT

5. Realme GT Master Edition

Di kisaran harga yang hampir sama dengan Poco, ada Realme GT Master Edition yang dijual seharga Rp4.999.000 untuk varian 128 GB, atau Rp5.299.000 untuk varian 256 GB. Namun meski duduk di kelas menengah, kecepatan charging baterai 4.300 mAh-nya tetap ngebut di angka 65 W. Untuk mengisi dari 0-100%, pengguna ponsel ini cuma perlu meluangkan waktu 33 menit saja.

Spesifikasinya pun cukup menggiurkan: Snapdragon 778G, RAM 8 GB, dan layar AMOLED 6,43 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 120 Hz. Sistem kameranya terdiri dari kamera utama 64 megapiksel, kamera ultra-wide 8 megapiksel, kamera makro 2 megapiksel, dan kamera depan 32 megapiksel.

Kalau Anda tertarik menggunakan ponsel ini untuk gaming, Anda bisa baca dulu review dari tim Hybrid.co.id.

Link pembelian: Realme GT Master Edition

6. Asus ROG Phone 5

Bicara soal gaming, saatnya kita masuk ke kategori yang lebih spesifik, yaitu smartphone gaming. Opsinya dimulai dari ROG Phone 5, yang datang membawa baterai 6.000 mAh dan dukungan fast charging 65 W. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengisi baterai berkapasitas masif tersebut? Sekitar 1 jam kalau menurut hasil pengujian kami sendiri.

Sebagai ponsel gaming dengan harga Rp9.999.000, spesifikasinya tergolong mengesankan: Snapdragon 888, RAM 8 GB, penyimpanan 128 GB, dan layar AMOLED 6,78 inci FHD+ dengan refresh rate 144 Hz. Ia dibekali kamera utama 64 megapiksel (Sony IMX686), kamera ultra-wide 13 megapiksel, kamera makro 2 megapiksel, dan kamera depan 24 megapiksel.

Link pembelian: Asus ROG Phone 5

7. Black Shark 4

Masih di ranah gaming, alternatif lainnya adalah Black Shark 4. Ponsel ini mengemas baterai 4.500 mAh, dan secara teori mendukung kecepatan charging 120 W. Meski begitu, yang disertakan dalam paket penjualannya adalah charger 67 W — ini sebenarnya sudah sangat ngebut karena diklaim mampu mengisi dari 0-100% dalam waktu sekitar 25 menit saja.

Spesifikasinya meliputi chipset Snapdragon 870, RAM 8 GB, penyimpanan 128 GB, dan layar AMOLED 6,67 inci FHD+ 144 Hz. Tipikal ponsel gaming, kameranya bisa dibilang ala kadarnya, dengan kamera utama 48 megapiksel, kamera ultra-wide 8 megapiksel, kamera makro 5 megapiksel, dan kamera depan 20 megapiksel. Black Shark 4 saat ini bisa dibeli seharga Rp8.159.000.

Link pembelian: Black Shark 4

8. Red Magic 6

Terakhir, ada Red Magic 6 yang membawa baterai 5.050 mAh dan kecepatan charging 66 W. Sayang, yang tersedia dalam boksnya adalah charger 30 W. Jadi kalau ingin menikmati performa charging maksimalnya, konsumen harus menyediakan modal ekstra sebesar Rp499.000.

Ponselnya sendiri dihargai Rp9.499.000. Spesifikasinya di atas kertas amat mengesankan: Snapdragon 888, RAM 12 GB, storage 128 GB, dan layar AMOLED 6,8 inci FHD+ dengan refresh rate 165 Hz. Untuk kameranya, Red Magic 6 dibekali kamera utama 64 megapiksel, kamera ultra-wide 8 megapiksel, kamera makro 2 megapiksel, dan kamera selfie 8 megapiksel.

Link pembelian: Red Magic 6

Gambar header: Onur Binay via Unsplash.

Apple Ungkap Seri iPhone 13 dan iPhone 13 Pro, Semuanya Kini dengan Poni Lebih Kecil

Triskaidekafobia. Itulah nama fobia terhadap angka 13, angka yang sering kali dianggap sebagai pembawa sial. Namun tidak untuk Apple. Perusahaan yang bermarkas di California itu justru percaya angka 13 bisa mendatangkan keuntungan besar buat mereka. Apa lagi kalau bukan melalui produk terlarisnya: iPhone.

Lewat sebuah acara virtual, Apple secara resmi memperkenalkan smartphone generasi terbarunya, iPhone 13. Seperti tahun lalu, generasi ini juga terdiri dari empat model, yakni iPhone 13, iPhone 13 Mini, iPhone 13 Pro, dan iPhone 13 Pro Max.

Tanpa perlu berlama-lama, langsung saja kita bahas pembaruan-pembaruan yang dibawa kuartet iPhone 13 ini.

Poni menyusut dan layar 120 Hz pada lini Pro

Secara keseluruhan, desain seri iPhone 13 cukup identik dengan seri iPhone 12. Lini regulernya tetap menggunakan rangka aluminium, sementara lini Pro-nya mengusung rangka stainless steel. Sertifikasi ketahanan air dan debu IP68 pun juga tetap dipertahankan.

iPhone 13 dan iPhone 13 Mini hadir dalam lima pilihan warna: merah, putih, hitam, biru, dan pink. iPhone 13 Pro dan iPhone 13 Pro Max di sisi lain tampil dalam empat opsi warna: graphite, emas, silver, dan biru muda. Pada iPhone 13 dan iPhone 13 Mini, kita bisa melihat bahwa posisi salah satu kamera belakangnya sudah digeser sedikit sehingga membentuk garis diagonal.

Apakah seri iPhone 13 ini muat dalam case yang dibuat untuk seri iPhone 12? Saya kurang tahu, sebab ada perbedaan ketebalan di antara kedua seri: iPhone 12 punya bodi setebal 7,4 mm, sementara iPhone 13 setebal 7,65 mm. Di setiap model, bobotnya pun bertambah dibanding masing-masing pendahulunya.

Pembaruan yang paling signifikan justru bisa kita temukan pada layarnya. Sepintas mungkin tidak terlalu kentara, tapi ukuran poni kuartet iPhone 13 ini ternyata 20 persen lebih kecil ketimbang sebelum-sebelumnya. Meski poninya menyusut, Apple mengklaim ini tidak akan berpengaruh terhadap kinerja fitur Face ID.

Panel OLED-nya sendiri juga telah di-upgrade meski ukuran dan resolusinya sama persis seperti di seri iPhone 12. Pada iPhone 13 dan 13 Mini, layarnya diklaim mampu menyala 28 persen lebih terang daripada sebelumnya, dengan tingkat kecerahan maksimum sebesar 1.200 nit saat menampilkan konten HDR. Pada iPhone 13 Pro dan Pro Max, upgrade-nya malah lebih menggiurkan lagi, yakni refresh rate 120 Hz.

Ya, Apple memang sangat terlambat mengadopsi tren ini, tapi tentu lebih baik daripada tidak sama sekali. Apple juga tidak lupa membuat refresh rate layarnya jadi adaptif. Artinya, refresh rate layar iPhone 13 Pro dan Pro Max bisa berubah-ubah antara 10 Hz sampai 120 Hz tergantung jenis konten yang ditampilkan, serta berdasarkan seberapa cepat jari pengguna mengusap layar.

Ada perbedaan performa antara lini reguler dan lini Pro

Keempat model iPhone 13 ini sama-sama ditenagai oleh chipset A15 Bionic. Seperti sebelumnya, A15 masih dibuat dengan proses pabrikasi 5 nanometer, dan juga masih terdiri dari 6-core (2 high-performance core dan 4 high-efficiency core). Bedanya tentu ada di dongkrakan kinerja CPU sekaligus GPU, tidak ketinggalan pula peningkatan dari segi efisiensi daya.

Yang menarik untuk disoroti adalah, meski chipset yang digunakan sama, rupanya ada perbedaan performa di antara lini iPhone 13 reguler dan lini iPhone 13 Pro, tepatnya performa grafis. Jadi pada iPhone 13 dan 13 Mini, chipset-nya mengemas GPU 4-core, sementara pada iPhone 13 Pro dan Pro Max, chipset-nya mengemas GPU 5-core. Perbedaan satu inti GPU ini rupanya dapat diterjemahkan menjadi 20% selisih kinerja grafis.

Ini jelas berbeda dari tahun lalu, sebab semua model iPhone 12 benar-benar memiliki performa CPU dan GPU yang identik, dan yang berbeda hanyalah kapasitas RAM-nya. Pertanyaannya, kenapa kali ini performa GPU-nya harus dibedakan?

Kalau boleh menebak, mungkin karena dua faktor. Yang pertama berkaitan dengan layar 120 Hz milik lini Pro tadi, sedangkan faktor yang kedua menyangkut soal kapabilitas kamera, khususnya terkait kemampuan perekaman video (yang akan saya bahas lebih lanjut nanti).

Baterai lebih besar pada semua model

 

Seperti yang tadi saya singgung, seri iPhone 13 lebih tebal sekaligus lebih berat daripada seri iPhone 12. Bedanya mungkin tidak akan terlalu kentara, tapi yang pasti ini memungkinkan Apple untuk membenamkan baterai berkapasitas lebih besar pada masing-masing model iPhone 13.

Seperti biasa, Apple enggan merincikan kapasitasnya dalam satuan mAh. Mereka lebih memilih membandingkan daya tahan baterai seri iPhone 13 dengan pendahulunya. Untuk iPhone 13, Apple mengklaim ada penambahan daya tahan hingga 2,5 jam dibanding iPhone 12.

Untuk iPhone 13 Mini, penambahannya sekitar 1,5 jam. Kalau yang dimaksud adalah screen-on time, tentu ini merupakan berita yang sangat baik mengingat kelemahan utama iPhone 12 Mini memang adalah baterainya cepat habis. Lalu untuk iPhone 13 Pro dan Pro Max, masing-masing menawarkan daya tahan 1,5 jam dan 2,5 jam lebih lama ketimbang pendahulunya.

Untuk charging-nya, tidak ada yang berubah di sini. Keempat model iPhone 13 ini masih mendukung fast charging 20 W, MagSafe wireless charging 15 W, dan Qi wireless charging 7,5 W. Seperti sebelumnya, semua charger-nya tentu harus konsumen beli sendiri secara terpisah, sebab di dalam boksnya cuma ada kabel Lightning ke USB-C.

Upgrade besar-besaran di sektor kamera

Pembicaraan tentang iPhone baru tidak akan lengkap tanpa membahas mengenai kameranya. Apple tidak sebatas menggeser posisi kamera di iPhone 13 dan 13 Mini. Mereka rupanya juga merombak jeroannya secara drastis.

Meski resolusinya tetap 12 megapiksel, sensor yang digunakan semuanya baru, baik di kamera utama maupun ultra-wide. Sensor kamera utamanya kini memiliki ukuran piksel individual sebesar 1,7 µm. Dipadukan dengan lensa f/1.6, kamera utamanya ini mampu menangkap 47% lebih banyak cahaya.

Apple tidak lupa menyematkan Sensor-Shift OIS, teknologi penstabil gambar yang sebelumnya cuma tersedia di iPhone 12 Pro Max, pada kamera utama iPhone 13 dan 13 Mini. Lalu untuk perekaman video, baik kamera utama maupun kamera ultra-wide-nya sekarang sama-sama bisa dipakai merekam video Dolby Vision dalam resolusi 4K 60 fps. Tersedia pula fitur Cinematic Mode yang memungkinkan pengguna untuk menerapkan teknik rack focusing secara intuitif.

Beralih ke iPhone 13 Pro dan Pro Max, upgrade-nya malah lebih signifikan lagi. Kamera utamanya mengemas sensor 12 megapiksel yang berdimensi lebih besar, dengan ukuran piksel individual 1,9 µm, plus lensa f/1.5. Sensor-Shift OIS pun tentu juga tersedia di sini.

Tidak kalah menarik adalah kamera ultra-wide-nya, yang tak hanya menawarkan peningkatan kualitas gambar, melainkan juga bisa merangkap peran sebagai kamera makro, dengan jarak fokus paling dekat hingga 2 cm.

Untuk kamera telefotonya, baik iPhone 13 Pro dan 13 Pro Max kini sama-sama menawarkan 3x optical zoom. Pengguna sekarang juga bisa menandemkan kamera telefotonya dengan fitur Night Mode. Seperti sebelumnya, Apple tidak lupa melengkapi sistem kamera belakang lini Pro dengan LiDAR.

Dari sisi video, Cinematic Mode bukan satu-satunya pembaruan yang iPhone 13 Pro dan Pro Max tawarkan, sebab keduanya turut mendukung perekaman dalam format ProRes, format yang sudah lama dikenal kalangan videografer profesional berkat fleksibilitasnya di tahap pasca produksi.

ProRes adalah codec rancangan Apple sendiri. Sifatnya compressed, tapi tetap memberikan keleluasaan dalam menyunting. Apple bilang iPhone 13 Pro dan Pro Max bisa merekam dalam format ini di resolusi 4K 30 fps. Lucunya, khusus pada varian yang memiliki storage 128 GB, resolusi video ProRes-nya mentok di 1080p 30 fps. Mungkin karena video ProRes memang punya ukuran file yang cukup besar jika dibandingkan dengan format standar H.264.

Harga sama, penyimpanan lebih besar

 

Di Amerika Serikat, keempat model iPhone 13 ini bakal tersedia di pasaran mulai 24 September mendatang. Apple tetap mematok harga yang sama seperti sebelumnya: mulai $829 untuk iPhone 13, $729 untuk iPhone 13 Mini, $999 untuk iPhone 13 Pro, dan $1.099 untuk iPhone 13 Pro Max.

Kabar baiknya, khusus untuk iPhone 13 dan 13 Mini, harga terendahnya itu adalah untuk varian berkapasitas 128 GB, bukan lagi 64 GB seperti kasusnya pada iPhone 12 dan 12 Mini. Dua varian sisanya adalah 256 GB dan 512 GB.

Untuk iPhone 13 Pro dan 13 Pro Max, Apple menawarkan total empat varian kapasitas: 128 GB, 256 GB, 512 GB, dan 1 TB. Ya, Samsung sekarang bukan satu-satunya yang menawarkan smartphone dengan penyimpanan internal sebesar 1 terabyte.

Sejauh ini belum ada informasi terkait ketersediaannya di Indonesia. Namun seperti biasa, tentu banyak yang menebak bulan Desember kalau melihat riwayat generasi-generasi sebelumnya.

Sumber: Apple 1, 2.

Trio Infinix Zero X Diumumkan, Semuanya dengan Kamera Periskop dan Chipset Helio G95

Infinix mengumumkan seri smartphone baru, yakni seri Zero X yang ditujukan untuk pasar kelas menengah. Seri ini terdiri dari tiga model, yaitu Zero X, Zero X Pro, dan Zero X Neo. Yang cukup istimewa, ketiganya sama-sama mengunggulkan kamera periskop.

Keputusan ini terdengar agak mengejutkan mengingat kamera periskop biasanya dijadikan fitur unggulan pada model teratas di suatu seri smartphone. Di sini, semuanya sama-sama mengemas kamera periskop 8 megapiksel dengan 5x optical zoom, 60x hybrid zoom, dan juga optical image stabilization (OIS).

Yang membedakan di antara ketiganya adalah kamera utama masing-masing. Sebagai model teratas, Zero X Pro membawa kamera utama 108 megapiksel, lengkap dengan OIS. Di posisi tengah, Zero X hadir mengusung kamera utama 64 megapiksel, juga dengan OIS. Di posisi paling bawah, ada Zero X Neo yang memboyong kamera utama 48 megapiksel, tanpa OIS.

Melengkapi konfigurasi kamera di ketiga model Zero X ini adalah kamera ultra-wide 8 megapiksel yang juga bisa merangkap peran sebagai kamera makro, plus kamera 16 megapiksel model hole punch di depan.

Untuk urusan performa, konsumen bakal sulit menemukan perbedaan mengingat ketiga model sama-sama ditenagai oleh chipset MediaTek Helio G95 dan RAM 8 GB. Yang berbeda adalah seberapa responsif layar masing-masing perangkat.

Di Zero X dan Zero X Pro, pengguna bakal dimanjakan oleh layar AMOLED 6,67 inci dengan resolusi FHD+, refresh rate 120 Hz, dan touch sampling rate 240 Hz. Sementara itu, pengguna Zero X Neo harus puas dengan layar LCD 6,78 inci dengan resolusi FHD+, refresh rate 90 Hz, dan touch sampling rate 180 Hz.

Lucunya, chipset Helio G95 itu sebenarnya cuma sanggup mengakomodasi layar 1080p dengan refresh rate maksimum 90 Hz. Namun Infinix rupanya tidak kehabisan akal. Agar bisa menghadirkan refresh rate 120 Hz pada Zero X dan Zero X Pro, chipset tersebut mereka tandemkan dengan chipset lain besutan MediaTek yang secara khusus menangani kinerja komponen display.

Beralih ke baterai, Zero X dan Zero X Pro mengemas kapasitas 4.500 mAh, lengkap beserta dukungan fast charging 45 W. Untuk Zero X Neo, kapasitasnya memang lebih besar — 5.000 mAh — tapi dukungan fast charging-nya cuma 18 W.

Seri Infinix Zero X kabarnya akan tersedia di beberapa negara, termasuk halnya Indonesia, meski sejauh ini memang belum ada info tanggal peluncuran yang pasti. Harganya juga belum diketahui, namun laporan GSM Arena mengindikasikan harganya akan dimulai di kisaran $300, atau sekitar 4,3 jutaan rupiah.

Untuk varian storage-nya, Zero X Pro bakal hadir dalam varian berkapasitas 128 GB dan 256 GB, sementara Zero X dan Zero X Neo cuma dalam varian 128 GB.

Sumber: GSM Arena.

Samsung Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3 Resmi Tersedia di Indonesia, Laris Manis Selama Masa Pre-Order

Per tanggal artikel ini dipublikasikan (10 September 2021), duo ponsel foldable terbaru Samsung, Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3, akhirnya sudah tersedia secara resmi di pasar Indonesia. Keduanya tentu bukan barang murah; Z Fold3 ditawarkan dengan harga mulai Rp24.999.000, sementara Z Flip3 mulai Rp14.999.000. Namun ternyata, keduanya begitu laris dipesan oleh konsumen tanah air.

Dalam acara peluncuran resmi yang digelar secara online, Bernard Ang selaku Vice President Samsung Electronics Indonesia mengungkapkan bahwa jumlah pemesanan Z Fold3 dan Z Flip3 yang mereka terima selama masa pre-order mulai 11 Agustus lalu tercatat delapan kali lebih banyak daripada di generasi sebelumnya. Bayangkan saja, ponsel harganya 25 juta dan 15 juta, tapi laku keras bahkan sebelum stoknya tersedia.

Samsung memang tidak bilang, tapi saya cukup yakin salah satu alasan mengapa keduanya bisa laris adalah karena harganya memang lebih murah daripada generasi sebelumnya. Ini menarik karena dari sisi hardware, Z Fold3 dan Z Flip3 masih sepenuhnya merupakan barang impor. Keduanya memang tercatat memiliki TKDN sebesar 49%, tapi itu cuma dari sisi software.

Bernard Ang, Vice President Samsung Electronics Indonesia / Samsung

Masih opini saya pribadi, alasan lainnya mungkin juga karena pembaruan dari segi ketahanan fisik yang Samsung terapkan. Saya masih ingat ketika Z Fold generasi pertama dirilis, tidak sedikit pemberitaan mengenai bagaimana ponsel tersebut harus digunakan dengan ekstra hati-hati demi menghindari kerusakan.

Sekarang, Samsung justru tidak segan mempromosikan ketahanan fisik Z Fold3 dan Z Flip3. Di acara peluncurannya, Samsung bersama sejumlah aktor dan aktris yang diundang beberapa kali menyinggung soal rangka “Armor Aluminium” yang terdapat pada kedua ponsel. Keduanya pun sekarang tahan air dengan sertifikasi IPX8, dan Samsung tidak lupa menyelipkan sesi demonstrasi singkat yang mempertontonkan Z Fold3 dan Z Flip3 tengah ketumpahan air.

Sesi-sesi demonstrasi yang dilangsungkan Pevita Pearce, Reza Rahadian, Darius Sinathrya, dan Dian Sastrowardoyo ini menarik karena dikaitkan langsung dengan skenario penggunaan mereka sehari-harinya. Masing-masing kebagian jatah mencontohkan penggunaan fitur Flex Mode (layar perangkat hanya terbuka sebagian), baik untuk Z Fold3 ataupun Z Flip3.

Pevita mendemonstrasikan kegunaan fitur tersebut saat hendak membuat konten olahraga di rumah. Menggunakan Z Flip3, ia meletakkan ponselnya di lantai dalam posisi layarnya tertekuk separuh, lalu mulai merekam video selagi beraktivitas, tidak perlu bantuan tripod ataupun menyetel timer terlebih dulu.

Reza mendemonstrasikan kegunaan fitur ini untuk menelepon (video call) sembari membaca naskah. Jadi separuh layarnya menampilkan sesi video call, separuh sisanya (yang datar dengan meja) menampilkan naskah film yang hendak dijadikan proyek berikutnya.

Baik Pevita maupun Reza juga sempat memamerkan betapa ringkasnya Z Flip3. Pevita melipatnya lalu menyimpannya di dalam tas micro bag yang begitu mungil, sementara Reza dengan santai melipat dan menyelipkannya ke kantong kemeja.

Beralih ke Z Fold3, ada Darius yang mendemonstrasikan fitur Flex Mode untuk mendapatkan pengalaman ala laptop. Ponsel ia berdirikan di atas meja dengan layar tertekuk separuh (seperti sebuah buku), lalu ia mengetik menggunakan aksesori Multi Bluetooth Keyboard. “Lebih praktis daripada laptop,” katanya.

Selanjutnya, ada Dian yang mendemonstrasikan fitur ini di Z Fold3 untuk keperluan meeting. Jadi separuh layarnya menampilkan sesi video call, sedangkan separuh sisanya ia corat-coret menggunakan S Pen untuk bahan diskusi. Skenario-skenario penggunaan unik tapi relatable seperti inilah yang pada akhirnya memberi nilai jual tambah pada Z Fold3 dan Z Flip3.

Semua skenario di atas sebenarnya bisa saja kita jalani tanpa melibatkan perangkat foldable, tapi mungkin eksekusinya agak sedikit merepotkan. Z Fold3 dan Z Flip3 pada dasarnya ingin menyederhanakan prosesnya dengan memaksimalkan form factor unik masing-masing.

Berikutnya, saya akan membahas beberapa poin menarik yang saya tangkap dari acara peluncuran Z Fold3 dan Z Flip3. Yang pertama adalah penekanan terhadap kegunaan dari sisi multimedia untuk Z Fold3. Selama sesi demonstrasi dan sesi tanya-jawab, saya mencatat Dian Sastro menyinggung tentang speaker milik Z Fold3 sebanyak tiga kali. “Rasanya kayak benaran pakai sound system di TV,” tuturnya saat menjelaskan tentang fitur-fitur Z Fold3 yang paling difavoritkannya.

Kedua adalah mengenai App Continuity di Z Fold3, fitur yang memungkinkan supaya aplikasi yang dibuka di cover screen bisa otomatis berpindah ke layar utama (dengan tampilan yang dioptimalkan tentu saja) ketika perangkat dibuka. Fitur tersebut sekarang juga berlaku untuk beberapa aplikasi lokal. Sejauh ini memang baru ada empat, yakni Tokopedia, Blibli, Viu, dan Vidio, tapi ke depannya dipastikan bakal ada banyak yang menyusul.

Ketiga, Samsung seperti ingin mempromosikan asisten virtualnya, Bixby, lebih jauh lagi. Dalam sesi demonstrasinya, Pevita sempat menginstruksikan Bixby untuk mengambil foto. Reza di sisi lain meminta Bixby untuk mengirim pesan ke rekan kerjanya. Perlu dicatat, semuanya menggunakan bahasa Inggris ketimbang Indonesia.

Terakhir, di sepanjang acara yang berdurasi dua jam, saya tidak mendengar satu pun pembahasan mengenai baterai Z Fold3 dan Z Flip3. Bisa jadi karena memang tidak ada yang istimewa dari baterainya. Di atas kertas, Z Fold3 tercatat memiliki baterai 4.400 mAh, sementara Z Flip3 mengemas baterai 3.300 mAh.

Angka-angka tersebut tentu tergolong standar atau bahkan kecil di tahun 2021 ini, apalagi mengingat kedua ponsel sama-sama mengandalkan layar dengan refresh rate 120 Hz. Namun kembali lagi, saya rasa tidak ada satu pun konsumen yang membeli Z Fold3 dan Z Flip3 karena mendambakan baterai yang awet atau dukungan fast charging yang kencang. Setidaknya untuk sekarang, baterai masih belum jadi prioritas di kategori foldable, dan saya yakin hampir semua konsumennya dapat memakluminya.

Red Magic 6S Pro Hadir Membawa Chipset Snapdragon 888+ dan Touch Sampling Rate 720 Hz

Dengan spesifikasi teratas dan layar yang mendukung touch sampling rate 360 Hz, Red Magic 6 Pro merupakan salah satu smartphone dengan kinerja paling overkill yang tersedia di pasaran saat ini. Namun dalam konteks perangkat gaming, tidak ada yang namanya performa berlebihan, dan itu dibuktikan oleh kehadiran Red Magic 6S Pro.

Suksesor yang berusia enam bulan lebih muda ini datang membawa layar dengan touch sampling rate 720 Hz, dua kali lebih responsif daripada yang ditawarkan pendahulunya. Namun jenis panel yang digunakan tidak berubah, masih AMOLED 6,8 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate maksimum 165 Hz. Layar ini punya color gamut 100% DCI-P3 dan tingkat kecerahan maksimum 700 nit.

Bagian lain yang ikut diperbarui adalah dua touch-sensitive trigger yang diposisikan di samping perangkat, yang touch sampling rate-nya telah ditingkatkan dari 400 Hz menjadi 450 Hz, memberikan waktu respon secepat 2,2 milidetik. Tidak seperti sebelumnya, pengguna akan menjumpai dua trigger ekstra di bagian punggung Red Magic 6S Pro.

Namun penyempurnaan dari segi performa tidak akan lengkap tanpa melibatkan chipset paling kencang yang tersedia buat produsen smartphone saat ini, yaitu Qualcomm Snapdragon 888+, tidak ketinggalan pula sistem pendinginan yang kian optimal. Ini penting karena secepat apapun prosesornya, kinerjanya tidak akan bisa maksimal kalau suhunya kelewat tinggi.

Selebihnya, Red Magic 6S Pro cukup identik dengan pendahulunya. Sistem kameranya tidak ada yang istimewa, mencakup kamera utama 64 megapiksel, kamera ultra-wide 8 megapiksel, depth sensor, serta kamera selfie 8 megapiksel.

Kapasitas baterainya pun juga sama: 5.050 mAh dengan dukungan fast charging 66 W (khusus versi yang dijual di Tiongkok, baterainya lebih kecil tapi mendukung fast charging 120 W).

Di pasar global, Red Magic 6S Pro kabarnya akan tersedia mulai 27 September dalam tiga konfigurasi RAM dan storage sebagai berikut: 12 GB/128 GB seharga $599, 16 GB/256 GB seharga $699, dan satu lagi varian 16 GB/256 GB tapi dengan panel belakang transparan seharga $729. Ponsel ini sebenarnya juga hadir dalam varian 18 GB/512 GB, tapi sepertinya itu cuma untuk pasar Tiongkok saja.

Sumber: GSM Arena.